Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KAJIAN TEMATIK KESEHATAN MENGENAI BAYI TABUNG

Karya ini disusun untuk memenuhi tugas seminar Pendidikan Agama Islam

Kajian Tematik Kesehatan

Dosen : Maulidi, SHI., MA., MH

DISUSUN OLEH :

Kelompok 5 :

Fatayatul Halimah (211202014)

Ginda Klarista (211202015)

Innes Khairull Nissa (211202016)

Karlina Marisa (211202017)

PRODI D-3 KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kajian
Tematik Ksehatan tentang Bayi Tabung dengan tepat waktu.

Makalah Kajian Tematik Ksehatan tentang Bayi Tabung disusun guna


memenuhi tugas bapak Maulidi, SHI., MA., MH pada seminar mata kuliah
Pendidikan Agama Islam Kajian Tematik Kesehatan . Selain itu, kami juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Kajian Tematik Kesehatan mengenai Bayi Tabung.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Maulidi,


SHI., MA., MH selaku Dosen Pengampu. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi kami khususnya. Kami juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Yogyakarta, 16 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
PILAR-PILAR DEMOKRASI..............................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. TUJUAN.......................................................................................................2
C. MANFAAT...................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................3
A. PENGERTIAN..............................................................................................3
B. JENIS-JENIS BAYI TABUNG....................................................................4
BAB III....................................................................................................................6
PANDANGAN ISLAM DAN HUKUM DALAM ISLAM…………………….6

A. PANDANGAN ISLAM TENTANG BAYI TABUNG…………………...6


B. HUKUM BAYI TABUNG DALAM ISLAM…………………………….8

PENUTUP.............................................................................................................13
A. KESIMPULAN...........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan, hal yang
sangat ditunggu adalah kehadiran si buah hati. Mendapatkan keturunan adalah
hal yang diharap–harapkan sebagai pelengkap manisnya hidup. Buah hati
merupakan pelengkap kebahagiaan bagi pasangan yang telah melangsungkan
pernikahannya. Anak adalah tumpuan segala harapan. Hampir setiap pasangan
suami istri (pasutri) mendambakan dikaruniai keturunan dalam kehidupan
perkawinan mereka.[ CITATION Isn19 \l 1033 ]
Namun terkadang harapan untuk mendapatkan momongan ini tidak serta
merta mulus sesuai dengan apa yang diinginkan dan apa yang dibayangkan.
Ada yang Allah berikan nikmat ini pada tahun pertama setelah menikah,
adapula yang baru 2, 3, 4 tahun menikah, atau lebih bahkan hingga belasan
atau puluhan tahun. Hal itu bisa disebabkan karena ada kelainan perangkat
dari suami ataupun istri yang mengakibatkan belum juga terjadi kehamilan
pada pasangan suami – istri tersebut. Banyak cara yang dilakukan oleh
pasangan suami - istri untuk mendapatkan keturunan, dari mulai pengobatan
herbal hingga pengobatan medis dengan teknologi bayi tabung.
Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan
menggapai karunia Allah SWT. Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi
dalam rahim melalui cara yang alami pula (hubungan seksual), sesuai dengan
fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk manusia. Akan tetapi pembuahan
alami ini terkadang sulit terwujud, misalnya karena rusaknya organ reproduksi
perempuan, serta tidak dapat diatasi dengan cara membukanya atau
mengobatinya. Atau karena sel sperma suami yang lemah.
Dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan moderen di bidang
kedokteran dan biologi sangat pesat maka muncullah inseminasi buatan yang
disebut dengan bayi tabung sehingga tegnologi yang canggih ini jika ditangani
oleh orang – orang yang tidak beriman maka dikahawatirkan akan merusak

1
peradaban manusia, merusaka tatanan sosial, norma budaya bangsa bahkan
sampai pada kerusakan nilai nilai agama serta akibat-akibat negatif lainya
yang tidak terbayangkan oleh kita sat ini sebab apa yang di hasilkan oleh
tegnologi belum tentu baik menurut agama,etika dan hukum yang ada di
masyarakat.
Menciptakan teknologi yang disebut bayi tabung/inseminasi buatan.
Dengan cara inseminasi butan inilah pasangan yang telah menikah bertahun-
tahun dapat menggunakan inseminasi sebagai solusi untuk mendapatkan
keturunan (anak). Pada dasarnya orang-orang memuji pada bidang teknologi
tersebut. Namum mereka belum tahu pasti apakah produk-produk teknologi
yang dipergunakan tersebut dapat dibenarkan menurut pandangan islam. Oleh
karena hal tersebut di atas, untuk mengetahui lebih banyak mengenai bayi
tabung/inseminasi menurut pandangan Islam.
B. TUJUAN
1. Dapat mengetahui lebih dalam pandangan islam tentang bayi tabung.
2. Dapat mengetahui lebih dalam tentang hukum bayi tabung dalam islam.
C. MANFAAT
Mengetahui dan menambah wawasan mengenai pandangan islam tentang
bayi tabung dan hukum bayi tabung dalam islam.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN BAYI TABUNG


Bayi Tabung Bayi tabung merupakan terjemahan dari artificial
insemination. Artificial artinya buatan atau tiruan, sedangkan insemination
berasal dari bahasa latin “inseminatus” yang artinya pemasukan atau
penyimpanan. Bayi tabung atau dalam bahasa kedokteran disebut In Vitro
Fertilization (IVF) adalah suatu upaya memperoleh kehamilan dengan
jalan mempertemukan sel sperma dan sel telur dalam suatu wadah khusus
tanpa melalui senggama (sexual intercourse).
Dalam Bahasa Arab, inseminasi buatan disebut dengan istilah: At-
Talqihus-Sina’I. Dalam bahasa Indonesia orang menyebutnya dengan
pemanian buatan, pembuahan buatan, atau penghamilan buatan.
Proses bayi tabung adalah sperma dan ovum yang telah
dipertemukan dalam sebuah tabung, dimana setelah terjadi pembuahan,
kemudian disarangkan ke dalam Rahim wanita, sehingga sampai pada
saatnya lahirlah bayi tersebut.
Adapun pengertian bayi tabung menurut pakar yaitu Ali Ghufron
dan Adi Heru Sutomo, menyatakan bahwa yang dimaksud bayi tabung
adalah mani seorang laki-laki yang ditampung lebih dahulu, kemudian
dimasukkan ke dalam alat kandungan seorang wanita. Masyfuk Zuhdi
menyatakan bahwa ada beberapa teknik inseminasi buatan yang telah
dikembangkan di dunia kedokteran, antara lain yaitu dengan cara
mengambil sperma suami dan ovum istri, kemudian diproses di dalam
tabung dan setelah terjadi pembuahan kemudian ditransfer ke dalam rahim
istri
Menurut penulis yang dimaksud dengan bayi tabung adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh pasangan suami istri memperoleh keturunan
dengan pembuahan dalam tabung tampa melakukan hubungan suami istri.

3
Proses bayi tabung adalah proses dimana sel telur wanita dan sel sperma
pria diambil untuk menjalani proses pembuahan. Proses pembuahan
sperma dengan ovum dipertemukan di luar kandungan pada satu tabung
yang dirancang secara khusus. Setelah terjadi pembuahan lalu menjadi
zygot kemudian dimasukkan ke dalam rahim sampai dilahirkan.
Bayi tabung adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk
membantu proses kehamilan. Prosedur ini dapat menjadi salah satu solusi
bagi pasangan yang mengalami gangguan kesuburan untuk memiliki anak.
Proses kehamilan bermula ketika sel telur yang matang dibuahi oleh
sperma di saluran indung telur.
B. JENIS-JENIS BAYI TABUNG
Apabila ditinjau dari segi sperma dan ovum, serta tempat embrio
ditransplantasikan, maka bayi tabung dapat dibagi menjadi 7 jenis, yaitu
1. Sperma diambil dari seorang suami, tapi ovum diambil dari wanita lain
yang bukan istrinya, lalu benih-benih itu dimasukkan ke dalam rahim
istri yang sah.
2. Sperma diambil dari seorang laki-laki yang bukan suaminya, tapi
ovum diambil dari istrinya, lalu benih-benih itu dimasukkan ke dalam
rahim istri.
3. Sperma dan ovum diambil dari pasangan suami istri yang sah, namun
benih-benih itu dimasukkan ke dalam rahim seorang wanita lain yang
bukan istri sah laki-laki tersebut.
4. Sperma dan ovum diambil dari laki-laki lain dan wanita lain, lalu
dimasukkan ke dalam benih istri seseorang.
5. Sperma dan ovum diambil dari pasangan suami istri yang sah namun
benih itu kemudian dimasukkan ke dalam rahim istri keduanya.
Maksudnya dalam hal ini suami itu punya dua orang istri.
6. Sperma dan ovum diambil dari pasangan suami istri yang sah lalu
benih itu dimasukkan ke dalam rahim sang istri pemilik ovum tersebut.

4
7. Sperma suami diambil lalu dengan teknik tertentu dimasukkan ke
dalam rahim atau organ tertentu di dalam tubuh istrinya yang sah.
Dalam hal ini pembuahan tetap dilakukan di dalam tubuh istri.

Majelis telah mengeluarkan ketetapan bahwa lima teknis yang pertama


adalah teknik yang diharamkan secara syariah islam. Sedangkan teknik
yang ke-6 dan ke-7 adalah teknis yang dibenarkan secara syariah, bila
memang dipandang perlu untuk dilakukan.

Proses pembuahan dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu:

1. Inseminasi
Proses ini dilakukan dengan mencampur sperma dan sel
telur yang sehat dalam waktu semalaman hingga menjadi embrio.
2. Intracytoplasmic sperm injection (ICSI)
ICSI dilakukan dengan menyuntikkan satu sperma sehat ke
masing-masing sel ICSI umumnya dilakukan ketika kualitas
sperma buruk atau proses pembuahan dengan cara inseminasi gagal
dilakukan. Perlu diingat, tidak semua embrio dapat bertahan
setelah proses pembuahan terjadi.

5
BAB III
PANDANGAN ISLAM DAN HUKUM DALAM ISLAM

A. PANDANGAN ISLAM TENTANG BAYI TABUNG


Pada hakikatnya program bayi tabung bertujuan untuk membantu
pasangan suami-isteri yang tidak mampu melahirkan keturunan secara
alami. Dan ternyata program bayi tabung ini mampu memberikan
kebahagiaan bagi pasangan suami-isteri yang telah hidup bertahun-tahun
dalam ikatan perkawinan yang sah. Program ini semakin lama semakin
disenangi oleh pasangan suami-isteri yang mandul untuk mendapatkan
keturunan. Namun di balik kebahagiaan itu ternyata program bayi tabung
menimbulkan persoalan di bidang agama dan hukum. Timbulnya
persoalan di bidang agama disebabkan karena di dalam berbagai agama
tidak dikenal anak yang dihasilkan dari teknik bayi tabung, tetapi yang
dikenal adalah anak yang dihasilkan dari hubungan badani antara pasangan
suami-isteri.
Dalam pandangan Islam, bayi tabung (inseminasi buatan) apabila
dilakukan dengan sel sperma dan ovum suatu suami isteri sendiri dan tidak
ditransfer embrionya kedalam rahim wanita lain termasuk isterinya sendiri
yang lain (bagi suami yan berpoligami), maka Islam membenarkan, baik
dengan cara mengambil sperma suami, kemudian disuntikkan ke dalam
vagina istri, maupun dengan cara pembuahan dengan cara di lakukan di
luar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim
istri, asal keadaan kondisi suami isteri yang bersangkutan benar-benar
memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena
dengan cara pembuahan alami, suami isteri tidak berhasil memperoleh
anak.11 Hal ini sesuai dengan kaidah hukum fiqih Islam:
‫الحاجة تترل مترلة الضرورة والضرورة تبيح المحضرات‬

6
Artinya:
Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlakukan seperti
dalam keadaan terpaksa. Padahal keadaan darurat/terpaksa itu
membolehkan melakukan hal-hal yang terlarang.
Akibat (mafsadah) dari bayi tabung yaitu Percampuran Nasab,
padahal Islam sangat menjaga kesucian / kehormatan kelamin dan
kemurnian nasab, karena ada kaitannya dengan kemahraman (siapa yang
halal dan haram dikawini) dan kewarisan.
1. Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.
2. Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena terjadi
percampuran sperma dengan ovum tanpa perkawinan yang sah.
3. Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik
didalam rumah tangga terutama bayi tabung dengan bantuan donor
merupakan anak yang sangat unik yang bisa berbeda sekali bentuk dan
sifat-sifat fisik dan karakter/mental si anak dengan bapak ibunya.
4. Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung yang percampuran nasabnya
terselubung dan sangat dirahasiakan donornya adalah lebih jelek
daripada anak adopsi yang pada umumnya diketahui asal dan
nasabnya.
5. Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada
bayi tabung lewat ibu titipan yang harus menyerahkan bayinya pada
pasangan suami istri yang punya benihnya, sesuai dengan
kontrak,tidak terjalin hubungan keibuan anatara anak dengan ibunya
secara alami. Surat Al-Luqman ayat 14 yang berbunyi:
ِ ‫ى ْٱل َم‬
‫صي ُر‬ َّ َ‫ك إِل‬ َ ٰ ِ‫ص ْينَا ٱإْل ِ ن ٰ َسنَ بِ ٰ َولِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهۥُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َوف‬
َ ‫صلُهۥُ فِى عَا َم ْي ِن أَ ِن ٱ ْش ُكرْ لِى َولِ ٰ َولِ َد ْي‬ َّ ‫َو َو‬
Artinya:
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan
lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun.bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.

7
Bayi tabung menurut pendapat dan pandangan para ulama islam:
Hasan Basri mengemukakan bahwa: “Proses kelahiran melalui
teknik bayi tabung menurut agama islam itu dibolehkan dan sah, asal yang
pokok sperma dan sel telurnya dari pasangan suami istri. Hal ini
disebabkan perkembangan ilmu pengetahuan yang menjurus pada bayi
tabung dengan positif patut disyukuri. Dan ini merupakan karunia Allah
SWT, sebab bisa dibayangkan sepasang suami istri yang sudah 14 tahun
mendambakan seorang anak bisa terpenuhi” (Salim, 1993: 38).
Husein Yusuf mengatakan bahwa: “Bayi tabung dilakukan bila
sperma dan ovum dari pasangan suami istri yang diproses dalam tabung,
setelah terjadi pembuahan kemudian disarangkan ke dalam rahim istrinya
sampai saat kelahiran, maka secara otomatis maka anak tersebut dapat
diperliatkan keturunannya dengan ayah beserta ibunya, dan anak itu
mempunyai kedudukan yang sah menurut syari’at Islam” (Yusuf, 1989:
12).
B. HUKUM BAYI TABUNG DALAM ISLAM
Ada 2 hal yang menyebutkan bahwa bayi tabung itu halal, yaitu:
1. Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari
istrinya kemudian disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim
istrinya.
2. Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran
rahim istrinya atau langsung ke dalam rahim istrinya untuk
disemaikan. Hal tersebut dibolehkan asal keadaan suami isteri tersebut
benar-benar memerlukan inseminasi buatan untuk membantu pasangan
suami isteri tersebut memperoleh keturunan.
Sebaliknya, Ada 5 hal yang membuat bayi tabung menjadi haram
yaitu:
1. Sperma yang diambil dari pihak laki-laki disemaikan kepada indung
telur pihak wanita yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke
dalam rahim istrinya.

8
2. Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada
sperma yang diambil dari pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.
3. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari
sepasang suami istri, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita
lain yang bersedia mengandung persemaian benih mereka tersebut.
4. Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan
wanita lain kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
5. Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari
seorang suami dan istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim
istrinya yang lain.

Jumhur ulama menghukuminya haram. Karena sama hukumnya


dengan zina yang akan mencampur adukkan nashab dan sebagai akibat,
hukumnya anak tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan
dengan ibu yang melahirkannya. Sesuai firman Allah dalam surat (At-Tiin:
4) adalah

‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا ٱإْل ِ ن ٰ َسنَ فِ ٓى أَحْ َس ِن تَ ْق ِو ٍيم‬

Artinya: Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk


yang sebaik-baiknya.

Dan dalam Surah Al-Isra Ayat 70

ٰ َّ َ‫ت َوف‬
ِ َ‫َولَقَ † ْد َك َّر ْمنَ††ا َبنِ ٓى َءا َد َم َو َح َم ْل ٰنَهُ ْم فِى ْٱلبَ † ِّر َو ْٱلبَحْ † ِر َو َرزَ ْق ٰنَهُم ِّمنَ ٱلطَّيِّ ٰب‬
ٍ †ِ‫ض†† ْلنَهُ ْم َعلَ ٰى َكث‬
‫†ير ِّم َّم ْن َخلَ ْقنَ††ا‬
ِ ‫تَ ْف‬
‫ضياًل‬

Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,


Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

Dan hadist Rasulullah Saw:

9
Yang artinya: Tidak boleh orang yang beriman kepada Allah dan hari
akhir menyirami air spermanya kepada tanaman orang lain (vagina
perempuan bukan istrinya). HR. Abu Daud Al- Tarmidzi yang dipandang
shahih oleh Ibnu Hibban.

Mengenai status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum
menurut hukum islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak
hasil prostitusi. UU Perkawinan pasal 42 No.1/1974:”Anak yang sah adalah
anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah” maka
memberikan pengertian bahwa bayi tabung dengan bantuan donor dapat
dipandang sah karena ia terlahir dari perkawinan yang sah.

Dua tahun sejak ditemukannya teknologi ini, para ulama di Tanah Air
telah menetapkan fatwa tentang bayi tabung/inseminasi buatan. Majelis
Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwany pada tanggal 13 Juni 1979
menetapkan 4 keputusan terkait masalah bayi tabung, di antaranya :

1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang
sah hukumnya mubah (boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang
berdasarkan kaidah-kaidah agama. Asal keadaan suami istri yang
bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk
memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri
tidak berhasil memperoleh anak.
2. Para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan
suami-istri yang dititipkan di rahim perempuan lain dan itu hukumnya
haram, karena dikemudian hari hal itu akan menimbulkan masalah yang
rumit dalam kaitannya dengan warisan (khususnya antara anak yang
dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang
mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
3. Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah
meninggal dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah.

10
Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik baik kaitannya
dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan.
4. Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan
suami-istri yang sah hal tersebut juga hukumnya haram. Alasannya,
statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis diluar
pernikahan yang sah alias perzinahan.

Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah


dalam Forum Munas di Kaliurang, Yogyakarta pada tahun 1981. Ada 3
keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait masalah Bayi Tabung,
diantaranya :

1. Apabila mani yang ditabung atau dimasukkan kedalam rahim wanita


tersebut ternyata bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung
hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada sebuah hadist yang
diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa
yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT,
dibandingkan dengan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan
spermanya (berzina) didalam rahim perempuan yang tidak halal baginya.”
2. Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara
mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. Mani
Muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak
dilarang oleh syara’. Terkait mani yang dikeluarkan secara muhtaram, para
ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul Akhyar II/113.
“Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan
beronani) dengan tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena
istri memang tempat atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-
senang.”
3. Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri yang sah dan cara
mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim
istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh).

11
Dasar atau sumber pemecahan sesuatu masalah, haruslah kembali kepada
Al-Qur’an. Jika tidak ditemukan dalam Al-Qur’an maka merujuk pada hadis
Nabi SAW, dan jika dalam Al-Qur’an maupun dalam Sunnah tidak pula
ditemukan, maka yang harus ditempuh adalah ijtihad.
Ijtihad dapat dipergunakan dalam memecahkan suatu masalah dengan
menggunkan seluruh alat yang ada pada diri kita, seperti rasio, rasa dan hati
nurani, yang didasari oleh rasa taqwa yang sedalam-dalamnya kepada Allah
SWT.

Memperoleh keturunan bagi tiap-tiap individu merupakan tabiat yang telah


tertanam di dalam jiwa masing-masing sebagai suatu pemberian dari Allah.
Jika sepasang kekasih tidak memperoleh keturunan. Tentu resah dan gelisah.
Dalam hal ini usaha untuk memperileh sesuatu, Allah telah berfirman dalam
QS. Ar.Ra’d (13): 11

۟ ‫ت ِّم ۢن بَ ْين يَ َد ْي ِه َو ِم ْن خ َْلفِِۦه يَحْ فَظُونَ ۥهُ ِم ْن أَ ْمر ٱهَّلل ِ ۗ إ َّن ٱهَّلل َ اَل يُ َغيِّ ُر م†ا بقَ†وْ ٍم َحتَّ ٰى يُ َغيِّر‬
‫ُوا َم††ا‬ ٌ َ‫لَ ۥهُ ُم َعقِّ ٰب‬
ِ َ ِ ِ ِ
ٍ ‫بِأَنفُ ِس ِه ْم ۗ َوإِ َذٓا أَ َرا َد ٱهَّلل ُ بِقَوْ ٍم س ُٓو ًءا فَاَل َم َر َّد لَهۥُ ۚ َو َما لَهُم ِّمن دُونِِۦه ِمن َو‬
‫ال‬

Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya


bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri.
dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak
ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia.(QS. Ar.Ra’d : 11)

Berdasarkan ayat tersebut, bagi semua suami isteri yang secara alami tidak
dapat memperoleh keturunan, sewajarnyalah ia berusaha mencari jalan lain.
Jalan tersebut anatara lain. Mempertemukan sperma suami dengan ovum isteri
dalam sebuah tabung. Kemudian, setelah cukup waktunya menurut
perkembangan medis, lalu dipindahkan untuk diranmgsangkan kembali
kedalam rahim isteri, sehingga saat melahirkanya. Cara inilah yang kemudian
terkenal dengan sebutan “bayi tabung”.

12
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara hukum, bayi yang dihasilkan dari inseminasi ini memiliki
dua macam yakni diperbolehkan dengan catatan sperma yang diambil
merupakan sperma yang berasal dari suami istri yang sah, dan ditanam
dalam rahim istri tersebut (bukan rahim orang lain) dan tidak
diperbolehkan, jika seperma yang diambil berasal dari laki-laki lain
begitu pula dari wanita lain.
Dilihat dari sudut pandang hukum Islam, bayi tabung di bolehkan
selama niatnya adalah untuk menolong keuarga mandul memperoleh
keturunan, dan dikerjakan menurut cara yang sesuai dengan ajaran
Islam.
Dengan demikian bahwa bayi tabung yang merupakan usaha di
bidang kesehatan untuk mendapatkan keturunan bagi pasangan suami
istri yang tidak dapat mendapat anak dalam islam ada yang haram ada
yang halal tergantung pada perosenya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abhar, A. (2019). Kedudukan Anak Hasil Bayi Tabung Prespektif Hukum Islam
dan Hukum Positif. IAIN KUDUS, 30-52.

Idris, M. (2019). Bayi Tabung Dalam Pandangan Islam. Al-'Adl, 12(1), 64-75.

Isnawan, F. (2019). Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan Bayi Tabung


Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif Indonesia. FIKRI, IV(2), 179-
200.

https://www.alodokter.com/bayi-tabung-ini-yang-harus-anda-ketahui

https://republika.co.id/berita/114856/apa-hukum-bayi-tabung-menurut-
islam#:~:text=Majelis%20Ulama%20Indonesia%20(MUI)%20dalam,sah
%20hukumnya%20mubah%20(boleh).&text=Namun%2C%20para%20ulama
%20melarang%20penggunaan,dititipkan%20di%20rahim%20perempuan%20lain.

file:///C:/Users/User/Downloads/1383-3382-1-SM%20(1).pdf

14

Anda mungkin juga menyukai