Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA TN. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS


SELULITIS CRURIS SINISTRA
DI RUANG AR-ROHMAN
RUMAH SAKIT ISLAM PURWOKERTO

NAMA : ANTI ALYA NURETHA


NIM : 190103012

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya
didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus dan
Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana
cenderung meluas kearah samping dan ke dalam. Selulitis merupakan inflamasi jaringan
subkutan dimana proses inflamasi, yang umumnya dianggap sebagai penyebab adalah
bakteri S.aureus dan atau Streptococcus (Arif Muttaqin, hal 68, 2011).
Selulitis merupakan suatu penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan jaringan
di bawah kulit. Infeksi dapat segera menyebar dan dapat masuk ke dalam pembuluh getah
bening dan aliran darah. Jika hal ini terjadi, infeksi bisa menyebar ke seluruh
tubuh.Selulitis merupakan infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam. Dengan
karakteristik sebagai berikut:
1. Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis.
2. Mengenai pembuluh limfe permukaan.
3. Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas.
Selulitis berasosiasi dengan furunkel, karbunkel atau abses yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus dan trauma tusuk. Selain itu, operasi yang melibatkan drainase
limfatik seperti kanker payu dara juga menyebabkan selulitis (Napierkowski, 2013).
Selulitis merupakan infeksi bakteri pada jaringan subkutan yang pada orang-orang
dengan imunitas normal, biasanya disebabkan oleh bakteri streptokokus yang superfisial
di mana tepinya terbatas tegas. Kadang-kadang, bakteri lain ikut terlibat. Haemophilus
influenzae merupakan penyebab yang penting dari selulitis fasial pada anak-anak, yang
sering berhubungan dengan otitis media ipsilateral. Pada orang-orang dengan
imunokompromasi, berbagai macam bakteri mungkin menyebabkan selulitis.
Selulitis sering terjadi pada tungkai, walaupun bisa terdapat pada bagian lain
tubuh. Erisipelas biasanya terjadi di daerah muka. Organisme penyebab bisa masuk ke
dalam kulit melalui lecet-lecet ringan atau retakan kulit pada jari kaki yang terkena tinea
pedis, dan pada banyak kasus. Ulkus pada tungkai merupakan pintu masuk bakteri.
Faktor predisposisi yang sering adalah eema tungkai, dan selulitis banyak didapatkan
pada orang tua yang sering mengalami edema tungkai yang berasal dari jantung, vena,
dan limfe. Daerah yang terkena menjadi eritema, terasa panas dan bengkak, serta terdapat
lepuhan-lepuhan dan daerah nekrosis. Pasien menjadi demam dan merasa tidak enak
badan. Bisa terjadi kekakuan dan pada orang tua dapat terjadi penurunan kesadaran.
B. Etiologi
Penyakit Selulitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dan jamur, namun
ada beberapa penyebab lain dari selulitis yaitu:
Infeksi bakteri dan jamur
1. Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus
2. Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B
3. Infeksi dari jamur Aeromonas Hydrophila, tapi Infeksi yang diakibatkan
jamur termasuk jarang
4. S. Pneumoniae (Pneumococcus)
Penyebab dari selulitis menurut Isselbacher adalah bakteri streptokokus grup A,
streptokokus piogenes dan stapilokokus aureus. Penyebab lain, yaitu:
- Gigitan binatang atau serangga
- Kulit kering
- Kulit yang terbakar atau melepuh
- Diabetes
- Obesitas atau kegemukan
- Pembekakan yang kronis pada kaki
- Menurunnya daya tahan tubuh
- Gagal ginjal
- Malnutrisi
- Eksim
- Penyalahgunaan obat-obat terlarang
- Cacar air
C. Tanda dan Gejala
Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi.. Kulit
tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Ruam kulit muncul
secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas, Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan
kecil. Gejala lainnya adalah :
- Demam
- Nyeri kepala
- Nyeri otot
- Tidak enak badan.
- Malaise
- Edema
- Lesi
D. Patofisiologi
Invasi bakteri masuk melalui trauma, luka, gigitan serangga berinvasi
streptokokus dan staphylococcus aureus melalui barier epidermal yang rusak menyerang
kulit dan subkutan, masuk ke jaringan yang lebih dalam dan menyebar secara sistemik
yang menyebabkan terjadinya reaksi infeksi/inflamasi yang merupakan respon dari tubuh
sehingga muncul nyeri, pembengkakan kulit, lesi kemerahan dan demam.
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi sering berjangkit pada
orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang dengan diabetes mellitus yang
pengobatannya tidak adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta limfatik pada ke
dua ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang
karakteristi hangat, nyeri tekan, demam dan bakteri.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus
grup A, streptokokus lain atau staphilokokus acreus, kecuali jika luka yang terkait
berkembang bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk abses
lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi
diperlukan. Meskipun etiologi abses ini binsanya adalah stapilokokus, abses ini kadang
disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks Bau busuk
dan pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan
dapat mengalami infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil
perubahan peradangan benda asing, nekrosis dan infeksi derajat rendah.
E. Pathway

Bakteri, Jamur, Luka, dll

Infeksi jaringan subkutis

SELULITIS

Mekanisme Radang

Kalor Dolor Rubor Tumor Fungsiolesa

Proses Fagositosis Akselerasi/ Hiperemi Hiperplasia Intoleran jaringan/


Deselerasi jaringan ikat organ distal
jaringan saraf Eritema
Lokal Oedema MK : INTOLERAN
MK : HIPERTERMI Nyeri Otot Jaringan Ikat AKTIVITAS
Lesi

MK : MK : RISIKO
KERUSAKAN INFEKSI
INTEGRITAS
KULIT

MK : NYERI AKUT Penekanan


Jaringan Saraf

F. Komplikasi
- Bakteremia
- Nanah atau local Abscess
- Superinfeksi oleh bakteri gram negative
- Lymphangitis
- Trombophlebitis
- Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis sebesar
8%.
- Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus
melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
a. CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-
rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b. BUN level
c. Creatinin level
d. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga
e. Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas pada daerah
penampakan luka namun sangat membantu pada area abses atau terdapat bula.
Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila apabila penderita belum
memenuhi beberapa kriteria seperti area kulit yang terkena kecil, tidak terasa sakit,
tidak ada tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi)
dan tidak ada faktor resiko
2. Pemeriksaaan Imaging
- Plain-Film Radiography
- CT (Computed Tomography)
Keduanya dapat digunakan saat tata klinis menyarankan subjacent
osteomyelitis
- MRI
Membantu diagnostik infeksi selulitis akut yang parah, mengidentifikasi
pyomyositis, necrotizing fascitis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa
pembentukan abses pada subcutaneous.
H. Penatalaksanaan Umum
Rawat inap di rumah sakit, insisi dan drainase pada keadaan terbentuk abses.
Pemberian antibiotic intravena seperti oksasilin atau nafsilin, obat oral dapat atau tidak
digunakan. Infeksi ringan dapat diobati dengan obat oral pada pasien di luar rumah sakit,
analgesic, antipiretik. Posisi dan imobilisasi ekstrimitas, bergantian kompres lembab
hangat. Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ
lainnya. Diberikan obat penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cioxacillin). Jika
infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral. Biasanya sebelum diberikan sedian per-
oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotic jika :
a. Penderita berusia lanjut
b. Selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
c. Demam tinggi
Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi
terangkat dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.

I. Fokus Pengkajian
1. Identitas Pasien meliputi : Nama inisial, Umur, Jenis kelamin, Suku/ bangsa, Agama,
Pekerjaan, Pendidikan, Alamat, Tanggal MRS, Diagnosa medis.
2. Identitas Penanggung Jawab meliputi : Nama inisial, Umur, Jenis kelamin, Suku/
bangsa, Agama, Pekerjaan, Pendidikan, Alamat, Hubungan dengan pasien.
3. Riwayat Kesehatan (Nursing History) meliputi : Keluhan Utama saat masuk RS,
Keluhan Utama saat pengkajian, Riwayat Penyakit Sekarang, Riwayat Penyakit
Dahulu, Riwayat Penyakit Keluarga/ Keturunan.
4. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
a. Vital Sign meliputi : Tekanan darah, Suhu,Nadi, Pernafasan.
b. Kesadaran, GCS (Eye, Motorik, Verbal)
c. Keadaan umum meliuti : Sakit/ nyeri, Status gizi, Sikap, Personal hygiene,
Orientasi waktu/ tempat/ orang
d. Pemeriksaan Fisik Head To Toe meliuti : Kepala, Rambut, Mata, Hidung,
Telinga, Mulut dan Gigi, Mulut dan tenggorokan, Leher, Thorax (Jantung dan
Paru), Abdomen, Genetalia, Kulit, Ekstrimitas, Data pemeriksaan fisik tambahan.
e. Pola Gordon
5. Data Penunjang meliputi pemeriksaan penunjang dan program terapi.
J. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan SDKI 2017 beberapa diagnose keperawatan yang sesuai
dengan kondisi klinis terkait Selulitis cruris yaitu:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan Integritas Jaringan berhubungan dengan factor mekanis
3. Risiko Infeksi dibuktikan dengan penurunan hemoglobin
4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
K. Fokus Intervensi
Berdasarkan SIKI, 2018 fokus intervensi dari diagnose keperawatan yang
sesuai dengan kasus adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Observasi
- Identifikasi lokasi, karaklenistik, durasi, frekuensi, kualitas, Intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyaninan tantang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi Istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan Integritas Jaringan berhubungan dengan factor mekanis
Observasi
- Monitor karakteristik luka (mis drainase, warna, ukuran, bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
- Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
- Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
- Pasang balutan sesuai jenis luka - Penahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase -Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien
- Berkan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5
g/kgBB/hari
- suplemen vitamin dan mineral (mis. vitamin A, vitamin C, Zinc, asam amino),
sesuai Berkan terapi TENS (stimulasi saraf transkutaneous), jika perlu
- Berikan indikasi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur debridement (mis enzimatik biologis, mekanis, autolitik),
jika perlu
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
3. Risiko Infeksi dibuktikan dengan penurunan hemoglobin
Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
- Batasi jumlah pengunjung
- Barikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudan kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko
tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan atika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan Kolaborasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Observasi
- Identifikasi indicator penyebab hipertermia (mis dehidrast, terpapar
lingkungan panas, parggunaan
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih) Lakukan pendinginan ekstemal (mis. selimut
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, lahar,dada, abdomen, aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

L. Referensi
Risangayu, W. U. (2020). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Klien Selulitis Di
Desa Tlanak Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS AIRLANGGA).
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia.
PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia.
Jabbar, A. A. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. O DENGAN POST OP
DEBRIDEMENT ET CAUSA SELULITIS PEDIS SINISTRA DI RUANG TERATAI
MERAH ATAS RSUD R SYAMSUDIN, SH. KOTA SUKABUMI (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Sukabumi).
Iput, I. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN POST OP DEBRIDEMENT ET
CAUSA SELULITIS PEDIS SINISTRA DI RUANG TULIP RUMASAKIT
BHAYANGKARA SETUKPA LEMDIKLAT POLRI KOTA SUKABUMI (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Sukabumi).

Anda mungkin juga menyukai