Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini, atas rahmat dan hidayah-nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “IMUNISASI PADA ANAK USIA 9
BULAN (CAMPAK)” tepat waktu. Kami harap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca atau pendengar.
Kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bunda Metha Fahriani, SST.
M.Kes selaku dosen mata kuliah karena dengan adanya tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi kita semua. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah ikut serta dalam kegiatan
presentasi ini.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB III ANALISA DATA IMUNISASI CAMPAK
BAB IV PENUTUPAN
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pengobatan campak
Pemberian kapsul vitamin A, Biru (100.000 IU) pada bayi 6-11 bulan, Merah
(200.000 IU) pada balita & Ibu nifas1
Perawatan campak
- Jauhkan penderita dari anggota keluarga yang lain agar tidak menularkan penyakit
- Konsumsi makanan bergizi yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh
- Istirahat cukup
- Jaga kebersihan tubuh penderita (harus tetap dimandikan)
- Hindari memencet atau memecahkan lepuhan karena dapat menyebabkan infeksi
sekunder
- Cucilah tangan setiap kali sesudah menyentuh penderita
- Jalani pola hidup yang bersih dan higienis
- Hindari penularan melalui kotak, ciuman atau penggunaan alat makan bersama
Campak dapat di cegah
1. Jaga kebersihan dan kesehatan: Jaga kebersihan lingkungan, dan makan makanan
yang sehat, bersih, dan bergizi
2. Hindari kontak dengan penderita campak
3. Ikut Imunisasi
4. Cegah komplikasi dengan penanganan penyakit sejak dini2
1
WHO Tahun 2015
2
2
1.3 TUJUAN PENULISAN
3
WHO Tahun 2015
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Imunisasi
A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti
diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten
terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Imunisasi merupakan salah satu
cara yang efektif untuk mencegah penularan penyakit dan upaya menurunkan angka
kesakitan dan kematian pada bayi dan balita.
B. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak bisa langsung dirasakan atau tidak langsung terlihat.
Manfaat imunisasi yang sebenarnya adalah menurunkan angka kejadian penyakit,
kecacatan maupun kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Imunisasi tidak hanya dapat memberikan perlindungan kepada individu
namun juga dapat memberikan perlindungan kepada populasi Imunisasi adalah
paradigma sehat dalam upaya pencegahan yang paling efektif. Imunisasi merupakan
investasi kesehatan untuk masa depan karena dapat memberikan perlindungan
terhadap penyakit infeksi, dengan adanya imunisasi dapat memberikan perlindunga
kepada indivudu dan mencegah seseorang jatuh sakit dan membutuhkan biaya yang
lebih mahal.4
4
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015
4
C. Hambatan imunisasi
a. Pada imunisasi wajib antara lain: polio, tuberculosis, hepatitis B, difteri, campak
rubella dan sindrom kecacatan bawaan akibat rubella (congenital rubella
syndrome/CRS)
b. Pada imunisasi yang dianjurkan antara lain: tetanus, pneumonia (radang paru),
meningitis (radang selaput otak), cacar air. Alasan pemberian imunisasi pada
penyakit tersebut karena kejadian di Indonesia masih cukup tinggi dapat dilihat
dari banyaknya balita yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I)
c. Pada imunisasi lain disesuaikan terhadap kondisi suatu negara tertentu5
E. Imunisasi di Indonesia
Di Indonesia program imunisasi yang terorganisasi sudah ada sejak tahun 1956,
pada tahun 1974 dinyatakan bebas dari penyakit cacar. Kegiatan imunisasi
dikembangkan menjadi PPI (Program Pengembangan Imunisasi) pada tahun 1977,
5
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015
5
dalam upaya mencegah penularan terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) seperti Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio,
Tetanus serta Hepatitis B.
A. Imunisasi Rutin
Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi secara wajib dan
berkesinambungan harus dilaksanankan pada periode waktu yang telah ditetapkan
sesuai dengan usia dan jadwal imunisasi. Berdasarkan kelompok umur sasaran,
imunisasi rutin dibagi menjadi:
3) Imunisasi rutin pada anak sekolah Berdasarkan tempat pelayanan imunisasi rutin
dibagi menjadi:
6
Imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang tidak wajib dilaksanakan,
hanya dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan dan
evaluasi, yang termasuk imunisasi tambahan meliputi
1) Backlog fighting Backlog adalah upaya aktif di untuk melengkapi Imunisasi
dasar pada anak yang berumur 1-3 tahun. Dilaksanakan di desa yang tidak
mencapai (Universal Child Imumunization / UCI) selama dua tahun.
2) Crash program Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan
intervensi secara cepat karena masalah khusus seperti:
c) Desa yang selama tiga tahun berturut-turut tidak mencapai (Universal Child
Imumunization / UCI). Kegiatan ini biasanya menggunakan waktu yang
relatif panjang, tenaga dan biyaya yang banyak maka sangat diperlukan
adanya evaluasi indikator yang perlu ditetapkan misalnya campak, atau
campak terpadu dengan polio
Umur merupakan salah satu sifat karakteristik orang yang sangat utama, umur
juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan berbagai sifat orang lainnya,
dan juga mempunyai hubungan erat dengan tempat dan waktu. Umur ibu yang lebih
muda umumnya dapat mencerna informasi tentang imunisasi lebih baik dibanding
dengan usia ibu yang lebih tua. Ibu yang berusia lebih muda dan baru memiliki anak
biasanya cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih akan kesehatan
anaknya, termasuk pemberian imunisasi. Umur ibu merupakan faktor yang
berhubungan dengan status imunisasi anaknya.
2. Pendidikan Ibu
7
Lubis et al. 2018
8
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian 20
diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya,masyarakat,bangsa dan negara (UU No 20 Tahun 2003). Pendidikan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan 8perilaku orang
tua, karena orang tua dengan berpendidikan tinggi akan mempengaruhi kesehatan
keluarganya, sebab banyak informasi yang diperoleh di sekolah, tapi apabila
seseorang berpendidikan rendah, maka diharapkan orang tua dapat menambah
informasinya dari sumber lainnya di luar dari pendidikan formal atau disebut jalur
informal seperti melalui media elektronik (televisi, radio, internet), membaca koran,
atau majalah. Tingkat atau jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan tinggi
(tamat/tidak tamat perguruan tinggi dan tamat SMA/sederajat), rendah (tidak
sekolah, tamat/tidak tamat SD, tamat /tidak tamat SMA sederajat) (Notoatmodjo,
2018)9.
3. Pekerjaan Ibu
9
Notoatmodjo, 2018
10
Hudhah & Hidajah, 2018.
9
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bekerja adalah melakukan
kegiatan/pekerjaan paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu dengan
maksud untuk membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan. Berbeda halnya
dengan kamus ekonomi bekerja adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dengan maksud membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, lamanya
bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu (termasuk pekerja
keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi). Kepala
keluarga yang tidak bekerja memiliki kecendrungan anaknya tidak mendapatkan
imunisasi yang lebih baik dibandingkan dengan kepala keluarga yang memiliki
pekerjaan.
Penelitian yang dilakukan oleh (Mekamban & Yuliana, 2014), tentang faktor
yang berhubungan dengan cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi menunjukkan
ada hubungan antara pekerjaan dengan status imunisasi dasar pada bayi. Ibu yang
bekerja maupun yang tidak bekerja mempunyai kesempatan yang sama untuk
memperoleh informasi tentang imunisasi dasar baik dari petugas kesehatan maupun
berbagai media seperti TV, radio dan surat kabar. Ibu yang bekerja mempunyai
kemungkinan 0,739 kali lebih besar untuk melakukan imunisasi dasar bayi secara
lengkap dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja disebabkan kurangnya
informasi yang diterima ibu rumah tangga dibandingkan dengan ibu yang bekerja.11
4. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan merupakan kumpulan informasi yang dapat dipahami dan diperoleh
dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktuwaktu sebagai alat
untuk penyesuaian diri. Pengetahuan merupakan pengenalan terhadap kenyataan,
kebenaran, prinsip dan kaidah suatu objek dan merupakan hasil stimulasi untuk
terjadinya perubahan perilaku untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan 24 diartikan sebagai segala
sesuatu yang diketahui yang berkenaan dengan pembelajaran (Masturoh & Nauri
Anggita T, 2018). 12
5. Penolong Persalinan
11
Mekamban & Yuliana, 2014
12
Masturoh & Nauri Anggita T, 2018
10
Pelayanan kesehatan harus dilakukan sama di seluruh Indonesia, agar kesehatan
ibu dapat terjaga dan angka kematian ibu dan anak dapat di turunkan. Pelayanan
Kesehatan yang di maksud adalah pelayanan kesehatan ibu hamil khususnya
pelayanan persalinan. Berdasarkan Permenkes No. 97 tahun 2014 tentang pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah
melahirkan pada pasal 14 ayat 1 berbunyi persalinan harus dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Menurut PP No.61 tahun 2014 pasal 16 nomor 4 menyatakan
bahwa Bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan jika fasilitas kesehatan sulit
dijangkau, karena ada disparitas geografis dan transportasi yang tidak
memungkinkan . Bayi hingga umur kurang dari 1 bulan merupakan golongan umur
yang paling rentan atau memiliki risiko gangguan keshatan yang paling tinggi.
Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain
dengan melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
11
Dalam melaksanakan tugasnya petugas kesehatan harus sesuai dengan mutu
pelayanan. Pengertian mutu pelayanan untuk petugas kesehatan berarti bebas
melakukan segala sesuatu secara professional untuk meningkatkan derajat kesehatan
pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
maju, mutu peralatan yang baik dan memenuhi standar yang baik, komitmen dan
motivasi petugas tergantung dari kemampuan mereka untuk melaksanakan tugas
mereka dengan cara yang optimal. Peran petugas sangat penting dalam
meningkatkan cakupan imunisasi juga memberikan informasi dan sosialisasi tentang
manfaat imunisasi dan penyakit dapat dicegah dengan imunisasi. Untuk mencegah
kesakitan dan kematian, petugas imunisasi dapat berperan aktif dalam pemberian
imunisasi.13
BAB III
13
PERMENKES 2017.
12
ANALISA DATA IMUNISASI CAMPAK
Cakupan imunisasi campak diPukesmas Pembantu Pagar Dewa III (Tiga) tahun
2018 sebesar 87,7%. Cakupan imunisasi campak diKota Bengkulu tahun 2018
sebesar 75,7% meningkat dibandingkan tahun 2017 yaitu sebesar 74,9%.
Dinas kesehatan Kabupaten Kota Bengkulu tetap berusaha mencapai target sebesar
95%. Hasil survei yang dilakukan oleh peneliti tahun 2019 di Puskesmas Pembantu
Pagar Dewa III (Tiga) Dalam jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi campak pada
tahun 2018 sebanyak 408 bayi dari 536 sasaran bayi dan tidak mendapat imunisasi
campak sebanyak 128 bayi. Didapatkan hasil bayi yang mendapatkan imunisasi
campak tertinggi didapatkan pada bulan September yaitu 48 anak (8,95%). Sedangkan
peringkat terendah terdapat di bulan April yaitu sebanyak 28 anak (5,22%) dan anak
yang tidak mendapat imunisasi tertinggi terdapat pada bulan Oktober yaitu 22 anak
(4,10%). Berdasarkan data dan permasalahan yang ada masih terdapat kejadian
penyakit campak dan imunisasi campak yang belum mencapat standar target yang di
tetapkan. Terutama di Kota Bengkulu khususnya di Puskesmas Pembantu Pagar Dewa
III (Tiga) Dalam cakupan imunisasi campak yang dicapai pada tahun 2018 masih
kurang yaitu hanya mencapai 76,07% sedangkan target yang akan menjadi sasaran
adalah 95%.
13
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Campak Pada Bayi
Usia > 9 - 11 Bulan Di Puskesmas Pembantu Pagar Dewa III (Tiga) Di Tahun 2019
Pengetahuan responden N %
Kurang 6 13,33
Cukup 22 48,49
Baik 17 37,27
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Sikap Dalam Memberikan Imunisasi Campak Pada Bayi
Usia > 9 – 11 Bulan Di Puskemas Pembantu Pagar Dewa III (Tiga) Dalam Tahun
2019
Sikap N %
Tidak mendukung 13 28,9
Mendukung 31 21,1
Sikap responden dalam memberikan imunisasi campak pada bayi usia > 9 – 11 bulan.
Sebagian sikap responden dalam memberikan imunisasi campak pada bayi usia > 9 –
11 bulan.
14
Lama pengguaan Sikap
KB suntik mendukung tidak mendukung Total P Value A
∑ % ∑ %
kurang 1 2,2 5 11,1 6
11 24,4 11 24,4
cukup 22 0,008 0,05
1 2,2 16 35,5
baik 16
Hasil uji statistic didapat nilai p value = 0,008 < α = 0,05 maka dapat di simpulkan
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap dalam memberikan
imunisasi campak pada ibu yang mempunyai bayi usia > 9 – 11 bulan di Puskesmas
Pembantu Pagar Dewa III (Tiga) Dalam Tahun 2019 ada peningkatan sesuai dengan
pencapaian target imunisasi14
3.3 SUPERVISI
Supervisi adalah kegiatan yang terencana dari seorang pimpinan melalui aktifitas
bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi, dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
sehari-hari (Cole, 2001). Dalam manajemen, supervisi sama halnya dengan
controlling. Kegiatan supervisi dalam pelaksanaan kegiatan terdiri dari penetapan
standar kinerja, pemantauan kinerja, dan pengambilan tindakan korektif.15
Penetapan standar kinerja adalah proses menetapkan satuan pengukuran untuk
penilaian kinerja. Standar adalah inti yang ditetapkan dengan melihat pada
perencanaan program, dimana merupakan pedoman Supervisor yang bisa diukur
dalam melihat implementasi dari perencanaan (Certo, 2002).16
Pemantauan kinerja adalah kegiatan memantau pelaksanaan kegiatan melalui
lisan, tertulis, pengujian, dan observasi. Dalam pemantauan kinerja, supervisor juga
14
JURNAL KEBIDANAN PUSKESMAS PEMBANTU PAGAR DEWA III (TIGA), JALAN PADAT KARYA KOTA
BENGKULU TAHUN 2018
15
COLE, 2001
16
CERTO, 2002
15
membandingkan setiap tahap dalam pelaksanaan suatu kegiatan dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya apakah pelaksanaan program atau kegiatan telah
dilakukan sesuai dengan standar yang telah ada sebelumnya atau ditetapkan (Terry,
2010).Kemudian proses terakhir dari tahap supervisi adalah pengambilan tindakan
korektif, yaitu merupakan upaya Supervisor dalam menginteversi hasil program saat
pelaksanaan yang dilakukan setelah pengukuran terhadap kinerja (Cole, 2001).17
Menurut Omran (2001), pengambilan tindakan korektif terdapat tiga kelompok
berdasarkan waktu intervensi, yaitu pre control, concurrent control, dan feedback
control. Pre control adalah intervensi dalam pengambilan tindakan korektif yang
dilakukan sebelum suatu kegiatan dilakukan. Concurrent control adalah intervensi
dalam pengambilan tindakan korektif yang dilakukan saat kegiatan sedang
berlangsung. Feedback control adalah intervensi dalam pengambilan tindakan korektif
yang dilakukan setelah suatu kegiatan dilaksanakan. Pengambilan tindakan korektif
dalam kegiatan supervisi imunisasi Campak meliputi kegiatan diskusi.18
BAB IV
PENUTUPAN
4.1 KESIMPULAN
17
COLE, 2001
18
OMRAN 2001
16
Sedikit dari bayi yang tidak mendapat imunisasi campak di Puskesmas Pembantu
Pagar Dewa Iii (Tiga), Jalan Padat Karya Kota Bengkulu Tahun 2018 pada tahun
2018.
Kurang dari separuh responden ibu yang memiliki anak berusia 9-23 bulan
berpengetahuan kurang terhadap imunisasi campak di Kabupaten Dharmasraya pada
tahun 2013. Dari separuh responden ibu yang memiliki anak berusia 9-23 bulan
bersikap kurang baik terhadap imunisasi campak di Kabupaten Dharmasraya pada
tahun 2018.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden yang
memiliki anak berusia 9-23 bulan dengan cakupan imunisasi campak. Tidak ada
hubungan yang signifikan antara sikap responden yang memiliki anak berusia 9-23
bulan dengan cakupan imunisasi campak, penyelenggara imunisasi campak di
Puskesmas Pembantu Pagar Dewa Iii (Tiga), Jalan Padat Karya Kota Bengkulu Tahun
2019 sudah mencukupi baik jumlah, maupun standar pendidikan, namun belum semua
petugas pelaksana imunisasi campak mendapatkan pelatihan, baik dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu maupun oleh puskesmas masing-masing, hal tersebut
di sebabkan oleh keterbatasan anggaran.
Anggaran untuk pelaksanaan imunisasi sudah mencukupi yang berasal dari dana
BOK pada tingkat puskesmas namun, kegiatan di Dinas kesehatan 188 dana berasal
dari APBD yang berjumlah 44 juta namun tidak ada anggaran untuk supervisi dan
bintek secara periodik kesetiap puskesmas. Sarana dan prasarana untuk
penyelenggaraan imunisasi campak sudah cukup memadai.
4.2 SARAN
17
bagi petugas pengelola program dan pelaksana imunisasi campak khususnya Bidan.
Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan pelatihan dibuat TOR dan modul
pembelajaran.
Untuk membangun peran serta masyarakat dan sikap positif serta peran aktif
Bersama Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Petugas Kesehatan dan masyarakat
mengadakan kegiatan pemicuan tentang penyakit campak. Untuk meningkatkan
cakupan imunisasi campak dilakukan upaya yang terintegrasi antara pemerintah yaitu
camat dan jajarannya kebawah, Dinas kesehatan beserta jajarannya yaitu kepala
puskesmas, pengelola program dan bidan desa serta tokoh masyarakat dan agama
untuk membuat komitmen dan kebijakan sosial bagi masyarakat dengan membentuk
kecamatan dan jorong tanggap imunisasi khususnya campak yang di tuangkan melalui
kesepakatan bersama dan mengaktifkan wadah yang sudah ada yaitu desa siaga.
DAFTAR PUSTAKA
18
Hidayat, A. 2007. Seri Problem Solving Tumbuh Kembang Anak Siapa
Bilang Anak Sehat Pasti Cerdas. Jakarta: PT Elex MediaSuririnah.
19