4. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik.
Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan
yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan
yang diharapkan.
5. Evaluasi
a. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung.
b. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan
resistensi pembuluh paru
c. Anaka akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
d. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi
badan
e. Anaka akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk
mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan
f. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
g. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak
dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan
memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam
keberhasilan pengobatan
BAB IV
PEMBAHASAN TETRALOGI OF FALLOT (TOF)
A Definisi
Tetralogi of fallot merupakan kelainan jantung bawaan dengan gangguan
sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek
septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel
kanan (Waskitho, 2011)
Tetralogi fallot atau tetralogi of fallot adalah bentuk terbanyak dari
cyanotic type: merupakan 10-15% dari kelainan jantung bawaan. Terdapat
empat kelainan anatomi dalam Tetralogi of Fallot, yaitu :
1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua
rongga
ventrikel
2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang
keluar
dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan
menimbulkan penyempitan
3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel
kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari
bilik
kanan
4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena
peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal
B Etiologi
Penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. diduga
karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain
:
1. Faktor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom, contohnya down
syndrome, marfan syndrome.
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
misalnya VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta.
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, kolesterol tinggi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
2. Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,
dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)
b. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
c. Efek radiologi (paparan sinar X)
d. Ibu mengonsumsi alcohol dan merokok saat mengandung.
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut
jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih
dari 90% kasus penyebab adalah multifaktor.
C Manifestasi klinis
1. Murmur
Merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan oleh dokter. Ia
merupakan suara tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar pada
denyut jantung si bayi. Kebanyakan bayi yang menderita tetaralogy of
fallot mempunyai suara murmur jantung.
2. Cyanosis
Merupakan pertanda umum pada tetralogy of fallot. Cyanosis adalah
suatu keadaan di mana pada sirkulasi bayi kekurangan darah yang telah
mengalami oksigenasi sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta
bibir yang pucat.
3. Warna kulit pucat
4. Frekuensi pernafasan yang meninggi
5. Kulit terasa dingin
6. BB yang rendah
7. Anemia menyebabkan perburukan gejala :
1) Penurunan toleransi terhadap latihan
2) Peningkatan dyspnea
3) Peningkatan frekuensi hyperpnea paroksismal
D Patofisiologi
Menurut (FK UNRI : 2010) pada tetralogi fallot terdapat empat macam
kelainan jantung yang bersamaan, maka :
1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari
sebuahlubang pada septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga
menerima darah darikedua ventrikel.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari
ventrikelkanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah
masuk ke aorta.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang
septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta,
mengaabaikan lubangini.
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke
dalam aorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya akan sangat berkembang,
sehingga terjadi pembesaran ventrikel kanan. Kesulitan fisiologis utama
akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah tidak melewati paru sehingga
tidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena yang kembali ke
jantung dapat melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta tanpa
mengalami oksigenasi.
E Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung
bawaan sianotik untuk menilai perkembangan penyakit. Hemoglobin dan
hematokrit merupakan indikator yang cukup baik untuk derajat
hipoksemia. Peningkatan hemoglobin dan hematokrit ini merupakan
mekanisme kompensasi akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada
umumnya hemoglobin dipertahankan antara 16-18 g/dl, sedangkan
hematokrit 50-65%. Bila kadar hemoglobin dan hematokrit melampaui
batas tersebut timbul bahaya terjadinya kelainan trombo emboli,
sebaliknya bila kurang dari batas bawah tersebut berarti terjadi anemia
relatif yang harus diobati.
2. Gambaran radiologis
Cardio thoracic ratio pasien tetralogi fallot biasanya normal atau sedikit
membesar. Akibat terjadinya pembesaran ventrikel kanan dengan konus
pulmonalis yang hilang, maka tampak apeks jantung terangkat sehingga
tampak seperti sepatu kayu (coer en sabot). Pada 25% kasus arkus aorta
terletak di kanan yang seharusnya di kiri, dapat berakibat terjadinya suatu
tarik bayangan trakeobronkial berisi udara di sebelah kiri, yang terdapat
pada pandangan antero-posterior atau dapat dipastikan oleh pergeseran
esophagus yang berisi barium ke kiri Corakan vascular paru berkurang dan
lapangan paru relatif bersih, mungkin disebabkan oleh aliran darah paru
paru yang berkurang dan merupakan suatu tanda diagnostik yang penting.
Bila terdapat kolateral yang banyak mungkin corakan vascular paru
tampak normal, atau bahkan bertambah. Pada proyeksi lateral, ruangan
depan yang bersih atau kosong dapat atau tidak dipenuhi oleh ventrikel
kanan yang hipertrofi.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak
pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar sering dijumpai P
pulmonal.
4. Ekokardiogram
Ekokardiografi dapat memperlihatkan setiap kelainan pada tetralogi
fallot. Pelebaran dan posisi aorta berupa diskontinuitas septum ventrikel
dan dinding depan aorta serta pelebaran ventrikel kanan mudah dilihat.
Kelainan katup pulmonal seringkali sulit dinilai, demikian pula penentuan
perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dan a.pulmonalis tidak selalu
mudah dilakukan.
5. Kateterisasi jantung
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek
septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah.
f. Komplikasi
Komplikasi dari gangguan ini antara lain adalah :
1. Penyakit vaskuler pulmoner kanan
2. Deformitas arteri pulmoner kanan, komplikasi berikut dapat terjadi setelah
anastomose blalock Taussig:
a. Perdarahan, perdarahan hebat terutama terjadi pada anak – anak
dengan polisitemia
b. Emboli atau thrombosis serebri
3. Resiko lebih tinggi pada polisitemia, anemia atau sepsis
a. Gagal jantung kongestif, jika piraunya terlau besar
b. Oklusi dini pada pirau
c. Hematothorax
d. Pirau kanan ke kiri persisten pada tingkat atrium, terutama pada bayi
e. Sianosis persisten
f. Kerusakan nervus frenikus
g. Efusi pleura
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Sianosis berat: beri prostaglandin E1 (PGE1) Untuk mempertahankan
kepatenan duktus dan meningkatkan aliran darah paru
b. Sianosi ringan : observasi ketat bayi, jika sianosis memburuk setelah
penutupan ductus, bayi ini membutuhkan koreksi bedah selamaperiode
neonatal
c. Antibiotik : sesuai hasil kultur sensitivitas, kadang digunakan anti
biotic propilaksis
d. Diuresik : untuk meningkatkan dieresis, mengurangi kelebihan cairan,
digunakan dalam pengobatan edema yang berhubungan dengan gagal
jantung kongestif.
e. Digitalis : meningkatkan kekuatan kontraksi ,isi sekuncup,dan curah
jantung serta menurunkan tekanan vena jantung, digunakan untuk
mengobati gagal jantung kongesti dan aritmia jantung tertentu ( jarang
diberi sebelum koreksi, kecuali jika pirau terlalu besar)
f. Besi untuk mengatasi anemia
g. Betablocker ( propanolol ) : menurunkan denyut jantung dan kekuatan
kontraksi serta iritabilitas myokard , dipakai untuk mencegah dan
mengobati serangan hypersianosis.
h. Morfin: meningkatkan ambang sakit, mengobati hypersianosis dengan
menghambat pusat pernafasan dan reflek batuk.
i. NaHCO3, sebuah pengalkali sistemik kuat: untuk mengobati asidosis
dengan mengganti ion bicarbonate dan memulihkan kapasitas buffer
tubuh.
2. Penatalaksanaan bedah
Merupakan suatu keharusan bagi semua penderita TF. Pada bayi
dengan sianosis yang jelas, sering pertama-tama dilakukan operasi
pintasan atau langsung dilakukan pelebaran stenosis trans-ventrikel.
Koreksi total dengan menutup VSD (Ventrikel Septum Defek) seluruhnya
dan melebarkan PS pada waktu ini sudah mungkin dilakukan. Umur
optimal untuk koreksi total pada saat ini ialah 7-10 tahun. Walaupun
kemajuan telah banyak dicapai, namun sampai sekarang operasi semacam
ini selalu disertai resiko besar
H. Asuhan keperawatan Tetralogi Of Fallot (Tof)
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Pada sebagian besar kasus, diagnosis kelainan ini ditegakkan
setelahmelewati masa neonatus, ditemukan pada anak yang berusia
diatas 5 tahundan prevalensi menurun setelah berumur 10 tahun.
b. Riwayat kesehatan pasien
a. Keluhan utama
a) Dispnea terjadi bila penderita melakukan aktivitas fisik.
b) Berat badan bayi tidak bertambah
b. Riwayat penyakit dahulu, anak yang sebelumnya menderita
penyakit jantung bawaan
c. Riwayat penyakit sekarang
a) sesak saat beraktivitas
b) berat badan bayi tidak bertambah
c) pertumbuhan berlangsung lambat
d) jari tangan clubbing (seperti tabuh genderang)
e) kebiruan
d. Riwayat kesehatan keluarga
Tetralogi of falot biasanya juga bisa dikarenakan kelainan
genetik, sepertisindrom down, adanya penyakit tertentu dalam
keluarga sepertihipertensi,diabetes mellitus, penyakit jantung atau
kelainan bawaan
e. Riwayat kehamilan dan persalinan
Adanya penyakit rubela atau infeksi virus lainnya pada ibu saat
hamilkhususnya bila terserang pada trimester 1, penggunaan obat-
obatan tanparesep dokter seperti
talidomid,dextroamphetamine,aminopterin,jamu.
f. Riwayat kesehatan lingkungan
Tidak ada hubungan atau keterkaitan. ImunisasiTidak ada
hubungan atau keterkaitan.
c. Pengkajian Khusus
1) Persepsi terhadap kesehatan manajemen
kesehatanTidak dapat terkaji.
2) Pola aktivitas dan latihan
Pasien tetralogi of fallot mengalami intoleransi aktivitas
sehingga polaaktivitas dan latihan mengalami penurunan sehingga
dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang dari pasien itu
sendiri.
3) Pola istirahat dan tidur
Anak yang menderita tetralogi of fallot membutuhkan pola
istirahat yangcukup, teratur, dan lebih banyak daripada anak
normal untuk menghindarikelelahan yang terjadi serta
meminimalkan terjadinya intoleransi aktivitassehingga dapat
mengoptimalkan proses tumbuh kembang anak sendiri.
4) Pola nutrisi dan metabolik Pasien
tetralogi of fallot dapat mengalami penurunan nafsu makan
yangdapat berakibat status nutrisi pada pasien tetralogi of fallot
berada padarentang gizi sedang dan gizi buruk. Status gizi seorang
anak dapat dihitungdengan rumus (BB terukur dibagi BB standar)
X 100 %, dengan interpretasiyaitu <60% (gizi buruk), <30% (gizi
sedang) dan >80% (gizi baik).
5) Pola eliminasi
Pola eliminasi pasien tetralogi of fallot normal.
6) Pola kognitif perceptual
Pasien tetralogi of fallot mengalami gangguan tumbuh
kembang karena fatiqselama makan.
7) Konsep diriPasien
tetralogi of fallot dapat mengalami gangguan citra diri
karenakelemahan dan adanya keadaan patologi dalam tubuhnya.
8) Pola koping
Tidak ada hubungan dan keterkaitan.
9) Pola seksual reproduksi
Tidak ada hubungan dan keterkaitan.10.
10) Pola peran hubungan
Tidak ada hubungan dan keterkaitan.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Tidak ada hubungan dan keterkaitan.
d. Pemerikaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Kesadaran pasien ventrikel septum defek dapat mengalami
penurunankarena ketidakadekuatan suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan dan otak.
b) Sirkulasi
Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di
daerah pulmonalyang semakin melemah dengan bertambahnya
derajat obstruksi.c.
c) Respirasi
SEring sianotik mendadak ditandai dengan dyspnea, napas
cepat dandalam, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma
dan kematian.d.
d) Eliminasi
Sistem eliminasi pada pasien tetralogi of fallot dalam batas
normal.e.
e) Neurosensori
Sistem neurosensori pasien tetralogi of fallot dalam batas
normal.
f) Gastrointestinal
Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik
g) Muskuloskeletal
Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang
lebih besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel
kananh.
h) Integumen
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan
sianotik, bayitampak biru setelah tumbuh. Clubbing finger
tampak setelah usia 6 bulan.
i) Endokrin
Sistem endokrin pada pasien tetralogi of fallot dalam batas
normal.
j) Reproduksi
Sistem reproduksi pada pasien tetralogi of fallot dalam
batas normal.
2) Inspeksi
a) Status nutrisi
Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk
berhubungandengan penyakit jantung.
b) Warna
Sianosis merupakan gambaran umum dari penyakit jantung
congenital.
c) Deformitas dada
Bentuk dada menonjol akibat pelebaran ventrikel kanand.
d) Pulsasi tidak umum
Terkadang terjadi pulsasi yang dapat dilihat.e.
e) Ekskursi pernafasan
Pernafasan dispnea, nafas cepat dan dalam.f.
f) Jari tabuh
Berhubungan dengan beberapa tipe penyakit jantung
congenital, clubbingfinger
g) Perilaku
Anak akan sering squatting (jongkok) setelah anak dapat
berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok
dalam beberapa waktusebelum ia berjalan kembali.
3) Palpasi dan perkusia.
a) Dada
Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan
karakteristik lain(seperti thrill, vibrasi yang dirasakan
pemeriksa saat mempalpasi) yang berhubungan dengan
penyakit jantung.
b) Nadi perifer
Frekuensi, keteraturan, dan amplitudo (kekuatan) dapat
menunjukkan ketidaksesuaian.
4) Auskultasi
a) Jantung, Mendeteksi adanya murmur jantung.
b) Frekuensi dan irama jantung
c) Observasi adanya ketidaksesuaian antara nadi apikal dan
perifer.
d) Karakteristik bunyi jantung
Bunyi jantung I normal, sedang bunyi jantung II tunggal dan
kerasd.
e) Paru-paru
Menunjukkkan adanya sesak nafas.5.
e. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit
(Ht) akibatsaturasi oksigen yang rendah. Nilai AGD menunjukkan
peningkatantekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan
tekanan parsialoksigen (PO2) dan penurunan pH. Pasien dengan
Hb dan Ht normal ataurendah mungkin menderita defisiensi
besi. Nilai juga faktor pembekuandarah (trombosit, protombin
time).
b. Radiologis Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran
darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung. Tampak
pembesaaran aorta asendens. Gambaran khas jantung tampak apeks
jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
c. Elektrokardiogram Pada neonatus EKG tidak berbeda dengan anak
normal. Pada anak mungkin gelombang T positif di V1, EKG
sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Gelombang P di hantaran II tinggi (P
pulmonal)
d. Ekokardiografi, memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta
dengan dilatasiventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis
& penurunan aliran darah ke paru-paru.
e. Kateterisasi, diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk
mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan
arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Melihat
ukuran pulmonalis untuk endeteksi adanya penurunan saturasi
oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah.
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural
jantung.
b. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap
kebutuhan tubuh.
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak
adekuat, kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
3. Intervensi
NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1. Resiko penurunan Tujuan: - Kaji frekuensi nadi, RR, - Memonitor
cardiac output b/d - penurunan cardiac TD secara teratur setiap adanya
adanya kelainan output tidak terjadi 4 jam. perubahan
structural jantung - Setelah diberikan - Catat bunyi jantung. sirkulasi jantung
asuhan keperawatan - Kaji perubahan warna sedini mungkin.
selama 3 x 24 jam, kulit terhadap sianosis - Mengetahui
diharapkan dan pucat. adanya
penurunan cardiac - Pantau intake dan perubahan irama
output pada klien output setiap 24 jam. jantung.
dapat diatasi - Batasi aktifitas secara - Pucat
Kriteria Hasil: adekuat. menunjukkan
- tanda vital dalam - Berikan kondisi adanya
batas yang dapat psikologis lingkungan penurunan
diterima, bebas yang tenang. perfusi perifer
gejala gagal jantung, terhadap tidak
melaporkan adekuatnya curah
penurunan episode jantung. Sianosis
dispnea, ikut serta terjadi sebagai
dalam aktifitas yang akibat adanya
mengurangi beban obstruksi aliran
kerja jantung, urine darah pada
output adekuat: 0,5 ventrikel.
– 2 ml/kgBB. - Ginjal berespon
- denyut nadi klien untuk
kembali normal, menurunkna
yaitu 90 – 140 curah jantung
x/mnt dengan menahan
- Klien tidak terlihat produksi cairan
pucat. dan natrium.
- Klien tidak terlihat - Istirahat memadai
lemah. diperlukan untuk
- mengalami sianosis memperbaiki
pada tubuhnya. efisiensi
kontraksi jantung
dan menurunkan
komsumsi O2
dan kerja
berlebihan.
- Stres emosi
menghasilkan
vasokontriksi
yangmeningkatka
n TD dan
meningkatkan
kerja jantung.
2. Intoleransi Tujuan: - Ikuti pola istirahat - Menghindari
aktivitas b/d - Pasien akan pasien, hindari gangguan pada
ketidakseimbangan menunjukkan pemberian intervensi istirahat tidur
pemenuhan O2 keseimbangan pada saat istirahat. pasien sehingga
terhadap energi yang adekuat. - Lakukan perawatan kebutuhan
kebutuhan tubuh - Setelah diberikan dengan cepat, hindari energi dapat
asuhan keperawatan pengeluaran energi dibatasi untuk
selama 3 x 24 jam, berlebih dari pasien. aktifitas lain
diharapkan masalah - Bantu pasien memilih yang lebih
intoleransi aktivitas kegiatan yang tidak penting.
dapat teratasi melelahkan. - Meningkatkan
Kriteria hasil: kebutuhan
- Pasien dapat - Hindari perubahan istirahat pasien
mengikuti aktifitas suhu lingkungan yang dan menghemat
sesuai kemampuan, mendadak. energi pasien.
istirahat tidur
tercukupi. - Kurangi kecemasan - Menghindarkan
- Pasien dapat pasien dengan pasien dari
melakukan aktivitas memberi penjelasan kegiatan yang
sesuai dengan batas yang dibutuhkan melelahkan dan
kemampuan pasien dan keluarga. meningkatkan
- Klien dapat tidur - Respon perubahan beban kerja
nenyak malam hari keadaan psikologis jantung.
- Klien terlihat lebih pasien (menangis, - Perubahan suhu
segar murung dll) dengan lingkungan
ketikaterbangun baik. yang mendadak
merangsang
kebutuhan akan
oksigen yang
meningkat.
- Kecemasan
meningkatkan
respon
psikologis yang
merangsang
peningkatan
kortisol dan
meningkatkan
suplai O2.
- Stres dan
kecemasan
berpengaruh
terhadap
kebutuhan O2
jaringan.
3. Gangguan Tujuan: - Sediakan kebutuhan - Menunjang
pertumbuhan dan - Pertumbuhan dan nutrisi adekuat. kebutuhan
perkembangan b/d perkembangan dapat - Monitor BB/TB, buat nutrisi pada
oksigenasi tidak mengikuti kurva catatan khusus sebagai masa
adekuat, tumbuh kembang monitor. pertumbuhan
kebutuhan nutrisis sesuai dengan usia. - Kolaborasi intake Fe dan
jaringan tubuh, - Setelah diberikan dalam nutrisi. perkembangan
isolasi social. asuhan keperawatan serta
selama 3 x 24 jam, meningkatkan
diharapkan daya tahan
pertumbuhan dan tubuh.
perkembangan klien - Sebagai monitor
dapat mengikuti terhadap
kurva tumbuh keadaan
kembang sesuai pertumbuhan
dengan usia dan keadaan
Kriteria hasil: gizi pasien
- Pasien dapat selama dirawat.
mengikuti tahap - Mencegah
pertumbuhan dan terjadinya
perkembangan yang anemia sedini
sesuia dengan usia, mungkin sebagi
pasien terbebas dari akibat
isolasi social. penurunan
- Anak usia 6 bulan kardiak output.
dapat :
Merangkak,dud
uk dengan bantuan,
menggenggam, dan
memasukkan benda
ke mulut.Berat
badan, lingkar
kepala, lingkar
lengan atas, dan
rata – rata masa
tubuh berada dalam
batas normal sesuai
usia.
- Klien dapat
berinteraksi dengan
keluarga
4. Resiko infeksi b/d Tujuan: - Kaji tanda vital dan - Memonitor
keadaan umum - Infeksi tidak terjadi. tanda – tanda infeksi gejala dan tanda
tidak adekuat - Setelah diberikan umum lainnya. infeksi sedini
asuhan keperawatan - Hindari kontak dengan mungkin.
selama 3 x 24 jam, sumber infeksi. - Menghindarkan
diharapkan infeksi - Sediakan waktu pasien dari
pada klien tidak istirahat yang adekuat. kemungkinan
terjadi - Sediakan kebutuhan terkena infeksi
Kriteria hasil: nutrisi yang adekuat dari sumber
- Bebas dari tanda – sesuai kebutuhan. yang dapat
tanda infeksi dihindari.
Terbebas dari tanda - - Istirahat
tanda infeksi adekuat
-Menunjukkan membantu
hygiene pribadi yang meningkatkan
adekuat keadaan umum
pasien.
- Nutrisi adekuat
menunjang daya
tahan tubuh
pasien yang
optimal.
4. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik.
Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan
yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan
yang diharapkan.
5. Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan
terhadap perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi.
Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang
jika tujuan ditetapkan belum berhasil/ teratasi