Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Selulitis merupakan peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis,


biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus
betahemolitikus dan Stafilokokus aureus. Selulitis adalah peradangan pada jaringan kulit
yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam.
Selulitis sendiri mempunyai tiga karakteristik yaitu, Peradangan supuratif sampai di
jaringan subkutis, Mengenai pembuluh limfe permukaan, Plak eritematus, batas tidak jelas
dan cepat meluas.
Penyebab selulitis diantaranya adalah infeksi bakteri dan jamur, serta disebabkan
oleh penyebab lain seperti genetic, gigitan serangga dan lain – lain.
Untuk menghindari terkena selulitis biasa dilakukan dengan melembabkan kulit
secara teratur, memotong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati, mindungi tangan dan
kaki, merawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas limfadenopati agar dapat
memberikan manfaat untuk kita semua.

II. Rumusan Masalah

Bagaimana hasil tinjauan secara teoritis dan kasus terhadap klien dengan selulitis ?

III. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana hasil tinjauan secara teoritis dan kasus terhadap klien
denganselulitis
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. Konsep Dasar

1. Definisi
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis,
biasanya didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus
betahemolitikus dan Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan
kulit yang mana cenderung meluas kearah samping dan ke dalam (Herry, 1996).
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi, yang
umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus dan atau Streptococcus
( Arif Muttaqin, hal 68, 2011 ).
Selulitis merupakan suatu penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan
jaringan di bawah kulit. Infeksi dapat segera menyebar dan dapat masuk ke dalam
pembuluh getah bening dan aliran darah. Jika hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke
seluruh tubuh.
Selulitis merupakan infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam. Dengan karakteristik
sebagai berikut:

 Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis.


 Mengenai pembuluh limfe permukaan.
 Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas.

2. Klasifikasi
Selulitis dapat dibagi menjadi 3 yaitu selulitis sirkumskripta serous akut, selulitis
sirkumskripta supuratif akut dan selulitis difus akut.
 Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang
tidak jelas batasnya.Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat
lunak dan spongius.Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang
terlibat.
 Selulitis Sikrumskripta Supuratif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi
bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan
spasia yang dikenainya.Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan
tubuh bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal
tubuh dalam mengontrol infeksi.
 Selulitis Difsus Akut
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone/Angina Ludwig’s.
Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia sub
lingual, sub mental dan sub mandibular bilateral, kadang-kadang sampai
mengenai spasia pharingeal. Selulitis dimulai dari dasar mulut.Seringkali bilateral,
tetapi bila hanya mengenai satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.

3. Anatomi Fisiologi

Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya yang
terletak di bagian  paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15%
berat badan.
a. Lapisan Epidermis (kutikel)
Lapisan epidermis terdiri dari :
 Stratum Korneum (lapisan tanduk)
Lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak berinti,
protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk).
 Stratum Lusidum
Terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti,
protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini
lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.
 Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan
terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa
biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
 Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan akanta )
Terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena
banyak mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin
dekat ke permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel
(intercellular bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau
keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang
disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel
Langerhans.
 Stratum Basalis
Terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan
dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis dan
berfungsi reproduktif.
 Sel kolumnar
Protoplasma basofilik inti lonjong besar, di hubungkan oleh jembatan antar
sel.
 Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell
Sel berwarna muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen
(melanosomes)
b. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin)
Terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa pada dengan elemen-elemen selular
dan folikel rambut.
 Pars Papilare
Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh
darah.
 Pars Retikulare
Bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari serabut penunjang
seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri dari
cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula
fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya membentuk
ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen
muda bersifat elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan
makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya
bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang serta lebih elastis.
c. Lapisan Subkutis (hipodermis)
Lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel lemak yang
bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel
lemak disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan.
Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan
lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa kulit.
Di kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).
Vaskularisasi di kulit diatur oleh pleksus superfisialis (terletak di bagian atas
dermis) dan pleksus profunda (terletak di subkutis).

Fisiologi kulit
a) Fungsi Proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat
melindungi tubuh dari gangguan :
 fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.
 kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
 panas : radiasi, sengatan sinar UV
 infeksi luar : bakteri, jamur
Beberapa macam perlindungan :
 Melanosit melindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning
(penggelapan kulit)
 Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
 Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum merupakan perlindungan kimiawi
terhadap infeksi bakteri maupun jamur
 Proses keratinisasi sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri
secara teratur.
b) Fungsi Absorpsi
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit,
hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. PEnyerapan dapat melalui
celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.
c) Fungsi Ekskresi
Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam urat, dan
amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari ibunya
memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir
ditemui sebagai Vernix Caseosa.
d) Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori lebih
banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.
 Badan Ruffini di dermis dan subkutis peka rangsangan panas
 Badan Krause di dermis peka rangsangan dingin
 Badan Taktik Meissner di papila dermis peka rangsangan rabaan
 Badan Merkel Ranvier di epidermispeka rangsangan rabaan
 Badan Paccini di epidemis peka rangsangan tekanan
e) Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)
Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh
darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler
dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum
sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa
(banyak mengandung air dan Na).

f) Fungsi Pembentukan Pigmen


Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen
(melanosomes).
g) Fungsi Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain
akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas
sel makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti
makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini
berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara
mekanis fisiologik.
h) Fungsi Pembentukan Vitamin D
Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tapi
kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik
masih tetap diperlukan.
4. Etiologi
Penyakit Selulitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur, namun ada
beberapa penyebab lain dari selulitis yaitu :
a. Infeksi bakteri dan jamur
 Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus
 Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B
 Infeksi dari jamur Aeromonas Hydrophila, tapi Infeksi yang diakibatkan jamur
termasuk jarang.
 S. Pneumoniae (Pneumococcus)
b. Penyebab lain
 Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.
 Kulit kering
 Eksim
 Kulit yang terbakar atau melepuh
 Diabetes
 Obesitas atau kegemukan
 Pembekakan yang kronis pada kaki
 Penyalahgunaan obat-obat terlarang
 Menurunnyaa daya tahan tubuh
 Cacar air
 Malnutrisi
 Gagal ginjal

Faktor yang memperparah perkembangan selulitis :


 Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang
pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti
selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinkan.
 Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)
Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya
infeksi. Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV.
Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga
mempermudah infeksi.
 Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem
immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah
pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan
masuk bagi bakteri penginfeksi.
 Cacar dan ruam saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk
bakteri penginfeksi.
 Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri
penginfeksi.
 Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehinggan menambah resiko
bakteri penginfeksi masuk
 Penggunaan steroid kronik
Contohnya penggunaan corticosteroid.
 Penyalahgunaan obat dan alcohol
Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.
 Malnutrisi
Selain pengaruh dari nutrisi yang buruk, lingkungan tropis, panas, banyak debu dan
kotoran, mempermudah timbulnya penyakit ini.

5. Patofisiologi
Invasi bakteri masuk melalui trauma, luka, gigitan serangga berinvasi   streptokokus
dan staphylococcus aureus melalui barier epidermal yang rusak menyerang kulit dan
subkutan, masuk ke jaringan yang lebih dalam dan menyebar secara sistemik  yang
menyebabkan terjadinya reaksi infeksi/inflamasi yang merupakan respon dari tubuh sehingga
muncul nyeri, pembengkakan kulit, lesi kemerahan dan demam.
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan
kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk,
rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak
adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada ke dua
ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristi
hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A,
streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait berkembang
bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang
mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun
etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran
bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus
menunjukkan adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat
mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan
peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.

6. Manifestasi Klinis
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi.Kulit tampak
merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat.Ruam kulit muncul secara tiba-
tiba dan memiliki batas yang tegas.Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil.Gejala
lainnya adalah:
 Demam
 Nyeri kepala
 Nyeri otot
 Tidak enak badan
 Malaise
 Edema
 Lesi
7. Komplikasi
 Bakteremia
 Nanah atau local Abscess
 Superinfeksi oleh bakteri gram negative
 Lymphangitis
 Trombophlebitis
 Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar
8%.
 Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus
melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.
8. Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ
lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin).
Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Biasanya sebelum diberikan
sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:
 Penderita berusia lanjut
 Selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
 Demam tinggi.
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat
dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
Pencegahan Selulitis :
Jika memiliki luka
a.    Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air
b.    Oleskan antibiotic
c.    Tutupi luka dengan perban
d.   Sering-sering mengganti perban tersebut
e.    Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi
Jika kulit masih normal
a.    Lembabkan kulit secara teratur
b.    Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati
c.    Lindungi tangan dan kaki
d.   Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial
9. Pathway
Adanya luka/gigitan binatang di kulit

Luka terkontaminasi dengan bakteri streptococus

Invasi bakteri streptococus

Peradangan pada jaringan

Pembentukan Eksudat

Eksudat mengumpul dalam rongga/jaringan

Menyebar secara difus ke jaringan

Selulitis
Eritema lokak pada kulit
Mengiritasi daerah sekitar
Lesi pada kulit
Infeksi pada kulit

Kerusakan integritas Kulit Pengeluaran zat-zat prostaglandin,histamim dan bradikinin

Merangsang reseptor nyeri dari SSP

Nyeri

Trauma jaringan lunak Reaksi inflamasi

Kerusakan kulit Respon antigen antibody

Resiko tinggi infeksi Pelepasan mediator kimia

Mengaktifkan neutrofil dan


makrofag
Pelepasan pirogen endogen

Merangsang sel-sel endotel


Hipotalamus

Pemicu pelepasan
Prostaglandin

Peningkatan suhu tubuh

Hiprtermi

10. Pemeriksaan Penunjang


Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk    melakukan
diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan melakukan pemeriksaan lab
seperti :
 Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata
sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
 BUN level.
 Creatinine level.
 Culture darah

A. ASKEP Teoritis

1. Pengkajian

a. Identitas Diri Klien


Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), nomor MR, umur, pekerjaan,
agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk RS, cara masuk RS,
penanggung jawab.

b. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
Biasanya pada klien dengan limfadenopati keluhan utamanya yaitu klien mengatakan
nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil dan malaise.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengalami luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik
berwarna merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan
mengilap
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap penyakit seperti
ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwayat pemakaian obat.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau penyekit
kulit lainnya

c. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum Klien
 Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis
 Berat badan : Biasanya normal
 Tinggi badan : Biasanya normal
2. Tanda-Tanda Vital
 TD : Biasanya menurun (< 120/80mmHg)
 Nadi : Biasanya menurun (<90x/i)
 RR : Biasanya normal (18-24 x/i)
 Suhu : Biasanya meningkat (>37.5 °C)
3. Pemeriksaan Head to Toe
 Kepala
Inspeksi : Bentuk, karakteristik rambut serta kebersihan kepala
Palpasi : Adanya massa, benjolan ataupun lesi
 Mata
Inspeksi : Sklera, conjungtiva, iris, kornea serta reflek pupil dan tanda-tanda
iritasi
 Telinga
Inspeksi : Daun telinga, liang telinga, membran tympani, adanya serumen serta
pendarahan
 Hidung
Inspeksi : Lihat kesimetrisan, membran mukosa, tes penciuman serta alergi
terhadap sesuatu
 Mulut
Inspeksi : Kebersihan mulut, mukosa mulut, lidah, gigi dan tonsil
 Leher
Inspeksi : Kesimetrisan leher, pembesaran kelenjar tyroid dan JVP
Palpasi : Arteri carotis, vena jugularis, kelenjar tyroid, adanya massa atau
benjolan
 Thorax / Paru
Inspeksi : Bentuk thorax, pola nafas dan otot bantu nafas
Palpasi : Vocal remitus
Perkusi : Batas paru kanan dan kiri
Auskutasi : Suara nafas
 Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis
Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri
Auskultasi : Batas jantung I dan II

 Abdomen
Inspeksi : Asites atau tidak
Palpasi : Adanya massa atau nyeri tekan
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus
 Kulit
Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit, adanya jaringan parut atau lesi dan CRT.
Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah yang kecil
di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit
jeruk yang mengelupas (peau d’orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan
lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa
pecah.
 Ekstremitas
Kaji nyeri, kekuatan dan tonus otot

2. Diagnosa

 Nyeri akut
 Kerusakan integritas kulit
 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

3. Intervensi

1.Nyeri berhubungan dengan proses peradangan


Tujuan: nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil: pasien Nampak tenang,ekspresi muka rileks ketidaknyamanan


dalam batas yang dapat di toleransi.

Intervensi:

A .kaji intensitas nyeri,menggunakan skala atau peringkat nyeri

b.ubah posisi sesering mungkin,pertahankan garis tubuh untuk mencegah


penekanan dan kelelahan

c.bantu dan ajarkan penanganan terhadap nyeri,penggunaan imajinasi,relaksasi.

d. beri analgetik jika di perlukan

2.Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan: suhu badan dalam batas normal

Kriteria hasil: suhu badan turun,Nampak rileks

Intervensi :

a.kaji tanda-tanda vital pasien

b.berikan kompres hangat

c.berikan klien minum air hangat

d.lakukan kolaborasi pemberian antipiretik

3.kerusakan integritas kulit

Tujuan: menunjukan regenerasi jaringan

Krieria hasil: lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi lanjutan,kulit bersih,kering
dan area sekitar bebas dari edema,suhu normal

Intervensi:

1.kaji kerusakan,ukuran,kedalaman warna cairan

2.pertahankan istirahat di tempat tidur dengan peningkatan ekstremitas dan mobilisasi

3. pertahankan teknik aseptic

4.pantau suhu tubuh,lapor jika ada peningkatan

3.Implementasi

Implementasi merupakan wujud nyata dari rencana keperawatan yang telah dibuat
sebelumnya.
4. Evaluasi

Evaluasi merupakan pengkajian sejauh mana pencapaian dari tindakan keperawatan yang
telah diberikan kepada pasien.

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada Hari Kamis tgl 10-09-2020 pkl 18.30 di Ruang IGD
Rs.St.Gabriel Kewapante
I. Identitas Diri Klien

Nama : Ny.M.N

TTL : 01 Juli 1972/48 thn

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Waiblama

Status Perkawina : Kawin

Agama : RK

No.RM : 80 xxx

Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Tanggal Masuk RS : 10-09-2020

Diagnosa Medis : Selulitis Pedis Sinistra + Abses

2. Identitas Keluarga

Nama : B.R

Hubungan dengan Klien : Ibu Kandung

Pekerjaan : Karyawan Swasta


B.Riwayat Kesehatan

a.Keluhan Utama

Bengkak dan Nyeri pada kaki kiri.

b.Riwayat Penyakit Sekarang

Saat di lakukan pengkajian pada tanggal 10-09-2020 klien mengatakan


bahwa nyeri pada kaki kiri sejak 1 minggu hilang timbul setelah di gigit oleh binatang
kecil pada kakinya,nyeri seperti tertusuk-tusuk,semakin memberat sehingga tidak bisa
berjalan,bengkak dan terasa panas pada kaki,rasa nyeri bila di tekanskala nyeri
6,badan panas 5 hari.Selama sakit pasien hanya berobat ke dukun saja,namun tidak
ada perubahan sehingga pasien di bawah ke RS St.Gabriel Kewapante untuk mendapat
pengobatan.

C.Pemerikasaan Fisik

a.Tanda-tanda Vital

TD:110/80 mmhg Sh:38,5°C,Nd:95x/mnt, RR:20x/mnt, SPO2:98%

b.Kesadaran:Compos Mentis

c.Keadaan Umum:Lemah

D.Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan sebelumnya dia tidak pernah menderita penyakit seperti


hipertensi,dia hanya sakit batuk,pilek dan badan panas

E.Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami sakit yang
sama seperti yang di derita klien sekarang

F.Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi :Bentuk simetris, rambut keriting,kulit kepala kotor tidak ada ketombe
Palpasi :Tidak ada massa, benjolan
2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :Sklera tidak ikterik dan conjungtiva merah muda
3. Telinga
Inspeksi :Daun telinga dan liang telinga bersih
4. Hidung :Hidung simetris,tidak ada polip
5. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi :Mulut bersih, mukosa bibir kering, lidah dan gigi putih
6. Leher
Inspeksi : Normal tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
7. Dada :
Inspeksi :Bentuksimetris
Palpasi :tidak ada massa
Perkusi :Sonor
Auskultasi :Suara nafas vesikuler
8. Abdomen
Inspeksi :Perut normal dan tidak membuncit
Auskultasi :bising usus 15x/mnt
Perkusi :bunyi timpani ( -)
Palpasi :tidak ada massa
9. Neuorologi
Tingkat kesadaran composmentis, GCS 15 (E:4, V:5, M:6)
10.Sistem Integumen

Kulit : Warna kulit sawo matang. Adanya pembengkakan pada kaki kiri, warna kulit
kemerahan pada area yang bengkak, kulit kering, adanya nyeri tekan pada area sekitar
pembengkakan, teraba panas pada area yang bengkak.

11. Ekstremitas : Adanya pembengkakan pada kaki kiri, kekuatan otot ……

G. Pola nutrisi

BB : sebelum sakit pasien pernah timbang BB di posyandu 56 kg. Saat Sakit: tidak di
timbang karena tidak bisa berdiri

1. Frekuensi makan : 3xsehari Sakit : 3xsehari


2. Porsi makan : 1 porsi Sakit :1/2 porsi

H. Pola Istirahat dan Tidur

1. Waktu tidur : 21.00wita Sakit : 23.00wita


2. Lama tidur : 8 jam/hari Sakit : 5 jam/hari
3. Kesulitan dalam tidur : Tidak ada Sakit : pasien sering terjaga karena rasa
nyeri
Pemeriksaan Penunjang

Hari/TGL Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Kamis/10-09-  HB 11,9 gr/dl LK:14-16 gr/dl
2020 Pr:12-15 gr/dl
 Leukosit
16.700/cmm 5000-10.000/cmm
 Trombosit
311.000/cmm 150.000-10.000/cmm

 Eritrosit LK:4.330.000- 5.950.000


4.540.000/cmm Pr:3.900.000/cmm

LK:45%-47%
 HCT/PCV Pr:40%-42%
34.3%
2-8 mnt
 CT
7’43 mnt 1-5 mnt
 BT
3’30 mnt NEG
 HbsAg Reaktif (+) -
 Gol Darah
“A” LK:0,6-1,1 mg/dl
 Creatinin
Pr:0,5-0,9 mg/dl
0,6 mg/dl

 Acak Gula <200 mg/dl


382 mg/dl

B. Analisa Data
No SYIMPTON ETIOLOGI PROBLEM
1. Nyeri berhubungan dengan Proses peradangan Nyeri
proses peradangan yang di
tandai dengan;
DS: Pasien mengatakan
bahwa nyeri pada kaki kiri
sejak 1 minggu hilang
timbul setelah di gigit oleh
binatang kecil pada kaki
nya,nyeri seperti di tusuk-
tusuk,semakin memberat
sehingga tidak bisa berjalan,
-pasien mengatakan
bengkak dan rasa nyeri bila
di tekan
DO: pasien tampak meringis
kesakitan
Teraba panas pada kaki
Skala nyeri 6
Control TTV
TD:110/80 mmhg
Sh:38,5°C,
Nd:95x/mnt,
2. RR:20x/mnt, SPO2:98% Proses infeksi Hipertemi

Hipertermi berhubungan
proses infeksi;
DS:Pasien mengatakan
badan panas sudah 5 hari
DO:badan teraba panas,
Nampak lemah,
Control TTV:
TD:110/80 mmhg
Nadi:95x/mnt
Suhu: :38,5°C
RR:20x/mnt
C. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan ditandai dengan; pasien mengatakan


nyeri pada kaki kiri sejak 1 minggu hilang timbul setelah di gigit oleh binatang
kecil, nyeri seperti tertusuk-tusuk, semakin memberat sehingga tidak bisa berjalan,
pasien mengatakan bengkak dan rasa nyeri bila di tekan, nampak meringis
kesakitan, teraba panas pada kaki, skala nyeri 6, Control TTV:TD:110/80,Nadi:
95x/mnt,suhu: 38,5°C, RR:20x/mnt
2. Hipertermi berhubungan denganproses infeksi yang di tandai dengan;pasien
mengatakn badan panas 5 hari,nampak lemah,badan teraba panas,Control
TTV:TD:110/80,Nadi:95x/mnt,suhu: 38,5°C,RR:20x/mnt 2407R0031020K000204

D.Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri Setelah dilakukan  Kaji tanda-tanda  Mengetahui
berhubungan tindakan vital keadaan umum
dengan proses keperawatan selama pasien
peradangan di 30 mnt pasien  Kaji tingkat  Dapat membantu
tandai dengan menunjukkan nyeri nyeri,catat mengevaluasi
pasien berkurang dengan lokasi,karakteristik tingkat derajat
mengatakan kriteria hasil : dan intensitas kenyamanan pasien
nyeri pada  Nyeri nyeri  Napas dalam dapat
kaki kiri sejak berkurang  Anjurkan teknik membantu
1 minggu  Pasien relaksasi napas mengurangi rasa
hilang timbul tampak dalam nyeri
setelah di rileks  Kolaborasi dengan  Terapi analgetik
gigit oleh  Skala nyeri dokter dalam dapat mengurangi
binatang kecil 1-3 pemberian rasa nyeri
pada  TTV dalam analgetik sesuai
kakinya,nyeri batas indikasi
sperti di normal:
tusuk- TD:120/80
tusuk,semakin mmhg,
memberat 36 -37°C
sehingga tidak Nd: 80 -100
bisa x/mnt,
berjalan,pasie RR: 20x/mnt
n mengatakan
bengkak dan
nyeri bila di
tekan,nampak
meringis
kesakitan,tera
ba panas pada
kaki,skala
nyeri
6,Control
TTV:TD:110/80
mmhg,ND:95X/
2 mnt,Suhu:38,5
°c
 Kaji tanda-tanda  Mengetahui keadaan
Setelah dilakukan vital pasien umum pasien
Hipertermi tindakan
berhubungan keperawatan selama
dengan proses 30 mntdi harapkan  Berikan kompres  Kompres hangat
infeksi di pasien hangat dapat menyebabkan
tandai dengan menunjukkan suhu fase dilatasi sehingga
Pasien tubuh menurun dapat menurunkan
mengatakan dengan kriteria hasil  Berikan klien suhu tubuh
badan panas  Suhu tubuh minum air hangat  Air hangat dapat
sudah 5 hari, dalam batas membantu proses
badan teraba normal 36-  Kolaborasi dengan dilatasi sehingga
panas, 37°C dokter pemberian dapat menurunkan
Nampak  Pasien obat antipiretik suhu tubuh
lemah, tampak  Antipiretik dapat
Control TTV: tenang menurunkan suhu
TD:110/80 tubuh
mmhg
Nadi:95x/mnt
Suhu: :38,5
RR:20x/mnt

E. Implementasi keperawatan dan evaluasi

No Hari/Tgl Jam Implementasi Evaluasi


1 Kamis,10- 18.35 Mengukur TTV Pasien Pkl.19.45
09-2020 S:
18.40 Memasang infuse RL 20  Pasien mengatakan nyeri
tts/mnt pada kaki sedikit
berkurang
18.45 Menyuntik antrain 1  Pasien mengatakan badan
apl/iv panas sudah berkurang
18.45
Menskintes cefotaxime O:
0,1cc,0,9c aqua/ic  Pasien Nampak rileks
19.10  Nampak tenang
Memberi pasien minum  Control TTV pasien:
air hangat 1 gelas TD:110/80
19.15
Nadi:95x/mnt
Menyuntik cefotaxime 1 Suhu:37,5°C,RR: 20x/mnt
gr/iv Skala nyeri 4
20.00
A:Masalah sebagian Teratasi
Melakukan EKG
20.40
P: intervensi di lanjutkan di ruangan
Mengantar pasien ro No:1,2,3,4
thorax PA dan mengantar
pasien ke ruangan yosefa

Anda mungkin juga menyukai