Anda di halaman 1dari 23

IMUNISASI PADA ANAK USIA 9 BULAN (CAMPAK)

DOSEN PENGAMPUH : METHA FAHRIANI, SST. M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5

1. JORA TERIVENA P (2226040015) 6. PUTRI JULIANTI (2226040014)


2. ROSITA MAHYOZA (2226040013) 7. AYU LISTIANA SARI (2226040019)
3. CHINTIA FEBTRIANA (2226040007) 8. ELNITA SARI (2226040003)
4. WINDI AMANDA PUTRI (2226040029) 9. TANTI PUTRI (2226040057)
5. EKA RAHAYU NINGSIH (2226040034) 10. J SILPA GANTI (2226040011)

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini, atas rahmat dan hidayah-nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “IMUNISASI PADA ANAK USIA 9
BULAN (CAMPAK)” tepat waktu. Kami harap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca atau pendengar.

Kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bunda Metha Fahriani, SST.
M.Kes selaku dosen mata kuliah karena dengan adanya tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi kita semua. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah ikut serta dalam kegiatan
presentasi ini.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 25 Desember 2022

penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1


1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................................... 2
1.3 TUJUAN PENULISAN ........................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 IMUNISASI ............................................................................................................ 4


A. Definisi Imunisasi ............................................................................................. 4
B. Manfaat Imunisasi............................................................................................. 5
C. Hambatan Imunisasi ......................................................................................... 5
D. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi ............................................. 5
E. Imunisasi DiIndonesia ...................................................................................... 5
2.2 PROGRAM PEMERINTAH UNTUK IMUNISASI ............................................. 6
A. Imunisasi Rutin ................................................................................................. 6
B. Imunisasi Tambahan ......................................................................................... 7
2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS
IMUNISASI ............................................................................................................ 8
1. Umur Ibu ........................................................................................................... 8
2. Pendidikan Ibu .................................................................................................. 9
3. Pekerjaan Ibu .................................................................................................... 10
4. Pengetahuan ...................................................................................................... 10
5. Penolong Persalinan ......................................................................................... 11
6. Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Imunisasi ................................................. 11
7. Peran Petugas Imunisasi ................................................................................... 12

ii
BAB III ANALISA DATA IMUNISASI CAMPAK

3.1 ANALISA DATA IMUNISASI PADA PUSKESMAS PEMBANTU


PAGAR DEWA III (TIGA), JALAN PADAT KARYA KOTA
BENGKULU TAHUN 2018 ................................................................................. 13
3.2 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 14
3.3 SUPERVISI ............................................................................................................ 15

BAB IV PENUTUPAN

4.1 KESIMPULAN ..................................................................................................... 17


4.2 SARAN ................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pengertian campak menurut WHO adalah penyakit menular dengan gejala


kemerahan berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas
38 derajat celsius atau lebih dan penderita campak awalnya mengalami tanda dan
gejala berupa demam, nyeri tenggorokan, hidung meler (coryza), batuk, (Cough),
bercak koplik, nyeri otot, dan mata merah (conjunctivitis).

Campak dan Kematian


WHO (2015) Tahun 2018 : 145.700 kematian (400/ hari = 16/jam, Profil Kesehatan
Indonesia (2012) Di Negara ASEAN, Indonesia peringkat 1 kasus campak terbanyak
(15.489 kasus). Penyakit campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk
golongan paramyxovirus. Virus ini terdapat dalam darah dan cairan pada jaringan
antara tenggorokan dan hidung.
 
Orang-orang yang rentan terhadap campak
- Bayi berumur lebih dari 1 tahun
- Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
- Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
 
Komplikasi Campak
- Otitis media akut
- Ensefalitis
- Bronchopneumonia
- Enteritis
 
Cara Penularan Penyakit Campak
Cara penularan penyakit campak adalah melalui droplet (percikan ludah) dari hidung,
mulut maupun tenggorokan penderita morbili atau campak
 

1
Pengobatan campak
Pemberian kapsul vitamin A, Biru (100.000 IU) pada bayi 6-11 bulan, Merah
(200.000 IU) pada balita  & Ibu nifas1
Perawatan campak
- Jauhkan penderita dari anggota keluarga yang lain agar tidak menularkan penyakit
- Konsumsi makanan bergizi yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh
- Istirahat cukup
- Jaga kebersihan tubuh penderita (harus tetap dimandikan)
- Hindari memencet atau memecahkan lepuhan karena dapat menyebabkan infeksi
sekunder
- Cucilah tangan setiap kali sesudah menyentuh penderita
- Jalani pola hidup yang bersih dan higienis
- Hindari penularan melalui kotak, ciuman atau penggunaan alat makan bersama
 
Campak dapat di cegah
1. Jaga kebersihan dan kesehatan: Jaga kebersihan lingkungan, dan makan makanan
yang sehat, bersih, dan bergizi
2. Hindari kontak dengan penderita campak
3. Ikut Imunisasi
4. Cegah komplikasi dengan penanganan penyakit sejak dini2

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Menganalisa imunisasi menurut para ahli


2. Menganalisa factor-faktor penghambat imunisasi
3. Menganalisa data-data anak yang diimunisasi
4. Menganalisa penyebab terjadinya campak
5. Menganalisa target dipuskesmas pembantu pagar dewa III (tiga) jln. Padat karya
Bengkulu

1
WHO Tahun 2015
2

2
1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Dapat memahami pengertian imunisasi menurut para ahli


2. Dapat memahami factor-faktor penghambat imunisasi
3. Dapat menganalisa data-data anak yang dimunisasi
4. Dapat mengetahui penyebab anak yang diimunisasi
5. Dapat mencapai target imunisasi dipuskesmas pembantu pagar dewa III (tiga) jln.
Padat karya Bengkulu3

3
WHO Tahun 2015

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Imunisasi
A. Pengertian Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten
terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Imunisasi merupakan salah satu
cara yang efektif untuk mencegah penularan penyakit dan upaya menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada bayi dan balita.

Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien


dalam mencegah beberapa penyakit berbahaya.

B. Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi tidak bisa langsung dirasakan atau tidak langsung terlihat.
Manfaat imunisasi yang sebenarnya adalah menurunkan angka kejadian penyakit,
kecacatan maupun kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Imunisasi tidak hanya dapat memberikan perlindungan kepada individu
namun juga dapat memberikan perlindungan kepada populasi Imunisasi adalah
paradigma sehat dalam upaya pencegahan yang paling efektif. Imunisasi merupakan
investasi kesehatan untuk masa depan karena dapat memberikan perlindungan
terhadap penyakit infeksi, dengan adanya imunisasi dapat memberikan perlindunga
kepada indivudu dan mencegah seseorang jatuh sakit dan membutuhkan biaya yang
lebih mahal.4

4
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015

4
C. Hambatan imunisasi

Perbedaan persepsi yang ada di masyarakat menyebabkan hambatan


terlaksananya imunisasi. Masalah lain dalam pelaksanakan imunisasi dasar lengkap
yaitu karena takut anaknya demam, sering sakit, keluarga tidak mengizinkan, tempat
imunisasi jauh, tidak tahu tempat imunisasi, serta sibuk/ repot (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Pemahaman mengenai imunisasi bahwa
imunisasi dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan seperti efek
farmakologis, kealahan tindakan atau yang biasa disebut Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) seperti nyeri pada daerah bekas suntikan, pembengkakan lokal,
menggigil, kejang hal ini menyebabkan orang tua atau masyarakat tidak membawa
anaknya ke pelayanan kesehatan sehingga mengakibatkan sebagian besar bayi dan
balita belum mendapatkan imunisasi.

D. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

Berdasarkan Info Datin Kementerian Kesehatan (2016), penyakit yang dapat


dicegah dengan imunisasi yaitu :

a. Pada imunisasi wajib antara lain: polio, tuberculosis, hepatitis B, difteri, campak
rubella dan sindrom kecacatan bawaan akibat rubella (congenital rubella
syndrome/CRS)
b. Pada imunisasi yang dianjurkan antara lain: tetanus, pneumonia (radang paru),
meningitis (radang selaput otak), cacar air. Alasan pemberian imunisasi pada
penyakit tersebut karena kejadian di Indonesia masih cukup tinggi dapat dilihat
dari banyaknya balita yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I)
c. Pada imunisasi lain disesuaikan terhadap kondisi suatu negara tertentu5

E. Imunisasi di Indonesia

Di Indonesia program imunisasi yang terorganisasi sudah ada sejak tahun 1956,
pada tahun 1974 dinyatakan bebas dari penyakit cacar. Kegiatan imunisasi
dikembangkan menjadi PPI (Program Pengembangan Imunisasi) pada tahun 1977,
5
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015
5
dalam upaya mencegah penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) seperti Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio,
Tetanus serta Hepatitis B.

Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi khususnya dalam bidang


kesehatan mendorong peningkatan kualitas pelayanan imunisasi ditandai dengan
penemuan beberapa vaksin baru seperti Rotavirus, Jappanese Encephalitis, dan lain-
lain. Selain itu perkembangan teknologi juga telah menggabungkan beberapa jenis
vaksin sebagai vaksin kombinasi yang terbukti dapat meningkatkan cakupan
imunisasi, mengurangi jumlah suntikan dan kontak dengan petugas.

2.2 PROGRAM PEMERINTAH UNTUK IMUNISASI

Berdasarkan Keputusan Meteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 Tentang


Penyelenggaraan Imunisasi, pokok-pokok kegiatan pemerintah untuk imunisasi yaitu:

A. Imunisasi Rutin
Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi secara wajib dan
berkesinambungan harus dilaksanankan pada periode waktu yang telah ditetapkan
sesuai dengan usia dan jadwal imunisasi. Berdasarkan kelompok umur sasaran,
imunisasi rutin dibagi menjadi:

1) Imunisasi rutin pada bayi

2) Imunisasi rutin pada wanita usia subur

3) Imunisasi rutin pada anak sekolah Berdasarkan tempat pelayanan imunisasi rutin
dibagi menjadi:

1) Pelayanan imunisasi di dalem Gedung dilaksanakan di puskesmas,


puskesmas pembantu, rumah sakit, rumah bersalin dan polindes
2) Pelayanan imunisasi di luar Gedung dilaksanakan di posyandu, kunjungan
rumah dan sekolah
3) Pelayanan imunisasi rutin juga dapat diselenggarakan oleh swasta seperti,
rumah sakit, dokter praktik dan bidan praktik
B. Imunisasi Tambahan

6
Imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang tidak wajib dilaksanakan,
hanya dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan dan
evaluasi, yang termasuk imunisasi tambahan meliputi
1) Backlog fighting Backlog adalah upaya aktif di untuk melengkapi Imunisasi
dasar pada anak yang berumur 1-3 tahun. Dilaksanakan di desa yang tidak
mencapai (Universal Child Imumunization / UCI) selama dua tahun.
2) Crash program Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan
intervensi secara cepat karena masalah khusus seperti:

a) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi

b) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang

c) Desa yang selama tiga tahun berturut-turut tidak mencapai (Universal Child
Imumunization / UCI). Kegiatan ini biasanya menggunakan waktu yang
relatif panjang, tenaga dan biyaya yang banyak maka sangat diperlukan
adanya evaluasi indikator yang perlu ditetapkan misalnya campak, atau
campak terpadu dengan polio

3) PIN (Pekan Imunisasi Nasional)


Pekan Imunissai Nasional adalah suatu kegiatan untuk memutus mata rantai
penyebaran virus polio atau campak dengan cara memberikan vaksin polio dan
campak kepada setiap bayi dan balita tanpa mempertimbangkan status imunisasi
sebelumnya. Pemberian imunisasi campak dan polio pada waktu PIN di
samping untuk memutus rantai penularan juga berguna sebagai imunisasi
ulangan.
4) Kampanye (Cath Up Campaign) Kegiatan-kegiatan imunisasi maasal yang
dilakukan secara bersamaan di wilayah tertentu dalam upaya memutuskan mata
rantai penyakit penyebab PD3I. 6

2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS IMUNISASI


6
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015
7
1. Umur Ibu

Umur merupakan salah satu sifat karakteristik orang yang sangat utama, umur
juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan berbagai sifat orang lainnya,
dan juga mempunyai hubungan erat dengan tempat dan waktu. Umur ibu yang lebih
muda umumnya dapat mencerna informasi tentang imunisasi lebih baik dibanding
dengan usia ibu yang lebih tua. Ibu yang berusia lebih muda dan baru memiliki anak
biasanya cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih akan kesehatan
anaknya, termasuk pemberian imunisasi. Umur ibu merupakan faktor yang
berhubungan dengan status imunisasi anaknya.

Hasil penelitian Lubis et al. (2018), menemukan bahwa ketidak lengkapan


imunisasi dasar pada anak lebih berisiko pada ibu umur >30 tahun dibandingkan
dengan ibu yang lebih muda < 30 tahun, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran
tentang pentingnya imunisasi pada bayi. Umur merupakan faktor yang penting,
karena umur dapat mempengaruhi pengalaman seseorang dalam menangani masalah
kesehatan/penyakit serta pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil penelitian, ibu
yang berusia < 30 tahun memiliki status imunisasi lengkap lebih banyak dari pada
ibu dengan status imunisasi tidak lengkap, dari 144 responden sebanyak (61,8 %)
ibu yang berusia 21-30 tahun mengimunisasi bayinya seccara lengkap, dibandingkan
dengan ibu yang berumur 31-40 tahun sebanyak (34 %) serta ibu yang berusia >50
tahun sebanyak (1,4 %) mengimunisasi banyinya secara lengkap. Maka dari itu usia
merupakan salah satu faktor yang penting yang dimiliki oleh ibu dalam pencapaian
imunisasi anaknya.

Umur merupakan karakteristik seseorang yang berhubungan dengan sifat dalam


dirinya serta sifat dalam menentukan tempat dan waktu. Berbeda halnya dengan
penelitian, yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara umur terhadap
kelengkapan imunisasi dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,793. 7

2. Pendidikan Ibu

7
Lubis et al. 2018
8
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian 20
diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya,masyarakat,bangsa dan negara (UU No 20 Tahun 2003). Pendidikan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan 8perilaku orang
tua, karena orang tua dengan berpendidikan tinggi akan mempengaruhi kesehatan
keluarganya, sebab banyak informasi yang diperoleh di sekolah, tapi apabila
seseorang berpendidikan rendah, maka diharapkan orang tua dapat menambah
informasinya dari sumber lainnya di luar dari pendidikan formal atau disebut jalur
informal seperti melalui media elektronik (televisi, radio, internet), membaca koran,
atau majalah. Tingkat atau jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan tinggi
(tamat/tidak tamat perguruan tinggi dan tamat SMA/sederajat), rendah (tidak
sekolah, tamat/tidak tamat SD, tamat /tidak tamat SMA sederajat) (Notoatmodjo,
2018)9.

Pendidikan menjadi hal yang sangat penting dalam mempengaruhi pengetahuan.


Individu yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih mudah
menerima informasi begitu juga dengan masalah informasi tentang imunisasi yang
diberikan oleh petugas kesehatan, sebaliknya ibu yang tingkat pendidikannya rendah
akan mendapat kesulitan untuk menerima informasi yang ada sehingga mereka
kurang memahami tentang kelengkapan imunisasi. Pendidikan seseorang berbeda-
beda juga akan mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan, pada ibu
yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima suatu ide baru dibandingkan ibu
yang berpendidikan rendah sehingga informasi lebih mudah dapat diterima dan
dilaksanakan (Hudhah & Hidajah, 2018).10

3. Pekerjaan Ibu

9
Notoatmodjo, 2018
10
Hudhah & Hidajah, 2018.

9
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bekerja adalah melakukan
kegiatan/pekerjaan paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu dengan
maksud untuk membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan. Berbeda halnya
dengan kamus ekonomi bekerja adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dengan maksud membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, lamanya
bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu (termasuk pekerja
keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi). Kepala
keluarga yang tidak bekerja memiliki kecendrungan anaknya tidak mendapatkan
imunisasi yang lebih baik dibandingkan dengan kepala keluarga yang memiliki
pekerjaan.
Penelitian yang dilakukan oleh (Mekamban & Yuliana, 2014), tentang faktor
yang berhubungan dengan cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi menunjukkan
ada hubungan antara pekerjaan dengan status imunisasi dasar pada bayi. Ibu yang
bekerja maupun yang tidak bekerja mempunyai kesempatan yang sama untuk
memperoleh informasi tentang imunisasi dasar baik dari petugas kesehatan maupun
berbagai media seperti TV, radio dan surat kabar. Ibu yang bekerja mempunyai
kemungkinan 0,739 kali lebih besar untuk melakukan imunisasi dasar bayi secara
lengkap dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja disebabkan kurangnya
informasi yang diterima ibu rumah tangga dibandingkan dengan ibu yang bekerja.11

4. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan kumpulan informasi yang dapat dipahami dan diperoleh
dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktuwaktu sebagai alat
untuk penyesuaian diri. Pengetahuan merupakan pengenalan terhadap kenyataan,
kebenaran, prinsip dan kaidah suatu objek dan merupakan hasil stimulasi untuk
terjadinya perubahan perilaku untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan 24 diartikan sebagai segala
sesuatu yang diketahui yang berkenaan dengan pembelajaran (Masturoh & Nauri
Anggita T, 2018). 12

5. Penolong Persalinan

11
Mekamban & Yuliana, 2014
12
Masturoh & Nauri Anggita T, 2018
10
Pelayanan kesehatan harus dilakukan sama di seluruh Indonesia, agar kesehatan
ibu dapat terjaga dan angka kematian ibu dan anak dapat di turunkan. Pelayanan
Kesehatan yang di maksud adalah pelayanan kesehatan ibu hamil khususnya
pelayanan persalinan. Berdasarkan Permenkes No. 97 tahun 2014 tentang pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah
melahirkan pada pasal 14 ayat 1 berbunyi persalinan harus dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Menurut PP No.61 tahun 2014 pasal 16 nomor 4 menyatakan
bahwa Bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan jika fasilitas kesehatan sulit
dijangkau, karena ada disparitas geografis dan transportasi yang tidak
memungkinkan . Bayi hingga umur kurang dari 1 bulan merupakan golongan umur
yang paling rentan atau memiliki risiko gangguan keshatan yang paling tinggi.
Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain
dengan melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.

6. Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Imunisasi


Pemberian imunisasi harus dilakukan berdasarkan standar pelayanan, standar
operasional dan standar profesi sesuai peraturan perundang-undangan. Proses
pemberian imunisasi harus diperhatikan keamanan vaksin dan penyuntikan agar
tidak terjadi penularan penyakit dalam pelaksanaan pelayanan imunisasi dan
masyarakat serta terhindar dari KIPI. Sebelum dilaksanakan imunisasi, pelaksana
pelayanan imunisasi harus memberikan informasi lengkap secara massal tentang
imunisasi yang meliputi vaksin, cara pemberian, manfaat dan kemungkinan terjadi
bahaya. Sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh tempat pelayanan vaksinasi
yaitu lemari es standart program. Vaccine Carrrier (termos) adalah alat untuk
mengirim atau membawa vaksin. Cold Box digunakan sebagai tempat penyimpanan
vaksin sementara apabila dalam keadaan darurat seperti listrik padam untuk waktu
cukup lama, atau lemari es sedang rusak yang bila diperbaiki memakan waktu lama.
Freeze Tag digunakan untuk memantau suhu vaksin. Auto Disable Syringe yang
selanjutnya disingkat ADS adalah alat suntik sekali pakai untuk pelaksanaan
pelayanan imunisasi.

7. Peran Petugas Imunisasi

11
Dalam melaksanakan tugasnya petugas kesehatan harus sesuai dengan mutu
pelayanan. Pengertian mutu pelayanan untuk petugas kesehatan berarti bebas
melakukan segala sesuatu secara professional untuk meningkatkan derajat kesehatan
pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
maju, mutu peralatan yang baik dan memenuhi standar yang baik, komitmen dan
motivasi petugas tergantung dari kemampuan mereka untuk melaksanakan tugas
mereka dengan cara yang optimal. Peran petugas sangat penting dalam
meningkatkan cakupan imunisasi juga memberikan informasi dan sosialisasi tentang
manfaat imunisasi dan penyakit dapat dicegah dengan imunisasi. Untuk mencegah
kesakitan dan kematian, petugas imunisasi dapat berperan aktif dalam pemberian
imunisasi.13

BAB III

13
PERMENKES 2017.
12
ANALISA DATA IMUNISASI CAMPAK

3.1 ANALISA DATA IMUNISASI PADA PUSKESMAS PEMBANTU PAGAR DEWA


III (TIGA), JALAN PADAT KARYA KOTA BENGKULU TAHUN 2018

Cakupan imunisasi campak diPukesmas Pembantu Pagar Dewa III (Tiga) tahun
2018 sebesar 87,7%. Cakupan imunisasi campak diKota Bengkulu tahun 2018
sebesar 75,7% meningkat dibandingkan tahun 2017 yaitu sebesar 74,9%.
Dinas kesehatan Kabupaten Kota Bengkulu tetap berusaha mencapai target sebesar
95%. Hasil survei yang dilakukan oleh peneliti tahun 2019 di Puskesmas Pembantu
Pagar Dewa III (Tiga) Dalam jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi campak pada
tahun 2018 sebanyak 408 bayi dari 536 sasaran bayi dan tidak mendapat imunisasi
campak sebanyak 128 bayi. Didapatkan hasil bayi yang mendapatkan imunisasi
campak tertinggi didapatkan pada bulan September yaitu 48 anak (8,95%). Sedangkan
peringkat terendah terdapat di bulan April yaitu sebanyak 28 anak (5,22%) dan anak
yang tidak mendapat imunisasi tertinggi terdapat pada bulan Oktober yaitu 22 anak
(4,10%). Berdasarkan data dan permasalahan yang ada masih terdapat kejadian
penyakit campak dan imunisasi campak yang belum mencapat standar target yang di
tetapkan. Terutama di Kota Bengkulu khususnya di Puskesmas Pembantu Pagar Dewa
III (Tiga) Dalam cakupan imunisasi campak yang dicapai pada tahun 2018 masih
kurang yaitu hanya mencapai 76,07% sedangkan target yang akan menjadi sasaran
adalah 95%.

3.2 HASIL DAN PEMBAHASAN

13
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Campak Pada Bayi
Usia > 9 - 11 Bulan Di Puskesmas Pembantu Pagar Dewa III (Tiga) Di Tahun 2019

Pengetahuan responden N %
Kurang 6 13,33
Cukup 22 48,49
Baik 17 37,27

Sebagian dari responden berpengetahuan cukup yaitu 22 responden (48,89%) dan


sangat sedikit dari responden berpengetahuan kurang yaitu 6 responden (13,33%)
tentang imuniasi campak.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Sikap Dalam Memberikan Imunisasi Campak Pada Bayi
Usia > 9 – 11 Bulan Di Puskemas Pembantu Pagar Dewa III (Tiga) Dalam Tahun
2019

Sikap N %
Tidak mendukung 13 28,9
Mendukung 31 21,1

Sikap responden dalam memberikan imunisasi campak pada bayi usia > 9 – 11 bulan.
Sebagian sikap responden dalam memberikan imunisasi campak pada bayi usia > 9 –
11 bulan.

Tabel 3 Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Dalam Memberikan Imunisasi


Campak Pada Ibu Yang Mempunyai Bayi Usia > 9 – 11 Bulan Di Puskesmas
Pembantu Pagar Dewa III (Tiga) Dalam Tahun 2019

14
Lama pengguaan Sikap
KB suntik mendukung tidak mendukung Total P Value A
∑ % ∑ %
kurang 1 2,2 5 11,1 6

11 24,4 11 24,4
cukup 22 0,008 0,05
1 2,2 16 35,5

baik 16

Hasil uji statistic didapat nilai p value = 0,008 < α = 0,05 maka dapat di simpulkan
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap dalam memberikan
imunisasi campak pada ibu yang mempunyai bayi usia > 9 – 11 bulan di Puskesmas
Pembantu Pagar Dewa III (Tiga) Dalam Tahun 2019 ada peningkatan sesuai dengan
pencapaian target imunisasi14

3.3 SUPERVISI
Supervisi adalah kegiatan yang terencana dari seorang pimpinan melalui aktifitas
bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi, dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
sehari-hari (Cole, 2001). Dalam manajemen, supervisi sama halnya dengan
controlling. Kegiatan supervisi dalam pelaksanaan kegiatan terdiri dari penetapan
standar kinerja, pemantauan kinerja, dan pengambilan tindakan korektif.15
Penetapan standar kinerja adalah proses menetapkan satuan pengukuran untuk
penilaian kinerja. Standar adalah inti yang ditetapkan dengan melihat pada
perencanaan program, dimana merupakan pedoman Supervisor yang bisa diukur
dalam melihat implementasi dari perencanaan (Certo, 2002).16
Pemantauan kinerja adalah kegiatan memantau pelaksanaan kegiatan melalui
lisan, tertulis, pengujian, dan observasi. Dalam pemantauan kinerja, supervisor juga
14
JURNAL KEBIDANAN PUSKESMAS PEMBANTU PAGAR DEWA III (TIGA), JALAN PADAT KARYA KOTA
BENGKULU TAHUN 2018

15
COLE, 2001
16
CERTO, 2002

15
membandingkan setiap tahap dalam pelaksanaan suatu kegiatan dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya apakah pelaksanaan program atau kegiatan telah
dilakukan sesuai dengan standar yang telah ada sebelumnya atau ditetapkan (Terry,
2010).Kemudian proses terakhir dari tahap supervisi adalah pengambilan tindakan
korektif, yaitu merupakan upaya Supervisor dalam menginteversi hasil program saat
pelaksanaan yang dilakukan setelah pengukuran terhadap kinerja (Cole, 2001).17
Menurut Omran (2001), pengambilan tindakan korektif terdapat tiga kelompok
berdasarkan waktu intervensi, yaitu pre control, concurrent control, dan feedback
control. Pre control adalah intervensi dalam pengambilan tindakan korektif yang
dilakukan sebelum suatu kegiatan dilakukan. Concurrent control adalah intervensi
dalam pengambilan tindakan korektif yang dilakukan saat kegiatan sedang
berlangsung. Feedback control adalah intervensi dalam pengambilan tindakan korektif
yang dilakukan setelah suatu kegiatan dilaksanakan. Pengambilan tindakan korektif
dalam kegiatan supervisi imunisasi Campak meliputi kegiatan diskusi.18

BAB IV

PENUTUPAN

4.1 KESIMPULAN
17
COLE, 2001
18
OMRAN 2001

16
Sedikit dari bayi yang tidak mendapat imunisasi campak di Puskesmas Pembantu
Pagar Dewa Iii (Tiga), Jalan Padat Karya Kota Bengkulu Tahun 2018 pada tahun
2018.
Kurang dari separuh responden ibu yang memiliki anak berusia 9-23 bulan
berpengetahuan kurang terhadap imunisasi campak di Kabupaten Dharmasraya pada
tahun 2013. Dari separuh responden ibu yang memiliki anak berusia 9-23 bulan
bersikap kurang baik terhadap imunisasi campak di Kabupaten Dharmasraya pada
tahun 2018.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden yang
memiliki anak berusia 9-23 bulan dengan cakupan imunisasi campak. Tidak ada
hubungan yang signifikan antara sikap responden yang memiliki anak berusia 9-23
bulan dengan cakupan imunisasi campak, penyelenggara imunisasi campak di
Puskesmas Pembantu Pagar Dewa Iii (Tiga), Jalan Padat Karya Kota Bengkulu Tahun
2019 sudah mencukupi baik jumlah, maupun standar pendidikan, namun belum semua
petugas pelaksana imunisasi campak mendapatkan pelatihan, baik dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu maupun oleh puskesmas masing-masing, hal tersebut
di sebabkan oleh keterbatasan anggaran.
Anggaran untuk pelaksanaan imunisasi sudah mencukupi yang berasal dari dana
BOK pada tingkat puskesmas namun, kegiatan di Dinas kesehatan 188 dana berasal
dari APBD yang berjumlah 44 juta namun tidak ada anggaran untuk supervisi dan
bintek secara periodik kesetiap puskesmas. Sarana dan prasarana untuk
penyelenggaraan imunisasi campak sudah cukup memadai.

4.2 SARAN

Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas pelaksana di


Puskesmas Pembantu Pagar Dewa Iii (Tiga), Jalan Padat Karya Kota Bengkulu
hendaknya di lakukan upaya penyegaran tentang imunisasi campak seperti yang
dilakukan dalam lokmin maupun dalam bintek puskesmas. Mengadakan pelatihan

17
bagi petugas pengelola program dan pelaksana imunisasi campak khususnya Bidan.
Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan pelatihan dibuat TOR dan modul
pembelajaran.

Untuk membangun peran serta masyarakat dan sikap positif serta peran aktif
Bersama Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Petugas Kesehatan dan masyarakat
mengadakan kegiatan pemicuan tentang penyakit campak. Untuk meningkatkan
cakupan imunisasi campak dilakukan upaya yang terintegrasi antara pemerintah yaitu
camat dan jajarannya kebawah, Dinas kesehatan beserta jajarannya yaitu kepala
puskesmas, pengelola program dan bidan desa serta tokoh masyarakat dan agama
untuk membuat komitmen dan kebijakan sosial bagi masyarakat dengan membentuk
kecamatan dan jorong tanggap imunisasi khususnya campak yang di tuangkan melalui
kesepakatan bersama dan mengaktifkan wadah yang sudah ada yaitu desa siaga.

DAFTAR PUSTAKA

18
Hidayat, A. 2007. Seri Problem Solving Tumbuh Kembang Anak Siapa
Bilang Anak Sehat Pasti Cerdas. Jakarta: PT Elex MediaSuririnah.

Kementrian Kesehatan. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

K. P. Juanda, “EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM IMUNISASI


CAMPAK Kata Kunci : Efektivitas Program , Program Imunisasi Campak,” vol.
5, pp. 6409–6420, 2017.

H. N. Rosalina, D. E. Wijayanti, and R. Caturiningsih, “Jurnal Kesehatan Dan


Kebidanan ( Journal of Midwifery and Health ),” J. Kesehat. dan kebidanan, pp.
64–70, 2015.

19

Anda mungkin juga menyukai