Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 7

1 Paudilah
2 Nur raviah
3 Rizki hardiani

Program Nasional Kesehatan Lansia

Seiring meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk akan


berpengaruh pada peningkatan UHH di Indonesia. Berdasarkan laporan
Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-2005 UHH adalah 66,4 tahun
(dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74%), angka ini akan
meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun
(dengan persentase populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Begitu pula
dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada tahun
2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia
adalah 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010
(dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi
69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%).
Semakin meningkatnya angka UHH, maka pemerintah membuat program-
program yang menunjang kesehatan bagi lansia, dimana program-program
tersebut ialah:
1. Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu
lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui
pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh
masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
a. Tujuan, Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara
lain:
1) Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan
lansia
2) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan
swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan
komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
b. Sasaran posyandu lansia
1) Sasaran langsung:
 Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn
 Usia lanjut 60-69 thn
 Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut
berumur 60 thn atau lebih dgn masalah kesehatan
2) Sasaran tidak langsung:
 Keluarga dimana usia lanjut berada
 Masyarakat di lingkungan usia lanjut
 Organisasi sosial yg peduli
 Petugas kesehatan
 Masyarakat luas
c. Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di
Posyandu Lansia seperti:
1) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar
dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian,
naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
2) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan
mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua )
menit.
3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh
(IMT).
4) Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop
serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus)
7) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal.
8) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7. Dan
9) Penyuluhan Kesehatan, Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai
kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi
lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan
santai untuk meningkatkan kebugaran.
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan,
sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau
tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan,
timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter,
peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS)
lansia
d. Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia
Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan
posyandu antara lain :
1) Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu.
2) Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau
3) Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun
mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu.
4) Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu.

2. Puskesmas Lansia
a. Tujuan pelaksanaan kegiatan dalam program usia lanjut adalah :
1) Melaksanakan penyuluhan secara teratur dan berksinambungan sesuai
kebutuhan melalui berbagai media mengenai kesehatan usia
lanjut.Usaha ini dilakukan terhadap berbagai kelompok sasaran yaitu
usia lanjut sendiri, keluarga dan masyarakat dilingkungan usia lanjut.
2) Melaksanakan penjaringan usia lanjut resiko tinggi, pemeriksaan
berkala usia lanjut dan memberi petunjuk upaya pencegahan penyakit,
gangguan psikososial dan bahaya kecelakaan yang dapat terjadi pada
usia lanjut.
3) Melaksanakan diagnose dini, pengobatan,perawatan dan pelayanan
rehabilitative kepada usia lanjut yang membutuhkan dan memberi
petunjuk mengenai tindakan kuratif atau rehabilitative yang harus
dijalani, baik kepada usia lanjut maupun keluarganya.
4) Melaksanakan rujukan medic ke fasilitas rumah sakit untuk
pengobatan, perawatan atau rehabilitative bagi usia lanjut yang
membutuhkan termasuk mengusahakan kemudahan-kemudahannya.
b. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain :
1) Pemeriksaan tekanan darah,
2) pengobatan secara umum,
3) penyuluhan terkait dengan penyakit yang diderita (face to face),
4) mengirimkan pasien untuk operasi katarak setiap tahun,
5) senam lansia bila ada program dari dinas kesehatan dan rujukan medic
ke Rumah sakit.

3. Terapi pada lansia


a. Terapi Modalitas, tujuannya ialah untuk mengisi waktu luang bagi lansia.
Berikut ini beberapa contoh terapi modalitas pada lansia yang dapat
digunakan untuk membuat mereka aktif dan gembira
1) Terapi Rekreasi, Contohnya dengan bersilahturahmi bersama keluarga,
menikmati liburan dengan keluarga, mengikuti senam kesehatan untuk
lansia dan lain sebagainya. Hal yang perlu diperhatikan
khususnya gangguan jiwa pada lansia dan penyebabnya.
2) Terapi Berkebun, bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan,
dan memanfaatkan waktu luang. misalnya: penanaman kangkung,
bayam, lombok, dll
3) Terapi Keagamaan, bertujuan untuk kebersamaan, persiapan
menjelang kematian, dan meningkatkan rasanyaman. Seperti
menggadakan pengajian, kebaktian, sholat berjamaah, dan lain-lain
4) Terapi Keluarga, Contoh terapi modalitas pada lansia berikutnya
adalah terapi keluarga, bagi lansia yang sudah dititipkan di panti
jompo tentu hal ini menjadi satu masalah yang menimbulkan masalah
mental pada lansia. Rasa tidak dihargai, rasa tidak diperhatikan, tanpa
hadirnya orang atau anak yang menyayangi membuat lansia terpuruk.
Justri diusia mereka sepatutnya kasih sayang dari keluarga menjadi
penopang untuk kehidupan yang lebih tenang dan juga sejahtera.
Terapi keluarga dalam ini bertujuan untuk mengikatkan kembali
hubungan yang sudah mulai renggang, memupuk kasih dan sayang,
juga perhatian kepada lansia. Pentingnya perhatian dan peran keluarga
dalam gangguan jiwa untuk penyembuhan.
5) Terapi Kognitif, Terapi kognitif adalah suatu terapi yang dilakukan
untuk melatih dan mencoba memberikan rangsangan pada lansi untuk
tetap fokus, aktif dan juga membuat ingatan lebih tajam. Contoh terapi
ini dilakukan dengan cara bermain puzzle, teka teki silang, tebak –
tebakan dan masih banyak lagi lainnya. Hal ini baik untuk daya ingat
agar tidak lekas menjadi pikun, karena pada lansia membutuhkan
gerakan fisik dan otak yang dapat menopang kondisinya tidak rapuh
atau kaku. Contoh ragam dan juga macam macam terapi modalitas
jiwa untuk gangguan jiwa.
6) Terapi Aktifitas Kelompok, Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk
meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan
mengubah perilaku. Bentuk terlaksanaanya terapi ini dibutuhkan
leader, Co-Leader, dan fasilitator. Misalnya: cerdas cermat, tebak
gambar, dan lain-lain
7) Terapi Musik, Terapi musik bertujuan untuk mengibur para lansia
seningga meningkatkan gairah hidup dan dapatmengenang masa lalu.
Misalnya : lagu-lagu kroncong, musik dengan gamelan
8) Terapi dengan binatang, bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih
sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan bermain bersama
binatang. Misalnya : mempunyai peliharaan kucing, ayam, dll
9) Life review terapi, bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan
harga diri dengan menceritakan pengalaman hidupnya, misalnya
bercerita di masa mudanya.
10) Terapi okupasi, bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan
meningkatkan produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya
dari bahan yang telah disediakan. Misalnya: membuat kipas,membuat
keset, membuat sulak dari tali rafia, membuat bunga dari bahan
yang mudah di dapat1pelepah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian,
dll2, menjahit dari kain, merajut dari benang,kerja bakti
1merapikan kamar, lemari, membersihkan lingkungan sekitar,
menjemur kasur, dll2
b. Terapi Reminiscence
Terapi Reminiscence adalah suatu terapi yang dilakukan pada seorang
individu dengan cara memotivasi individu untuk mengingat kembali
kejadian dan pengalaman masa lalu serta kemampuan penyelesaian
masalahnya kemudian disampaikan dengan keluarga, teman, kelompok
atau staf. Menurut Wu (2011), Terapi reminiscence bertujuan untuk
meningkatkan harga diri dan membantu individu mencapai kesadaran diri
dan memahami diri, beradaptasi terhadap stress dan melihat bagian dirinya
dalam konteks sejarah dan budaya. Terapi reminiscence juga bertujuan
untuk menciptakan kebersamaan kelompok dan meningkatkan keintiman
sosial. Media yang digunakan dalam terapi reminiscence adalah kotak
yang diisi dengan berbagai barang-barang pada masa lalu seperti majalah,
alat untuk memasak, pakaian, alat bermain, poto pribadi alat untuk
memutar musik, video, dan kaset. Stimulus bau yang berbeda seperti
coklat, jeruk dan sebagainya. Bahan- bahan untuk menstimulasi sensori
sentuhan seperti bulu binatang, wol dan flanel, pasir, lumpur, dan
sebagainya.
Benda-benda masa lalu ini digunakan sebagai media untuk membantu
klien mengingat kembali masa lalunya berkaitan dengan benda tersebut.
Media ini diharapkan akan mempercepat daya ingat klien untuk mengingat
kembali pengalaman masa lalunya yang berkaitan dengan benda tersebut
dan akan diceritakan pada orang lain sehingga proses dan tujuan terapi
dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai