Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN

PENGELOLAAN PASIEN GANGGUAN JIWA


DI PUSKESMAS WONOSOBO 1 KABUPATEN WONOSOBO

DISUSUN OLEH :
1. Arifah Puji Artati, S.Kep.Ns
2. Arief Purnomo Julianto, S.Kep, Ns
3. Tutik Lismawati, S.Kep.Ns.
4. Ana Yustiana, AMK
5. Gunarti, S.Kep., Ners
6. Kasdi, S.Kep.Ns
7. dr. Laela Nurrochmah
8. Maftukhin, S.Kep.,Ners
9. Ns Eka Widyaningsih, S,Kep
10. Susana Eko Wahyuni, S.Kep

BALAI PELATIHAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH


TAHUN 2022

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan mental merupakan hal sama pentingnya dengan
kesehatan fisik bagi manusia. Dengan sehatnya mental seseorang maka
aspek kehidupan yang lain dalam dirinya akan bekerja secara lebih
maksimal. Kondisi mental yang sehat tidak dapat terlepas dari kondisi
kesehatan fisik yang baik.
Kesehatan mental yang baik untuk individu merupakan kondisi di
mana individu terbebas dari segala jenis gangguan jiwa, dan kondisi dimana
individu dapat berfungsi secara normal dalam menjalankan hidupnya
khususnya dalam menyesuaikan diri untuk menghadapi masalah-masalah
yang mungkin ditemui sepanjang hidupnya. Menurut WHO, kesehatan
mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di
dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres
kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan,
serta berperan serta di komunitasnya.
Dewasa ini masalah kesehatan jiwa semakin mendapat perhatian
masyarakat dunia. Satu atau lebih gangguan jiwa dan perilaku dialami oleh
25% dari seluruh penduduk pada suatu masa dari hidupnya. World Health
Organization (WHO) menemukan bahwa 24% pasien yang berobat ke
pelayanan kesehatan primer memiliki diagnosis gangguan jiwa. Gangguan
jiwa yang sering ditemukan di pelayanan kesehatan primer antara lain adalah
depresi dan cemas, baik sebagai diagnosis tersendiri maupun komorbid
dengan diagnosis fisiknya (World Health Report 2001).
Sementara itu masalah kesehatan jiwa di Indonesia cukup besar.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018), data nasional untuk
gangguan mental emosional (gejala depresi dan cemas) yang dideteksi pada
penduduk usia ≥15 tahun atau lebih, dialami oleh 6% penduduk atau lebih
dari 14 juta jiwa; sedangkan gangguan jiwa berat (psikotik) dialami oleh

2
1.7/1000 atau lebih dari 400.000 jiwa. Sebesar 14,3% dari gangguan
psikotik tersebut atau sekitar 57 ribu kasus mengatakan pernah dipasung.
Tidak sedikit masalah kesehatan jiwa tersebut dialami oleh usia produktif,
bahkan sejak usia remaja. Depresi juga dapat terjadi pada masa kehamilan
dan pasca persalinan, yang dapat mempengaruhi pola asuh serta tumbuh
kembang anak.
Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 dan Riskesdas tahun 2018,
ditemukan bahwa semakin lanjut usia, semakin tinggi gangguan mental
emosional yang dideteksi. Maka upaya-upaya dalam peningkatan kesehatan
jiwa masyarakat, pencegahan terhadap masalah kesehatan jiwa dan
intervensi dini gangguan jiwa seyogyanya menjadi prioritas dalam
mengurangi gangguan jiwa berat di masa yang akan datang.
Di samping itu masalah kesehatan jiwa tersebut dapat menimbulkan
dampak sosial antara lain meningkatnya angka kekerasan baik di rumah
tangga maupun di masyarakat umum, bunuh diri, penyalahgunaan napza
(narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya), masalah dalam perkawinan
dan pekerjaan, masalah di pendidikan, dan semua dampak tersebut akan
mengurangi produktivitas. Hal ini perlu diantisipasi, mengingat WHO
mengestimasikan depresi akan menjadi peringkat ke-2 penyebab beban
akibat penyakit di dunia (global) setelah jantung pada tahun 2020, dan
menjadi peringkat pertama pada tahun 2030.
Namun demikian kesenjangan pengobatan (treatment gap) antara
masyarakat yang membutuhkan layanan dan yang mendapatkan layanan
kesehatan jiwa di negara-negara berkembang termasuk Indonesia sangat
besar yaitu lebih dari 90%. Hal ini berarti bahwa hanya kurang dari 10%
pasien gangguan jiwa mendapatkan pengobatan. Kesenjangan pengobatan
tersebut antara lain disebabkan adanya hambatan dalam akses layanan
kesehatan jiwa.
Kondisi yang terjadi saat ini adalah terdapatnya beban yang sangat
besar di RSJ/RS rujukan utama (layanan tersier) di Indonesia, meskipun
sebagian dari kasus tersebut sebenarnya dapat ditangani di pelayanan

3
kesehatan primer. Layanan kesehatan jiwa yang terintegrasi di puskesmas
merupakan amanah dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Jiwa yang tercantum di dalam pasal 34. Undang-Undang ini
merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan tugas negara untuk
menghargai, melindungi dan memenuhi (to respect, to protect and to fulfill)
hak masyarakat, di bidang kesehatan jiwa.
Penyelenggaraan layanan kesehatan jiwa di puskesmas berdasarkan
Peta Strategis adalah puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan terlatih
kesehatan jiwa, melaksanakan upaya promotif kesehatan jiwa dan preventif
terkait kesehatan jiwa, serta melaksanakan deteksi dini, penegakan
diagnosis, penatalaksanaan awal dan pengelolaan rujukan balik kasus
gangguan jiwa. Layanan tersebut dilakukan dengan memperhatikan
komorbiditas fisik dan jiwa.
Layanan kesehatan primer terutama puskesmas sebagai ujung
tombak layanan kesehatan di masyarakat memiliki peran yang sangat
penting. Puskesmas diharapkan berperan dalam penyediaan layanan
kesehatan jiwa yang terpadu dengan layanan kesehatan umum. Penyediaan
layanan kesehatan jiwa dasar di puskesmas harus tetap dijalankan untuk
memenuhi hak dan kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan data profil tahun 2020 Pelayanan Penderita ODGJ
sesuai standar di Puskesmas Wonosobo 1 dengan target 182 kasus, baru
ditemukan 126 kasus (69%) oleh karena itu Penyelenggaraan Pelatihan
Terpadu Kesehatan Jiwa memilih Puskesmas Wonosobo 1 untuk lahan
Praktek Kerja Lapangan Peserta Pelatihan.

B. TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah :
1. Tujuan Umum :
Untuk memberikan gambaran secara nyata dan lebih mendalam
tentang pemberian tatalaksana pada klien dengan masalah kejiwaan di
Puskesmas Wonosobo 1

4
2. Tujuan Khusus:
a. Untuk mengaplikasi teori dan konsep tatalaksana pada klien
kejiwaan di Puskesmas Wonosobo 1
b. Untuk mengetahui hambatan dan permasalahan yang timbul
dalam pelaksanaan tatalaksana pada klien dengan kejiwaan di
Puskesmas Batang 1
c. Memperoleh gambaran secara jelas mengenai pelaksanaan
tatalaksana dengan klien kejiwaan di Puskesmas Batang 1.
d. Mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, kreativitas dalam
rangka Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas Wonosobo 1
Kabupaten Wonosobo.

5
BAB II
PROSES PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI PUSKESMAS WONOSOBO 1

A. PENGELOLAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM


KESEHATAN JIWA
1. KASUS YANG DI TATALAKSAN
 KASUS KEJIWAAN
A. IDENTITAS PASIEN
- Nama : Nn. ALP
- Umur : 48 Tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Pendidikan Terakhir : SD
- Agama : Islam
- Status Pernikahan : Belum menikah
- Pekerjaan : Tidak bekerja
- Alamat : Jolontoro - Wonosobo

B. KELUHAN UTAMA
Berbicara melantur dan sakit kepala

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


- Pasien perempuan 48 tahun, berpenampilan sesuai usia,
perawatan diri kurang, dikeluhkan oleh
penanggungjawabnya (pak RT setempat) karena bicara
tidak nyambung
- Pasien tidak memiliki minat untuk melakukan aktivitas
apapun, hanya menjemur baju. Sering berbicara sendiri dan
ketika ditanya jawaban tidak nyambung, ngedumel dan
jawaban meloncat-loncat (flight of ideas). Pasien pernah

6
marah-marah tanpa alasan hingga memecahkan barang-
barang yang ada dirumah
- Pasien setiap hari memiliki jam tidur yang berubah-ubah.
Kadang tidur lama sekali (>15jam) kadang tidur hanya 3
jam. Terkadang pandangan pasien kosong
- Pasien mengatakan terkadang melihat orang dengan rambut
ikal dan berpakaian warna warni mondar-mandir tetapi hal
tersebut tidak membuatnya takut. Pasien menyangkal dapat
mendengar suara-suara yang tidak dapat didengar oleh
orang lain.
- Pasien menderita sakit jiwa sudah kurang lebih 10 tahun
dan belum pernah mendapatkan pengobatan yang maksimal
terkendala biaya dan keluarga yang acuh. Saat ini pasien
mengkonsumsi obat-obatan rutin dari puskesmas.

D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


- Pasien tidak punya riwayat penyakit Jantung, DM, PPOM.
- GANGGUAN JIWA :
Sudah berlangsung 10 th dan belum pernah berobat ke
dokter spesialis
- OBAT DAN NAPZA :
Pasien tidak mempunyai riwayat pemakaian obat – obatan
terlarang dan NAPZA.

E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :


Tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa

F. RIWAYAT KEHIDUPAN PREMORBID


- Riwayat Prenatal dan Perinatal: Belum diketahui
- Riwayat Masa Anak Awal (0-3 tahun) : Belum diketahui

7
- Riwayat Masa Anak Pertengahan (4-11 tahun) : Belum
diketahui
- Riwayat Masa Anak Akhir : Belum diketahui
- Riw. Pekerjaan : Pasien saat ini tidak bekerja, sebelumnya
pernah bekerja pada sebagai ART
- Riw. Pernikahan : Pasien belum menikah
- Riw. Pendidikan : Pasien bersekolah hingga SD
- Riw. Agama : Pasien beragama Islam
- Riw. Aktivitas Sosial : Hubungan pasien dengan keluarga
kurang baik, dan dengan lingkungan sekitar baik
- Riw. Hukum : Pasien tidak pernah berurusan dengan
aparat hukum
- Situasi Hidup Sekarang. : Pasien tinggal satu rumah dengan
kakak kandungnya yang bersuami dan memiliki seorang
anak

G. STATUS MENTAL
1. Kesadaran : Composmentis
2. Penampilan :
Perempuan, usia 29 tahun, penampilan sesuai usia,
berpakaian kurang rapi, rambut beruban diikat tidak
rapi,berkuku Panjang, perawatan diri kurang.
3. Mood : Hipomania
4. Sikap dan Perilaku :
Terkadang banyak bicara tetapi terlihat tidak bersemangat,
Kooperatif, berterus terang, tetapi kadang bingung dengan
yang dutarakan
5. Ganggauan Persepsi : Halusinasi Visual
6. Gangguan Isi pikir : Waham (+) nihilistik
7. Tilikan : Derajat 2 ( Dapat
dipercaya)

8
H. PEMERIKSAAN FISIK
penampilan sesuai usia, berpakaian kurang rapi, rambut
beruban diikat tidak rapi,berkuku Panjang, perawatan diri
kurang.

I. DIAGNOSIS BANDING
Skizofrenia Paranoid

J. DIAGNOSIS KERJA
Skizoafektif tipe campuran

K. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan alam perasaan, gangguan persepsi, gangguan
proses pikir
b. Tindakan :
Terhadap Pasien
- Menjelaskan pada pasien pentingnya kepatuhan
minum obat dan rutin kontrol.
- Membantu pasien agar dapat kembali melakukan
aktivitas sehari-hari secara bertahap.
- Membantu pasien untuk menerima realita dan
menghadapinya melalu potensi diri yang ia miliki.
Terhadap Keluarga Pasien
- Menjelaskan pada keluarga pasien mengenai
gangguan yang dialami pasien.
- Menjelaskan pada keluarga pasien pentingnya
kepatuhan pasien meminum obat dan rutin kontrol.
- Menyarankan keluarga agar memberi dukungan dan
suasana kondusif bagi kesembuhan pasien

9
c. Rencana Tindak Lanjut
- Melakukan intervensi kepada keluarga pasien secara
langsung untuk memberikan dukungan penuh kepada
kondisi pasien
- Melakukan koordinasi dengan pak RT agar dilanjutkan
dengan instansi terkait untuk membantu permasalahan
pasien
- Memberikan saran kepada pihak puskesmas untuk
menindaklanjuti permasalahan pasien secara kontinyu
(kunjungan poli, home visit, PMO, dll)
- Menyarankan kepada puskesmas untuk melakukan
penyuluhan terkait kesehatan jiwa untuk mengurangi
stigma terkait kesehatan jiwa

 KASUS DETEKSI DINI KEJIAWAAN


IDENTITAS KLIEN :
Nama : Tn. S
TTL/ Umur : Wonosobo, 14 Desember 1977 (45 tahun)
Alamat : Jolontoro RT 02/RW 08, Sambek, Wonosobo
Status : Care giver/ pendamping pasien ODGJ
DILAKUKAN SKRINING SRQ, DENGAN HASIL : 10

10
DILANJUTKAN DENGAN WAWANCARA PSIKIATRIK
I. KELUHAN UTAMA
Deg-degan, sering sakit kepala

II. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :


Setiap hari sering meras khawatir sampai jantung berdetak
kencang.

III. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Fisik : Demam Berdarah ( 5 tahun lalu,
mondok di RS)
Obat dan NAPZA : Tidak ada
Gangguan Jiwa :-

IV. RIWAYAT KEHIDUPAN PRAMORBID


-

V. STATUS MENTAL
Kesadaran : Composmentis
Mood : Normal
Sikap dan Perilaku : Kooperatif
Gangguan persepsi :-
Gangguan isi pikir :-
Tilikan : IV (Menyadari bahwa penyakitnya
Disebabkan oleh sesuatu yang
tidak diketahui pada dirinya)

VI. PEMERIKSAAN FISIK


KU baik. Tidak ada kelainan fisik.

11
VII. DIAGNOSA
Gangguan Cemas

VIII. PENATALAKSANAAN
- Melakukan konseling dalam komunikasi terapeutik,
dorong pasien untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan, tentang gejala dan riwayat gejala
- Memberi penjelasan adanya pengaruh antara faktor
fisik dan psikologis, termasuk bagaimana faktor
perilaku, psikologik dan emosi berpengaruh
mengeksaserbasi gejala somatik yang mempunyai dasar
fisiologik.
- Motivasi untuk menjalani pengobatan bila keluhan
tidak membaik

12
2. REKAP HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN

NO NAMA PESERTA NAMA KELUHAN PERMASALAHAN TINDAKAN YANG SUDAH


PASIEN DILAKUKAN
1 Arifah Puji Artati, S.Kep.Ns Tn. Y Tidak ada keluhan Hasil Skoring SRQ Memotivasi pasien untuk selalu
tidak didapatkan berfikir positif
jawaban "Ya" Melakukan evaluasi penilaian
SRQ setelah 6 bulan
2 Arief Purnomo Julianto, S.Kep, Tn. H Pasien terkadang pusing Hasil Skoring SRQ Memotivasi pasien untuk selalu
Ns didapatkan 1 berfikir positif
jawaban "Ya" Menganjurkan melakukan
kegiatan sosial dan spiritual
dimasyarakat
Melakukan evaluasi penilaian
SRQ setelah 6 bulan
3 Tutik Lismawati, S.Kep.Ns. Nn. F Pasien sering marah, Gangguan Persepsi Membina hubungan saling
Berbicara Sendiri dan Sensori : Halusinasi percaya
Halusinasi dengar Membantu pasien menyadari
halusinasi
Melatih pasien mengontrol
halusinasi
Memotivasi pasien untuk
melakukan pengobatan

13
Melaporakan kasus ke pengelola
program kesehatan jiwa
puskesmas wonosobo 1
4 Ana Yustiana, AMK Tn. S Deg Degan dan Sering Hasil Skoring SRQ Melakukan konseling
Sakit Kepala didapatkan 10
Melakukan komunikasi
Jawaban "Ya" dan
terapeutik
disimpulkan Pasien
Memberi penjelasan adanya
mengalami
pengaruh antara faktor fisik
gangguan cemas
psikologis
Mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam
Menganjurkan untuk melakukan
aktivitas yang disenangi dan
berolahraga secara teratur

Mengajarkan untuk selalu


berfikir positif dan manajemen
stres dengan baik
Memotivasi untuk menjalani
pengobatan
Melaporakan kasus ke pengelola
program kesehatan jiwa
puskesmas wonosobo 1

5 Gunarti, S.Kep., Ners Ny. SA Pusing, Binggung dan Skizofrenia Membina hubungan saling
Sering Mendengar bisikan percaya

14
Membantu pasien menyadari
halusinasi
Melatih pasien mengontrol
halusinasi
Memotivasi pasien untuk
melakukan pengobatan
Melaporakan kasus ke pengelola
program kesehatan jiwa
puskesmas wonosobo 1
6 Kasdi, S.Kep.Ns Nn. A Susah Tidur Gangguan Persepsi Membina hubungan saling
Sensori : Halusinasi percaya
Membantu pasien untu
menyadari halusinasi yang di
alami
Mengajarkan tehnik relaksasi
nafas dalam
Memotivasi pasien unt minum
obat secara rutin sesuai terapi
yang diberikan oleh dokter
dengan meibatkan keluarga
sebagai PMO
7 dr. Laela Nurrochmah Nn. A Berbicara melantur dan Gangguan Menjelaskan pada pasien
sakit kepala skizoafektif pentingnya kepatuhan minum
campuran obat dan rutin kontrol.

15
Membantu pasien agar dapat
kembali melakukan aktivitas
sehari-hari secara bertahap.
Membantu pasien untuk
menerima realita dan
menghadapinya melalu potensi
diri yang ia miliki.
8 Maftukhin, S.Kep.,Ners Ny. N Nyeri Punggung Hasil Skoring SRQ Memotivasi pasien untuk selalu
didapatkan 2 berfikir positif
jawaban "Ya" Menganjurkan melakukan
kegiatan sosial dan spiritual
dimasyarakat
Melakukan evaluasi penilaian
SRQ setelah 6 bulan
Memberikan obat pengurang rasa
nyeri
9 Ns Eka Widyaningsih, S. Kep Sdr. N A Mengamuk Gangguan Persepsi Membina hubungan saling
Sensori : Halusinasi percaya
Membantu pasien untu
menyadari halusinasi yang di
alami

16
Memotivasi pasien unt minum
obat secara rutin sesuai terapi
yang diberikan oleh dokter
dengan meibatkan keluarga
sebagai PMO

10 Susana Eko Wahyuni, S.Kep Ny. M Pasien sering sakit kepala, Hasil skoring SRQ Memotivasi pasien untuk selalu
mudah lelah, merasa didapatkan 3 berfikir positif
cemas / khawatir jawaban "Ya" ,
Psikosomatis / Menganjurkan melakukan
Somatoform kegiatan sosial dan spiritual
dimasyarakat
Melakukan evaluasi penilaian
SRQ setelah 6 bulan

17
B. PERMASALAHAN YANG DITEMUKAN
1. Data yang diperoleh pada waktu praktek tidak lengkap
2. Form Instrumen SRQ belum tersedia
3. Minimnya observasi kegiatan dilapangan
4. Kurang privasinya ruangan untuk konseling
5. Kurangnya koordinasi dengan petugas kesehatan jiwa dalam
pengelolaan pasien jiwa

C. REKOMENDASI YANG DIBERIKAN


1. Melengkapi data dukung yang dibutuhkan (Rekam Medis)
2. Menyediakan Form Instrumen SRQ di Puskesmas
3. Meningkatkan Koordinasi antara Pimpinan dengan pertugas
yang terlibat
4. Menyediakan ruang yang lebih privasi untuk konseling dengan
pasien

18
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
1. Pelatihan Tenaga Kesehatan Terpadu Kesehatan Jiwa yang telah
diselenggarakan mampu meningkatkan pengetahuan petugas tentang:
a. Deteksi Dini kasus gangguan jiwa
b. Pengelolaan pasien dengan gangguan jiwa
c. Risiko masalah psikososial
d. Teknik komunikasi efektif dan wawancara psikiatri
e. Promosi kesehatan jiwa
f. Surveilans kesehatan jiwa
g. Penanganan kegawatdaruratan psikiatri
2. Pelatihan Tenaga Kesehatan Terpadu Kesehatan Jiwa yang telah
diselenggarakan mampu meningkatkan keterampilan kader dalam
melakukan :
a. Pemeriksaan deteksi dini Kesehatan jiwa pada keluarga
b. Kunjungan rumah pada keluarga dengan gangguan jiwa
c. Deteksi dini pada keluarga risiko gangguan jiwa
d. Deteksi dini pada keluarga gangguan jiwa
e. Pemeriksaan fisik pada keluarga
f. Terapi aktifitas kelompok / TAK

2. SARAN
1. Tenaga Kesehatan perlu mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang telah didapatkan selama pelatihan Tenaga Kesehatan
Terpadu Kesehatan Jiwa.
2. Tim Pelatih Tenaga Kesehatan Terpadu Kesehatan perlu melakukan
Monitoring dan Evaluasi pasca pelatihan secara berkala.
3. Pengaturan jadwal pelatihan lebih efektif dan efisien

19
4. Penyelenggara menyediakan modul / panduan hardcopy pelatihan
kesehatan jiwa
5. Penyelenggara menyiapkan pasien untuk simulasi di dalam kelas
sebelum peserta melakukan praktek lapangan.

20
DOKUMENTASI KEGIATAN

21

Anda mungkin juga menyukai