Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN TERPADU

KESEHATAN JIWA
TAHUN 2022 ANGKATAN II

Kelompok 3
Di Susun Oleh :
1. dr. ADINDA PUTRI YUSRI AMRINA
2. ANA KARUNIA M.Psi., Psikolog
3. ANDIAWAN DESFIN ARFIANTOA.Md.Kep
4. DWI WAHYU PAMILIH A.Md.Kep
5. RUHUL MILLAH HIJRIYAHS.Kep.,Ns"
6. TANWIRUL HUDA Amd.Kep
7. dr. TETY AMALIA
8. dr WIDY SEPTANO

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS KESEHATAN
UPT. LATKESMAS MURNAJATI SURABAYA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transformasi kebijakan pembangunan kesehatan saat ini bertujuan untuk
meningkatkan akses pelayanan kesehatan di seluruh fase kehidupan. Salah satu layanan
kesehatan yang diperkuat adalah layanan kesehatan jiwa yang berfokus pada dua pilar
transformasi kesehatan yaitu layanan primer dan layanan rujukan. Mengacu kepada arah
kebijakan peningkatan kesehatan jiwa masyarakat, diperlukan penguatan dalam upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif di layanan primer atau puskesmas. Hal ini
sejalan dengan fungsi puskemas dalam melakukan Upaya Kesehatan Masyarakat ( UKM) dan
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) .
Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan peningkatan masalah
kesehatan jiwa, yaitu: prevalensi rumah tangga dengan anggota rumah tangga menderita
gangguan jiwa skizofrenia/psikosis meningkat dari 1,7 per mil (Riskesdas 2013) menjadi 7
per mil; terdapat sekitar 31,5% rumah tangga yang melakukan pasung terhadap penderita
skizofrenia/psikosis dalam 3 bulan terakhir; hanya sekitar 41,8% penderita
skizofrenia/psikosis yang minum obat secara teratur; prevalensi depresi pada penduduk
umur ≥15 tahun sebesar 6,1% (sekitar 12 juta penduduk umur ≥15 tahun) dan hanya 9%
yang minum obat/ menjalani pengobatan medis; serta prevalensi gangguan mental
emosional pada penduduk umur ≥15 tahun mengalami peningkatan dari 6% (Riskesdas
2013) menjadi 9,8% atau sekitar 20 juta penduduk umur ≥15 tahun (Riskesdas 2018).
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan
Jiwa bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi,
komprehensif, dan berkesinambungan sepanjang siklus kehidupan manusia melalui upaya
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif bagi Orang Dengan Masalah Kesehatan (ODMK)
dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Berdasarkan Permenkes No. 74 tahun 2015 tentang Peningkatan Kesehatan dan
Penanggulangan Penyakit, Upaya Promotif diselenggarakan melalui Promosi Kesehatan dan
Upaya Preventif dilakukan dengan pengenalan faktor risiko, deteksi dini, pemberian
kekebalan atau imunisasi, pemberian obat pencegahan secara massal yang didukung
dengan kegiatan Promosi Kesehatan dan Surveilans Kesehatan. Oleh karena itu pelaksanaan
upaya promotif kesehatan jiwa diarahkan untuk meningkatkan komitmen pemangku
kepentingan di wilayah kerja Puskesmas untuk mendukung upaya kesehatan jiwa,
meningkatkan peran serta stakeholder yang ada di wilayah kerja Puskesmas serta
meningkatkan literasi kesehatan jiwa masyarakat mulai dari pengetahuan sampai adanya
peran aktif masyarakat yang ditandai dengan adanya kesadaran masyarakat untuk
memelihara kesehatan jiwanya. Upaya preventif kesehatan jiwa diarahkan kepada
peningkatan cakupan deteksi dini kesehatan jiwa dan pemantauan terus menerus serta
pengendalian faktor risiko kesehatan jiwa yang terjadi di masyarakat. Selain itu pelayanan
kuratif dan rehabilitatif di Puskesmas pada orang dengan masalah Kesehatan jiwa (ODMK)
maupun orang dengan masalah gangguan jiwa perlu juga dilakukan peningkatan kapasitas
tenaga kesehatannya terutama untuk dokter, perawat maupun tenaga Kesehatan lainnya
(psikolog) sebagi pemberi pelayanan Kesehatan jiwa di Puskesmas
Petugas kesehatan jiwa di Puskesmas dalam menjalankan manajemen kesehatan
jiwa dilakukan terintegrasi dengan manajemen Puskesmas dan dalam pelaksanaannya
terintegrasi dengan program lainnya sesuai dengan amanah permenkes No. 44 tahun 2016
tentang Pedoman Manajemen Puskesmas. Direktorat Kesehatan Jiwa melaksanakan
Pelatihan Tenaga Kesehatan Terpadu Kesehatan Jiwa sebagai penyiapan ketersediaan
pelatih/ fasilitator untuk Pelatihan Tenaga Kesehatan Terpadu Kesehatan Jiwa bagi tenaga
Kesehatan Puskesmas. Sasaran meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan (dokter, perawat
dan profesi psikolog) di Kab/ kota dengan menggunakan dana Dekonsentrasi pusat untuk 34
provinsi. Kegiatan ini merupakan kegiatan tindak lanjut dari pelatihan bagi tim pelatih/
fasilitator di Provinsi yang sudah dilakukan oleh Pusat pada tahun 2022. Sesuai dengan
ketentuan penggunaan dana dekonsentrasi, kesinambungan dari kegiatan ini akan
diteruskan pelaksanaannya menggunakan dana DAK non fisik kab/kota tahun 2024.

1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan Praktik Lapangan ini peserta diharapkan dapat memiliki
pengalaman dan mampu melakukan upaya-upaya kesehatan jiwa di tingkat FKTP
maupun di masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Setelah selesai praktik lapangan, peserta mendapatkan pengalaman dan mampu
melakukan :
- Upaya promosi kesehatan jiwa di masyarakat
- Deteksi dini masalah kesehatan jiwa
- Wawancara psikiatrik
- Tatalaksana gangguan jiwa yang banyak terjadi di FKTP
- Tatalaksana Gangguan Perkembangan dan Perilaku pada Anak dan Remaja
- Tatalaksana kegawatdaruratan psikiatrik pada kelompok beresiko dengan
kategori usia dan permasalahan tertentu secara tepat dan seusai kaidah kepada
para pasien.

1.3. Sasaran
Peserta praktik lapangan Pelatihan Tenaga Kesehatan Terpadu Kesehatan Jiwa ini adalah
seluruh peserta yang sudah terdaftar sesuai dengan daftar hadir peserta.

1.4. Waktu dan Tempat


Kegiatan praktek lapangan dilakukan pada hari Senin, 28 November 2022 di tiga puskesmas
yaitu Puskesmas Rangkah, Puskesmas Tenggilis, dan Puskesmas Asemrowo.
BAB II
PROSES PELAKSANAAN KESEHATAN JIWA

Gangguan kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan yang cukup kompleks dan
dipengaruhi oleh banyak faktor di luar kesehatan. Beberapa studi menunjukkan beberapa
faktor yang berkaitan dengan gangguan kesehatan jiwa, diantaranya adalah adanya
kesenjangan dalam beberap aspek, seperti pendidikan, sosial dan ekonomi. Disamping itu,
faktor komunikasi dengan keluarga dan lingkungan sosial sekitarnya juga berperan dalam
kesehatan jiwa seseorang.
Dalam pelaksanaan praktik lapangan Pelatihan Tenaga Kesehatan Terpadu
Kesehatan Jiwa, kelompok 3 melakukan praktik di UPTD Puskesmas Asemrowo kota
Surabaya. Berdasarkan register Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas terdapat 68 pasien jiwa
yang meliputi berbagai macam diagnosis. Pelaksanaan praktik lapangan kelompok 3
melakukan wawancara psikiatri terhadap 4 pasien jiwa. Yang pertama kelompok 3
melakukan skrining dengan metode SRQ 20 Lalu dilanjutkan dengan wawancara psikiatri
2.1 Identitas Pasien kasus 1
Nama: Sdr. M Usia 41 tahun
Alamat: Jl. Asemjajar
Pekerjaan : tidak bekerja
Pasien tinggal serumah dengan ibunya yang sudah lanjut usia dna anaknya.
2.1.2 Anamnesa
a) Keluhan utama: Pasien merasa sedih ditinggal suaminya
b) Keluhan sekarang: Pasien merasa sedih dan susah tidur karena kucing yg dianggap
anaknya telah hilang
b) Riwayat penyakit dahulu: Dirujuk ke rsj menur 2 bln yll
c) Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada
d) Riwayat pengobatan: Pasien mendapatkan terapi pengobatan dari rsj menur dengan
obat racikan
e) Pengawas minum Obat : Pasien sendiri
f) Kegiatan sehari-hari: Pasien mampu melakukan kegiatan sehari hari seperti mandi 2x,
makan minum, dan beribadah

2.2 Identitas Pasien Kasus 2


Nama :N
Usia : 19 Tahun
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Asemrowo Surabaya
2.2.1 Anamnesa
a) Keluhan Utama: Merasa ada yang memata-matai, disadap polisi
b) Keluhan penyakit sekarang :
• Bertengkar dengan ayah dan adik (mencekik ayah dan memukul adik)
• Merasa ada yang ingin menangkap dan menghukum
• Halusinasi auditori dan visual
• Gejala muncul saat kelas 1 SMA usia sekitar 17 tahun
• Sejak kecil sampai usia 17 tahun diasuh nenek dan kakek
• Saat usia 17 tahun diasuh oleh orang tua
• Ayah tidak suportif, seringkali menyalahkan pasien
• Ibu ada riwayat depresi
• Kegiatan sehari-hari membantu kegiatan ibu di rumah

2.3 Identitas Pasien kasus 3


Nama : Nn. N
Tanggal lahir : 02 Juni 1999
Alamat : Jl. Simorejo Gg 27 No 22
Pekerjaan : wiraswasta
Pasien tinggal serumah dengan orang tua angkat
2.3.1 Anamnesa
a) Keluhan utama: Susah tidur
b) Riwayat penyakit sekarang :
• Sering menangis tiap malam
• Sering menyendiri
• Sering merasa lelah
• Takut yang berlebih akan keramaian
• Pernah melakukan percobaan bunuh diri
• Sering melakukan kekerasan kepada dirinya sendiri (membenturkan kepala ke
tembok)
• Sering mengalami tremor

2.4 Identitas Pasien kasus 4


Nama : Ny. M
Tanggal lahir : 17 Februari 1976
Alamat : Jl. Asem rowo 1A no 10
Pekerjaan : membantu orang tua
Pasien tinggal serumah dengan orang tua
2.4.1 Anamnesa
a) Keluhan utama: Sering marah-marah dan melempar lempar barang Ketika tidak
minum obat
b) Riwayat penyakit sekarang :
• Sering curiga ke orang lain
• Sering mendengar bisikan
• Kurangnya aktivitas di rumah (lebih banyak tidur)
• Distress spiritual
• Afek datar
• Pasien lebih banyak diam ketika ditanya

BAB III
HASIL PELAKSANAAN UPAYA KESEHATAN JIWA

Ketersediaan data amat penting penyusunan perencanaan program yang “evidence


base” sehingga diharapkan dengan data dan informasi yang akurat maka upaya-upaya
program yang direncanakan betul-betul dapat menyelesaikan permasalahan kesehatan yang
muncul di masyarakat.
3.1 Hasil Observasi Selama Pemeriksaan Pasien Kasus 2
3.1.1 Riwayat Stresor :
• Pasien sempat ditinggalkan suami yang menikah lagi
• Pasien merasa kecewa karena ketika berusaha menuntut suaminya selalu gagal
• pasien merasa sedih karena anaknya mengalami sindrom “slow learner”
• Pasien dan anak pertamanya pernah mengalami masalah perbedaan pendapat
sehingga anak pasien memilih meninggalkan rumah
• Pasien pernah membanting-banting barang, memarahi anaknya dan mengunci diri di
kamar karena merasakan sedih yang luar biasa
• Pasien sempat ingin meminum obat melebihi dosis karena tidak bisa tidur
• Dari anamnesa diatas ditemukan tanda dan gejala yang mengarah ke depresi
• Dari hasil screening SRQ 20 didapatkan hasil bahwa pasien memiliki pikiran untuk
mengakhiri hidup
3.1.2 Diagnosis
Pasien mengalami gangguan suasana perasaan yaitu gangguan depresi berulang,
episode kini sedang (F33.10)
3.1.3 Hasil screening SRQ 20
• Didaptkan pilihan YA sebanyak 15 point
• Pilihan TIDAK sebanyak 5 point
KESIMPULAN:
Adanya masalah kesehatan jiwa atau perlu diberikan promosi kesehatan dan dirujuk
ke faskes untuk pemeriksaan lebih lanjut oleh tenaga Kesehatan

3.2 Hasil Observasi Selama Pemeriksaan Pasien Kasus 2


3.2.1 Data-Data Yang Dibutuhkan Untuk Menegakkan Diagnosa
• Alloanamnesa dengan orang tua dan nenek pasien
• Riwayat kesehatan pasien (Riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit
dahulu). Perlu di tanyakan apakah pasien pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya atau baru pertama kali mengalami gejala yang sedang dirasakan saat
ini.
• Riwayat keluarga
• Kondisi ekomomi atau Situasi Ekonomi
• Wawancara mendalam dengan pasien
• Pandangan mata kosong
• Penampilan kurang rapi, pakaian terkesan lusuh dan kotor
• Kulit hitam dan terlihat kusam, tubuh kurus
• Pasien seringkali tidak paham dengan pertanyaan pemeriksa
• Pasien seringkali mengatakan lupa saat ditanya
3.2.2 Diagnosa
F20.0 Paranoid Skizofrenia
Diagnosa ini ditegakkan karena memenuhi 2 gejala utama skizofrenia
3.2.3 Hasil Screening SRQ 20
• Pilihan YA sebanyak 4
• Pilihan TIDAK sebanyak 16

3.3 Hasil Observasi Selama Pemeriksaan Pasien Kasus 3


3.3.1 Riwayat Stressor
• Anak Tunggal
• Masalah keluarga (orang tua sering berselisih)
• Masalah sosial (Introvert, merasa bahwa orang lain sering membicarakan pasien)
• Pembatasan sosial oleh orang tua (Overprotektif)
3.3.2 Diagnosa Medis
• Episode Depresi berat tanpa gejala psikotik (F32.2)
• Diagnosa keperawatan
• Harga diri rendah
3.3.3 Hasil Screening SRQ 20
• Didapatkan pilihan YA sebanyak 15 point
• Pilihan TIDAK sebanyak 5
Kesimpulan
Adanya masalah kesehatan jiwa atau gangguan mental emosional atau perlu
diberikan promosi kesehatan dan dirujuk ke faskes untuk pemeriksaan lebih lanjut
oleh tenaga kesehatan

3.4 Hasil Observasi Selama Pemeriksaan Pasien Kasus 3


3.4.1 Riwayat Stressor
• Tidak memiliki pekerjaan setelah lulus SMEA (susah mendapatkan pekerjaan
setelah berkali-kali melamar kerja)
• Sering diperlakukan dengan tidak wajar saat bekerja (diporoti, dibully, dihutangi
tetapi tidak dibayar)
• Sering bertengkar dengan saudara
3.4.2 Diagnosa Medis
• Episode Depresi berat tanpa gejala psikotik (F32.2)
Diagnosa keperawatan:
Halusinasi Auditori, perilaku kekerasan
3.4.3 F20.0 Paranoid Skizofrenia
Diagnosa ini ditegakkan karena memenuhi 2 gejala utama skizofrenia
3.2.3 Hasil Screening SRQ 20
• Pilihan YA sebanyak 4
• Pilihan TIDAK sebanyak 16

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil praktik lapangan Pelatihan Tenaga Kesehatan Terpadu Kesehatan


Jiwa, diperoleh rencana Tindak lanjut berupa:
4.1 Rencana Tindak Lanjut pasien 1
• Edukasi untuk control rutin ke rumah sakit.
• Edukasi tentang pentingnya minum obat secara teratur dan sesuai dosis dari dokter.
• Mengajarkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam
• Memberikan motivasi kepada pasien untuk optimis segala permasalahan pasti ada
jalan keluarnya, dengan cara berdoa dan melakukan kegiatan sehari-hari dengan
semangat.
• Memberikan motivasi kepada pasien untuk kembali menekuni hobinya sebagai
photoghraper
4.2 Rencana Tindak Lanjut pasien 2
• Psikoedukasi kepada keluarga pasien mengenai gangguan yang dialami oleh Px N
• Konseling lanjutkan dengan pasien dan keluarga.
• Memberikan dukungan atau supportif kepada pasien dan keluarganya.
• Melakukan tindak lanjut untuk merujuk pasien ke RS atau rujukan ke Faskes tingkat 2
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
• Pemantauan pengobatan dan kondisi pasien pasca dari rumah sakit
• Menjadwalkan pasien untuk melakukan konsultasi kembali

4.3 Rencana Tindak Lanjut pasien 3


• Memberikan motivasi kepada pasien untuk optimis segala permasalahan pasti ada
jalan keluarnya, dengan cara berdoa dan melakukan kegiatan sehari-hari dengan
semangat.
• Edukasi tentang cara sosialisasi kepada orang lain, seperti cara menyapa orang lain,
cara berkomunikasi orang lain.
• Edukasi tentang pentingnya minum obat apabila gangguan cemas muncul
• Mengajarkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam
• Edukasi tentang penerapan pola hidup sehat
• Menekuni kegiatan yang disukai pasien
• Melakukan kunjungan rumah secara teratur untuk edukasi pentingnya dukungan
dari keluarga
4.4 Rencana Tindak Lanjut pasien 4
• Memberikan edukasi ke keluarga untuk selalu mensupport pasien
• Edukasi tentang pentingnya minum obat secara teratur sesuai dosis dari dokter dan
kontrol rutin
• Edukasi tentang penerapan pola hidup sehat
• Menekuni kegiatan yang disukai pasien
• Edukasi mengenai pentingnya spiritual (kegiatan keagamaan)
• Mengajarkan teknik menghardik dan tarik nafas dalam

BAB V
5.1 KESIMPULAN
Pelaksanaan pelatihan Kesehatan jiwa terpadu adalah kegiatan yang bertujuan
untuk memiliki pengalaman dan mampu melakukan upaya-upaya kesehatan jiwa di tingkat
FKTP maupun di masyarakat sehingga memberikan tindak lanjut berupa deteksi dini,
melakukan wawancara secara komprehensif, melakukan penatalaksanaan kegawadaruratan
psikiatri jika pasien mengarah ke ancaman nyawa serta pelaksanaan promosi Kesehatan
khususnya Kesehatan jiwa. sehingga Penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Menerapkan upaya promosi kesehatan jiwa di pasien maupun keluarga pasinsesuai yang
telah dipelajari.
2. Dalam pelaksanaan anamnesa pssikiatri semua pasien sudah dilakukan deteksi dini
masalah kesehatan jiwa untuk menentukan pasien tersebut mengarah ke jenis gangguan
apa serta dapat menegakkan diagnosis medis
3. Untuk menggali data yang diinginkan, terapis melakukan wawancara psikiatrik secara
terstruktur dan care pada pasien.
4. Dalam pelaksanaan praktikum ini terpais menemukan 2 diagnosis jiwa, yaitu depresi
serta psikotik,
5.2 REKOMENDASI
Dalam pelaksanaan wawancara psikiatri, dalam beberapa kasus proses konseling
membutuhkan peran keluarga untuk proses penyembuhannya, karena stressor juga
terdapat dalam keluarga, pengawasan dalam pemberian Obat padad beberapa pasien perlu
adanya pengawasan langsung dari caregiver sehingga pengobatan lebih maksimal dan
terawasi.
Saran
� Melakukan kunjungan rumah secara rutin dan terjadwal
� Mengajarkan kepada pasien tentang cara menenangkan diri dan cara mengelola
emosi
� Menunjuk pengawas obat di rumah supaya mengonsumsi obat tidak melebihi dosis
� Mengarahkan kepada keluarga untuk selalu mendukung dan mengapresiasi apa yg
dilakukan pasien

Anda mungkin juga menyukai