NIFAS
Karya ini disusun untuk memenuhi tugas makalah seminar
Kelompok 3
1. Sela Marisa 211202007
2. Siti Musliha 211202008
3. Adisty Fitriana 211202009
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan petunjuk
dan atas limpahan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
Agama Islam ini. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
Dosen selaku fasilitator mata kuliah Agama Islam, yang selama ini telah
membimbing kami dalam mempelajari materi–materi tersebut.
Makalah ini kami susun sebagai tugas seminar dalam perkuliahan. Materi
yang dimuat dalam makalah yakni mengenai Ketentuan Nifas. Selain dari itu,
makalah ini kami susun sebagai salah satu literatur untuk menambah pengetahuan
Mahasiswa lainnya dalam mempelajari materi yang bersangkutan.
Penyusun
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
2. Tujuan ..............................................................................................
2
2. NIFAS.............................................................................................. 3
A. Kesimpulan ..........................................................................
……….14
B. Saran .................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Nifas dari segi bahasa berasal dari kata “na fi sa” yang bermaksud melahirkan.
Nifas adalah darah yang keluar dari rahim yang disebabkan melahirkan atau setelah
melahirkan. Darah nifas merupakan darah yang tertahan dan tidak bisa keluar dari
rahim selama hamil. Ketika melahirkan, darah tersebut keluar sedikit demi sedikit.
Darah yang keluar sebelum melahirkan, disertai tanda-tanda kelahiran yang disebut
juga sebagai darah nifas. Menurut Imam Asy-Syafi'i, darah nifas adalah darah yang
keluar dari Rahim wanita yang sebelumnya mengalami kehamilan, meskipun darah
yang keluar hanya berwujud segumpal darah.
1
2. Tujuan
1. Untuk memenuhi nilai tugas kelompok mata kuliah Agama.
2. Agar Mahasiswa Mengetahui Ketetentuan Islam mengenai Nifas
3. Agar Mahasiswa Mengetahui Beberapa Hukum Nifas
2
BAB II
2. NIFAS
3
kebiasaannya sudah berhenti setelah masa itu atau tampak tanda-tanda akan
berhenti dalam waktu dekat, hendaklah si wanita menunggu sampai berhenti.
Jika tidak, maka ia mandi ketika sempurna 40 hari karena selama itulah masa
nifas pada umumnya. Kecuali, kalau bertepatan dengan masa haidnya maka
tetap menunggu sampai habis masa haidnya. Jika berhenti setelah masa (40
hari) itu, maka hendaklah hal tersebut dijadikan sebagai patokan kebiasaannya
untuk dia pergunakan pada masa mendatang.
4
hukum menurut kenyataan sehingga tidak pedu kembali mengerjakan
kewajiban".
3. Baligh. Masa baligh terjadi dengan haid, bukan dengan nifas. Karena
seorang wanita tidakmungkinbisa hami sebelum haid, maka masa
baligh seorang wanita terjadi dengan datangnya haid yang mendahului
kehamilan. Darah haid jika berhenti lain kembali keluar tetapi masih
dalam waktu biasanya, maka darah itu diyakini darah haid. Misalnya,
seorang wanita yang biasanya haid delapan hari, tetapi setelah empat
5
hari haidnya berhenti selama dua hari, kemudian datang lagi pada hari
ketujuh dan kedelapan; maka tak diragukan lagi bahwa darah yang
kembali datang itu adalah darah haid. Adapun darah nifas, jika
berhenti sebelum empat puluh hari kemudian keluar lagi pada hari
keempat puluh, maka darah itu diragukan. Karena itu wajib bagi si
wanita shalat dan puasa fardhu yang tertentu waktunya pada waktunya
dan terlarang baginya apa yang terlarang bagi wanita haid, kecuali hal-
hal yang wajib. Dan setelah suci, ia harus mengqadha' apa yang
diperbuatnya selama keluarya darah yang diragukan, yaitu yang wajib
di qadha' wanita haid. Inilah pendapat yang masyhur menunut para
fuqaha' dari Madzhab Hanbali.
Yang benar, jika darah itu kembali keluar pada masa yang
dimungkinkan masih sebagai nifas maka termasuk nifas. Jika tidak,
maka darah haid. Kecuali jika darah itu keluar terus menerus maka
merupakan istihadhah. Pendapat ini mendekati keterangan yang
disebutkan dalam kitab Al-Mughni' bahwa Imam Malik mengatakan:
"Apabila seorang wanita mendapati darah setelah dua atau tiga
hari, yakni sejak berhentinya, maka itu termasuk nifas. Jika tidak,
berarti darah haid." Pendapat ini sesuai dengan yang dipilih oleh
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Menurut kenyataan, tidak ada sesuatu yang diragukan dalam
masalah darah. Namun, keragu-raguan adalah hal yang relatif, masing-
masing orang berbeda dalam hal ini sesuai dengan ilmu dan
pemahamannya. Padahal Al-Qur'an dan Sunnah berisi penjelasan atas
segala sesuatu.
Allah tidak pernah mewajibkan seseorang berpuasa ataupun
thawaf dua kali, kecuali jika ada kesalahan dalam tindakan pertama
yang tidak dapat diatasi kecuali dengan mengqadha'. Adapun jika
seseorang dapat mengerjakan kewajiban sesuai dengan
6
kemampuannya maka ia telah terbebas dari tanggungannya.
Sebagaimana firman Allah:
[At-Taghabun/64: 16]
7
2.3 Dalil Nifas dalam Hadis
كنت المراة من نساء النبي صلى هللا عليه وسلم:عن ام سلمة رضي هللا عنها قلث
تقعد في النفا س اربعين ليلة اليامرها النبي صلى هللا عليه وسلم بقضاء صالة النفا
)س (روه ابو داود
“Dari Ummu Salamah ia berkata: Salah seorang wanita ari istri-istri nabi
Saw. mereka duduk (tidak shalat) di waktu nifas selama 40 malam. Nabi Saw,
tidak memerintahkan mengqadha shalat yang di tinggalkannya karena nifas.”
(HR. Abu Dawud)
كانت النفساء على عهد رسول هللا تقعد بعد نفاسها أربعين يوما
“Dari Ummu Slamah r.a berkata: para wanita yang mendapat nifas, dimasa
Rasulullah duduk selama empat puluh hari empat puluh malam (HR.
Khamsah kecuali Nasa`i).
8
At-Tirmizi berkata setelah menjelaskan hadis ini: Bahwa para ahli
ilmu dikalangan sahabat Nabi, para tabi`in dan orang-orang yang sesudahnya
sepakat bahwa wanita yang mendapat nifas harus meninggalkan salat selama
empat puluh hari kecuali darahnya itu berhenti sebelum empat puluh hari. bila
demikian ia harus mandi dan salat. namun bila selama empat puluhhari darah
masih tetap keluar kebanyakan ahli ilmu berkata bahwa dia tidak boleh
meninggalkan salatnya.
Wanita yang sedang nifas sama dengan hal-hal yang diharamkan oleh
wanita yang sedang haidh, yaitu :
1. Salat
`Dari Fatimah binti Abi Khubaisy bahwa Rasulullah SAW bersabda: `Bila
kamu mendapatkan nifas maka tinggalkan salat`
9
2. Berwudhu atau mandi janabah
3. Puasa
4. Tawaf
Dari Aisyah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: `Bila kamu
mendapat haid, lakukan semua praktek ibadah haji kecuali bertawaf
disekeliling ka`bah hingga kamu suci (HR. Mutafaqq `Alaih)
10
5. Menyentuh Mushaf dan Membawanya
Kecuali dalam hati atau doa/zikir yang lafaznya diambil dari ayat Al-
Quran secara tidak langsung.
Janganlah orang yang sedang junub atau haidh membaca sesuatu dari Al-
Quran. (HR. Abu Daud dan Tirmizy)
11
7. Masuk ke Masjid
8. Bersetubuh
َض َوالَ تَ ْق َربُوهُنَّ َحت ََّى يَ ْط ُه ْرن ِ ساء فِي ا ْل َم ِحي َ ِّض قُ ْل ُه َو أَ ًذى فَا ْعتَ ِزلُو ْا الن ِ سأَلُونَ َك َع ِن ا ْل َم ِحيْ ََوي
َط ِّه ِرين ُ ط َّه ْرنَ فَأْتُوهُنَّ ِمنْ َح ْي
َ َث أَ َم َر ُك ُم هّللا ُ إِنَّ هّللا َ يُ ِح ُّب التَّ َّوابِينَ َويُ ِح ُّب ا ْل ُمت َ َفَإِ َذا ت
12
`Lakukan segala yang kau mau kecuali hubungan badan (HR. Jama`ah)`.
13
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Jarullah, Syaikh Abdullah bin Ibrahim. (1996). Problem Mendasar Kaum Muslimah.
Solo: Pustaka Mantiq
Al-Jamal, Syekh Ibrahim Muhammad. (2003). 146 Wasiat Nabi untuk Wanita.
Jakarta: Gema Insani
Sa'dawi, Amru Abdul Karim. (2009). Wanita dalam Fikih Al-Qaradhawi. Jakarta
Timur: Pustaka Al-Kutsar
15