DISUSUN OLEH:
Endah Puji Astuti, SSiT., M.Kes
Puji dan syukur kami sampaikan ke hadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan Karunia-
Nya kepada kita sehingga sampai hari ini masih diberi Rahmat dan kemudahan untuk selalu
terbuka akal pikiran, mata, dan hati dalam rangka mencari ilmu sehingga dapat menyusun Modul
Pembelajaran mata kuliah Komunikasi dalam Praktik Kebidanan ini.
Mata Kuliah Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan ini adalah mata kuliah 3 sks yang akan
ditempuh selama 3 minggu. Pembelajaran dilaksanakan melalui daring, yaitu sinkronized (zoom
dan video call via whatshap) dan ansinkrinized (elerning) diskusi, dengan metode interactive
learning, tutorial (SGD/Small group discussion), seminar serta praktikum degan pembuatan
video. Setiap pembelajaran tersebut akan disertai dengan evaluasi ketercapaian kompetensi
mahasiswa. Evaluasi dilakukan dengan penilain sumatif pada proses dan ujian dengan Computer-
Based Test (CBT) pada Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) sebagai
penilaian formatif.
Modul ini kami susun sebagai penunjang belajar mahasiswa dan dosen melakukan aktivitas
pembelajaran di semester satu Kebidanan (D-3), yang dibuat berdasarkan Kurikulum Perguruan
Tinggi (KPT) 2018 dengan mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan
standar nasional pendidikan tinggi (SN-Dikti). Materi yang disusun dalam bahan ajar ini
memperhatikan kejelasan dan kesantunan berbahasa sehingga tujuan dari pembelajaran tercapai.
Materi yang disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami, kegiatan pembelajaran
merangsang keaktifan mahasiswa melalui diskusi tanya jawab, tugas-tugas dan praktik
komunikasi yang membentuk karakter percaya diri serta kemampuan bekomunikasi dalam ruang
lingkup pelayanan kebidanan. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal
dalam pencapaian hard skill dan soft skill pada mahasiswa.
Terima kasih kami ucapkan kepada pihak yang telah memberikan kontribusi dalam
penyusunan modul ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat dalam pembelajaran pendidikan
kebidanan. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan modul ini.
Yogyakarta, September 2021
Koordinator Mata Kuliah
ttd
Endah Puji Astuti, SSiT., M.Kes
A. Alokasi waktu
100 menit
B. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep dasar komunikasi
2. Memahami bentuk-bentuk komunikasi
3. Memahami jenis-jenis komunikasi
C. Uraian Materi
1. Konsep dasar komunikasi
a. Definisi Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu communication atau communicare
yang berarti membuat sama (to make cammon). Secara etimologi komunikasi berasal
dari bahasa Latin communicatus dan bersumber dari kata communis yang berarti
berbagi atau milik bersama, yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk
kebersamaan atau sama maknanya. Definisi komunikasi menurut para ahli sebagi
berikut:
1) Menurut Uchjana (2003), komunikasi mencakup ekspresi wajah, sikap dan gerak-
gerik, suara, kata-kata tertulis, percetakan, telegraf, telepon, dan lain-lain.
2) Komunikasi merupakan berlalunya informasi dan pengertian seseorang ke orang
lain (Davis, 2003).
3) Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi antara individu-
kelompok, baik secara verbal maupun non verbalyang dapat menimnulkan respons
timbal balikantara pengirim dan penerima informasi (Priyanto, 2009).
b. Tujuan Komunikasi
Secara umum tujuan dari komunikasi adalah untuk menghasilkan pengetahuan,
sikap, dan perubahan perilaku. Sementara itu, secara terperinci tujuan dari
komunikasi diantaranya adalah:
1) Menyampaikan atau mengajarkan sesuatu kepada orang lain
2) Eksplorasi atau pengungkapan perasaan
3) Melakukan hubungan dengan orang lain atau bersosialisasi
4) Menyelesaikan permasalahan atau konflik
5) Mengubah perilaku baik komunikator ataupun komunikan
6) Relaksasi atau mengurangi ketegangan
7) Menimbulkan minat
Lingkungan
Umpan Balik
Keterampilan Komunikasi
Bunyi
Pengirim Pesan
Penerima Pesan
Pengirim Penerima
Pesan Pesan
Media
Penempatan
Umpan Balik
PESAN
K K
UMPAN BALIK
O O
M PESAN M
U U
N UMPAN BALIK N
I I
PESAN
K K
A UMPAN BALIK A
N T
PESAN O
R
UMPAN BALIK
2) Tahapan Komunikasi
a) Penginterpretasian
Interpreting merupakan proses menerjemahkan motif komunikasi ke dalam
pesan. Penginterpretasian merupakan tahap awal dari proses komunikasi.
Komunikator menginterpretasikan apa yang ada di dalam pikirannya
kemudian merasakan ke dalam pesan. Dalam penginterpretasian pesan yang
akan disampaikan masih dalam bentuk abstrak.
b) Penyandian
Tahap kedua dari proses komunikasi adalah tahap penyandian atau disebut
encoding. Pada tahap ini komunikator sebagai encoder mewujudkan
motif/pesan dari bentuk abstrak ke bentuk yang lebih konkret dalam bentuk
lambang-lambang komunikasi.
c) Pengiriman
Pengiriman pesan atau transmitter merupakan proses komunikator melakukan
tindakan komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan menggunkan
alat pengirim pesan (media).
d) Perjalanan
Perjalanan merupakan proses terjadinya interaksi antara komunikator dan
komunikan mulai dari pesan dikirim sampai pesan diterima oleh komunikan.
2. Bentuk-Bentuk Komunikasi
a. Interpersonal Communication (face to face communication)
Komunikasi interpersonal adalah salah satu bentuk komunikasi yang paling
efektif dan komunikator dapat langsung bertatap muka, sehingga stimulus yakin pesan
atau informasi yang disampaikan komunikan, langsung dapat direspon atau ditangapi
pada saat itu juga. Penyampaian pesan dari sesesorang kepada orang lain, bersifat dua
arah, secara verbal atau nonverbal. Misanya: antar bidan dan klien.
b. Komunikasi Intrapersonal/Intrapersonal Communication
Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi yang terjadi dalam individu.
Komunikasi tersebut akan membantu seseorang atau individu agar tetap sadar akan
kejadian disekitarnya. Atau penyampaian pesan seseorang kepada dirinya sendiri.
Misalnya kita sedang melamun, berpikir, berarti kita sedang melakukan komunikasi
intrapribadi, berbicara dalam hati, dan lain-lain.
c. Komunikasi Kelompok Kecil
Komunikasi kelompok kecil (small group communication) adalah komunikasi
yang ditujukan kepada kognisi komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis.
Dalam komunikasi kelompok kecil komunikator menunjukkan pesannya kepada benak
atau pikiran komunikan, Misalnya kuliah, ceramah, diskusi seminar, rapat dan lain-
lain. Ciri yang kedua dari komunikasi kelompok kecil adalah bahwa prosesnya
berlangsung secara dialogis, tidak linear, melainkan sirkular. Komunikasi dapat
menanggapi utraian komunikator, bisa bertanya jika tidak dimengerti, dapat
menyanggah bila tidak setuju, dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari begitu
banyak jenis komunikasi kelompok kecil, antara lain seperti rapat, kuliah, cermah,
diskusi panel, forum, symposium, seminar, konfrensi, kongres, briefing, penataran,
lokakarya, dan lain-lain.
d. Komunikasi Kelompok Besar/publik
Komunikasi kelompok besar (large group communication) adalah komunikasi
yang ditujukan kepada afeksi komunikan dan prosesnya berlangsung secara linear.
Proses komunikasi kelompok besar bersifat linear, satu arah dari titik yang satu ke titik
yang lain, dari komunikator kepada komunikan. Komuikasi kelompok besar umumnya
3. Jenis-Jenis Komunikasi
a. Komunikasi Berdasarkan Penyampaian
1) Komunikasi lisan
Yang dimaksudkan dengan komunikasi lisan adalah komunikasi yang terjadi
secara langsung dan tidak dibatasi oleh jarak, yang artinya komunikasi bentuk ini
dilakukan antara kedua belah pihak secara bertatap muka.
2) Komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis adalah salah satu bentuk komunikasi yang berupa tulisan,
komunikasi ini biasanya berupa:
a) Dibuat dalam bentuk surat dan dipergunakan untuk menyampaikan suatu
berita yang singkat, jelas, dan dipandang perlu untuk ditulis dengan maksud
tertentu.
D. Test Formatif
Pada akhir perkuliahan, mahsiswa diberikan pertanyaan-pertanyan terkait dengan materi
yang telah diberikan
1. Jelaskan definisi komunikasi!
2. Jelaskan tujuan komunikasi!
3. Sebutkan unsur-unsur komunikasi!
4. Sebutkan bentu-bentuk komunikasi!
E. Daftar Pustaka
1. Yulifah R, Yuswanto TJA. (2015). Komunikasi dalam Praktik Kebidanan Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.
2. Wulandari D. (2009). Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika
3. Taufik M, Julaiani. (2010). Komunikasi Terapeutik dan Konseling dalam Praktik
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
A. Alokasi Waktu
150 menit
B. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu:
1. Memahami definisi komunikasi efektif, ciri-ciri komunikasi efektif, bentuk komunikasi
efektif, pola komunikasi, dinamika kelompok, hubungan antarmanusia
2. Keterampilan observasi
3. Strategi pengambilan keputusan
C. Uraian Materi
1. Komunikasi Efektif
a. Definisi komunikasi efektif
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia efektif berarti mempunyai pengaruh (efek)
dan membawa hasil. Melihat arti kata dari kamus Bahasa Indonesia tersebut dapat
menyimpulkan beberapa pengertian dari komunikasi efetif sebagai berikut.
1) Komumkasi efektif adalah komunikasi yang dapat menghasilkan perubahan sikap
(attutude change) dan perilaku pada orang-orang yang terlibat dalam komunisi.
2) Komunikasi efektif adalah proses pertukaran ide, kepercayaan, perasaan, dan
sikap di antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari
komunikas.
3) Komunikasi efektif dalam bahasa asing dikatakan sebagai the communication is in
tune yang berarti pihak yang terlibat dalam komunikasi yaitu komunikan dan
komunikator sama-sama mengerti pesan yang disampaikan.
4) Komunikasi efektif adalah proses saling bertukar informasi, ide, kepercayaan,
perasaan, dan sikap antara dua orang atau kelompok yang dapat menimbulkan
saling pengertian, menyenangkan, meningkatkan hubungan sosial sehinggi pada
akhirnya dapat memengaruhi perubahan sikap dari pihak-pihak yang terlibat di
dalam komunikasi.
b. Ciri-ciri komunikasi efektif
Sebuah informasi yang disampaikan efektif maka harus disajikan sedemikian rupa agar
mudah dipahami dan tidak menimbulkan keraguan serta kebingungan. Makna dari
informasi atau pesan harus jelas. Berikut ini ciri-ciri komunikasi yang efektif.
1) Istilah
Penggunaan istilah-istilah yang diartikan sama antara pengirim dan penerima pesan
merupakan aturan dasar untuk mencapai komunikasi yang efektif. Kata-kata yang
2) Spesifik
Pesan yang dipertukarkan harus spesiflk. Misalnya, seorang klien membutuhkan
bantuan, maka pesan yang disampaikan harus menegaskan jenis bantuan yang
dibutuhkan dan digambarkan secara cukup jelas agar penerima dapat mengulangi
dengan benar.
3) Tersusun Baik
Pesan harus berkembang secara logis dan tidak boleh tersusun dari pesan yang
terpotong-potong sehingga penerima terpaksa menyusun lagi sebelum memahami.
4) Objektif, Akurat, dan Aktual
Pengirim informasi atau pesan harus berusaha menyampaikan seobjektif mungkin.
5) Efisien
Pesan disampaikan seringkas dan seoriginal mungkin serta harus berusaha untuk
menghilangkan katakata yang tidak relevan sehingga penerima pesan tidak lagi
mencari artinya
c. Bentuk komunikasi efektif
Komunikasi efektif dibagi menjadi dua bentuk, yaitu sebagai berikut.
1) Komunikasi verbal evektif
Bentuk komunikasi verbal merupakan bentuk komunikasi yang sering digunakan
dalam pertukaran informasi terutama pertukaran informasi secara tatap muka.
Komunikasi verbal dengan penggunaan kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai
untuk mengekspresikan ingatan, ide, atau perasaan, membangkitkan respons
emosional, menguraikan objek, dan melakukan observasi.
Dalam komunikasi verbal efektif haruslah disertai hal-hal berikut:
a) Berlangsung secara Timbal Balik
Komunikasi yang berlangsung secara timbal balik memungkinkan tiap individu
yang terlibat di dalam komunikasi untuk bertatap muka secara langsung dan
berespons secara langsung.
b) Jelas dan Ringkas
Pesan yang disampaikan dalam komunikasi efektif harus jelas dan ringkas:
maknanya juga harus jelas dan ringkas. Dengan demikian, tujuan dari
penyampaikan informasi dapat diterima dan diterjemahkan sama, baik oleh
pengirim maupun penerima pesan. Pesan disampaikan secara sederhana, tidak
banyak menggunakan kata-kata, mudah dipahami, dan disampaikan secara
langsung. Penyampaian pesan harus jelas, dilakukan dengan berbicara secara
lambat, dan diucapkan dengan artikulasi yang jelas. Misalnya, “Apa yang Ibu
rasakan?”
Pola rantai menggambarkan seseorang (A) berkomunikasi pada orang yang lain (B),
dan seterusnya ke (C), lalu (D), dan terakhir ke (E).
3) Pola Lingkaran
Pola lingkaran menggambarkan pola yang hampir sama dengan pola rantai, namun
orang terakhir (E) berkomunikasi pula dengan orang pertama (A)
4) Pola Bintang
2. Keterampilan observasi
a. Pengertian keterampilan observasi
Keterampilan observasi antara lain adalah:
1) Tingkah laku/ komunikasi verbal
Mempunyai karakteristik :
a) Jelas dan ringkas.
D. Test Formatif
Pada akhir perkuliahan, mahsiswa diberikan pertanyaan-pertanyan terkait dengan materi
yang telah diberikan
1. Jelaskan pengertian komunikasi efektif!
2. Sebutkan ciri-ciri komunikasi efektif!
3. Sebutkan pola komunikasi!
4. Jelaskan pengertian dinamika kelompok!
5. Sebutkan tujuan keterampilan observasi
6. Sebutkan tujuan mendengarkan dan bertanya
7. Jelaskan teori pengambilan keputusan
8. Sebutkan dasar-dasar pengambilan keputusan
A. Alokasi waktu
TCL 150 menit
Seminar 100 menit
B. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep dasar komunikasi interpersonal/konseling
2. Memahami keterampilan dasar konseling
3. Memahami skema proses konseling
C. Uraian Materi
1. Konsep dasar konseling
a. Pengertian konseling
Konseling adalah suatu proses yang sistematis guna membantu seseorang untuk
belajar menyelesaikan masalah interpersonal dan emosionalnya, serta dapat
mengetahui kemampuan dan keterampilan seseorang dalam pengambilan keputusan.
Peran konselor adalah membantu dan memberikan dukungan pada klien. Konseling
dapat dilakukan perorangan, pasangan, keluarga atau kelompok.
Secara etimologis istilah konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu consilium
yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau
“memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari
sellan yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”.
American Psychological Association (APA) memberi batasan konseling sebagai
suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan
perkembangan pribadinya dan mencapai perkembangan kemampuan pribadi yang
dimiliki secara optimal. Konseling adalah kegiatan memberikan arahan kepada klien,
termasuk membantu klien dalam menyelesaikan permasalahannya. Konseling
merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor terlatih dan seorang
klien. Hubungan ini biasanya dilakukan orang per orang. Meskipun sering kita
melibatkan lebih dari dua orang. Hubungan dirancang untuk membantu klien
memahami dan memperjelas pandangan hidupnya, belajar mencapai tujun yang
ditentukan sendiri melalui pilihan-pilihan yang bermakna dan penyelesaian masalah
emosional atau pribadi.
Konseling merupakan suatu proses dengan ciri-ciri sebagai:
1) Interaksi antara dua orang (antara bidan dengan klien).
2) Konseli datang mempunyai masalah.
Dewasa Dewasa
Anak-anak Anak-anak
Dewasa Dewasa
Anak-anak Anak-anak
Dewasa Dewasa
Anak-anak Anak-anak
Sedangkan menurut ahli lain, tujuh komponen tersebut adalah sebagai berikut:
H : Health (komponen kesehatan)
E : Emotion (perasaan)
L : Learning (belajar)
P : Personal (bersifat pribadi)
I : Imagination (pandangan dan bayangan mengenai diri sendiri)
N : Need to know (kebutuhan untuk mengetahui)
G : Guidance of behaviors (pendamping serta bimbingan)
e. Perdedaan konseling dan pemberian nasehat
Konseling dan pemberian nasehat adalah dua cara pertolongan yang berbeda.
1) Konseling
a) Memberikan fakta-fakta sehingga klien dapat membuat keputusan sendiri
(pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab klien)
Keputusan untuk memilih definisi masalah yang terbaik sebagai hasil diskusi konselor dan klien
Tidak/ kembali keawal Apakah klien menerima definisi masalah Ya, ke tahap selanjutnya
Kerangka berpikir teoritis yang melandasi konselor dalam memahami masalah klien
Konselor dan klien memeriksa definisi masalah dan mengembangkan alternaif/cara baru, potencial
answer, solusi, dan mengembangkan isu-isu baru untuk diskusi selanjutnya
BERHASIL GAGAL
Menguji solusi
Menguji solusi
Menguji solusi
1. Empati
2. Attending
TAHAP 3. Bertanya terbuka DEFINISI
AWAL 4. Refleksi MASALAH
5. Eksplorasi
1. Memimpin
2. Fokus
3. Mengerahkan TAHAP KERJA
4. Menafsir DENGAN
TAHAP 5. Memperjelas DEFINISI
PERTENGAHAN 6. Konfrontasi MASALAH
7. Mendorong
8. Informasi
9. Nasihat
10. Menyimpulkan
sementara
11. Bertanya
1. Menyimpulkan
2. Mendorong TAHAP
TAHAP
3. Merencana TINDAKAN/
AKHIR 4. Menilai (evaluasi) ACTION
5. Mengakiri
prses/sesi konselin
D. Test Formatif
Pada akhir perkuliahan, mahsiswa diberikan pertanyaan-pertanyan terkait dengan materi
yang telah diberikan
1. Jelaskan komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
2. Jelaskan keterampilan dasar konseling
3. Jelaskan skema proses konseling
A. Alokasi Waktu
100 menit
B. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu:
1. Memahami konsep komunikasi terapeutik
2. Memahami strategi komunikasi terapeutik
C. Uraian Materi
1. Konsep Komunikasi terapeutik
a. Pengertian
Komunikasi terapeutik didefisikan sebagai komunikasi yang direncanakan
secara sadar di mana kegiatan dan tujuan dipusatkan untuk kesembuhan pasien
(Uripni dkk, 2003). Keberadaan komunikasi terapeutik memiliki peranan yang
penting dalam membantu seorang klien dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya.
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari
penyembuhan sehingga terapeutik juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
memfasilitasi proses penyembuhan (Damajyanti, 2008).
Jadi, Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan dengan tujuan
terapi. diperlukan kemanpuan dan keteampilan bidan dalam komunikasi untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologis, dan
belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.
b. Tujuan dan manfaat komunikasi terapeutik
Kualitas asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh
kualitas hubungan antara seorang bidan dengan kliennya. Apabila bidan tidak
memperhatikan hal ini, hubungan antara bidan dan klien bukanlah hubungan yang
memberikan dampak terapeutik yang mempercepat proses kesembuhan seorang klien,
tetapi merupakan hubungan sosial biasa. Dengan memiliki keterampilan dalam
berkomunikasi terapeutik, bidan diharapkan akan lebih mudah dalam menjalin
hubungan saling percaya dengan klien sehingga akan lebih efektif dalam mencapai
tujuan asuhan kebidanan yang diterapkan, memberikan kepuasan profesional dalam
pelayanan kebidanan, dan akan meningkatkan profesi.
Menurut Purwanto (dalam Damaiyanti, 2008), tujuan komuikasi. terapeutik adalah
scbagai berikut.
Adapun variabel dari analisis proses interaksi (API) adalah komunikasi verbal,
komunikasi nonverbal, analisis berpusat pada klien, analisis berpusat pada perawat,
dan rasional.
Format Analisis Proses Interaksi (API) dan PetunjukT eknis Pengisian Format API
a. Inisial Klien : ……………………………………………………
(tulis inisial, bukan nama lengkap, misal: Tn. X. NY. Y)
b. Interaksi :…………………………………………………….
(pertemuan keberapa dan fase hubungan)
c. Lingkungan :……………………………………………………
(tempat interaksi, situasi tempat interaksi:ramai atau tenang,
posisi perawat dan klien: berhadapan atau membelakangi)
D. Test Formatif
Pada akhir perkuliahan, mahsiswa diberikan pertanyaan-pertanyan terkait dengan materi
yang telah diberikan
1. Jelaskan konsep komunikasi terapeutik
2. Jelaskan strategi komunikasi terapeutik
E. Daftar Pustaka
1. Priyanto A. (2012). Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan
Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
2. Taufik M, Julaiani. (2011). Komunikasi Terapeutik dan Konseling dalam Praktik
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
A. Alokasi waktu
100 menit
B. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu:
1. Memahami pengertian komunikasi publik
2. Memahami karakteristik komunikasi publik
3. Memahami penyampaian komunikasi publik
C. Uraian Materi
1. Pengertian Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah pertukaran pesan dengan sejumlah orang yang berada
dalam sebuah organisasi atau yang di luar organisasi, secara tatap muka atau melalui
media.
Pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi publik merupakan suatu komunikasi
yang dilakukan di depan banyak orang. Dalam komunikasi publik pesan yang
disampaikan dapat berupa suatu informasi, ajakan, gagasan. Sarananya, bisa media
massa, bisa pula melalui orasi pada rapat umum atau aksi demonstrasi, blog, situs jejaring
sosial, kolom komentar di website/blog, e-mail, milis, SMS, surat, surat pembaca,
reklame, spanduk, atau apa pun yang bisa menjangkau publik. Yang pasti, Komunikasi
Publik memerlukan keterampilan komunikasi lisan dan tulisan agar pesan dapat
disampaikan secara efektif dan efisien. Komunikasi publik sering juga disebut dengan
komunikasi massa. Namun, komunikasi publik memiliki makna yang lebih luas
dibanding dengan komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan komunikasi yang
lebih spesifik, yaitu suatu komunikasi yang menggunakan suatu media dalam
menyampaikan pesannya.
2. Karakteristik Komunikasi Publik
Ciri-ciri komunikasi public yang membedakan dengan komunikasi yang lainnya
adalah:
a. Satu pihak (pendengar ) cenderung lebih pasif. Dalam khotbah Jumat, jamaah
merupakan pendengar yang sifatnya pasif yang hanya menerima pesan dari
komunikator/khotib.
b. Interaksi antara sumber dan penerima terbatas. Dalam khotbah Jumat, khotib dan
jamaah tidak dapat melakukan interaksi yang lebih intens lebih dari sekedar sebagai
speaker dan listener.
c. Umpan balik yang diberikan terbatas. Dalam khotbah Jumat, umpan balik yang
diberikan oleh jamaah tidak sekompleks umpan balik yang diberikan dalam
D. Test Formatif
Pada akhir perkuliahan, mahsiswa diberikan pertanyaan-pertanyan terkait dengan materi
yang telah diberikan
1. Jelaskan pengertian komunikasi publik
2. Jelaskan kerakteristik komunikasi publik
3. Jelaskan tepenyampaian komunikasi publik
E. Daftar Pustaka
1. Fatmah. (2014). Teori dan Penerapan Media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Gizi.
Jakarta: Erlangga.
2. Priyanto A. (2009). Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan
Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
3. Taufik M, Julaiani. (2010). Komunikasi Terapeutik dan Konseling dalam Praktik
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medik
A. Alokasi Waktu
360 menit
B. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Membangun rasa percaya diri untuk berkomunikasi
2. Berani berkomunikasi dengan orang lain
3. Memiliki kemampuan mendengar secara aktif dengan tepat (Perform appropriate active
listening skill)
4. Menjelaskan 4 bentuk keterampilan mendengar
5. Menjelaskan alasan pentingnya empati dengan mempraktekkan mendengarkan aktif
(merangkum dan merefleksikan perasaan)
6. Mempraktekkan perilaku dan sikap mendengar aktif bersama rekan
C. Uraian Materi
Komunikasi intrapersonal adalah penyampaian pesan seseorang kepada dirinya
sendiri. Sedangkan komunikasi interpersonal adalah Penyampaian pesan dari seseorang
kepada orang lain, bersifat dua arah, secara verbal maupun non verbal. Misalnya :
komunikasi antara bidan dengan klien. Komunikasi intrapersonal yang baik memberikan
dasar bagi komunikasi interpersonal yang baik. Salah satu output dari komunikasi
intrapersonal adalah kepercayaan diri dan keberanian untuk berkomunikasi. Bersamaan
dengan itu, diperlukan kemampuan mendengar yang baik, sehingga tercipta komunikasi dua
arah yang baik pula. Untuk meningkatkan kepercayaan diri, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan yaitu :
1. Mengatur fisiologi tubuh seperti mengatur nafas, mengatur gerakan kaki atau tangan
yang tidak perlu dan tidak disadari
2. Melakukan proses kognitif di dalam pikiran seperti : defusi (Bicaralah dalam hati :
“thank you mind, thank you for sharing”), kepasrahan – sikap nothing to loose
(Bicaralah dalam hati : “Ya Tuhan aku memang gugup tapi aku pasrahkan kepada-Mu”)
3. Menceritakan kelebihan diri dan mengakses keberhasilan masa lalu sehingga timbul self
esteem (kebanggaan diri). Ingatlah.... bahwa bangga berbeda dengan sombong
4. Hindari bersikap perfeksionis karena SEMPURNA itu JEBAKAN. Tidak ada kegagalan
dalam berbicara, yang ada hanyalah feedback.
Klien sangat merasa dihargai oleh bidan yang mendengar mereka dengan positif dan
penuh empati. Mendengar adalah keterampilan komunikasi yang paling banyak dibanding
dengan keterampilan komunikasi yang lain. Penelitian Barker (1980) menunjukkan bahwa:
1. 53 % komponen komunikasi adalah mendengar
2. merefleksikan perasaan
Refleksi perasaan berhubungan dengan emosi dari pasien. Perasaan utama pasien
telah terpantau oleh bidan. Bidan mengamati verbal dan non verbal pasien kemudian
mengatakan perasaan tersebut misalnya,”ibu sepertinya bingung.....”, “ya saya mengerti ibu
khawatir....”.
Refleksi perasaan harus dilakukan dengan respon non verbal yang sesuai. Ada
beberapa respon non verbal yaitu :
1. Proksemik : Jarak (contoh : bidan mendekat)
2. Kinesik (Fasial/wajah dan Gestur/Gerakan sebagian anggota badan (contoh : bidan
condong ke depan dan mimik wajah serius/prihatin)
3. Paralingustik : tinggi rendah, tempo, nada, ritme suara (contoh : bidan memelankan suara
saat pasien sedih)
Mengungkapkan perasaan klien yang teramati oleh konselor dari intonasi suara, raut
wajah dan Bahasa tubuh klien maupun dari hal-hal yang tersirat dari kata-kata variable klien
Contoh:
D. Petunjuk tugas
1. Tugas individu
2. Baca scenario dengan cermat
3. Kerjakan isian refleksi dalam tabel
4. Skenario
a. SKENARIO 1
Klien berkata: “Saya tidak tahu harus bagaimana, rumah saya jauh, dalam keadaan
hamil tujuh bulan rasanya berat bila harus pergi ke bidan sendiri. Suami saya seperti
tidak peduli, dia sulit sekali diminta untuk mengantar, selalu ada saja alasanya. Sudah
sering saya mengeluh, tapi dia tidak juga mau berubah. Sebagai istri, saya ingin
diperhatikan. Apalagi ini kehamilan pertama. Dia memang sering tidak mendengarkan
kata-kata saya, suami saya sepertinya hanya takut kepada ibunya. Menurut bidan apa
yang harus saya lakukan?
b. SKENARIO 2
Pasien: “Sudah empat minggu saya tidak berbicara dengan suami saya, saya merasa
dia tidak lagi mencintai saya, dia lebih mencintai pekerjaannya, tidak memperdulikan
lagi anak istrinya, bagaimana saya tidak marah waktu itu, dok. Saya hanya minta dia
ke sekolah anak kami yang pertama sebentar saja memenuhi panggilan guru, eh dia
tidak mau, padahal dia tahu saya sedang merawat anak kedua kami yang demam dan
saya sedang mual-mual karena hamil jalan dua bulan, coba bidan bayangkan!”
c. SKENARIO 3
Pasien: “Aduh, bu Bidan. Sembelit saya koq seperti nya tambah parah ya. Tubuh saya
seperti berat rasanya. Rasanya tidak enak sekali, perut rasanya penuh dan kembung
terus. Padahal kan tiap hari saya makan terus tetapi keluarnya sekarang 3 hari sekali.
Kerja rasanya tidak enak, menggerakkan badan rasanya malas. Apa karena saya hamil
ya? Tapi dulu yang anak pertama ndak gini, bu Bidan. Bagaimana ya?”
5. Tabel refeksi
No Kasus Tulis refleksi isi yang akan Anda Tulis refleksi perasaan yang
katakan akan Anda katakan
Kasus 1
Kasus 2
Kasus 3
E. Daftar Pustaka
1. Fatmah. (2014). Teori dan Penerapan Media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Gizi.
Jakarta: Erlangga.
A. Alokasi Waktu
480 menit
B. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Membiasakan berpenampilan pantas dan sopan sebagai layaknya seorang tenaga
kesehatan profesional
2. Memahami sikap dan perilaku dasar yang dibutuhkan dalam membina hubungan baik
(rapport building)
3. Menerapkan perilaku dasar dalam membina hubungan baik (rapport building)
4. Menciptakan hubungan baik bidan-klien
5. Memulai suatu wawancara dalam konteks pelayanan kesehatan atau konsultasi bidanklien
dengan baik
C. Uraian Materi
Rapport Building atau membangun kedekatan adalah hal mendasar dalam hubungan
bidan dengan klien. Hubungan yang baik dibangun dari kesan pertama. Kesan pertama turut
menentukan tingkat kepercayaan klien terhadap bidan yang menanganinya. Salah satu hal
yang dilihat klien dari diri tenaga kesehatan yang menanganinya adalah penampilan.
Penampilan merupakan salah satu bentuk komunikasi non verbal yang memiliki pengaruh
besar terhadap persepsi seseorang terhadap lawan bicara. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa standar layak penampilan tenaga kesehatan menurut persepsi masyarakat meliputi :
1. Berpenampilan formal (baik dari segi pakaian dan sepatu). Dalam hal ini, pemakaian rok
lebih disukai bagi tenaga kesehatan perempuan). Sepatu yang dimaksud di sini adalah
yang menutupi tumit.
2. Mengenakan jas putih
3. Rapi, baik dalam hal pakaian maupun rambut
4. Bersih
5. Asesoris dan dandanan yang wajar
6. Sopan, tidak bertentangan dengan norma sosial / budaya lokal
7. Mengenakan kartu identitas
Menyambut klien
1. Teknik
a. Sambutan yang mengesankan
b. Sambut dengan wajah ceria
c. Jemput atau sambut dengan penuh kehangatan
d. Sambutan yang penuh kesiapan dan menerima klien
Membina hubungan terapeutik dengan klien dapat dimulai sejak awal wawancara.
Salah satu tujuan melakukan wawancara dengan klien adalah menggali informasi lebih
dalam tentang kondisi klien sehingga seorang bidan dapat memberikan bantuan yang tepat.
Informasi yang didapat diusahakan harus akurat, lengkap dan relevan. Untuk mendapatkan
informasi tersebut dibutuhkan hubungan yang baik antara bidan dan klien.
Setting Interview :
1. Penampilan professional sebagai tenaga kesehatan
2. Privasi klien penting diperhatikan
3. Klien yang berbaring ditempat tidur berbeda cara melakukan komunikasi dengan klien
yang bisa duduk/berdiri, informasi menjadi sensitif bila dapat didengarkan/ di ketahui
oleh klien sebelahnya melalui gorden. Jika tidak menemukan seting yang tepat, cari
alternative ex: bawa ketempat/ ruang interview yang lebih privasi.
4. Yakinkan lingkungan: penerangan, suhu dan semuanya nyaman.
5. Penataan tempat duduk sangatlah penting, ada tiga macam cara penataan tempat
wawancara bidan-klien :
a. Bidan dan klien duduk berhadapan dengan ada pembatas meja.
b. Duduk menyamping di sudut meja.
c. Duduk berhadapan tanpa ada pembatas meja. Jarak bidan klien 4-9 feet (1- 2 m)
Memulai wawancara :
Langkah-langkah memulai wawancara:
1. Setting kenyamanan klien
2. Disapa dengan memanggil nama (tahu dari catatan status klien atau dari asisten) dan diajak
berjabat tangan, hal ini untuk membangun suatu keakraban
3. Ditunjukkan tempat duduknya (Ex: ”mari silahkan duduk...”)
4. Bidan / pewawancara memperkenalkan diri dan menjelaskan prosedur pemeriksaan
5. Berikan pertanyaan awal yang sederhana dan mudah (menanyakan sakit apa, sudah berapa
lama, apa yang dikeluhkan dsb )
6. Bidan/ pewawancara berikan perhatian / tertarik pada jawaban jawaban yang diberikan
klien
Kadang-kadang strategi ini ada beberapa atau semua terlupakan / ditinggalkan oleh bidan.
Keadaan inilah merupakan awal yang tidak memuaskan dan kemungkinan besar akan
berakibat konsultasi dengan bidan tidak memuaskan klien.
ASKING QUESTION
Ada dua gaya komunikasi bidan-pasien :
1. Midwife-centered style : Bidan langsung mengarahkan dengan pertanyaan-pertanyaan
tertutup
Selain kedua tipe pertanyaan tersebut terkadang dalam wawancara kita membutuhkan probing
question untuk lebih memperjelas beberapa hal. Bentuk- bentuk probing question :
1. Clarify : Apa yang Ibu maksud dengan...?
2. Justify : Apa yang membuat Ibu berpikir demikian?
3. Check accuracy : Ibu benar meminum obatnya 3 kali sehari?
Dalam model Van Dalen ada 3 bagian dalam wawancara :
1. Pasien memimpin karena bidan banyak memberikan pertanyaan terbuka
2. Bidan memimpin karena bidan mulai mengarahkan dengan pertanyaan-pertanyaan tertutup
3. Negosiasi dan kesepakatan antara pasien dan bidan Dan harus selalu diingat, dalam
melakukan wawancara, harus tetap memegamg teguh kaidah-kaidah dalam mendengarkan
aktif (active listening) dan EMPATI.
D. Petunjuk tugas
1. Tugas individu
2. Buat video percakapan sesuai dengan dialog yang disediakan
A. Alokasi Waktu
480 menit
B. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Menggali riwayat penyakit pasien saat ini secara lengkap, akurat, dan relevan
2. Mengidentifikasi penyakit/ permasalahan kesehatan di masa lalu
3. Mengidentifikasi riwayat pemakaian obat-batan
4. Memberikan ketrampilan kepada mahasiswa agar mampu mengidentifikasi riwayat sosial
5. Memberikan ketrampilan kepada mahasiswa agar mampu mengidentifikasi kelainan
sistem (Review of System)
6. Melakukan history taking dengan tetap memperhatikan kaidah mendengarkan aktif
(active listening) dan EMPATI.
C. Uraian Materi
Salah satu tujuan melakukan wawancara (History Taking) dengan klien adalah
mendapatkan informasi tentang kondisi klien sehingga seorang bidan dapat memberikan
bantuan yang tepat. Informasi yang didapat diusahakan harus akurat, lengkap dan relevan.
Cara yang paling baik mendapatkan informasi adalah dengan bertanya. Bidan harus
memiliki kemampuan bertanya baik memberikan pertanyaan terbuka maupun tertutup (open
and closed questions). Berbagai kelemahan sering dilakukan bidan dalam memberikan
pertanyaan seperti :
1. Bertanya terlalu banyak pertanyaan sehingga tidak memberi kesempatan yang cukup bagi
klien untuk menceritakan masalahanya dengan bahasanya sendiri
2. Pertanyaan terlalu panjang, kompleks dan membingungkan
3. Pertanyaan menimbulkan bias pemahaman
Wawancara dapat digunakan untuk mengetahui riwayat medis pasien, serta dapat
digunakan dalam menegakkan diagnosis pasien. Keberhasilan tatalaksana 70-89%
ditentukan oleh pengambilan informasi awal/anamnesa. Tanpa penggalian informasi yang
akurat, bidan dapat terjerumus ke dalam sesi penyampaian informasi (termasuk nasehat,
sugesti dan konseling) yang kurang tepat. Akibatnya pasien tidak melakukan sesuai yang
telah dianjurkan bidan. Ketika pasien percaya akan kemudahan dan perhatian yang diberikan
oleh bidan, mereka akan mudah diajak untuk bekerjasama dalam menjawab gejala-gejala/
keluahan yang dialaminya. Kepercayaan kepada bidan merupakan hal yang sangat penting.
Sebelum sesi ini diawali perlu ditanyakan data dasar pasien. Yang termasuk data
dasar pasien adalah nama, alamat, usia, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, dan
berbagai data yang biasanya telah tertulis didalam lembar catatan medis pasien. Sebaiknya
D. Uraian tugas
1. Tugas individu
2. Membuat video anamnesa atau wawancara untuk menggali keadaan pasien
3. Upload di youtube (dengan pengaturan tidak untuk publik) dan linknya berikan di e-
learning
E. Daftar Pustaka
1. Fatmah. (2014). Teori dan Penerapan Media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Gizi.
Jakarta: Erlangga.
2. Priyanto A. (2009). Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan
Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
3. Taufik M, Julaiani. (2010). Komunikasi Terapeutik dan Konseling dalam Praktik
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
A. Alokasi Waktu
480 menit
B. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Memberikan ketrampilan kepada mahasiswa agar mampu menyampaikan berita buruk
dengan benar
2. Memberikan ketrampilan kepada mahasiswa agar mampu berkomunikasi secara tertulis
ketika merujuk pasien ke ahlinya
C. Uraian Materi
Apa yang dimaksud berita buruk ? Berita buruk bukan hanya terkait dengan kematian.
Selain Kematian klien, diagnosis penyakit yang serius, progresifitas penyakit atau timbulnya
kecacadan merupakan berita buruk. Seorang bidan kadang harus menjelaskan apabila tidak
ada gunanya dirawat di rumah sakit atau operasi harus di tunda dengan alasan kondisi klien
yang tidak memungkinkan. Situasi dimana merasa tidak ada harapan lagi, merupakan
ancaman bagi kesehatan fisik maupun mental seseorang, resiko ketidak stabilan pola hidup,
berita tersebut berdampak berkurangnya suatu pilihan dalam hidupnya. Itu akan menjadi
pertimbangan bahwa berita tersebut baik atau buruk bagi seseorang.
Mengapa berita buruk sulit disampaikan
1. Penyampai berita merasa bertanggung jawab dan takut disalahkan
2. Tidak tahu bagaimana harus berbuat yang terbaik
3. Kemungkinan terhambat karena pengalaman kehilangan seseorang
4. Keengganan merubah keberadaan hubungan bidan dan klien
5. Ketakutan mengganggu klien akan peran keluarganya
6. Ketidaktahuan klien dan bagaimana memperkecilnya
7. Ketakutan pada dampak dari klien, contoh kehilangan figur, status sosial dan harta
8. Ketakutan emosi dari klien
9. Tidak menentunya kejadian selanjutnya dan tidak mampu menjawab pertanyaan
10. Kurangnya pengertian tentang peran seseorang sebagai petugas kesehatan
Alasan lain dari kesulitan menyampaikan berita buruk adalah reaksi yang ekstrem,
ancaman kekerasan, emosi yang berbahaya dan ancaman bunuh diri. Bentuk bentuk dan
contoh Berita buruk
1. Life threatening illness. Ex : cancer, HIV
2. Chronic illness with systemic impact and long-life treatment. Ex : SLE
3. Degenerative conditions. Ex : Alzhaeimer
Cara menyampaikan berita buruk yang paling sering menggunakan SPIKES, atau cara
lain menggunakan ABCDE. Untuk modul ini, mahasiswa diminta menggunakan SPIKES
1. Setting, Listening Skills
2. Patient’s Perception
3. Invite patient to share Information
4. Knowledge transmission
5. Explore Emotion and Emphatize
6. Summarize and Strategies
D. Uraian tugas
1. Tugas individu
2. Membuat video anamnesa atau wawancara untuk menggali keadaan pasien
3. Upload di youtube (dengan pengaturan tidak untuk publik) dan linknya berikan di e-
learning
4. Checklist penilaian
Nilai
No Jenis kegiatan
1 2 3
1. Setting
2. Menggali persepsi pasien
3. Bujuk pasien untuk berbagi informasi
4. Transfer informasi
5. Jelajahi emosi dan tekanan dari pasien
6. Rangkum dan cari strategi penyelesaian masalah
E. Daftar Pustaka
1. Fatmah. (2014). Teori dan Penerapan Media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Gizi.
Jakarta: Erlangga.
2. Priyanto A. (2009). Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan
Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
3. Taufik M, Julaiani. (2010). Komunikasi Terapeutik dan Konseling dalam Praktik
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
A. Alokasi Waktu
Demonstrasi 180 menit
Simulasi 480 menit
Roleyplay 360 menit
B. Capaian Pembelajaran
1. Memberikan ketrampilan kepada mahasiswa agar mampu melakukan keterampilan dasar
konseling kebidanan
2. Melatih mahasiswaagar mampu untuk :
a. Menganalisis peserta (auedience)
b. Menyusun pembukaan yang berkesan
c. Membuat outline pembicaraan dengan sistematis
d. Membuat penutupan yang mudah diingat
e. Menggunakan bahasa non verbal yang sesuai
f. Memahami prinsip penggunaan alat bantu presentasi
C. Uraian Materi
Konseling kebidanan adalah pertolongan dalam bentuk wawancara yang menuntut
adanya komunikasi, interaksi mendalam, dan usaha bersama antara bidan sebagai konselor
dengan klien sebagai konseli; untuk mencapai tujuan konseling.
Tujuan Konseling kebidanan:
1. Membantu klien memecahkan masalah, meningkatkan keefektifan individu dalam
pengambilan keputusan secara tepat.
2. Membantu pemenuhan kebutuhan klien, meliuti menghilangkan perasaan yang
menekan/mengganggu danmencapai kesehatan mental yang positif
3. Mengubah sikap dan tingkah lagu yang negative mrnjadi positif.
Langkah Pokok dalam Konseling :
1. Pendahuluan/Pembuka : kegiatan untuk menciptakankontak, melengkapai data konseli,
merumuskan penyebab masalah, dan menentukan jalan keluar
2. Inti/Pokok : kegiatan untuk mencari jalan keluar, memilih jalan keluar yang tepat, dan
melaksanakan pilihan tersebut
3. Akhir : kegiatan penyimmpulan dari seluruh aspek kegiatan dan pengambilan jala keluar.
Langkah ini meripaakn langkah penutupan sekaligus penetapan untuk pertemuan
berikutnya. Komunikasi massa merupakan salah satu bentuk komunikasi yang melibatkan
kelompok (massa) sebagai audiens. Kemampuan melakukan komunikasi massa penting
untuk dikuasai oleh seorang bidan dalam melakukan fungsinya dalam komunitas.
D. Uraian tugas
1. Tugas individu
2. Membuat video konseling pada individu atau keluarga
3. Upload di youtube (dengan pengaturan tidak untuk publik) dan linknya berikan di e-
learning
4. Checklist penilaian
Nilai
No Jenis kegiatan
0 1 2
1. Menyapa pasien dengan menyebut nama & senyum serta mempersilahkan
duduk (jabat tangan)
2. Memperkenalkan diri kepada pasien
3. Menanyakan alasan kunjungan klien
E. Daftar Pustaka
1. Fatmah. (2014). Teori dan Penerapan Media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Gizi.
Jakarta: Erlangga.
2. Priyanto A. (2009). Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan
Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
3. Taufik M, Julaiani. (2010). Komunikasi Terapeutik dan Konseling dalam Praktik
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
A. Alokasi Waktu
Demonstrasi 180 menit
Simulasi 480 menit
Roleyplay 360 menit
B. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa terampil dalam memberikan advis kepada pasien agar pasien bersedia merubah
gaya hidup yang tidak mendukung kesehatanya
C. Uraian Materi
Komunikasi terapeutik komunikasi yang bertujuan untuk terapi dapat diaplikasikan
ketika seseorang petugas kesehatan memberikan asuhan kebidanan atau intervensi lainya
kepada klien.
1. Komunikasi Terapeutik saat Persalinan
Kegiatan komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan adalah kegialan yang meliputi
pemberian bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan membimbing ibu agar dapat
melewati proses persalinannya dengan lancar.
Komunikasi terapeutik mempunyai beberapa tujuan seperti berikut ini.
a. Membantu klien memperjelas serta mengurangi beban perasaan dan pikiran selama
proses persalinan.
b. Membantu klien agar dapat mengambil tindakan yang efektif.
c. Membantu memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan diri sendiri untuk
kesejahteraan ibu dan suksesnya proses persalinan.
Komunikasi terapeutik dapat dilakukan dengan pendekatan-pendekatan seperti
berikut:
a. Menjalin hubungan yang mengenakkan (rapport) dengan klien
b. Bidan atau perawat menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan verbal
yang positif.
c. Kehadiran, merupakan bentuk keterampilan aktif yang meliputi tindakan-tindakan
dalam mengatasi semua kekacauan atau kebingungan dan juga memberikan perhatian
total pada klien. BiIa memungkinkan anjurkan pendamping untuk mengambil peran
aktif dalam asuhan.
d. Mendengarkan, seyogyanya bidan atau perawat selalu mendengarkan dan
memperhatikan keluhan klien.
e. Sentuhan, dapat diberikan ketika mendampingi yang bersalin. Komunikasi non-
verbal kadang-kadang lebih bernilai dari pada kata-kata. Sentuhan bidan terhadap
klien memberikan rasa nyaman serta dapat membantu relaksasi.
Adapun variabel dari analisis proses interaksi (API) adalah komunikasi verbal,
komunikasi nonverbal, analisis berpusat pada klien, analisis berpusat pada bidan, dan
rasional.
Format Analisis Proses Interaksi (API) dan PetunjukT eknis Pengisian Format API
a. Inisial Klien : ……………………………………………………
(tulis inisial, bukan nama lengkap, misal: Tn. X. NY. Y)
b. Interaksi :…………………………………………………….
(pertemuan keberapa dan fase hubungan)
c. Lingkungan :……………………………………………………
(tempat interaksi, situasi tempat interaksi:ramai atau tenang, posisi bidan
dan klien: berhadapan atau membelakangi)
d. Deskripsi Klien : …………………………………………………
(penampilan umum ldien)
e. Tujuan lnteraksi : ………………………………………………..
(tujuan yang akan dicapai selama 20-30 menit, berfokus pada klien
terkait dengan proses keperawatan, missal klien mengenal bidan dan
mengungkapkan masalahnya)
E. Daftar Pustaka
1. Fatmah. (2014). Teori dan Penerapan Media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Gizi.
Jakarta: Erlangga.
2. Priyanto A. (2009). Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan
Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
3. Taufik M, Julaiani. (2010). Komunikasi Terapeutik dan Konseling dalam Praktik
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
A. Alokasi Waktu
100 menit
B. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa terampil dalam memberikan advis kepada pasien agar pasien bersedia merubah
gaya hidup yang tidak mendukung kesehatanya
C. Uraian Materi
Kemampuan bidan dalam memberikan informasi yang baik kepada klien sangat
penting untuk dapat membangun kepercayaan sekaligus bekerjasama dengan bidan. Salah
satu yang harus menjadi perhatian bidan adalah gaya hidup. Banyak keluhan maupun
penyakit yang tidak hanya membutuhkan manajemen yang sifatnya farmakologis tetapi juga
perubahan gaya hidup. Bahkan sebagian besar penyakit yang banyak terjadi di masyarakat
saat ini seperti diabetes melitus, dislipidemia, penyakit jantung koroner, stroke sangat
dipengaruhi oleh gaya hidup. Kebiasaan/perilaku juga merupakanfaktor yang berpepengaruh
terhadap derajad kesehatan individu. Salah satu contoh kebiasaan buruk yang sering
diabaikan adalah: mencuci tangan. Dalam konsep Blum, gaya hidup memegang peran
penting dalam mempengaruhi status kesehatan pasien, bersinergi dengan pelayanan
kesehatan, lingkungan dan ketahanan individu. Karenanya, seorang bidan dituntut mampu
memberikan advis kepada klien untuk dapat memodifikasi perilakunya demi meningkatkan
status kesehatanya.
Langkah – Langkah Menyampaikan Advis Perubahan Gaya Hidup
1. Enquire about the patient’s attitudes to health Bidan berusaha mencari perilaku klien yang
dapat berpengaruh kepada kesehatanya dan kenapa dia melakukan perilaku atau gaya hidup
tersebut. Untuk dapat melacak alasan pasien memiliki perilaku itu, dapat digunakan
pendekatan Health Belief Model (HBM) :
a. Perceiced Susceptibility: Pasien melakukan perilaku tertentu karena dia merasa tidak
rentan terhadap penyakit tertentu.
b. Perceived Seriousness : Pasien melakukan perilaku tertentu karena pasien merasa
kebiasaanya tidak berbahaya dan tidak mengakibatkan sesuatu yang mengancam
c. Perceived Benefit : Pasien merasa jika ia meninggalkan perilakunya ia tidak
mendapatkan keuntungan apa-apa dan tidak dapat mengurangi keparahan penyakit
d. Perceived barrier : Pasien merasa merubah perilaku menimbulkan sesuatu
ketidaknyamanan berupa sakit, lelah, banyak uang dsb
2. Giving Information
a. Bidan berusaha memberikan informasi yang benar berdasarkan data, fakta dan
pengalaman.
D. Uraian tugas
1. Tugas individu
2. Membuat video dan di upload ke youtube dan linknya di kirim ke e-learning
Nilai
No Jenis kegiatan
1 2 3
1. Mencari perilaku pasien yang berhubungan dengan kesehatannya
2. Mencari alasan pasien melakukan (tidak dapat meninggalkan)
perilaku tersebut berdasarkan health belief model (HBM)
3. Memberikan informasi kepada pasien :
- Pesan bersifat spesifik
- Kalimat-kalimat pendek
- Hindari kata-kata medis
4. Negosiasi dengan pasien
5. Memberikan target yang realistik
6. Memberikan dukungan kepada pasien dengan kata-kata motivasi
JUMLAH
Keterangan:
0 = tidak dikerjakan
1 = dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar
2 = dikerjakan dengan benar
Jumlah nilai Nilai akhir = -------------------------- x 100 =
12
E. Daftar Pustaka
1. Fatmah. (2014). Teori dan Penerapan Media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Gizi.
Jakarta: Erlangga.
2. Priyanto A. (2009). Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan
Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
3. Taufik M, Julaiani. (2010). Komunikasi Terapeutik dan Konseling dalam Praktik
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
A. Alokasi Waktu
100 menit
B. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa terampil dalam memberikan advis kepada pasien agar pasien bersedia merubah
gaya hidup yang tidak mendukung kesehatanya
C. Uraian Materi
Komunikasi publik adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat
kabar dan majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau
orang yang melembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di
banyak tempat.
1. Unsur-unsur komunikasi publik
a. Sumber/komunikator
b. Pesan
c. Media
d. Penerima/komunikan
e. Efek/pengaruh
f. Umpan balik/feedback
2. Karakteristik komunikasi publik
a. Komunikasi publik berlangsung satu arah
b. Komunikator pada komunikasi publik bersifat umum
c. Media dalam komunikasi publik
d. Komunikan publik bersifat heterogen
3. Tujuan komunikasi publik
a. Perubahan sosial dan partisipasi sosial
b. Perubahan sikap
c. Perubahan pendapat
d. Perubahan perilaku
D. Uraian tugas
1. Tugas individu membuat SAP dan materi (contoh terlampir)
2. Membuat video praktik komunikasi massa
a. Penyuluhan langsung dengan aiudien
b. Penyuluhan dengan membuat video pendek berisikan informasi kesehatan lingkup
kebidanan
e. Video di upload ke youtube dan linknya di kirim ke e-learning
E. Daftar Pustaka
1. Fatmah. (2014). Teori dan Penerapan Media Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Gizi.
Jakarta: Erlangga.
2. Priyanto A. (2009). Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan
Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
3. Taufik M, Julaiani. (2010). Komunikasi Terapeutik dan Konseling dalam Praktik
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum
Ibu hamil dapat memahami dan mengkonsumsi makanan yang bergizi setelah
diberikan pendidikan kesehatan mengenai gizi ibu hamil.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan ibu mampu:
a. Menjelaskan tentang defenisi gizi
b. Menjelaskan manfaat gizi
c. Menyebutkan jenis-jenis gizi
d. Menjelaskan gizi yang diperlukan ibu hamil
e. Menjelaskan pedoman makan bagi ibu hamil
f. Menyebutkan akibat ibu hamil yang kekurangan gizi
g. Menjelaskan kebutuhan zat gizi pada tahap kehamilan
h. Menyebutkan faktor yang mempengaruhi kebutuhan zat gizi pada kehamilan
B. Materi Belajar
1. Defenisi gizi
2. Manfaat gizi
3. Jenis-jenis gizi
4. Gizi yang diperlukan ibu hamil
5. Pedoman makan bagi ibu hamil
6. Akibat ibu hamil yang kekurangan gizi
7. Kebutuhan zat gizi pada tahap kehamilan
8. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan zat gizi pada kehamilan
C. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Berdiskusi dengan ibu-ibu
3. Tanya jawab
E. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ibu
Kegiatan
Pre test 5 menit Membagikan lembar pre test kepada Mengerjakan
semua peserta yang hadir dan
mempersilahkan untuk dikerjakan
Pembukaan 10 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Menyampaikan tentang tujuan pokok menyimak
materi 3. Bertanya mengenai
4. Menyampaikan pokok pembahasan perkenalan dan
5. Kontrak waktu tujuan jika ada yang
kurang jelas
Isi 30 menit Penyampaian Materi Melihat
1. Menjelaskan tentang defenisi gizi Mendengarkan
2. Menjelaskan manfaat gizi Memperhatikan
3. Menyebutkan jenis-jenis gizi
4. Menjelaskan gizi yang diperlukan ibu
hamil
5. Menjelaskan pedoman makan bagi ibu
hamil
6. Menyebutkan akibat ibu hamil yang
kekurangan gizi
7. Menjelaskan kebutuhan zat gizi pada
tahap kehamilan
8. Menyebutkan faktor yang
mempengaruhi kebutuhan zat gizi
pada kehamilan
Penutup 10 menit 1. Memberikan kesempatan bertanya 1. Bertanya
2. Melakukan evaluasi 2. Sasaran dapat
3. Menyampaikan kesimpulan materi menjawab tentang
4. Membagikan leaflet dan pertanyaan yang
reinforcement diajukan
5. Mengakhiri pertemuan dan menjawab
3. Mendengarkan
salam 4. Merespon
5. Menjawab salam
Post Test 5 menit Membagikan lembar post test kepada Mengerjakan
semua peserta yang hadir dan
mempersilahkan untuk dikerjakan
G. Daftar Pustaka
1. Agria dkk. 2011. Gizi Reproduksi. Jogjakarta: Fitramaya
2. Eva. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media
3. Sulistyoningsih, Haryani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. Jogjakarta: Graha
Ilmu.
4. Sunita, Almatsier. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
5. Wikipedia. 2011. Gizi Ibu Hamil. Id.wikipedia.org
6. Zulhaida. 2011. Gizi Masa Kehamilan. Zulhaida@.telkom.