Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SELILITIS REGIO PEDIS DEXTRA

DISUSUN OLEH :

NAMA : RESTI YULIANA

NIM : 201440129

PRODI D-III KEPERAWATAN PANGKALPINANG


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
1. Definisi
Selulitis adalah infeksi pada kulit yang meliputi dermis dan jaringan subkutan
dengan karakteristik klinis berupa gejala akut, eritema, nyeri, edematosa, inflamasi
supuratif pada kulit, jaringan lemak subkutan, atau otot dan sering disertai gejala
sistemik berupa malaise, demam, menggigil, dan nyeri lokal. Penyebab tersering dari
selulitis adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus grup A. Faktor risiko
terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit, atau
gangguan pada pembuluh vena maupun pembuluh limfe. ( Dr. dr. AAGP. Wiraguna,
Sp.KK (K), FINSDV, FAADV.2018. Satu Kasus Selulitis Pedis Dekstra Dengan
Onikomikosis Digiti I-V Pedis Dekstra Et Sinistra Yang Disertai Gangguan Bipolar).
Selulitis merupakan infeksi pada jaringan subkutan, terjadi pada orang orang
dengan imunitas normal dan kebanyakan diderita oleh anak-anak dan usia lanjut.
Selulitis memiliki tiga karakteristik yaitu peradangan supuratif sampai di jaringan
subkutis, mengenai pembuluh limfe dan permukaan, plak eritematus, batas tidak jelas
dan cepat meluas. Sebagian besar kasus selulitis disebabkan oleh bakteri
streptococcus dan staphylococcus yang masuk dari luka pada kulit, seperti luka
operasi, luka gores. Bila terjadi nekrosis jaringan maka perlu tindakan bedah untuk
mengangkat jaringan nekrotik tersebut atau disebut Debridement. (muttaqin, 2015).
2. Etiologi
Selulitis disebabkan oleh organisme yang beragam, paling sering disebabkan
oleh Streptococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. Organisme penyebab selulitis
yang lain seperti golongan batang Gram negatif dan bersifat aerob
(Enterobacteriaceae, Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter), golongan anaerob
(Bacteroides, Peptococcus), H. influenza, Pneumococcus, E.colli, Aeromonas
hydrophila, Erysipelothrix rhusio-pathiae, Vibro vulnificus. . ( Dr. dr. AAGP.
Wiraguna, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV.2018. Satu Kasus Selulitis Pedis Dekstra
Dengan Onikomikosis Digiti I-V Pedis Dekstra Et Sinistra Yang Disertai Gangguan
Bipolar).
Menurut Alpers Ann. (2016). penyebab selulitis antara lain Streptococcus grup
B. Haemophylus influenza, Pneumokokus, Staphylococcus aereus dan Streptococcus
grup A. Meskipun ada beberapa bakteri yang dapat menyebabkab selulitis, penyebab
yang paling sering dijumpai adalah Staphylococcus dan Streptococcus (Medicastore,
2016).
Selulitis terjadi manakala bakteri tersebut masuk melalui kulit yang bercelah
terutama celah antara selaput jari kaki, pergelangan kaki, dan tumit, kulit terbuka,
bekas sayatan pembedahan (lymphadenectomy, mastectomy, postvenectomy).
Walaupun selulitis dapat terjadi di kulit bagian manapun, lokasi paling sering terjadi
adalah di kaki, khususnya di kulit daerah tulang kering dan punggung kaki.
Rosfanty (2015) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang memperparah resiko
dari perkembangan selulitis, antara lain:
1. Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah berkurang
pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami infeksi seperti
selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinka.
2. Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)
Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya
infeksi.Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV.
Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ) juga
mempermudah infeksi.
3. Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem
immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi darah
pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan
masuk bagi bakteri penginfeksi.
4. Cacar dan ruam saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk
bakteri penginfeksi.
5. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi bakteri
penginfeksi.
6. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki.
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehingga menambah resiko
bakteri.penginfeksi masuk
7. Penggunaan steroid kronik
Contohnya penggunaan corticosteroid.
8. Gigitan & sengat serangga, hewan, atau gigitan manusia
9. Penyalahgunaan obat dan alcohol
Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi berkembang.
10. Malnutrisi
Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah
timbulnya penyakit ini.
3. Anatomi Fisiologi
Menurut (Muttaqin Arif, 2015) Sistem inetgumen (Terutama Kulit)
merupakan suatu masa atau jaringan terbesar di tubuh, kulit bekerja melindungi
struktur-struktur dibawahnya dan berfungsisebagai cadangan kalori, kulit
mencerminkan emosi dan stres yang dialami.Stres pisikologis pada keadaan sakit atau
pada berbagai masalah pribadi, serta keluarga pada umumnya akan bermenifestasi
keluarsebagai masalah sistem integumen, kondisi sistemik tertentu, sepertihepatistis
dan kanker, menifestasi gangguan integumen dapat menjaditanda pertama kelainan
tersebut.
Sistem organ tubuh yang paling luas kulit tidak bisa terpisahdari kehidupan
manusia. kulit membangun sebuah barier yangmemisahkan organ-organ internal
dengan lingkungan luar dan turut berpartisipasi dalam banyak fungsi tubuh yang vital.
Kulittersambung dengan membran mukosa pada ostium eksterna
sistemgastrointestinal, respiratoris dan urogenitalis.
Kulit terdiri dari tiga lapisan, yang masing-masing memiliki berbagai jenis sel
dan memiliki fungsi yang bermacam-macam, ketigalapisan tersebut adalah epidermis,
dermis dan hypodermis/subkutis.
Struktur anatomi integumen secara umum
Sumber : id.scribd.com

a. Epidermis
Epidermis merupakan struktur lapisan kulit terluar. sel-selepidermis
terus-menerus mengalami mitosisi dan berganti denganyang baru sekitar 30
hari. Epidermis mengandung reseptor-reseptor sensorik untuk sentuhan, suhu,
getaran dan nyeri.komponen utama epidermis adalah protein keratin,
yangdihasilakan oleh sel-sel yang disebut keratinosit, keratin adalah bahan
yang kuat dan memiliki daya tahan tinggi, serta tidak larut dalam air. Keratin
mencegah hilangnya air tubuh dan melindungiepidermis dari iritan atau
mikroorganisme penyebab infeksi,keratin adalah komponen utama apensiks
kulit : Rambut dan kuku (Craven, 2016 In : Muttaqin Arif, 2016).
b. Melanosit (sel Pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis,melanosit
menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagairesponterhadap rangsangan
hormon hipofisis anterior, hormon perangsang melanosit (melanocyte
stimulating hormon, MSH).melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis
yang terutamaterlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit
danrambut.Sel imun, yang disebut sel langerhans, terdapat disaluranepidermis,
sel langerhans mengenali partikel asing ataumikroorganisme yang masuk
kekulit dan membangkitkan suatu serangan imun bentuk kolagen, yaitu suatu
komponen dari jaringan ikat dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan
limfe, serabut sarafkelenjar keringat dan sebasea, serta akar rambut.
c. Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis terletak dibawah dermis. lapisan ini terdiriatas lemak
dan jaringan ikat dimana berfungsi untuk memberikan bantalan antara lapisan
kulit dan struktur internal seperti otot dantulang, serta sebagai peredam kejut
dan insulator panas. Jaringanini memungkinkan mobilitas kulit, perubahan
kontur tubuh dan penyekatan panas tubuh(Muttaqin Arif,2018)

Sumber: ColmAnderson, Wikimedia commons, 2016 .


4. Komplikasi
Menurut (Siregar, 2015) Komplikasi penyakit sellulitis meliputi:
 Lokal nanah dengan pembentuka nabses dan nekrosis kulit (cellulitis gangren)
kadang-kadang dapat diamati.
 Myonecrosis, fasciitis, carpal tunnel syndrome akut (dalam selulitis
ekstremitasatas), dan osteomyelitis dapat terjadi.
 Thrombophlebitis dapat mengembangkan, terutama di bagian bawah kaki.
 Bakteremia dengan pembenihan situs yang jauh dapat menyulitkan selulitis.
 Demam Scarlet rumit selulitiss treptokokus telah diamati tapi jarang.
 Bakteri dan terkait efek racun dapat mengakibatkan shock dan kegagalan
organ multisistem.
5. Patofisiologi
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit
pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus
yang pengobatannya tidak adekuat.Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan
sistem vena serta limfatik pada ke dua ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan
ditemukan kemerahan yang karakteristi hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus
grup A. streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali jika luka yang terkait
berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses
lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi
diperlukan. Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini
kadang disebabkan oleh campuran bakteri acrob dan anaerob yang lebih kompleks.
Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme
campuran.Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi
dan dapat mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil
perubahan peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah. ( Dr. dr.
AAGP. Wiraguna, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV.2018. Satu Kasus Selulitis Pedis
Dekstra Dengan Onikomikosis Digiti I-V Pedis Dekstra Et Sinistra Yang Disertai
Gangguan Bipolar).
6. Pathway

Sumber : ( Dr. dr. AAGP. Wiraguna, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV.2018.


Satu Kasus Selulitis Pedis Dekstra Dengan Onikomikosis Digiti I-V Pedis Dekstra Et
Sinistra Yang Disertai Gangguan Bipolar).
7. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostic
Secara umum diagnosis dari selulitis berdasarkan dari gambaran morfologi
lesi dan gejala klinis. Pemeriksaan laboratorium berguna dalam menentukan derajat
keparahan infeksi dan sebagai penuntun dalam pemberian terapi.1,6,10 Pemeriksaan
laboratorium ini termasuk didalamnya adalah kultur darah, pemeriksaan darah
lengkap dengan hitung jenis, kimia darah, fungsi ginjal, glukosa darah, elektrolit,
kalsium dan albumin. Pemeriksaan histologi melalui biopsi dari lesi berguna dalam
menyingkirkan kecurigaan penyakit lain seperti eritema nodosum, vaskulitis atau
selulitis eosinofilik. Pengecatan Gram membantu sebagai identifikasi awal morfologi
dari bakteri yangpaling signifikan sedangkan pemeriksaan kultur dan sensitivitas
bertujuan untuk mengidentifikasi organisme penyebab infeksi.Pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata
rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level
c. Kreatinin level.
d. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga
e. Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada daerah
penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau terdapat bula. f.
Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum memenuhi
beberapa kriteria: seperti area kulit yang terkena kecil, tidak terasa sakit, tidak
ada tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi),
dan tidak ada faktor resiko.
2. Pemeriksaan Imaging
a. Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak lengkap (seperti
kriteria yang telah disebutkan)
b. CT (Computed Tomography)Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya
dapat digunakan saat tata klinis menyarankan subjucent osteomyelitis.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging). Sangat membantu pada diagnosis infeksi
selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan
infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus,
( Dr. dr. AAGP. Wiraguna, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV.2018. Satu Kasus
Selulitis Pedis Dekstra Dengan Onikomikosis Digiti I-V Pedis Dekstra Et Sinistra
Yang Disertai Gangguan Bipolar).
8. Konsep Asuhan Keperawatan
Bruneer dan Suddarth’s, 2016 berpendapat bahwa konsep asuhan keperawatan
selluliti smeliputi:
a. Pengkajian
1. Identitas Pasien : Nama, umur, alamat, jeniskelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan
2. Keluhan Utama : Biasanya pasien mengeluh nyeri pada luka infeksi dan
biasanya bengkak

Riwayat Kesehatan :
1. Riwayat penyakit sekarang : Tanyakan sejak kapan merasakan keluhan
2. Riwayat penyakit dahulu : Apakah dulu pasien pernah menderita penyakit
seperti ini
3. Riwayat penyakit keluarga : Apakah ada anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit seperti ini
4. Riwayat psikososial :apakah pasien merasakan cemas yang berlebihan.

Pemeriksaan Fisik :
 Kepala :Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
 Mata :Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
 Hidung :Tidak ada pernafasan cuping
 Mulut :Kebersihan, tidak pucat
 Telinga :Tidak ada serumen
 Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar
 Jantung :Denyut jantung meningkat
 Ekstremitas :Adakah luka pada ekstremitas
 Integumen :Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di
suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan
bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas
(peaud’orange).Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil
berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa
pecah.
b. Diagnosa Keperawatan
Menurut teori Standar Diagnostik Keperawatan Indonesia Diagnosa yang muncul
pada gangguan selulitis adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan Infeksi bakteri staphylococcus
2. Ganguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
c. Intervensi
Menurut teori SDKI,SLKI,SIKI,intervensi pada penyakit selulitis berdasarkan
diagnosanya yaitu:

NO DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
1, Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan tindakan asuhan Observasi:
dengan Infeksi keperawatan selama  Identifikasi lokasi,
bakteri 3x24 jam diharapkan karakteristik,
staphylococcus tingkat nyeri menurun durasi.frekuensi
dengan kriteria hasil : kualitas, intensitas
 Keluhan nyeri nyeri Identifikasi
berkurang skala nyeri
 Vital sign  Identifikasi respons
dalam batas nyeri non verbal
normal  Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
 Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri

 Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup Monitor efek
samping penggunaan
analgetik
Terapeutik:
 Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
 Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri Jelaskan
strategi meredakan
nyeri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi
pemberian
analgetik,jika perlu
2. Ganguan rasa Setelah dilakukan Observasi:
nyaman tindakan asuhan  Identifikasi
berhubungan keperawatan selama penurunan tingkat
dengan gejala 3x24 jam diharapkan energi.ketidakmampu
penyakit status kenyamanan an berkonsentrasi,
meningkat dengan atau gejala lain yang
kriteria hasil : mengganggu
 Postur tubuh kemampuan kognitif
OS membaik  Identifikasi teknik
 Status relaksasi yang pemah
kenyamanan efektif digunakan
meningkat  Periksa ketegangan
 OS sudah relax otot, frekuensi nadi,
tekanan darah, dan
suhu sebelum dan
sesudah latihan
Terapeutik:
 Ciptakan lingkungan
tenang, dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan
suhu ruang nyaman.
Jika memungkinkan
 Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi

 Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis lain.
Jika sesuai

Edukasi:
 Jelaskan tujuan,
manfaat batasan dan
jenis relaksasi yang
tersedia (mis. Musik,
meditasi, napas
dalam relaksasi otot
progresif)
 Anjurkan mengambil
posisi yang nyaman
 Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
3. Gangguan Setelah dilakukan Observasi:
mobilitas fisik tindakan asuhan  Identifikasi
berhubungan keperawatan selama adanyanyen atau
dengan nyeri 3x24 jam diharapkan keluhan fisik lainnya
mobilitas fisik  Identifikasi toleransi
meningkat dengan fisik melakukan
kriteria hasil : pergerakan
 Pergerakan  Monitor frekuensi
ekstermitas jantung dan tekanan
meningkat darah sebelum
 Kekuatan otot memulai mobilisasi
meningkat
 Nyeri  Monitor kondisi
berkurang umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik:
 Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu
 Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
 Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
 Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis.
Duduk di tempat
tidur)
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan Observasi:
berhubungan tindakan asuhan  Monitor tanda gejala
dengan tindakan keperawatan selama infeksi lokal dan
invasif 3x24 jam diharapkan sistemik
derajat infeksi Terapeutik:
menurun dengan  Batasi jumlah
kriteria hasil: pengunjung
 Resiko infeksi  Berikan perawatan
menurun kulit pada daerah
 Demam edema
menurun  Cuci tangan sebelum
 Nyeri menurun dan sesudah kontak
 Kemerahan dengan pasien dan
menurun lingkungan pasien
 Bengkak  Pertahankan teknik
menurun aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi:
 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
memeriksa luka
 Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
imunisasi, Jika perlu

DAFTAR PUSTAKA
Ni Ketut Kardiyudiani, Brigitta Ayu Dwi Susanti. 2019.Keperawatan Medikal Bedah
1.Yogyakarta.Pustaka Baru

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi 1.Jakarta:PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:Definisi dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1.Jakarta:PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi dan


Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1.Jakarta:PPNI

Dr. dr. AAGP. Wiraguna, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV.2018. Satu Kasus Selulitis Pedis
Dekstra Dengan Onikomikosis Digiti I-V Pedis Dekstra Et Sinistra Yang Disertai Gangguan
Bipolar

https://www.alomedika.com/penyakit/dermatovenereologi/selulitis

https://id.scribd.com/doc/313543318/LAPORAN-PENDAHULUAN-selulitis

Anda mungkin juga menyukai