Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

BB
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
DENGAN DIAGNOSA DEMAM TYPOID
DI RUANG ELISABETH
RUMAH SAKIT ST. GABRIEL KEWAPANTE

DEFILTA DIANA DINCE

YAYASAN STENMANS
RUMAH SAKIT ST. GABRIEL KEWAPANTE
Kewapante 86181 – Maumere – Flores – NTT
No. Hp : 081237629456 Telp/Faax : 0382 2425116
Email : rs.stgabriel@yahoo.co.id
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan anugerah yang di limpahkanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
asuhan keperawatan demam thypoid dengan baik
Adapun tujuan dari penulisan asuhan keperawatan demam thypoid adalah
untuk memenuhi syarat dan tugas yang diberikan, dan untuk menambah pengetahuan
tentang penyakit demam thyopid dalam bidang kesehatan.
Pada kesempatan ini penulis mau menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian asuhan keperawatan demam
thypoid ini, penulis juga menyadari bahwa pembuatan asuhan keperawatan ini masih
jauh dari sempurnah, sehingga kritik dan saran sangat di butuhkan demi
penyempurnaanya

Kewapante, 21 April 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….… i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….….. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang………………………………………………………… 1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………... 2
1.3. Tujuan Penulisan………………………………………………………. 2
1.3.1.Tujuan Umum.……………………………………………….. 2
1.3.2.Tujuan Khusus.………………………………………………. 2
1.4. Manfaat Penulisan…………………………………………………….. 3
1.4.1. Teoritis………………………………………………………. 3
1.4.2. Praktis……………………………………………………….. 3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Dasar Medis Demam Typhoid.………………………………. 4
2.1.1. Pengertian…………………………………………………… 4
2.1.2. Etiologi……………………………………………………… 4
2.1.3. Patofisiologi…………………………………………………. 5
2.1.4. Manifestasi Klinis…………………………………………… 5
2.1.5. Komplikasi………………………………………………….. 6
2.1.5.1. Komplikasi di Usus Halus………………………….. 6
2.1.5.2. Komplikasi di Luar Usus…………………………… 6
2.1.6. Penatalaksanaan……………………………………………. 7
2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik…………………………………… 7
2.1.8. Pencegahan………………………………………………… 10
2.1.9. Pathway…………………………………………………….. 11
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan……………………………..…………. 12
2.2.1. Pengkajian………………………………………………….. 12
2.2.1.1. Identitas….………………………………………… 12
2.2.1.2. Keluhan Utama…….………………………………. 12
2.2.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang………….…………….. 12
2.2.1.4. Riwayat Penyakit Dahulu….………………………. 12

ii
2.2.1.5. Riwayat Penyakit Keluarga……………….……….. 12
2.2.1.6. Riwayat Psikososial….…………………………….. 12
2.2.1.7. Pemenuhan Kebutuhan.……………………………. 12
2.2.1.8. Pemeriksaan Fisik.…………………………………. 13
2.2.1.9. Diagnostik Keperawatan………………..………….. 13
2.2.2. Intervensi dan Rasional……………………………………. 13
BAB III LAPORAN KASUS
3.1. Pengkajian………………………………………………..................... 20
3.1.1. Identitas Pasien….…………………………………………. 20
3.1.2. Riwayat Keperawatan.……………………………………... 20
3.1.3. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar………………………… 23
3.1.4. Pemeriksaan Fisik …….…………………………………… 24
3.1.5. Pemeriksaan Penunjang………………….………………… 24
3.1.6. Terapi……………………………………………………..... 25
3.2. Analisa Data………………………………………………………….. 25
3.3. Diagnosa Keperawatan………………………………………………. 27
3.4. Intervensi dan Implementasi…………………………………………. 28
3.5. Catatan Perkembangan………………………………………………. 28
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan…………………………………………………………… 34
4.2. Saran………………………………………………………………….. 35
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR SINGKATAN

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Demam typhoid (selanjutnya disebut tifoid) merupakan penyakit infeksi
akut usus halus yang disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A,
salmonella paratyphi B, salmonella typhi C. Penyakit ini mempunyai tanda-
tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3
minggu disertai gejala demam, nyeri perut dan erupsi kulit. Penyakit ini
termasuk dalam penyakit daerah tropis yang sering dijumpai di Asia termasuk di
Indonesia (Widodo Djoko, 2009).
Dewasa ini perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran telah banyak
menyelamatkan nyawa manusia. Penyakit-penyakit yang selama ini tidak
terdiagnosis dan terobati, sekarang sudah banyak teratasi. Tetapi untuk
memperbaiki taraf kesehatan secara global tidak dapat mengandalkan pada
tindakan kuratif, karena penyakit yang memerlukan biaya mahal itu sebagian
besar dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan menjauhi pola hidup beresiko.
Artinya para pengambil kebijakan harus mempertimbangkan untuk mengalokasi
dana kesehatan yang lebih menekankan pada segi prefentif (pengobatan)
daripada kuratif (pencegahan) (Muttaqin Arif, 2011).
Demam typhoid di Indonesia masih merupakan penyakit endemic dan
menimbulkan pertanyaan kesehatan yang serius. Jumlah kejadian demam
typhoid diketahui lebih tinggi di negara yang berkembang di daerah tropis
seperti di Indonesia. Beberapa negara berkembang yang masih menjadi daerah
endemis demam typhoid yang terjadi biasanya karena minum air yang
terkontaminasi dan mengkonsumsi makanan yang disediakan oleh pasien
demem typhoid yang tidak membersihkan tangan dengan benar setelah ke toilet.
Infeksi juga dapat terjadi pada air minum yang telah menjadi bakteri salmonella
(Tjipto & dkk, 2009)
Berdasarkan WHO didapatkan perkiraan jumlah kasus demam typhoid
mencapai angka 11 – 21 juta kasus dan 128.000 – 161.00 kematian terkait
demam typhoid terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Typhoid dapat menurunkan

1
produktivitas kerja, karena masa penyembuhan dan pemulihannya yang cukup
lama, dan dari aspek ekonomi, biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. (Purba et al,
2015).
Berdasarkan data Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante, jumlah pasien
demam typhoid tahun 2020 berkisar 27 orang. Melihat kompleksnya masalah
yang timbul dari penderita typhoid ini membutuhkan peranan keperawatan
dalam penanggulangan demam typhoid di rumah sakit. Hal ini di tinjau dari
aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap masalah atau resiko
pasien demam typhoid yang dirawat di Rumah Sakit, seperti menganjurkan klien
untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, mengolah makanan dan
minuman hingga matang dan menutup makanan, pola makan yang teratur,
mengurangi makanan pedas dan asam serta istirahat yang cukup, karena sangat
diperlukan guna menekan angka kejadian demam typhoid, mulai dari
peningkatan promosi kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan derajat
kesehatan klien. Perawat diharapkan untuk mensosialisasikan pencegahan
terhadap typhoid dengan cara mengadakan penyuluhan kesehatan dan
memberikan pendidikan kesehatan tentang  typhoid kepada masyarakat luas agar
berpartisipasi aktif dalam menanggulangi typhoid dan mencegah penyakit.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian demam typhoid?
2. Apa saja diagnosa keperawatan demam typhoid?
3. Bagaimana cara penyusunan rencana keperawatan demam typhoid?
4. Apa saja tindakan keperawatan demam typhoid?
5. Bagaimana evaluasi tindakan keperawatan dengan demam typhoid?
1.3. TUJUAN PENULISAN
1.3.1. Tujuan Umum
Mempelajari lebih dalam dan memahami tentang penyakit demam
typhoid.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Dapat  melaksanakan  pengkajian  pada  pasien dengan  masalah
demam typhoid.

2
b. Dapat  mengetahui  cara  mendiagnosis  atau  merumuskan
masalah keperawatan pada pasien demam typhoid.
c. Dapat  menyusun  rencana  keperawatan  pada  pasien dengan
masalah demam typhoid.
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan
masalah demam typhoid.
e. Dapat  mengetahui  hasil  evaluasi  pada  pasien dengan  masalah
demam typhoid.
1.4. MANFAAT PENULISAN
1.4.1. Teoritis
Sebagai bahan referensi bagi penulis selanjutnya dan di gunakan
untuk berbagai keperluan dan di harapkan dapat memperkaya ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan khususnya tentang demam thypoid.
1.4.2. Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan asuhan
keperawatan, khususnya bagi pasien dengan demam typhoid
b. Bagi Perawat
Agar mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien
penderita demam typhoid dengan baik
c. Bagi Pasien dan keluarga
Agar pasien dan keluarga mendapatkan gambaran tentang
penyakit demam typhoid dan cara perawatan demam typhoid
dengan benar
d. Bagi Pembaca
Sebagai sumber informasi tentang penyakit demam typhoid dan
cara perawatan pasien dengan demam typhoid

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Medis Demam Typoid


2.1.1 Pengertian
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernan dengan gejala demam yang lebih dari 3 minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan kesadaran. (Nursalam, 2008:152).
Infeksi akut usus halus yang di sebabkan oleh salmonella typhi,salmonella
paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C, paratifoid biasanya
lebih ringan dengan gambaran klinis (widodo Djoko,2009)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang di sebabkan oleh
kuman salmonella tyhpi (Wijaya & Putri, 2013)
Selanjutnya demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala lebih dari 7 hari, gangguan kesadaran
dan saluran pencernaan.
Demam typhoid adalah sebuah penyakit infeksi usus yang menimbulkan
gejala-gejala sistemik yang di sebabkan oleh salmonella tyhposa, salmonella
paratyphi AB dan C, penularan terjadi secara fekal oral melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi sumber infeksi terutama ”Carrier” ini mungkin
penderita yang sedang sakit (carrier akut) carrier menahun yang terus mengeluarkan
kuman atau carrier pasif yaitu mereka yang mengeluarkan kuman melalui esketa
tetapi tidak pernah sakit, penyakit ini endemic di Indonesia (wijaya-putri,2003)
2.1.2 Etiologi
Tifus abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus
yang disebabkan oleh salmonella typhi. Penyakit ini dapat ditularkan melalui
makanan, minuman atau mulut yang terkontaminasi oleh kuman salmonella typhi.
(Hidayat, 2012:126)
Demam typhoid adalah penyakit infeksi akut yang di sebabkan oleh bakteri
salmonella enteric,khususnya serotip typhi(salmonella tyhpi)yang merupakan bakteri
gram negatif,gejala yang hamper sama dengan penyakit demam typhoid juga di
sebabkan oleh salmonella paratyhpi A, salmolella paratyhpi B (schotmuller) dan

4
salmonella paratyhpi C (Hirschfeldii) meskipun beberapa peneliti menyebutkan
gejala tersebut dengan nama yang berbeda yaitu demam paratifoid (Zulfiqar A,2006)
Penyebab penyakit demam typhoid adalah salmonella tyhposa, yang
mempunyai ciri basil negative yang bergerak dengan bulu getar tidak bersepora,
mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu O (Somatik, terdiri dari
zat komplekslipoposakarida) antigen H (flagella) dan antigen VI. dalam serum pasien
terdapat zat anti (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut (Susilaningrum
dkk,2013,p.152)
2.1.3 Patofisiologi
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil di serap di usus halus melalui
pembuluh limfe halus masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ – organ
terutama hati dan limpa. Basil yang tidak di hancurkan berkembang biak dalam hati
dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada
perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakteremia) dan
menyebar terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak
berbentuk lonjong pada mukosa. Tukak tersebut dapat mengakibatkan pendarahan
dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan gejala pada
saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus (Latief, 1985:594).
2.1.4 Manifestasi Klinis
Gambaran klinik demam typoid pada anak biasanya lebih ringan daripada
orang dewasa. Masa inkubasi : 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi melalui
makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa
inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu :
1) Perasaan tidak enak badan
2) Lesu
3) Nyeri kepala
4) Pusing dan tidak bersemangat
5) Nafsu makan berkurang
6) Mual muntah
7) Hipertermi
8) Gangguan pada saluran pencernaan ; pada mulut nafas berbau tidak sedap, bibir
kering, dan pecah-pecah (ragaden). Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut

5
kembung (meteorismus). Hati dan limfa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya sering terjadi konstipasi tapi juga dapat diare atau normal.
Gangguan kesadaran : umumnya kesadaran pasien menurun yaitu apatis sampai
somnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan) disamping gejala-gejala tersebut mungkin
terdapat gejala lainnya (Ngastiyah, 1997: 156).
2.1.5 Komplikasi
2.1.5.1 Komplikasi di usus halus
Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering bersifat fatal
1) Perdarahan usus, hanya di temukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai
perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
2) Perforasi usus, timbul pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi pada bagian
distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat di temukan bila
terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat
udara diantara hati dan diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam
keadaan tegak.
3) Peritonitis, biasanya disertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen
tegang (defense musculair) dan nyeri pada tekanan.
2.1.5.2 Komplikasi diluar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu
meningitis, kolesistitis, ensefelopati. Terjadi karena infeksi sekunder, yaitu
bronkopneumonia.
Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan makanan yang kurang dan
pesripirasi akibat suhu tubuh yang tinggi. (Nursalam,2008 : 153)

Komplikasi pada demam typhoid dapat dibagi dalam :


1) Komplikasi insteztinal
a) Perdarahan usus
b) Perforasi usus
c) Ileus parlete

6
2) Komplikasi ektrainstestinal
a. Komplikasi cardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan, sepsis) miocarditis,
thrombosis dan trombopleubitis.
b. Komplikasi darah
Anemia hemolitif, trombositopenia dan atau koagulasi
intravaskuler disemenata dan sindrom uremia hemolitik
c. Kompilkasi paru
Pneumonia, empiema dan pleuritis
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih
Hepatitis dan kolelitiasis
e. Komplikasi ginjal
Glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis
f. Komplikasi tulang
Osteomelitis, periostitis, spondilitis dan artritis
g. Komplikasi neurophsykiatri
Delririum, meningismus, meningitis, polineoritis perifer, sindrom guilain-
barre, psikosis dan sindrom katatonia
2.1.6 Penatalaksanaan
Sampai saat ini masih dianut trilogy penatalaksanaan demam typhoid yaitu :
1 Pemberian anti biotic : untuk menghentikan dan memusnakakn
penyebaran kuman
Anti biotic yang dapat digunakan :
a) Clorampenicol
Dosis hari pertama 4x250 mg, hari kedua 4x500 mg, diberikan
selama demam dilanjutkan sampai dua hari bebas demam,
kemudiandosis diturunkan menjadi 4x250 mg selama lima hari
kemudian
b) Ampicilin atau Amoxilin dosis 50 – 150 mg/kg bb diberikan
selama dua minggu

7
c) Kotrimoksaszol 2.2 tablet ( 1 tablet mengandung 400 mg
sulfametoksazol-80 mg trimetroprim) diberikan selama dua
minggu pula
d) Sefalosporin generasi II dan III. Di sub bagian penyakit tropic dan
infeksi FKUI RSCM, pemberian sefalosporin berhasil mengatasi
demam typhoid dengan baik. Demam pada umumnya mengalami
mereda pada hari ketiga atau menjelang hari ke empat. Regimen
yang dipakai adalah :
 Ceptriakson 4 gr.hari selama 3 hari
 Norfloksasin 2x400 mg/hari selama 14 hari
 Ciprofloksasin 2x500 mg/hari selama 6 hari
 Ofloksasin 600 mg/hari selama 7 hari
 Pefloksasin 450 mg/hari selama 7 hari
 Pleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari
2 Istirahat dan perawatan professional bertujuan mencegah komplikasi dan
mempercepat penyembuhan. Pasien harus tirai baring absolute sammpai
minimal 7 hari bebas demam atau ± 14 hari. Mobilisasi dilakukan
bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Dalam perawatan perlu
dijaga higyene perseorangan, keberssiahn tempat tidur, pakaian dan
peralatan yang dipakai oleh pasien. Pasien dengan kesadaran menurun
posisinya perlu di uubah ubah untuk mencegah dekubitus dan pneumonia
hipostatik. Defikasi dan BAK perlu diperhatikan karena kadang-kadang
terjadi obstipasi dan retensi urine
3 Diet dan terapi penunjang (simtomatis dan suportif)
Pertama Pasien diberi diet bubur saring, kemudian bubur kasar dan
akhirnya nasi sesuai tingkat kesembuhan pasien. Namun beberapa
penelitian menunjukan bahwa pemberian makanan padat dini yaitu nasi
dengan lauk pauk rendah selulosa ( pantang sayuran dengan serat kasar)
dapat diberikan dengan aman, juga diperlukan pemberian vitamin dan
mineral uang cukuk untuk mendukung keadaan umum pasien.

8
Diharapkan dengan menjaga keseimbangan dan homeostasis, sistem
imun akan tetap berfungsi dengan optimal.
Pada kasus perforasi instestinal dan renjatan septic diperklukan
perawatan intensif desngan nutrisi parental total. Spektrum anti biotik
maupun kombinasi beberapa obat yang bekerja secara sinergis dapat
dipertimbangkan. Kortikosteroid selalu perlu diberikan pada renjan
septic. Proknosis tidak begitu baik pada kedua keadaan diatas.

Pengobatan demam typhoid pada wanita hamil


Tidak semua anti biotic dapat digunakan pada wanik hamil.
Klorampenikol tidak dapat diberikan pada trimester ketiga kehamilan,
karena dapat menyebabkan partus premature, kematian fetus intrauterine
dan sindrom gray pada neonates. Demikian pula dengan tiamfenikol yang
mempunya efek teratogenik terhadap vetus. Namun pada kehamilan lebih
lanjut, tiamfenikol dapat diberikan. Selain itu kotrimoksazol dan
fluorokuinolon juga tidak boleh diberikan.
Anti biotic aman bagi kehamilan adalah golongan pensilin (ampisilin,
amoksilin dan sefalosporin generasi ke III, kecuali pasien yang
hipersensitif terhadap obat tersebut
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang berguna untuk menyokong diagnosis :
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat dipakai untuk membuat
diagnosis tifus abdominalis yang pasti. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada waktu
masuk dan setiap minggu berikutnya. Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi
reaksi aglutinasi. Titer dapat positif karena keadaan sebagai berikut:
1) Antigen somatik (O), flagela (H) antigen, dan demam paratifoid flagela (A, B, C)
antigen. Reaksi antibodi muncul selama minggu pertama
70% positif dalam 3-4 minggu dan dapat memperpanjang sampai beberapa bulan.
Dalam beberapa kasus, antibodi muncul perlahan-lahan, atau tetap pada tingkat
yang rendah, 10-30% tidak muncul sama sekali.
Agglutinin O titer antibodi ≥ 1:160 dan H ≥ 1:160 atau "O" 4 lipatan kenaikan

9
(dalam dua sampel terpisah dengan 7-10 hari terpisah) mendukung diagnosis
demam tifoid.
2) Pada neonatus, zat anti tersebut diperoleh dari ibunya melalui tali pusat.
3) Akibat imunisasi secara alamiah karena masuknya basil peroral atau pada keadaan
infeksi (Ngastiyah, 1997: 157).
2.1.8 Pencegahan
1) Kebersihan makanan dan minuman seperti penyediaan sumber air minum yang
baik, merebus air minum sampai mendidih, serta mencuci bahan makanan yang
akan dimasak dan makanan yang telah dimasak jangan dibiarkan terbuka.
2) Penyediaan jamban sehat
3) Sosialisasi budaya cuci tangan
4) Pemberantasan lalat
5) Imunisasi
6) Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menyusui.

10
2.1.9 Pathway (perbaiki)
Kuman Salmonella Typhi

Food (makanan Feses Urine Fomitus (muntahan) Fingers (jari)


& minumam)

Masuk kedalam Dibawah oleh fly (lalat)


lambung
Masuk kedalam saluran Masuk
Asam lambung ? cerna melalui mulut kedalam usus

Sisa muntahan Demam Kuman berkembang Menghasilkan


Mual, muntah
menempel di lidah typhoid biak dalam usus toksin

Intake nutrisi
Fungsi Masuk ke IgA kurang baik Proses inflamasi
pengecapa saluran lokal pada usus halus
n limfalik
Penurunan BB
Kuman
Anoreksia menembus usus Respon patologis
Di ileum terminalis
membentuk
Perubahan nutrisi kurang lampoid plaque Masuk aliran Sekresi cairan
dari kebutuhan tubuh darah (bakterimia) dan mucus

Sebagian masuk
ke lamina propia Endoksin Isi usus
Tidak difagosit berlebihan

Masuk ke Terjadi
aliran limfe kerusakan sel Makanan dengan cepat
Kelenjar limfoid
terdorong ke usus
intestinal
Menyerang Merangsang pelepasan
organ RES zat pirogen oleh leukosit Diare
Ulkus

Hati Limpa Zat pirogen


Perforasi Kehilangan Dehidrasi
beredar
dalam darah banyak air
Hepatomegali Splenomegali dan
- Penumpukan tinja elektrolit Ketidakseimba
- Berkurangnya Mempengaruhi ngan energy
tonus pd lapisan dengan
Nyeri tekan Menekan diafragma termoregulasi
otot intestinal di hipotalamus Resiko kebutuhan
lambung abdomen kurang tubuh
- Distensi abdomen kanan atas volume
Ekspansi paru cairan
Hipertermi
Intoleransi
Konstipasi Nyeri aktivitas
Pola nafas tidak efektif

11
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Identitas
2.2.1.2 Keluhan Utama
Rasa tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan kurang bersemangat,
serta nafsu makan kurang (terutama selama masa inkubasi 7-14 hari) (Nursalam,
2008 : 154).
2.2.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Demam berlangsung selama kurang lebih 3 minggu, bersifat febris remiten
(Nursalam, 2008 : 154) .
2.2.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
1) Adanya infeksi dalam saluran pencernaan (Nursalam, 2008:153).
2) Keadaan malnutrisi dapat mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh untuk
membatasi penyebaran dan multiplikasi kuman (Soegijanto, 2002:17)
3) Schistosomiasis Merupakan predisposisi terhadap infeksi salmonella dan
bakterimia berkepanjangan dengan mekanisme yang belum jelas, mungkin karena
gangguan pada sel RES yang berfungsi memusnahkan salmonella. Salmonella
melakukan penetrasi ketubuh schistosoma dan bermultiplikasi di dalamnya.
(Soegijanto, 2002:18).
2.2.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Ada salah satu keluarga pernah mengalami tipoid.
2.2.1.6 Riwayat Psikososial
Sering mengalami cemas dan stres karena keadaan tubuh yang tidak stabil.
2.2.1.7 Pemenuhan Kebutuhan (ADL)
1) Nutrisi: pasien mengalami penurunan nutrisi akibat rasa tak nyaman sehingga
tidak nafsu makan (Soegijanto, 2002:11)
2) Eliminasi: penderita dapat mengalami diare, tetapi lebih sering didapatkan
konstipasi (Soegijanto, 2002:11)
3) Hygiene perseorangan: kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar
higiene dan sanitasi yang rendah (Soegijanto, 2002:19)
Aktivitas dan Istirahat: Pasien tidak dapat melakukan aktivitas dikarenakan adanya
nyeri sendi, nyeri otot dan sakit kepala (Soegijanto, 2002:11).

12
2.2.1.8 Pemeriksaan Fisik

1) B1 (Breating) : pola napas yang tidak beraturan. Selama hari pertama beberapa
pasien mengalami batuk dan keadaannya menyerupai bronkitis akut (15%)
(soegijanto, 2002:11).
2) B2 (Blood) : hipertermi (soegijanto, 2002:11).
3) B3 (Brain) : umumnya kesadaran pasien menurun mulai dari apatis sampai
somnolen (Nursalam, 2008:154)
4) B4 (Bladder) : pasien mengalami dehidrasi akibat kekurangan volume cairan.
(Nursalam, 2008:153)
5) B5 (bowel) : anoreksia, dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus).
Bisa terjadi konstipasi, atau mungkin diare atau normal, nyeri telan, nyeri perut,
hati dan limpa membesar disertai dengan nyeri pada perabaan. (Nursalam,
2008:154)
6) B6 (bone) : nyeri sendi, nyeri otot, malaise (Soegijanto, 2002:11).
2.2.1.9 Diagnostik Keperawatan
1) Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan penurunan oksigen dalam
udara inspirasi.
2) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

3) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot pada dinding perut.
4) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan dan
peningkatan suhu tubuh.
5) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu
makan, mual kembung
6) Diare berhubungan dengan inflamasi.
7) Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal.

8) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum

2.2.2 Intervensi dan rasional


1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan oksigen dalam
udara inspirasi.

13
Tujuan : pasien menunjukan keefektifitasan pola napas dengan kriteria hasil :
pasien dapat mempertahankan ventilasi yang adekuat.
(1) Tinggikan kepala tempat tidur 30 derajat
R / Mendorong pengembangan diafragma/ekspansi paru maksimal dan
meminimalkan tekanan isi abdomen pada rongga thorax.
(2) Latihan napas dalam
R / Meningkatkan ekspansi paru maksimal dan ventilasi paru jadi maksimal
(3) Ubah posisi secara periodic dan ambulasi sedini mungkin
R / Meningkatkan pengisian udara seluruh segmen paru
(4) Kolaborasi dalam peberian oksigen tambahan
R/ Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran dan penurunan kerja otot
bantu napas (Doenges, 2000 : 447,530)
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan: pasien dapat menunjukan terjadinya penurunan suhu tubuh dengan
kriteria hasil suhu tubuh (36,5 c- 37c), RR (30 – 60x/ menit), nadi 120- 140
denyut /menit, TD 110/72 mmHg,bebas dari kedinginan, kulit tidak kemerahan,
tidak hangat saat disentuh.
(1) Pantau suhu pasien
R / Pola demam dapat membantu dalam diagnosis.
(2) Kompres hangat; hindari penggunaan alkohol
R / Dapat membantu mengurangi demam. Catatan : penggunaan air es/alkohol
mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Selain itu
alkohol dapat mengeringkan kulit
Kolaborasi

(3) Berikan antipiretik


R / Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus (Suriadi, 2001: 284).

3. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot pada dinding perut.

14
Tujuan : pasien menunjukan rasa nyeri berkurang/menghilang dengan kriteria
Hasil : Pasien melaporkan rasa nyeri hilang/terkontrol,VAS rentang 0-10, RR
dalam rentang normal, dan ekspresi wajah rilek

(1) Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap,
hilang timbul)

R / Membantu menbedakan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang


kemajuan / perbaikan penyakit, dan keefektifan intervensi
(2) Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman

R/ Tirah baring pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intraabdomen;


namun pasian akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara ilmiah
(3) Anjurkan menggunakan teknik relaksasi, contoh bimbingan imajinasi,
visualisasi, latihan napas dalam. Beri aktivitas senggang

R / Meningkatkan istirahat, memuaskan kembali perhatian dan meningkatkan


koping
(4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat: Narkotik, contoh meperidin
hidroklorida (demerol); morfin sulfat

R / untuk penurunan nyeri hebat. Morfin digunakan dengan waspada karena


dapat meningkatkan spasme sfingter oddi, walaupun nitrogliserin dapat
diberikan untuk menurunkan spasme karena morfin
(5) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic

R / Untuk mengobati proses infeksi menurunkan inflamasi


(6) Catat respon terhadap obat, dan laporkan pada dokter bila nyeri menghilang

R / Nyeri berat yang tidak hilang dengan tindakan rutin dapat menunjukkan
terjadi komplikasi/kebutuhan terhadap intervensi yang lebih lanjut. (Doengus,
2000:523)

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.

15
Tujuan : Pasien dapat menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan
dengan kriteria hasil : Pasien dapat menunjukkan volume cairan normal yang
dibuktikan oleh : Tekanan darah dalam batas normal, Nadi dalam batas normal
BB normal, Haluaran urin 1000-1500 ml/24 jam.
Intervensi:
(1) Awasi tanda vital seperti tekanan darah, frekuensi jantung, nadi
R / Kekurangan atau perpindahan cairan meningkatkan frekuensi jantung,
menurunkan tekanan darah, dan mengurangi volume nadi
(2) Catat perubahan mental, turgor kulit, dehidrasi, membran mukosa, dan karakter
sputum
R / Penurunan curah jantung mempengaruhi perfusi/fungsi serebral. Kekurangan
cairan juga dapat diidentifikasikan dengan penurunan turgor kulit, membran
mukosa kering, dan viskositas sekret kental
(3) Hitung masukan, pengeluaran, dan keseimbangan cairan.
R / Memberikan informasi tentang status cairan umum. Kecenderungan
keseimbangan cairan negatif dapat menunjukan terjadinya defisit
(4) Timbang berat badan tiap hari
R / Perubahan cepat menunjukkan gangguan dalam air tubuh total
(5) Berikan cairan IV dalam observasi dengan alat kontrol sesuai indikasi
R / Memperbaiki/mempertahankan volume sirkulasi dan tekanan osmotik
(Doengus, 2000:222).

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu


makan, mual kembung.
Tujuan: Pasien menunjukan berat badan sesuai tingkat usianya dengan kriteria
hasil: Berat badan meningkat (0,5 kg/minggu), Mual-muntah (-), Diare/konstipasi
(-), dan Tonus otot baik
Intervensi
(1) Berikan makanan sedikit namun sering dan makanan tambahan yang tepat
R / Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat setelah
puasa

16
(2) Buat pilihan menu dan membiarkan pasien untuk memilih pilihan sebanyak
mungkin
R / Meningkatkan kepercayaan dirinya dan merasa mengontril lingkungan lebih
suka menyediakan makanan untuk di makan
(3) Pertahankan jadwal penimbangan berat badan teratur dengan timbangan yang
sama
R / Memberikan catatan penurunan atau peningkatan berat badan yang akurat
(4) Kolaborasi dalam pemberian terapi nutrisi dalam program pengobatan di rumah
sakit
R / Pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa perbaikan status nutrisi
(5) Jaga kebersihan oral
R / Mulut yang bersih dapat menigkatkan napsu makan (Doenges, 2000:427,
479)

6. Diare berhubungan dengan inflamasi.


Tujuan: pasien menunjukkan diare berkurang dengan kriteria hasil: Mengalami
periode diare lebih sedikit
(1) Kaji hal berikut: Penurunan jumlah feses, peningkatan konsistensi feses,
R / Pengkajian feses membantu mengevaluasi efektivitas agen antidiare dan
pembatasan diet
(2) Pertahankan lingkungan bebas bau untuk klien : kosongkan pispot dengan
segera, ganti linen yang basah, dan berikan pengharum ruangan
R / Bau fekal dapat menyebabkan rasa malu dan kesadaran diri dan dapat
meningkatkan stres hidup dengan PIU
(3) Lakukan perawatan perineal yang baik
R / Iritasi perianal karena sering BAB berair harus dicegah
(4) Turunkan aktivitas fisik selama episode akut diare
R / Penurunan aktivitas fisik menurunkan peristaltik usus
(5) Tentukan hubungan antara episode diare dan mencerna makanan khusus
R / Mengidentifikasi makanan yang dapat mengiritasi dapat menurunkan episode
diare

17
(6) Observasi tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit: Penurunan kalium
serum
R / pada diare osmotik, kerusakkan absorbsi cairan oleh usus disebabkan oleh
pencernaan larutan yang tak dapat dicerna, atau oleh penurunan absorbsi usus.
(7) Gantikan cairan dan elektrolit dengan cairan peroral yang mengandung elektrolit
yang tepat: Gatorade, sediaan komersial larutan glukosa-elektrolit
R/ tipe cairan pengganti tergantung pada kebutuhan elektrolit (Lynda Juall,1995:
197).

7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas traktus gastrointestinal.


Tujuan: pasien tidak mengalami konstipasi dengan kriteria hasil: perubahan pola
eliminasi (-), perubahan karakter bising usus (-), dan tidak adanya tingkat distensi
abdomen
Intervensi
(1) Auskultasi bising usus
R / bising usus menandakan sifat aktivitas bising usus.
(2) Implementasikan tindakan untuk meningkatkan keseimbangan diet yang
meningkatkan eliminasi reguler. Perbanyak masukan makanan tinggi serat
misal buah segar dengan kulitnya, kacang dan biji-bijian, roti, gandum dan
sereal, buah masak dan sayuran. Diskusikan kesukaan diet klien dan rencanakan
perubahan diet.
R/ diet seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi
reguler.
(3) Tingkatkan masukan cairan harian yang adekuat.
R/ masukan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang
sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler.

8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.


Tujuan: pasien mengalami kemajuan aktivitas dengan kriteria hasil: Adanya
tingkat kemajuan aktivitas dan Adanya respon terhadap aktivitas
Intervensi
(1) Tingkatkan aktivitas perawatan diri klien

18
R/ partisipasi klien dalam perawatan diri memperbaiki fungsi fisiologisnya dan
mengurangi kelelahan akibat ketidakefektifan, dan juga memperbaiki harga
dirinya dan kesejahteraan.
(2) Rencanakan periode istirahat teratur sesuai jadwal harian klien.
R/ periode istirahat teratur memungkinkan tubuh untuk menghemat dan
memulihkan energi.
(3) Identifikasi dan dorong kemajuan klien. Pertahankan catatan perkembangan
terutama, untuk klien yang menunjukkan kemjuan lambat.
R/ dorongan dan realisasi kemajuan dapat memberi klien insentif untuk
melanjutkan kemajuan (Lynda Juall, 1999:81)

19
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian
Tanggal MRS : 27-03-2021
Jam MRS : 20.45 Wita ( Masuk Ruangan UGD)
Jam MRS : 23.15 Wita ( Masuk Ruangan Elisabeth )
Tanggal Pengkajian : 27-03-2021
Jam Pengkajian : 23.30 Wita
Diagnosa masuk : Demam Typhoid
No RM : 85xxx

3.1.1. Identitas pasien


Nama : Ny. BB
Usia : 68 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Kawin
Suku : Indonesia
Agama : Khatolik
Alamat : Jln. Banteng, Misir
Pekerjaan : Pensiunan guru
Penaggung jawab : Tn. YHO

3.1.2. Riwayat Keperawatan


1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang

20
Pasien mengatakan demam ± 7 hari hilang timbul, mual, muntah 1 x air
saja, makan sedikit, nyeri perut tengah dan bawah, bab cair 5 x hari ini,
bak dalam batas normal. Pada tanggal 20/03/2021, pasien cek darah
lengkap dan widal di Labor Mahardika lalu berobat di Klinik Go,
kemudian dokter mengatakan pasien ada gangguan typhus dan diberikan
obat Clorampenicol 3 x1 kapsul diminum selama 7 hari, Paracetamol 3 x 1
tablet jika panas. Pada tanggal 26/03/2021 pasien cek ulang darah lengkap
dan widal ke Labor Mahardika dan hasilnya masih ada typhus. Setelah
konsumsi obat tersebut, pasien belum membaik. Anak pasien lalu
mengantar ke Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante (kenapa anaknya bawa
pasien ke RS?). Di UGD dilakukan tindakan mengontrol TTV, TD 120/70
mmhg, Nd 88x/menit, Rr 20x/menit, Sh 37,5 OC, SPO2 98%. Pukul 21.10
memasang Infus RL 20 tetes/menit, Pukul 21.12 menyuntik Ranitidin 1
ampul/iv, pukul 21.15 menyuntik Ketorolac 1 ampul/iv, pukul 22.30
mengambil darah labor, sambil mengobservasi pasien selama 2 jam. Pukul
23.15 pasien di antar ke ruangan perawatan, pukul 23.30 melayani pasien
obat Akita 2 tablet per oral.

Pemeriksaan Fisik dan Status Lokal UGD


Mata : CA-/-, S1-/-
Th : SN ves, Rh-/-, Wh-/-
Bj : I/II Reg, m-, g-
Abd : BU + supel
Ekst : Akral hangat

Pemeriksaan Fisik UGD


Airway ( jalan napas) : Paten
Breathing (pernapasan) : Dalam
Circulation (sirkulasi) : Akral hangat, turgor kulit baik, mata cekung,
mukosa mulut kering,
Distability (ketrbatasan) : Keadaan umum lemah, kesadaran
composmentis, GCS 456, pupil isikor

21
Ekspore (paparan) : Memar tidak, dislokasi tidak
Folley Chatteter dan Fluit : Bak spontan
Gastric Tube (pipa lambung) : Tidak terpasang NGT

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang pernah
mengalami penyakit menular seperti TBC dan DM tetapi anak pasien
pernah mengalami penyakit yang sama demam typhoid kurang lebih 1
tahun yang lalu.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan bahwa selama ini dirinya mengalami riwayat
Hipertensi, dan rutin mengkonsumsi obat Lisinopril 5 mg.
5. Riwayat Alergi
Pasien memiliki alergi obat Salbutamol, Bcom, Aluprinol.
3.1.3. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
Sebelum sakit : pasien minum 1200 cc air/hari (2 botol Aqua sedang
ukuran 600 cc), makan 3 kali sehari dan pasien jarang mengkonsumsi
sayuran. Saat memasak pasien menggunakan minyak goreng 2-3 x
pemakaian. Berat badan pasien 48 kg,
Saat sakit : pasien minum 6oo cc air/hari (1 botol Aqua sedang ukuran 600
cc), pasien hanya makan ¼ porsi makanan. Pasien mengatakan berat
badannya menurun sampai 44 kg.
Bagaimana kebiasan masak? Cara memamsak, cara menyajikan makanan?
2. Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1x/hari dan BAK ± 4-5x/hari
Saat sakit : pada saat pengkajian pasien BAB cair ± 5x dan BAK ±
4-5x/hari
3. Aktivitas dan istirahat
Sebelum sakit: Istirahat siang 2-3 jam (15.00 – 17.00 Wita) dan istirahat
malam 7-8 jam (21.00 – 05.00 Wita)

22
Saat sakit: istirahat siang 1-2 jam (14.00-15.00 Wita) dan istirahat malam
5-6 jam (24.00 - 04.00 Wita) Pasien mengatakan susah tidur.
4. Hygiene perseorangan
Sebelum sakit : mandi 2x sehari, sikat gigi 2x sehari, dan cuci rambut 2x
seminggu. Pasien selalu mengganti baju sehabis mandi.
Saat sakit: mandi 1 x sehari, cuci rambut 1x seminggu dan sikat gigi 1 x
sehari.
5. Riwayat Psikososial Spiritual
a) Psikososial
Sebelum mendapat penjelasan dari dokter pasien merasa cemas,
tetapi setelah mendapat penjelasan dari dokter tentang penyakitnya,
pasien merasa legah.
b) Sosial
Di Rumah: Pasien selalu berinteraksi dengan tetangga.
Di Rumah Sakit: Pasien membina hubungan baik dengan petugas
kesehatan dan keluarga yang berkunjung.
c) Spiritual
Di Rumah: Pasien selalu berdoa sebelum dan sesudah bangun tidur
Di Rumah Sakit : Pasien berdoa di tempat tidur saja sambil
mendengar siraman rohani dari pastoral care.

3.1.4. Pemeriksaan Fisik


a) B1 (Breating) sistem pernapasan
Bentuk dada simetris
Suara napas vesikuler
Pola napas normal (eupnea)
Frekuensi pernapasan normal 20x/menit
b) B2 (Blood) sistem cardiovaskuler
Konjungtiva merah muda, CRT ≤ 2 detik, akral teraba hangat, suhu
37,9 OC, Nd 84 x/menit
c) B3 (Brain) sistem persyarafan

23
Pupil isocorn kanan kiri 3/3, reflex cahaya +/+, konjungtiva merah
muda, sclera putih
d) B4(Bladder) Sistem perkemihan
VU teraba lembek tidak ada nyeri tekan
e) B5 (Bowel) sistem pencernaan
BU 40 x/menit, Abdomen terlihat bersih dan tidak terdapat luka
atau tidak pembesaran hepar
f) B6 (Bone) sistem tulang, otot dan kulit
Turgor kulit baik, semua ekstrimit danas dapat digerakan.

3.1.5. Pemeriksaan Penunjang


Tanggal periksa: 27 Maret 2021 (Hasil Labor Rumah Sakir St. Gabriel
Kewapante)

Jenis Periksa Hasil Pemeriksaan Normal

HEMATOLOGI

Hemoglobin 8,4 L: 13,5-18,0 gr/dl


P: 11,5-16,5 gr/dl

Leukosit 9.700 4000-11000/cmm

Eritrosit 3.070.000

Trombosit 337.000 150000-450000/cmm

HCT / PCV 24,5 L: 40-50%


P: 35-40%

SGPT 15

Creatinin 4,2

Acak Gula 86

Antigen Negatif

SEROLOGI/IMONOLOGI
Salmonella Typhi O Negatif Negatif

Salmonella O Paratyphi A 1/160 Negatif

Salmonella O Paratyphi B Negatif Negatif

24
Salmonella Typhi H 1/640

Tanggal Periksa : 26 Maret 2021 (Hasil Labor Mahardika)


 WBC (Leukosit) : 14,27
 Hemoglobin : 9,5
 PLT (Trombosit) : 389.000
 Salmonella Typhi H : 1/640
Tanggal Periksa : 20 Maret 2021 (Hasil Labor Mahardika)
 Salmonella O Paratyphi A : 1/160
 Salmonella Typhi H : 1/320

3.1.6. Terapi
 Infus RL : D5 2 : 1 1500 / 24 jam
 Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg/IV
 Paracetamol 4x500 mg /oral
 Akita 2 tablet tiap bab encer (maksimal 10 tablet /hari
 Cefixime 2.200 mg /oral
 Lisinoproil 1x5 mg /oral

3.2Analisa Data

No Tanggal Data Etiologi Problem


1 28/03/2021 S : Pasien Kuman Salmonela Hipertermi
mengatakan
badannya panas Penempelan dan invasi
hilang timbul bakteri pada usus
O : akral hangat, halus
suhu: 37,9 0 C,
Radang dan nekrosisse
Nadi : 84x/menit,
tempat
Widal test:
Salmonella O

25
Paratyphy A Kuman lewat pembuluh
1/160 limfe masuk ke
Salmonella Tiphy H darah (bakteremia
1/640 primer)
WBC (Leukosit)
14,27 (Labor Kuman difagositosis
Mahardika) oleh sel-sel fagosit
RES dan kuman
yang tidak difagosit
berkembangbiak

Kuman kembali masuk


ke darah
(bacteremia
sekunder)

Kuman masuk ke usus


dan reinfeksi di
usus

Masa bacteremia
kuman
mengeluarkan
endotoksin

Merangsang sintesa dan


pelepasan zat
pirogen oleh
leukosit

Mempengruhi pusat
termoregulasi di

26
hiptalamus

Suhu Tubuh meningkat

2 28/03/2021 S : Pasien Kuman salmonella Resiko


mengatakan thypi yang masuk Nutrisi
napsu makannya melalui makanan kurang dari
berkurang menempel pada kebutuhan
O : Pasien usus tubuh
menghabiskan
makanan 1/4 porsi
dengan komposisi terjadi peradangan
makanan bubur setempat
lunak
BB : 44 Kg
rasa tidak enak di perut

Nafsu makan menurun

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh.

3.3 Diagnosa Keperawatan

No Tanggal Diagnosa Keperawatan


1. 28 Hipertermi berhubungan dengan infeksi kuman salmonella thypi
Maret yang ditandai dengan pasien mengatakan demam ± 7 hari hilang
2021 timbul, akral hangat, TD : 120/80 mmhg, Sh : 37,9 o C, Nd : 84
x/mnt, Salmonella O Paratyphi A : 1/160, Salmonella Typhi H :

27
1/640, WBC (Leukosit) : 14.27 (Labor Mahardika)
2. 28 R Resiko Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Maret penurunan nafsu makan yang ditandai dengan pasien menghabiskan
2021 ¼ porsi makanan dengan BB 44 kg

3.4 Intervensi dan Implementasi (Terlampir)

3.5 Catatan Perkembangan

Tanggal Diagnosa Keperawatan SOAPIE


28/03/2021 Hipertermi berhubungan Pagi
dengan infeksi kuman S : Pasien mengatakan demam
salmonella thypi yang O : KU lemah, akral hangat, pasien
ditandai dengan pasien memakai infus RL 20 tts/mnt,
mengatakan demam ± 7 hari Sh 37, 6 0C
hilang timbul, TD : 120/80 A : Hipertermi belum teratasi
mmhg, akral hangat, Sh : P : Intervensi dilanjutkan
37,9 C, Nd : 84 x/mnt, Rr 1. Identifikasi penyebab atau faktor
O

20x/menit, SPO2 97%, yang dapat menimbulkan


Salmonella O Paratyphi A hipertermi, dehidrasi, dan infeksi.
1/160, Salmonella Typhi H 2. Anjurkan pasien untuk :
1/640, WBC 14,27 a. mengenakan pakaian tipis dan
meyerap keringat
b. minum air putih sesuai batas
toleransi
c. Mengurangi aktifitas yang
berlebihan saat suhu badan
naik.
3. Berikan kompres hangat
4. Monitor hasil pemeriksaan

28
Leukosit
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian anti piretik

I: 1. Pukul 05.00
1.Mengkaji keadaan umum pasien
lemah, akral hangat, TD : 120/80
mmhg, Sh 37,6 0
c, Nd :
84x/menit, Rr : 20x/menit, SPO2
97%,
2. Pukul 07.00
Melayani Paracetamol 1 tablet

28/03/2021 Resiko Nutrisi kurang dari Pagi


kebutuhan tubuh S : Pasien mengatakan nafsu
berhubungan dengan makannya sudah sedikit membaik
penurunan nafsu makan O : Pasien menghabiskan 1 porsi
yang ditandai dengan makan, pasien menggunakan cairan
mual, pasien D5% 20 tts/mnt
menghabiskan makan 1/4 A : Masalah teratasi sebagian
porsi makanan, BB 44 kg P : Intervensi dipertahankan
1. Kaji kemampuan pasien untuk
mengunyah dan menelan
2. Observasi mual muntah
3. Anjurkan pasien untuk melakukan
hygiene mulut sebelum dan
sesudah makan
4. Beri makanan dalam porsi kecil
tetapi sering

I: 1. Pukul 05.00
1. Menganjurkan pasien untuk

29
konsumsi makanan yang disukai
namun tetap tidak menyimpang
dari diet yang dijalani (makanan
lunak)
2. Menjelaskan cara pencegahan
demam typoid yaitu memasak
sampai matang air yang akan
dikonsumsi, makanan yang belum
dimakan ditutup, mencuci tangan
sebelum makan, dan makan
makanan yang sudah dimasak.
3. Pukul 05.30
Melayani injeksi Ranitidin 1
ampul/iv
4. Pukul 06.00

Melayani pasien makan pagi


5. Pukul 07.00
Melayani obat Cefixime

E: Pukul 07.00
S : Pasien mengungkapkan nafsu
makannya sudah membaik.
O : Pasien menghabiskan ½ porsi
makanan

Tanggal Diagnosa Keperawatan SOAPIE


29/03/2021 Hipertermi berhubungan S : Pasien mengatakan sudah tidak
dengan infeksi kuman demam lagi
salmonella thypi yang O : KU lemah, akral hangat, pasien
ditandai dengan ibu pasien

30
mengungkapkan badan memakai infus D5% 20 tts/mnt,
anaknya panas naik turun, Sh 37 0C
akral hangat, Sh : 37,9 C,
O

Nd : 84 x/mnt, Rr 20x/menit, A : Masalah teratasi sebagian


SPO2 97%, Salmonella O P : Intervensi dipertahankan
Paratyphi A 1/160, 1. Anjurkan pasien untuk :
Salmonella Typhi H 1/640, a. Mengenakan pakaian tipis
WBC 14,27 dan menyerap keringat
b. Banyak minum air putih
sesuai batas toleransi
c. Mengurangi aktivitas
berlebihan saat suhu tubuh
naik
d. Berikan kompres air hangat
I:
1. Mengkaji keadaan umum pasien
(lemah dan akral hangat) dan
TTV, TD 120/80 mmhg, Sh 37
O
C, Nd 84x/menit, Rr 20x/menit,
SPO2 97%

E: Pukul 05.00
S : Pasien mengatakan tidak demam
lagi
O : Keadaan umum lemah, akral
hangat suhu 37 OC

29/03/2021 Resiko Nutrisi kurang dari S : Pasien mengatakan nafsu


kebutuhan tubuh makannya sudah membaik
berhubungan dengan
penurunan nafsu makan yang O : Pasien menghabiskan 1 porsi

31
ditandai dengan mual, pasien makan, pasien menggunakan cairan
menghabiskan makan 1/4 RL 20 tts / mnt
porsi makanan, BB 44 kg
A: Masalah teratasi

P: Intervensi dipertahankan
1. Anjurkan pasien untuk konsumsi
makanan yang disukai namun tetap
tidak menyimpang dari diet yang
dijalani.
2. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat anti mual

I: 1. Pukul 05.00
Menganjurkan pasien untuk konsumsi
makanan yang disukai namun tetap
tidak menyimpang dari diet yang
dijalani (makanan lunak)

E: Pukul 05.30
S : Pasien mengatakan nafsu
makannya sudah membaik.
O : Pasien menghabiskan 1 porsi
makan.

Memberikan HE :
Pasien harus tetap mempertahankan
diet makanan lunak hingga 3 – 4
hari.

BAB IV

32
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan penulis dapat memberikan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Data Fokus
Ny BB dengan diagnosa medis demam thypoid pengkajian dilakukan pada
tanggal 27 Maret 2021 pukul 23.30 data yang didapat saat pengkajian
keadaan pasien lemah, akral hangat, TD 120\80 mmhg, Sh 37,9 OC, Nd
84x/menit, Rr 20x/menit, SPO2 97%, GCS 4-5-6.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari data didapatkan diagnosa keperawatan :
a) Hipertermi berhubungan dengan infeksi kuman Salmonella Thypi
yang ditandai dengan pasien mengatakan demam ± 7 hari hilang
timbul, akral hangat, Sh : 37,9 OC, Nd : 84x/mnt, Salmonella O
Paratyphi A 1/160, Salmonella Typhi H 1/640, WBC 14,27.
b) Resiko Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
purunan nafsu makan yang ditandai dengan mual, pasien
menghabiskan 1/4 porsi makanan dengan BB 44 kg
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang dilaksanakan pada kasus nyata.
Adapun intervensi yang telah dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi
masalah keperawatan yang didapatkan antara lain:
1) Hipertermi
Intervensi yang telah dilakukan perawat adalah anjurkan pasien
mengenakan pakaian tipis dan meyerap keringat.minum air putih
sesuai batas toleransi, kolaborasi dalam pemberian obat Antipiretik

2) Resiko Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Intervensi yang dilakukan adalah anjurkan pasien untuk makan
sedikit tapi sering dari diet yang dijalani, Observasi keluhan pasien

33
dan jumlah makanan yang dihabiskan pasien setiap jam makan,
kolaborasi dengan ahli gizi dalam diet pasien
4.2 Saran
1. Bagi Penulis
Untuk penulis diharapkan penulis lebih intensif dalam melaksanakan tindakan
keperawatan dan mengadaptasikan teori sesuai dengan kondisi klien dan
penulis lebih fokus lagi dalam mengkaji data-data pasien sehingga bila
melakukan asuhan keperawatan datanya lebih akurat dan lengkap lagi.
2. Saran untuk keluarga
Bagi keluarga disarankan untuk melanjutkan terapi pasien agar kesehatan
pasien dapat ditingkatkan dan juga mengalami kemajuan. Terapi yang dapat
dilakukan keluarga untuk pasien di rumah seperti: selalu rutin minum obat
dan kontrol ke dokter, dan melakukan pencegahan dengan menjaga
kebersihan makanan dan minuman seperti penyediaan sumber air minum
yang baik, merebus air minum sampai mendidih, serta mencuci bahan
makanan yang akan dimasak dan makanan yang telah dimasak jangan
dibiarkan terbuka, penyediaan jamban sehat, sosialisasi budaya cuci tangan
dan pemberantasan lalat.
3. Untuk perawat

34
DAFTAR PUSTAKA

Widodo Djoko, (2009). http://eprints.ums.ac.id/21070/26/naskah_publikasi.pdf

Muttain Arif, (2009). http://eprints.ums.ac.id/21070/26/naskah_publikasi.pdf

Nursalam, dkk. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta : Salemba

Medika,

Wijaya & Putri, (2013). http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/Arif Eka Budiman.pdf

ZulfikarA,(2006).http://sinta.unud.ac.id/dokumendir/

dc886f8b82a00d3e0cbe2b240e4cbe10.pdf

Susilaningrum, Asuhan Keperawatan Bayi dan anak, Jakarta : Salemba medika,

http://repo.stikesperintis.ac.id/839/1/17/Rahmat Fauzan.pdf

Data Rekam Medik Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante, 2020

35
DAFTAR SINGKATAN

TTV : Tanda tanda vital


Rr : Respirasi
Sh : Suhu
Nd : Nadi
IV : Intra vena
TD : Tekanan darah
RL : Ringer laktat
KU : Keadaan Umum
BU : Bising usus
CRT : Capillary Refill Time
GCS : Glow Coma Scale
TBC : Tubercolosis
DM : Diabetes Melitus
Th : Thorax
Abd : Abdoment
Ekst : Ekstremitas
SPO2 : Saturasi oksigen dalam darah
WBC : White blood cell (jumlah leucosit yang tinggi dalam darah)

36

Anda mungkin juga menyukai