KARDIOMEGALI
Oleh :
Septiano Rasjaya
113063J117073
BANJARMASIN
2018
1
I. Anatomi dan Fisiologi
1.1. Anatomi
2
Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat.
Penyokong jantung utama adalah paru yang menekan jantung dari samping,
diafragma menyokong dari bawah, pembuluh darah yang keluar masuk dari
jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah. Faktor yang mempengaruhi
kedudukan jantung adalah:
a) Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk jantung
agak turun kebawah
b) Bentuk rongga dada: Perubahan bentuk tora yang menetap (TBC)
menahun batas jantung menurun sehingga pada asma toraks melebar dan
membulat.
c) Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan
mendorong bagian bawah jantung ke atas
d) Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal dipengaruhi oleh posisi
tubuh.
3
iii) Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan bilik(
atrium dan ventrikel).
c) Dalam / Endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang mengilat yang
terdiri dari jaringan endotel atau selaput lender endokardium kecuali
aurikula dan bagian depan sinus vena kava.
4
Alur permukaan jantung:
a) Sulkus atrioventrikularis: Mengelilingi batas bawah basis kordis
b) Sulkus langitudinalis anterior: dari celah arteri pulmonalis dengan
aurikula sinistra berjalan kebawah menuju apeks kordis..
c) Sulkus langitudinals posterior: dari sulkus koronaria sebelah kanan
muara vena cava inferior menuju apeks kordis.
Ruang-ruang jantung:
Jantung terdiri dari empat ruang yaitu:
1. Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian
dalamnya embentuk suatu rigi atau Krista terminalis
a) Muara atrium kanan terdiri dari:
1) Vena cava superior
2) Vena cava inferior
3) Sinus koronarius
4) Osteum atrioventrikuler dekstra
5
Peredaran darah jantung
Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke
atrium dekstra yang atang dari seluruh tubuh. Arteri pulmonalis membawa
darah dari ventrikel dekstra masuk ke paru-paru(pulmo). Antara ventrikel
sinistra dan arteri pulmonalis terdapat katup vlavula emilunaris arteri
pulmonalis. Vena pulmonalis membawa darah dari paru-paru masuk ke
atrium sinitra. Aorta (pembuluh darah terbesar) membawa darah dari
ventrikel sinistra dan aorta terdapat sebuah katup valvulasemilunaris aorta.
6
a. Fungsi umum otot jantung yaitu:
1. Sifat ritmisitas/otomatis: secara potensial berkontraksi tanpa adanya
rangsangan dari luar.
2. Mengikuti hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai
ambang rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan
berkontraksi maksimal.
3. Tidak dapat berkontraksi tetanik.
4. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.
b. Metabolisme Otot Jantung
Seperti otot kerangka, otot jantung juga menggunakan energy kimia
untuk berkontraksi. Energy terutama berasal dari metabolism asam lemak
dalam jumlah yang lebih kecil dari metabolisme zat gizi terutama laktat
dan glukosa. Proses metabolism jantung adalah aerobic yang
membutuhkan oksigen.
c. Pengaruh Ion Pada Jantung
1. Pengaruh ion kalium : kelebihan ion kalium pada CES menyebabkan
jantung dilatasi, lemah dan frekuensi lambat.
2. Pengaruh ion kalsium: kelebihan ion kalsium menyebabkan jantung
berkontraksi spastis.
3. Pengaruh ion natrium: menekan fungsi jantung.
d. Elektrofisiologi Sel Otot jantung
Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan permeabilitas
membrane sel. Seluruh proses aktifitas listrik jantung dinamakan
potensial aksi yang disebabkan oleh rangsangan listrik, kimia, mekanika,
dan termis. Lima fase aksi potensial yaitu:
1. Fase istirahat: Bagian dalam bermuatan negative(polarisasi) dan
bagian luar bermuatan positif.
2. Fase depolarisasi(cepat): Disebabkan meningkatnya permeabilitas
membrane terhadap natrium sehingga natrium mengalir dari luar
kedalam.
7
3. Fase polarisasi parsial: Setelah depolarisasi terdapat sedikit
perubahan akibat masuknya kalsium ke dalam sel, sehingga muatan
positih dalam sel menjadi berkurang.
4. Fase plato(keadaan stabil): Fase depolarisasi diikuti keadaan stabil agak
lama sesuai masa refraktor absolute miokard.
5. Fase repolarisasi(cepat): Kalsium dan natrium berangsur-angsur tidak
mengalir dan permeabilitas terhadap kalium sangat meningkat.
e. Sistem Konduksi Jantung
Sistem konduksi jantung meliputi:
1. SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada didalam
dinding atrium kanan di ujung Krista terminalis.
2. AV node: Susunannya sama dengan SA node berada di dalam
septumatrium dekat muara sinus koronari.
3. Bundle atrioventrikuler: dari bundle AV berjalan kearah depan pada
tepi posterior dan tepi bawah pars membranasea septum
interventrikulare.
4. Serabut penghubung terminal(purkinje): Anyaman yang berada pada
endokardium menyebar pada kedua ventrikel.
f. Siklus Jantung
Empat pompa yang terpisah yaitu: dua pompa primer atrium dan dua pompa
tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung sampai kontraksi
berikutnya disebut siklus jantung.
g. Fungsi jantung sebagai pompa
Lima fungsi jantung sebagai pompa yaitu:
1. Fungsi atrium sebagai pompa
2. Fungsi ventrikel sebagai pompa
3. Periode ejeksi
4. Diastole
5. Periode relaksasi isometric
8
1) Autoregulasi intrinsic pemompaan akibat perubahan volume darah yang
mengalir ke jantung.
2) Reflex mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung melalui
saraf otonom.
h. Curah jantung
Normal, jumlah darah yang dipompakan ventrikel kiri dan kanan sama
besarnya. Jumlah darah yang dipompakan ventrikel se lama satu menit
disebut curah jantung (cardiac output).
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi otot jantung:
1. Beban awal
2. Kontraktilitas
3. Beban akhir
4. Frekuensi jantung
9
jantung bengkak. Kardiomegali (Cardiomegaly) yaitu pembengkakan jantung
sehingga ukurannya membesar melebihi jantung normal. Biasanya hal ini dapat
diketahui setelah seseorang melakukan pemeriksaan rontgen dada
(Ignatavicius, 2009).
1.2. Etiologi
Beberapa penyebab kardiomegali antara lain penyakit miokardia,
penyakit arteri koroner, defek jantung kongenital dengan gagal jantung ataupun
beberapa keadaan lain seperti tumor jantung, anemia berat, kelainan endokrin,
malnutrisi, distrofi muskular dan gagal jantung akibat penyakit paru (Ismail,
2009).
1.3. Manifestasi Klinis
a. Sesak napas
b. Irama jantung abnormal
c. Pembengkakan
d. Kenaikan berat badan
e. Kelelahan
f. Palpitasi atau jantung berdebar
1.4. Patofisiologi
Pada jantung normal, jantung mampu memenuhi kebutuhan tubuh untuk
menjalankan metabolisme secara wajar. Pada keadaan dimana metabolisme
meningkat seperti: pada waktu kita sedang bekerja keras, berolahraga yang
memeras keringat, beraktifitas yang melebihi kebiasaan, maka jantung akan
melakukan kompensasi dengan meningkatkan frekuensi denyut jantung.
Selanjutnya apabila metabolisme tubuh kembali normal, maka jantung pun akan
kembali ke keadaan normal. Namun pada jantung yang sudah kardiomegali,
berolahraga berat justru akan memperparah kondisi jantungnya.
Kardiomegali merupakan suatu kondisi dimana jantung membesar. Hal
ini dikaitkan dengan banyak penyebab, tapi sebagian besar karena output
jantung rendah, dalam hal ini kardiomegali terjadi jika jantung lebih dari 50%
lebih besar dari diameter bagian dalam tulang rusuk. Kardiomegali mungkin
timbul akibat sejumlah penyakit dan kondisi kesehatan yang abnormal
10
1.5. Komplikasi
11
Gambar X-ray membantu dokter melihat kondisi paru-paru dan jantung.
Jika jantung membesar pada sinar-X, tes lainnya biasanya akan diperlukan
untuk menemukan penyebabnya.
2) Tes Electrocardiogram
Mencatat aktivitas listrik jantung melalui elektroda menempel pada
kulit. Impuls dicatat sebagai gelombang dan ditampilkan pada monitor atau
dicetak di atas kertas. Tes ini membantu mendiagnosa masalah irama
jantung dan kerusakan jantung dari serangan jantung.
3) Tes Echocardiogram
Untuk mendiagnosis dan pemantauan pembesaran jantung menggunakan
gelombang suara untuk menghasilkan gambar video dari jantung. Dengan
tes ini, empat bilik jantung dapat dievaluasi.
4) Tes darah
Untuk memeriksa kadar zat tertentu dalam darah yang mungkin
mengarah ke masalah jantung.
5) Kateterisasi jantung dan biopsy
Dalam prosedur ini, tabung tipis (kateter) dimasukkan di pangkal paha
dan berulir melalui pembuluh darah ke jantung, di mana contoh kecil
(biopsi) dari jantung, jika diindikasikan, dapat diekstraksi untuk analisis
laboratorium.
6) Tekanan dalam ruang jantung
Dapat diukur untuk melihat bagaimana paksa darah memompa melalui
jantung. Gambar arteri jantung dapat diambil selama prosedur (angiogram
koroner) untuk memastikan bahwa tidak memiliki penyumbatan
1.7. Collaborative Care Management
a. Medis
1) Pemberian terapi oksigen sesuai keperluan dari pasien dan sesuai
kardiomegali yang dialami
2) Pemasangan ring jika penyebab yang terjadi akibat kebocoran dalam
kondisi yang parah
12
3) Operasi pada bayi dilakukan operasi by pass jantung, bayi yang
mengalami pembesaran jantung seperti ini akan dipasangkan jantung
buatan yang membantu jantung sibayi untuk memompa darah.
4) Untuk pemberian nutrisi dapat dilakukan pemasangan NGT
b. Farmakologi/medikasi
Pemberian sesuai dengan penyebab yang mendasarinya:
1) Obat golongan diuretic
2) Obat golongan ace inhibitor
3) Obat golongan beta blocker
4) Obat Golongan nitrat
c. Aktivitas/latihan
Pada penderita kelainan pada jantung, umumnya harus membatasi aktivitas
berat yang dapa memicu kerja jantung menjadi lebih berat. Begitupun pada
anak kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kondisinya, seperti.
1) Kondisi pertama dimana anak dapat melakukan kompetisi atletik
interskolastik dan olahraga kontak.
2) Kondisi kedua anak dapat melakukan latihan sedang seperti tenis
3) Kondisi ketiga anak melakukan kegiatan cukup ringan seperti naik
sepeda dan lari santai
4) Kondisi keempat diamana anak tidak boleh berpartisipasi dalam kelas
edukasi fisik.
d. Diet
Tujuan memberikan diet pada penderita penyakit jantung adalah:
1) Untuk memberikan cukup makanan agar anak tumbuh dan kembang
optimal.
2) Mengurangi dan mencegah retensi garam/air dalam jaringan tubuh dan
menurunkan tekanan darah bila ada hipertensi.
13
e. Penkes
1) Menyiapkan anak dengan kelainan jantung sehingga kondisinya untuk
tindakan operasi jika memungkinkan.
2) Menjaga waktu tidur, agar kebutuhan tidur anak tercukupi
3) Olahraga ringan sesuai kebutuhan dan disesuai kan oleh umur ana
III. Rencana Asuhan Keperawatan
2.1. Pengkajian
2.1.1. Anamnesa riwayat kesehatan klien dan keluarga dahulu apakah
mempunyai riwayat penyakit jantung, riwayat menderita Diabetes
Melitus, Hipertensi, konsumsi kontrasepsi hormonal, riwayat nyeri dada
sebelumnya
2.1.2. Nutrisi dan metabolic
Gejala: mual. Kehilangan nafsu makan, nyeri ulu hati
Tanda: penurunan turgor kulit, kulit atau berkeringat, muntah, perubahan
berat badan.
2.1.3. Nyeri dan ketidaknyamanan
Gejala: § Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tak
berhubungan dengan aktivitas), tidak hilang dengan istirahat
atau nitrogliserin.
§ Lokasi: tipikal pada dada anterior, substernal, prekordia dapat
menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya
seperti epigastrum, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
§ Kualitas: chrushing, menyempit, berat, menetap, tertekan,
seperti dapat dilihat.
§ Intensitas: biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman
nyeri paling buruk yang pernah di alami.
Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih,
meregang, menggeliat, menarik diri, kehilangan kontak mata,
respon otomatis perubahan frekuensi atau irama jantung,
tekanan darah, pernafasan, warna kulit atau kelembaban,
kesadaran.
2.1.4. Integritas ego Gejala: menyangkal gejala penting atau adanya kondisi,
takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau
perawatan yang tak perlu, kuatir tentang keluarga, kerja dan keuangan.
Tanda: menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri atau nyeri.
2.1.5. Pernafasan
Gejala: nafas cepat, dispnea dengan atau tanpa kerja, dispnea
nocturnal, batuk dengan atau tanpa produksi sputum, riwayat
merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda: tampak penggunaan cuping hidung ,peningkatan frekuensi
pernafasan, nafas sesak atau kuat, pucat atau sianosis, bunyi nafas
bersih atau krekels atau mengi, sputum bersih merah muda kental.
14
2.1.6. Aktivitas dan latihan Gejala atau tanda: kesulitan melakukan tugas
perawatan diri.
2.1.7. Neurosensori Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun
(duduk atau istirahat)
2.1.8. Sirkulasi dan TTV
Tekanan darah: dapat normal atau tidak, perubahan postural dicatat
dari tidur sampai duduk atau berdiri.
Nadi: dapat normal, penuh atau tidak kuat atau lemah atau kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur ( disritmia
).
Bunyi jantung: bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilitas atau
complain ventrikel.
Murmur: Bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot
jantung.
Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
Edema: distensi vena juguler, esema dependent, perifer, edema
umum, krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
Warna: Pucat atau sianosis, kuku datar, pada membran mukosa dan
bibir.
Palpasi adanya pergeseran pada jantung antara ICS 5 & 6
15
B. Perencanaan
16
jantung
10. Monitor bunyi jantung
11. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
12. Monitor suara paru
13. Monitor pola pernapasan
abnormal
14. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
15. Monitor sianosis perifer
16. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
17. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign.
17
diminta atau 13. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
aktifitas sehari hari. krek
14. Bantu klien mengidentifikasi
aktivitas yang disukai Bantu klien
untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
15. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
16. Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
17. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual
18
informasi membuat
keputusan dengan
benar
5. Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan
gerakan involunter
19
hiperventilasi, cheyne stokes,
biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot
diagfragma ( gerakan paradoksis
)
7. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan napas
utama
9. Auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya
20
meningkat kapiler paru, output kelebihan cairan (cracles, CVP ,
jantung dan vital sign edema, distensi vena leher,
dalam batas normal asites)
5. Terbebas dari 8. Kaji lokasi dan luas edema
kelelahan, kecemasan 9. Monitor masukan makanan /
atau kebingungan cairan dan hitung intake kalori
6. Mampu menjelaskan harian
indikator kelebihan 10. Monitor status nutrisi
cairan 11. Berikan diuretik sesuai interuksi
12. Batasi masukan cairan pada
keadaan hiponatrermi dilusi
dengan serum Na < 130 mEq/l
13. Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul memburuk
Fluid Monitoring
1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe
intake cairan dan eliminasi
2. Tentukan kemungkinan faktor
resiko dari ketidak seimbangan
cairan (Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi hati,
dll )
3. Monitor berat badan
4. Monitor serum dan elektrolit
urine
5. Monitor serum dan osmilalitas
urine
6. Monitor BP, HR, dan RR
7. Monitor tekanan darah orthostatik
dan perubahan irama jantung
8. Monitor parameter hemodinamik
infasif
9. Catat secara akurat intake dan
output
10. Monitor adanya distensi leher,
rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
11. Monitor tanda dan gejala dari
odema
Daftar Pustaka
21
Buleckhek,M,Gloria. 2013. Nursing Outcomes Classification, 6th edition. Mosby
Elsevier
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik Ed.3. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
22