PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Bagaimana hasil tinjauan secara teoritis dan kasus terhadap klien dengan selulitis ?
III. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana hasil tinjauan secara teoritis dan kasus terhadap klien
denganselulitis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. Konsep Dasar
1. Definisi
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis,
biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus
betahemolitikus dan Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan
kulit yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam (Herry, 1996).
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi, yang
umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus dan atau Streptococcus
( Arif Muttaqin, hal 68, 2011 ).
Selulitis merupakan suatu penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan
jaringan di bawah kulit. Infeksi dapat segera menyebar dan dapat masuk ke dalam
pembuluh getah bening dan aliran darah. Jika hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke
seluruh tubuh.
Selulitis merupakan infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam. Dengan karakteristik
sebagai berikut:
2. Klasifikasi
Selulitis dapat dibagi menjadi 3 yaitu selulitis sirkumskripta serous akut, selulitis
sirkumskripta supuratif akut dan selulitis difus akut.
Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang
tidak jelas batasnya.Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat
lunak dan spongius.Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang
terlibat.
Selulitis Sikrumskripta Supuratif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi
bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan
spasia yang dikenainya.Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan
tubuh bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal
tubuh dalam mengontrol infeksi.
Selulitis Difsus Akut
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone/Angina Ludwig’s.
Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia sub
lingual, sub mental dan sub mandibular bilateral, kadang-kadang sampai
mengenai spasia pharingeal. Selulitis dimulai dari dasar mulut.Seringkali bilateral,
tetapi bila hanya mengenai satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.
3. Anatomi Fisiologi
Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya yang
terletak di bagian paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15%
berat badan.
a. Lapisan Epidermis (kutikel)
Lapisan epidermis terdiri dari :
Stratum Korneum (lapisan tanduk)
Lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak berinti,
protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk).
Stratum Lusidum
Terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti,
protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini
lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.
Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan
terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa
biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan akanta )
Terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena
banyak mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin
dekat ke permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel
(intercellular bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau
keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang
disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel
Langerhans.
Stratum Basalis
Terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan
dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis dan
berfungsi reproduktif.
Sel kolumnar
Protoplasma basofilik inti lonjong besar, di hubungkan oleh jembatan antar
sel.
Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell
Sel berwarna muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen
(melanosomes)
b. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin)
Terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa pada dengan elemen-elemen selular
dan folikel rambut.
Pars Papilare
Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh
darah.
Pars Retikulare
Bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari serabut penunjang
seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri dari
cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula
fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya membentuk
ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen
muda bersifat elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan
makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya
bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang serta lebih elastis.
c. Lapisan Subkutis (hipodermis)
Lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel lemak yang
bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel
lemak disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan.
Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan
lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa kulit.
Di kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).
Vaskularisasi di kulit diatur oleh pleksus superfisialis (terletak di bagian atas
dermis) dan pleksus profunda (terletak di subkutis).
Fisiologi kulit
a) Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat
melindungi tubuh dari gangguan :
fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
panas : radiasi, sengatan sinar UV
infeksi luar : bakteri, jamur
Beberapa macam perlindungan :
Melanosit melindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning
(penggelapan kulit)
Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum merupakan perlindungan kimiawi
terhadap infeksi bakteri maupun jamur
Proses keratinisasi sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri
secara teratur.
b) Fungsi Absorpsi
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit,
hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui
celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
c) Fungsi Ekskresi
Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam urat, dan
amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari ibunya
memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir
ditemui sebagai Vernix Caseosa.
d) Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori lebih
banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
Badan Ruffini di dermis dan subkutis peka rangsangan panas
Badan Krause di dermis peka rangsangan dingin
Badan Taktik Meissner di papila dermis peka rangsangan rabaan
Badan Merkel Ranvier di epidermispeka rangsangan rabaan
Badan Paccini di epidemis peka rangsangan tekanan
e) Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh
darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler
dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum
sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa
(banyak mengandung air dan Na).
5. Patofisiologi
Invasi bakteri masuk melalui trauma, luka, gigitan serangga berinvasi streptokokus
dan staphylococcus aureus melalui barier epidermal yang rusak menyerang kulit dan
subkutan, masuk ke jaringan yang lebih dalam dan menyebar secara sistemik yang
menyebabkan terjadinya reaksi infeksi/inflamasi yang merupakan respon dari tubuh sehingga
muncul nyeri, pembengkakan kulit, lesi kemerahan dan demam.
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan
kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk,
rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak
adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada ke dua
ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristi
hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A,
streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait berkembang
bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang
mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun
etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran
bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukkan adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat
mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan
peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.
6. Manifestasi Klinis
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi.Kulit tampak
merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat.Ruam kulit muncul secara tiba-
tiba dan memiliki batas yang tegas.Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil.Gejala
lainnya adalah:
Demam
Nyeri kepala
Nyeri otot
Tidak enak badan
Malaise
Edema
Lesi
7. Komplikasi
Bakteremia
Nanah atau local Abscess
Superinfeksi oleh bakteri gram negative
Lymphangitis
Trombophlebitis
Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar
8%.
Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus
melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.
8. Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ
lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin).
Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya sebelum diberikan
sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:
Penderita berusia lanjut
Selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
Demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat
dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
Pencegahan Selulitis :
Jika memiliki luka
a. Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air
b. Oleskan antibiotic
c. Tutupi luka dengan perban
d. Sering-sering mengganti perban tersebut
e. Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi
Jika kulit masih normal
a. Lembabkan kulit secara teratur
b. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati
c. Lindungi tangan dan kaki
d. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial
9. Pathway
Adanya luka/gigitan binatang di kulit
Pembentukan Eksudat
Selulitis
Eritema lokak pada kulit
Mengiritasi daerah sekitar
Lesi pada kulit
Infeksi pada kulit
Nyeri
Pemicu pelepasan
Prostaglandin
Hiprtermi
A. ASKEP Teoritis
1. Pengkajian
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Biasanya pada klien dengan limfadenopati keluhan utamanya yaitu klien mengatakan
nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil dan malaise.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengalami luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik
berwarna merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan
mengilap
Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap penyakit seperti
ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwayat pemakaian obat.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau penyekit
kulit lainnya
c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum Klien
Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis
Berat badan : Biasanya normal
Tinggi badan : Biasanya normal
2. Tanda-Tanda Vital
TD : Biasanya menurun (< 120/80mmHg)
Nadi : Biasanya menurun (<90x/i)
RR : Biasanya normal (18-24 x/i)
Suhu : Biasanya meningkat (>37.5 °C)
3. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala
Inspeksi : Bentuk, karakteristik rambut serta kebersihan kepala
Palpasi : Adanya massa, benjolan ataupun lesi
Mata
Inspeksi : Sklera, conjungtiva, iris, kornea serta reflek pupil dan tanda-tanda
iritasi
Telinga
Inspeksi : Daun telinga, liang telinga, membran tympani, adanya serumen serta
pendarahan
Hidung
Inspeksi : Lihat kesimetrisan, membran mukosa, tes penciuman serta alergi
terhadap sesuatu
Mulut
Inspeksi : Kebersihan mulut, mukosa mulut, lidah, gigi dan tonsil
Leher
Inspeksi : Kesimetrisan leher, pembesaran kelenjar tyroid dan JVP
Palpasi : Arteri carotis, vena jugularis, kelenjar tyroid, adanya massa atau
benjolan
Thorax / Paru
Inspeksi : Bentuk thorax, pola nafas dan otot bantu nafas
Palpasi : Vocal remitus
Perkusi : Batas paru kanan dan kiri
Auskutasi : Suara nafas
Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis
Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri
Auskultasi : Batas jantung I dan II
Abdomen
Inspeksi : Asites atau tidak
Palpasi : Adanya massa atau nyeri tekan
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus
Kulit
Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit, adanya jaringan parut atau lesi dan CRT.
Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah yang kecil
di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit
jeruk yang mengelupas (peau d’orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan
lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa
pecah.
Ekstremitas
Kaji nyeri, kekuatan dan tonus otot
2. Diagnosa
Nyeri akut
Kerusakan integritas kulit
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
3. Intervensi
Intervensi:
Intervensi :
Krieria hasil: lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi lanjutan,kulit bersih,kering
dan area sekitar bebas dari edema,suhu normal
Intervensi:
3.Implementasi
Implementasi merupakan wujud nyata dari rencana keperawatan yang telah dibuat
sebelumnya.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengkajian sejauh mana pencapaian dari tindakan keperawatan yang
telah diberikan kepada pasien.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada Hari Kamis tgl 10-09-2020 pkl 18.30 di Ruang IGD
Rs.St.Gabriel Kewapante
I. Identitas Diri Klien
Nama : Ny.M.N
Alamat : Waiblama
Agama : RK
No.RM : 80 xxx
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
2. Identitas Keluarga
Nama : B.R
a.Keluhan Utama
C.Pemerikasaan Fisik
a.Tanda-tanda Vital
b.Kesadaran:Compos Mentis
c.Keadaan Umum:Lemah
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami sakit yang
sama seperti yang di derita klien sekarang
F.Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi :Bentuk simetris, rambut keriting,kulit kepala kotor tidak ada ketombe
Palpasi :Tidak ada massa, benjolan
2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :Sklera tidak ikterik dan conjungtiva merah muda
3. Telinga
Inspeksi :Daun telinga dan liang telinga bersih
4. Hidung :Hidung simetris,tidak ada polip
5. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi :Mulut bersih, mukosa bibir kering, lidah dan gigi putih
6. Leher
Inspeksi : Normal tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
7. Dada :
Inspeksi :Bentuksimetris
Palpasi :tidak ada massa
Perkusi :Sonor
Auskultasi :Suara nafas vesikuler
8. Abdomen
Inspeksi :Perut normal dan tidak membuncit
Auskultasi :bising usus 15x/mnt
Perkusi :bunyi timpani ( -)
Palpasi :tidak ada massa
9. Neuorologi
Tingkat kesadaran composmentis, GCS 15 (E:4, V:5, M:6)
10.Sistem Integumen
Kulit : Warna kulit sawo matang. Adanya pembengkakan pada kaki kiri, warna kulit
kemerahan pada area yang bengkak, kulit kering, adanya nyeri tekan pada area sekitar
pembengkakan, teraba panas pada area yang bengkak.
G. Pola nutrisi
BB : sebelum sakit pasien pernah timbang BB di posyandu 56 kg. Saat Sakit: tidak di
timbang karena tidak bisa berdiri
LK:45%-47%
HCT/PCV Pr:40%-42%
34.3%
2-8 mnt
CT
7’43 mnt 1-5 mnt
BT
3’30 mnt NEG
HbsAg Reaktif (+) -
Gol Darah
“A” LK:0,6-1,1 mg/dl
Creatinin
Pr:0,5-0,9 mg/dl
0,6 mg/dl
B. Analisa Data
No SYIMPTON ETIOLOGI PROBLEM
1. Nyeri berhubungan dengan Proses peradangan Nyeri
proses peradangan yang di
tandai dengan;
DS: Pasien mengatakan
bahwa nyeri pada kaki kiri
sejak 1 minggu hilang
timbul setelah di gigit oleh
binatang kecil pada kaki
nya,nyeri seperti di tusuk-
tusuk,semakin memberat
sehingga tidak bisa berjalan,
-pasien mengatakan
bengkak dan rasa nyeri bila
di tekan
DO: pasien tampak meringis
kesakitan
Teraba panas pada kaki
Skala nyeri 6
Control TTV
TD:110/80 mmhg
Sh:38,5°C,
Nd:95x/mnt,
2. RR:20x/mnt, SPO2:98% Proses infeksi Hipertemi
Hipertermi berhubungan
proses infeksi;
DS:Pasien mengatakan
badan panas sudah 5 hari
DO:badan teraba panas,
Nampak lemah,
Control TTV:
TD:110/80 mmhg
Nadi:95x/mnt
Suhu: :38,5°C
RR:20x/mnt
C. Diagnosa keperawatan
D.Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri Setelah dilakukan Kaji tanda-tanda Mengetahui
berhubungan tindakan vital keadaan umum
dengan proses keperawatan selama pasien
peradangan di 30 mnt pasien Kaji tingkat Dapat membantu
tandai dengan menunjukkan nyeri nyeri,catat mengevaluasi
pasien berkurang dengan lokasi,karakteristik tingkat derajat
mengatakan kriteria hasil : dan intensitas kenyamanan pasien
nyeri pada Nyeri nyeri Napas dalam dapat
kaki kiri sejak berkurang Anjurkan teknik membantu
1 minggu Pasien relaksasi napas mengurangi rasa
hilang timbul tampak dalam nyeri
setelah di rileks Kolaborasi dengan Terapi analgetik
gigit oleh Skala nyeri dokter dalam dapat mengurangi
binatang kecil 1-3 pemberian rasa nyeri
pada TTV dalam analgetik sesuai
kakinya,nyeri batas indikasi
sperti di normal:
tusuk- TD:120/80
tusuk,semakin mmhg,
memberat 36 -37°C
sehingga tidak Nd: 80 -100
bisa x/mnt,
berjalan,pasie RR: 20x/mnt
n mengatakan
bengkak dan
nyeri bila di
tekan,nampak
meringis
kesakitan,tera
ba panas pada
kaki,skala
nyeri
6,Control
TTV:TD:110/80
mmhg,ND:95X/
2 mnt,Suhu:38,5
°c
Kaji tanda-tanda Mengetahui keadaan
Setelah dilakukan vital pasien umum pasien
Hipertermi tindakan
berhubungan keperawatan selama
dengan proses 30 mntdi harapkan Berikan kompres Kompres hangat
infeksi di pasien hangat dapat menyebabkan
tandai dengan menunjukkan suhu fase dilatasi sehingga
Pasien tubuh menurun dapat menurunkan
mengatakan dengan kriteria hasil Berikan klien suhu tubuh
badan panas Suhu tubuh minum air hangat Air hangat dapat
sudah 5 hari, dalam batas membantu proses
badan teraba normal 36- Kolaborasi dengan dilatasi sehingga
panas, 37°C dokter pemberian dapat menurunkan
Nampak Pasien obat antipiretik suhu tubuh
lemah, tampak Antipiretik dapat
Control TTV: tenang menurunkan suhu
TD:110/80 tubuh
mmhg
Nadi:95x/mnt
Suhu: :38,5
RR:20x/mnt