DI RSUD BANYUMAS
13 DESEMBER – 18 DESEMBER 2021
A. PENDAHLUAN
Latar Belakang
Kesehatan mental atau dapat juga disebut kesehatan jiwa
merupakan sebuah kondisi dimana individu terbebas dari segala
bentuk gejala-gejala gangguan mental. Individu yang sehat secara
mental dapat berfungsi secara normal dalam menjalankan
hidupnya, khususnya saat menyesuaikan diri untuk menghadapi
masalah-masalah yang akan ditemui sepanjang hidup seseorang
dengan menggunakan kemampuan pengolahan stres. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa kesehatan mental termasuk hal
penting yang harus diperhatikan selayaknya kesehatan fisik.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia
meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya
kesehatan mental. Namun, peningkatan tersebut hanya berlaku
untuk masyarakat yang memiliki media sosial. Sedangkan sebagian
masyarakat yang belum terpapar informasi mengenai kesehatan
mental ini masih menganggap kesehatan mental sebagai hal yang
tabu. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa keperawatan kita dituntut
untuk lebih memahami tentang kesehatan mental mulai dari
masalah kesehatan mental hingga cara menanganinya.
Melalui metode Field trip yang diadakan Universitas Harapan
Bangsa selain untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa 2,
mahasiswa juga diharapkan bisa mempelajari dan mengamati
proses keperawatan dan cara berkomunikasi secara langsung pada
pasien jiwa yang dilakukan saat dilapangan. Hasil dari pengamatan
inilah yang akan menjadi bekal pemahaman mahasiswa
keperawatan dalam memberikan edukasi yang baik untuk
masyarakat sesuai dengan visi dan misi matakuliah keperawatan
jiwa Universitas Harapan Bangsa.
Field trip keperawatan jiwa ini juga mengenalkan
mahasiswa tentang profil RSUD Banyumas terutama Instalasi
Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu yang dibentuk guna
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan jiwa yang terpadu
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan jiwa bagi individu
dan masyarakat khususnya wilayah Banyumas. Instalasi Pelayanan
Kesehatan Jiwa Terpadu RSUD Banyumas memiliki visi dan misi
yaitu menjadi instalasi kesehatan jiwa terintegrasi dan
komprehensif pada tahun 2019; dan memberikan pelayanan
kesehatan jiwa individu, keluarga, masyarakat secara holistic dan
terpadu. Adapun pelayanan yang terdapat pada Instalasi
Pelayanan Kesehatan Jiwa RSUD Banyumas meliputi Rawat Inap,
Rawat Jalan, Napza, Psikologi, IGD Psikiatri, NAPZA, Psikiatri
Forensik, Gelandangan Psikotik. Ruang perawatan meliputi:
1. Ruang Arjuna adalah ruang kelas utama dengan pasien
GMO (Gangguan Mental Organik). Ruangan ini melmiliki
kapasitas sejumlah 18 tempat tidur, dan pasien dapat
ditemani oleh keluarganya.
2. Ruang Bima adalah ruang kelas dua dengan pasien
gangguan jiwa yang dapat terkontrol dengan psikofarmaka.
Ruangan ini memiliki kapasitas sejumlah 26 tempat tidur.
3. Ruang Sadewa adalah ruang yang digunakan bagi pasien
dengan gangguan jiwa pada fase akut, biasanya saat pasien
pertama kali masuk akan ditempatkan di ruangan ini.
Ruangan ini memiliki kapasitas sejumlah 50 tempat tidur
4. Ruang Nakula adalah ruangan yang digunakan untuk pasien
yang sudah pada tahap maintenance, biasanya pasien dari
ruang Sadewa yang sudah masuk tahap maintenance akan
ditempatkan pada ruang ini. Ruangan ini memiliki kapasitas
sejumlah 18 tempat tidur.
C. PEMBAHASAN
Permasalahan penelitian tidak hanya pada bagaimana
implementasi asuhan keperawatannya saja, namun juga pada
formulir pencatatan atau dokumentasi. Suatu contoh penelitian
sebelumnya oleh Ah Yusuf dkk (2016) hasil penelitiannya
menjelaskan bahwa kompetensi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dipengaruhi oleh
beberapa aspek, salah satunya adalah format dokumentasi,
formulir dokumentasi harus disediakan dan disesuaikan dengan
item kebutuhan pada proses pengkajian keperawatan jiwa mulai
dari identitas, alasan masuk, faktor predisposisi, presiptasi,
psikososial, status mental, mekanisme koping, dan kebutuhan
persiapan pulang. Contoh lain pada penelitian Rahmi Imelisa
(2013) hasil penelitiannya menyebutkan pengkajian pasien
gangguan jiwa didapatkan berdasarkan data identitas pasien, faktor
predisposisi, penilaian stressor, sumber koping, mekanisme koping,
dan dukungan sosial, namun formulir dari pengkajian belum
tersedia sehingga tidak dapat dicantumkan pada hasil penelitian.
Sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa tahapan pengkajian
keperawatan yang dijelaskan dan dilakukan oleh perawat jiwa di
RSUD banyumas telah menerapkan teori dalam setiap pengkajian
keperawatan sehingga didapatkan data-data yang valid untuk
menentukan masalah keperawatan pada pasien gangguan jiwa.
Pada hasil observasi didapatkan bahwa pasien yang aktif
saat dilakukannya TAK berupa senam, jauh lebih dapat diajak
komunikasi dan dapat mengontrol halusinasinya dibandingkan
pasien yang sedikit gerak. Hal ini sesuai dengan penelitian
Purnamasari, Made, Sukawana, Wayan, Suarnatha, dan Ketut
(2013) tentang senam aerobic low impact terhadap penurunan
depresi pada narapidana wanita didapatkan hasil senam aerobic
low impact dapat menurunkan tingkat depresi pada narapidana
wanita. Selain itu, penurunan efek samping obat sesudah terapi
senam lebih baik dibandingkan penurunan efek samping sebelum
terapi senam. Hal ini sesuai dengan pengertian senam yaitu,
senam merupakan suatu cabang olahraga yang melibatkan
performa gerakan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan
keserasian gerakan fisik yang teratur, dan bermanfaat untuk
meningkatkan kebugaran secara menyeluruh baik fisik, mental dan
sosial, meningkatkan kekuatan otot-otot tubuh dan memberikan
rasa senang dan kegembiraan (Wikipedia, 2013).
Terapi okupasi dan terapi lingkungan merupakan satu
kesatuan khusus dalam peningkatan kemandirian pasien dengan
gangguan jiwa. Hasil dari pengamatan teknik-teknik yang dilakukan
perawat jaga lakukan memberikan pengaruh positif terhadap
kemandirian pasien dan tanggung jawab pasien terhadap dirinya
dan lingkungan yang ditempati. Hal ini sesuai dengan penelitian
Melida puspita (2020) tentang penurunan halusinasi yang
disebabkan karena terapi okupasi berpengaruh terhadap
perubahan pada responden dengan halusinasi karena proses terapi
okupasi adalah merangsang atau menstimulasikan pasien melalui
aktivitas yang disukainya dan mendiskusikan aktivitas yang telah
dilakukan untuk mengalihkan halusinasi pada dirinya.
D. PENUTUP
Kesimpulan
Menurut hasil kegiatan field trip yang dilakukan di RSUD
banyumas selama satu minggu oleh mahasiswa prodi S1
Keperawatan Universitas Harapan Bangsa Purwokerto dapat
disimpulkan bahwa teori keperawatan jiwa dapat diaplikasikan
dengan baik serta sesuai dengan kondisi pasien dan mahasiswa
mengobservasi bagaimana cara melakukan pengkajian secara
langsung dan berperan aktif dalam kegiatan di ruang jiwa seperti
TAK (Terapi Aktivitas Kelompok), Terapi Lingkungan, dan Terapi
okupasi yang bertujuan untuk membuat pasien gangguan jiwa
untuk segera kembali sehat dan bisa beraktivitas seperti biasa.