Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Ny”U” DENGAN


GANGUAN KARDIOVASKULER PADA KASUS ANEMIA

Disusun Oleh

BAIQ EYIN WAHYU APRIANI (005SYE18)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG D3

MATARAM

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan Laporan kasus pada Ny”U’’ dengan kasus anemia

Laporan ini disetujui pada

Hari/tanggal :

Disusun Oleh:

BAIQ EYIN WAHYU APRIANI (004SYE18)

Pembimbing Pendidikan

( Kurniati prihatin, Ners M. Kep )


LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA KASUS ANEMIA

Nama Mahasiswa: Baiq eyin wahyu apriani

NIM : 004SYE18

Tanggal: 30 juli s/d 1 Agustus

Inisial Pasien : Ny’’U’’

Umur/No.Reg : 27 Thn

I. Masalah Keperawatan Medical Bedah


Gangguan kardiovaskuler
II. Landasan Teori
A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Jantung
Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik dengan
apeks (superior-posterior:C-II) berada di bawah dan basis ( anterior-inferior ICS –
V) berada di atas. Pada basis jantung terdapat aorta, batang nadi paru, pembuluh
balik atas dan bawah dan pembuluh balik. Jantung sebagai pusat sistem
kardiovaskuler terletak di sebelah rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri yang
terlindung oleh costae tepatnya pada mediastinum. Untuk mengetahui denyutan
jantung, kita dapat memeriksa dibawah papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat
pada orang dewasa sekitar 250-350 gram. Hubungan jantung dengan alat
sekitarnya yaitu:
a. Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis setinggi
kosta III-I.
b. Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.
c. Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan aorta pulmonalis,
brongkus dekstra dan bronkus sinistra.
d. Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta desendes, vena
azigos, dan kolumna vetebrata torakalis.
e. Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.
Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat.
Penyokong jantung utama adalah paru yang menekan jantung dari samping,
diafragma menyokong dari bawah, pembuluh darah yang keluar masuk dari
jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah. Factor yang mempengaruhi
kedudukan jantung adalah:
a. Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk jantung
agak turun kebawah
b. Bentuk rongga dada: Perubahan bentuk tora yang menetap (TBC) menahun
batas jantung menurun sehingga pada asma toraks melebar dan membulat
c. Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan mendorong
bagian bawah jantung ke atas
d. Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh posisi
tubuh.
Otot jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu:
a) Luar/pericardium
Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan kantong
pembungkus jantung yang terletak di mediastinum minus dan di belakang
korpus sterni dan rawan iga II- IV yang terdiri dari 2 lapisan fibrosa dan
serosa yaitu lapisan parietal dan viseral. Diantara dua lapisan jantung ini
terdapat lender sebagai pelican untuk menjaga agar gesekan pericardium
tidak mengganggu jantung.
b) Tengah/ miokardium
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria.
Susunan miokardium yaitu:
a. Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua lapisan. Lapisan
dalam mencakup serabut-serabut berbentuk lingkaran dan lapisan luar
mencakup kedua atria.
b. Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
antrioventikuler sampai ke apeks jantung.
c. Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan bilik ( atrium dan
ventrikel).
a) Dalam / Endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang mengilat yang terdiri
dari jaringan endotel atau selaput lender endokardium kecuali aurikula dan
bagian depan sinus vena kava.
Bagian- bagian dari jantung:
a. Basis kordis: bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan pembuluh
darah besar dan dibnetuk oleh atrium sinistra dan sebagian oleh atrium
dekstra.
b. Apeks kordis : bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut tumpul.
Permukaan jantung (fascies kordis) yaitu:
a. Fascies sternokostalis: permukaan menghadap kedepan berbatasan dengan
dinding depan toraks, dibentuk oleh atrium dekstra, ventrikel dekstra dan
sedikit ventrikel sinistra.
b. Fascies dorsalis: permukaan jantung menghadap kebelakang berbentuk
segiempat berbatas dengan mediastinum posterior, dibentuk oleh dinding
atrium sinistra, sebgain atrium sinistra dan sebgain kecil dinding ventrikel
sinistra.
c. Fascies diafragmatika: permukaan bagian bawah jantung yang bebatas dengan
stentrum tindinium diafragma dibentuk oleh dinding ventrikel sinistra dan
sebagian kecil ventrikel dekstra.
Tepi jantung( margo kordis) yaitu:
a. Margo dekstra: bagian jantung tepi kanan membentang mulai dari vena kava
superior sampai ke apeks kordis
b. Margo sinistra: bagian ujung jantung sebelah tepi membentang dari bawah
muara vena pulmonalis sinistra inferior sampai ke apeks kordis.
Alur permukaan jantung:
a. Sulkus atrioventrikularis: Mengelilingi batas bawah basis kordis
b. Sulkus langitudinalis anterior: dari celah arteri pulmonalis dengan aurikula
sinistra berjalan kebawah menuju apeks kordis.
c. Sulkus langitudinals posterior: dari sulkus koronaria sebelah kanan muara
vena cava inferior menuju apeks kordis.
Ruang-ruang jantung
Jantung terdiri dari empat ruang yaitu:
1. Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian
dalamnya membentuk suatu rigi atau Krista terminalis.
a. Muara atrium kanan terdiri dari:
1) Vena cava superior
2) Vena cava inferior
3) Sinus koronarius
4) Osteum atrioventrikuler dekstra
b. Sisa fetal atrium kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis
c. Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum
atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum
pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan terdiri
dari:
a. Valvula triskuspidal
b. Valvula pulmonalis
2. Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula
3. Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum
atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui osteum aorta terdiri dari:
a. Valvula mitralis
b. Valvula semilunaris aorta
Peredaran darah jantung
Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke atrium
dekstra yang datang dari seluruh tubuh. Arteri pulmonalis membawa darah dari
ventrikel dekstra masuk ke paru-paru(pulmo). Antara ventrikel sinistra dan arteri
pulmonalis terdapat katup vlavula semilunaris arteri pulmonalis. Vena pulmonalis
membawa darah dari paru-paru masuk ke atrium sinitra. Aorta (pembuluh darah
terbesar) membawa darah dari ventrikel sinistra dan aorta terdapat sebuah katup
valvulasemilunaris aorta.
Peredaran darah jantung terdiri dari 3 yaitu:
1. Arteri koronaria kanan: berasal dari sinus anterior aorta berjalan kedepan
antara trunkus pulmonalis dan aurikula memberikan cabang-cabangke atrium
dekstra dan ventrikel kanan.
2. Arteri koronaria kiri: lebih besar dari arteri koronaria dekstra
3. Aliran vena jantung: sebagian darah dari dinding jantung mengalir ke atrium
kanan melalui sinus koronarius yang terletak dibagian belakang sulkus
atrioventrikularis merupakan lanjutan dari vena.
2. Fisiologi Jantung
a. Fungsi umum otot jantung yaitu:
1. Sifat ritmisitas/otomatis: secara potensial berkontraksi tanpa adanya
rangsangan dari luar.
2. Mengikuti hukum gagal atau tuntas: impuls dilepas mencapai ambang
rangsang otot jantung maka seluruh jantung akan berkontraksi
maksimal.
3. Tidak dapat berkontraksi tetanik.
4. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot.
b. Metabolisme Otot Jantung
Seperti otot kerangka, otot jantung juga menggunakan energy kimia untuk
berkontraksi. Energy terutama berasal dari metabolism asam lemak dalam
jumlah yang lebih kecil dari metabolisme zat gizi terutama laktat dan glukosa.
Proses metabolism jantung adalah aerobic yang membutuhkan oksigen.
c. Pengaruh Ion Pada Jantung
1. Pengaruh ion kalium : kelebihan ion kalium pada CES menyebabkan jantung
dilatasi, lemah dan frekuensi lambat.
2. Pengaruh ion kalsium: kelebihan ion kalsium menyebabkan jantung
berkontraksi spastis.
3. Pengaruh ion natrium: menekan fungsi jantung.
d. Elektrofisiologi Sel Otot jantung
Aktifitas listrik jantung merupakan akibat perubahan permeabilitas
membrane sel. Seluruh proses aktifitas listrik jantung dinamakan potensial
aksi yang disebabkan oleh rangsangan listrik, kimia, mekanika, dan termis.
Lima fase aksi potensial yaitu:
1. Fase istirahat: Bagian dalam bermuatan negative(polarisasi) dan bagian luar
bermuatan positif.
2. Fase depolarisasi(cepat): Disebabkan meningkatnya permeabilitas membrane
terhadap natrium sehingga natrium mengalir dari luar ke dalam.
3. Fase polarisasi parsial: Setelah depolarisasi terdapat sedikit perubahan akibat
masuknya kalsium ke dalam sel, sehingga muatan positih dalam sel menjadi
berkurang.
4. Fase plato(keadaan stabil): Fase depolarisasi diikiuti keadaan stabil agak lama
sesuai masa refraktor absolute miokard.
5. Fase repolarisasi(cepat): Kalsium dan natrium berangsur-angsur tidak
mengalir dan permeabilitas terhadap kalium sangat meningkat.
e. Sistem Konduksi Jantung
Sistem konduksi jantung meliputi:
1. SA node: Tumpukan jaringan neuromuscular yang kecil berada di dalam
dinding atrium kanan di ujung Krista terminalis.
2. AV node: Susunannya sama dengan SA node berada di dalam septum atrium
dekat muara sinus koronari.
3. Bundle atrioventrikuler: dari bundle AV berjalan ke arah depan pada tepi
posterior dan tepi bawah pars membranasea septum interventrikulare.
4. Serabut penghubung terminal(purkinje): Anyaman yang berada pada
endokardium menyebar pada kedua ventrikel.
f. Siklus Jantung
Empat pompa yang terpisah yaitu: dua pompa primer atrium dan dua
pompa tenaga ventrikel. Periode akhir kontraksi jantung sampai kontraksi
berikutnya disebut siklus jantung.
g. Fungsi jantung sebagai pompa
Lima fungsi jantung sebagai pompa yaitu:
1. Fungsi atrium sebagai pompa
2. Fungsi ventrikel sebagai pompa
3. Periode ejeksi
4. Diastole
5. Periode relaksasi isometric
Dua cara dasar pengaturan kerja pemompaan jantung
1. Autoregulasi intrinsic pemompaan akibat perubahan volume darah
yang mengalir ke jantung.
2. Reflex mengawasi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung melalui
saraf otonom
h. Curah jantung
Normal, jumlah darah yang dipompakan ventrikel kiri dan kanan sama
besarnya. Jumlah darah yang dipompakan ventrikel selama satu menit
disebut curah jantung (cardiac output).
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi otot jantung:
1. Beban awal
2. Kontraktilitas
3. Beban akhir
4. Frekuensi jantung
Peri ode pekerjaan jantung yaitu:
1. Periode systole
2. Periode diastole
3. Periode istirahat
i. Bunyi Jantung
Tahapan bunyi jantung:
1. Bunyi pertama: lup
2. Bunyi kedua : Dup
3. Bunyi ketiga: lemah dan rendah 1/3 jalan diastolic individu muda
4. Bunyi keempat: kadang-kadang dapat didengar segera sebelum bunyi pertama
2. Konsep Teori
1. Pengertian Anemia
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemaglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel
darah merah mengandung hemaglobin yang memungkinkan mereka mengangkut
oksigen dari paru-paru, mengantarkanya ke seluruh bagian tubuh. Anemia atau
kurang darah adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah atau hemaglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel
darah merah mengandung haemoglobin yang berperan dalam mengangkut oksigen
dari paru-paru dan mengatarkanya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht <
41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37 % pada wanita. Memungkinkan
terjadinya :  Penurunan kuantitas hemoglobin  Penurunan komponen eritrosit
2. Klasifikasi
a. Klasifikasi anemia akibat gangguan eritropoiesis
1. Anemia difisiensi besi
Tidak cukupnya suplai besi mengakibatkan defek pada sintesis Hb,
mengakibatkan timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan mikrositer.
2. Anemia megaloblastic
Difisiensi folat atau vitamin B12 mengakibatkan gangguan pada sintesis
timidin dan defek pada replikasi DNA efek yang timbul adalah pembesaran
precursor sel darah (megaloblas) di sumsum tlang hematopoiesis yang tidak
efektif dan pansitopenia
3. Anemia aplastik
Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah akibat hiposelularitas,
hiposelularitas ini dapat terjadi akibat paparan racun, radiasi,reaksi terhadap
obat atau virus, dan efek pada perbaikan DNA serta gen.
4. Anemmia mieloptistik
Anemia yang terjadi akibat pengantian sumsum tulang oleh infiltrate sel-sel
tumor,kelainan granuloma,yang menyebapkan pelepasan eritferuit pada tahap
awal.
b. Klasipikasi anemia berdasarkan sel
a. Anemia mikrositik : penyebap utamanya itu devisiensi besi dan talasemia
( ganguan HB)
b. Anemia normosirik : contohnya yaitu anemia akibat penyakit keronis seperti
ganguan ginjal
c. Anemia makrositik : penyebap utama yaitu anemia pernisiosa, anemia akibat
konsumsi alcohol,dan anemia megaloblastic
3. Tanda dan gejala
a. Glissitis : terjadi pada pasien anemia megaloblastik, anemia defisensi besi
b. Stomatitisangular : terjadi pada pasien anemia defisiensi besi.
c. Jaundis (kekuningan) : terjadi akibat hemolisis, anemia megaloblastik ringan.
d. Splenomegali : akibat hemolisis, dan anemia megaloblastik.
e. Ulserasi di laki : terjadi pada anemia sickle cell
f. Deformitas tulang : terjadi pada talasemia
g. Neuropati perifer, atrofi optic, degenerasi spinal, merupakan efek dari
defisiensi vitamin B12.
h. Garing biru pada gusi, (burton’s line). Ensefalopati. Dan neuropati motorik
perifer sering terlihat pada pasein yang keracunan metal.
4. Pathway
Kegagalan
produksi SDM
Defisiensi B12, oleh sum-sum Destruksi SDM
asam folat, besi berlebih Perdarahan/hemofilia
tulang

Penurunan SDM

Hb berkurang

Anemia

Suplai O2 dan nutrisi ke


jaringan berkurang

Gg.
Gastro intestinal Hipoksia SSP perfusi
jaringan

Penurunan Mekanisme an aerob Reaksi antar


kerja GI saraf berkurang

Asam laktat
Peristaltik Kerja Pusing
menurun lambung
menurun ATP berkurang
Makanan
sulit As. Lambung
Kelelahan Energi untuk
dicerna meningkat
membentuk
antibodi berkurang
Anoreksia Intoleransi
Konstipasi aktivitas
mual Resiko infeksi

Perubahan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
5. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena
harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat
ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin.
Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu
perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. Anemia berat, gagal jantung
kongesti dapat terjadi karena otot jantung yang anoksik tidak dapat beradaptasi
terhadap beban kerja jantung yang meningkat. Selain itu dispnea, nafas pendek dan
cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya
pengurangan oksigen (Price &Wilson, 2006)

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap Hb dan Ht menurun.
1. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (Aplastik), MCV dan MCH
menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB), peningkatan (AP),
pansitopenia (aplastik).
2. Jumlah retikulosit bervariasi : menurun (AP), meningkat (hemolisis).
3. Penurunan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengidentifikasikan tipe khusus anemia).
4. LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi.
5. Massa hidup SDM : untuk membedakan diagnose anemia.
6. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7. SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).
b. Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat (DB), normal / tinggi
(hemolitik).
c. Hb elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb.
d. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik)
e. Folat serum dan vit. B12 : membantu mendiagnosa anemia.
f. Besi serum : tidak ada (DB), tinggi (hemolitik).
g. TIBC serum : menurun (DB).
h. Masa perdarahan : memejang (aplastik).
i. LDH serum : mungkin meningkat (AP).
j. Tes Schilling : penurunan eksresi vit B12 urin (AP)
k. Guaiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster, menunjukan
perdarahan akut / kronis (DB)
l. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorotik bebas (AP).
m. Aspirasi sumsum tulang / pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah, ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia.
n. Pemeriksaan endoskopi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan, perdarahan
GI.
7. Penatalaksanaan Keperawatan
Manejemen Terapi
Teraoi langsung di tujukan pada penyebab anemia, dapat berupa
A. Transfungsi darah
B. pemberian kortikosteroid atau obat-obat lain yang daoat
C. pemberian eritropoientin, hormone yang berperan pada proses hematopoiesis,
berfungsi untuk membantu sumsum tulang pada proses hematopoisis
D. pemberian suplemen besi,vitamin B12, vitamin-vitamin mineral lain yang di
butuhkan akibat dari anemia adalah transfortasi sel darah tergaggu dan
jaringan tubuh si penderitaanemia akan mengalami kekurangan oksigen
guna menghasilkan energy.Maka tidak mengherankn jika gejala anemia
ditunjukan dengan merasa cepat lelah, pucat,gelisah dan terkadang sesak.Serta
di tandai dengan warna pucat di beberapa bagian tubuh seperti lidah dan
kelopak mata.
pencegahan penyakit anemia
Banyak jenis anemia tidak dapat di cegah tapi anda dapat membantu
menghindari iron deficiency anemia dan vitamin deficiency anemia dengan
makanan sehat yang mengandung: zat besi
dapat di temukan pada daging jenis lain adalah kacang,sayur bewarna hijau
gelap,buah yang di keringkan ,dan lain-lain makanan yang mengandung zat
besing penting untuk mereka yang membutuhkan zat besi tinggi seperti
pada anak –anak,wanita menstruasi dan wanita hamil. Zat besi yang cukup
untuk bayi,vegetarian dan atlet. Folat
Dapat di temukan pada jeruk, pisang,sayuran bewarna hijau gelap kacang-
kacangan,sereal dan pasta
VITAMIN B-12 Vitamin ini banyak terdapat pada daging dan susu.

III. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

a) Primer Assesment
1) Data subjektif
 Riwayat penyakit saat ini: pingsan secara tiba-tiba atau penurunan
kesadaran, kelemahan, keletihan berat disertai nyeri kepala, demam,
penglihatan kabur, dan vertigo.
 Riwayat sebelumnya : gagal jantung, dan/atau perdarahan massif.
2) Data objektif
 Airway
Tidak ada sumbatan jalan napas (obstruksi)
 Breathing
Sesak sewaktu bekerja, dipsnea, takipnea, dan orthopnea
 Circulation
CRT > 2 detik, takikardi, bunyi jantung murmur, pucat pada kulit dan
membrane mukosa (konjunctiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku.
(catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-
abuan), kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (clubbing finger),
rambut kering, mudah putus, menipis, perasaan dingin pada ekstremitas.
 Disability (status neurologi)
Sakit/nyeri kepala, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi, insomnia, penglihatan kabur, kelemahan, keletihan berat,
sensitif terhadap dingin.

b) Sekunder Assessment

1) Eksposure

Tidak ada jejas atau kontusio pada dada, punggung, dan abdomen.

2) Five intervention

Hipotensi, takikardia, dispnea, ortopnea, takipnea, demam, hemoglobin dan


hemalokrit menurun, hasil lab pada setiap jenis anemia dapat berbeda.
Biasnya hasil lab menunjukkan jumlah eritrosit menurun, jumlah retikulosit
bervariasi, misal : menurun pada anemia aplastik (AP) dan meningkat pada
respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis.

3) Give comfort

Adanya nyeri kepala hebat yang bersifat akut dan dirasakan secara tiba-tiba,
nyeri yang dialami tersebut hilang timbul.

4) Head to toe
 Daerah kepala : konjunctiva pucat, sclera jaundice.
 Daerah dada : tidak ada jejas akibat trauma, bunyi jantung murmur,
bunyi napas wheezing.
 Daerah abdomen : splenomegali
 Daerah ekstremitas : penurunan kekuatan otot karena kelemahan,
clubbing finger (kuku sendok), perasaan dingin pada ekstremitas.
5) Inspect the posterior surface
Tidak ada jejas pada daerah punggung.
2. Masalah atau Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia meliputi :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan
dipsneu, takikardia
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan O2 ke
otak ditandai dengan penurunan kesadaran, nyeri kepala
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan
/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
ditandai dengan mual-muntah, anoreksia, penurunan BB
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (asam laktat)
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
3. Rencana Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi ditandai dengan dispnea,
takikardia
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam, diharapkan pola nafas
pasien kembali efektif dengan kriteria hasil :

- pasien melaporkan sesak napas berkurang


- pernafasan teratur
- takipneu atau dispneu tidak ada
- tanda vital dalam batas normal (TD 120-90/90-60 mmHg, nadi 80-100
x/menit, RR : 18-24 x/menit, suhu 36,5 – 37,5 C)
Intervensi :
Mandiri :

1) Pantau tanda-tanda vital


Untuk mengetahui keadaan umum pasien
2) Monitor usaha pernapasan, pengembangan dada, keteraturan pernapasan,
napas bibir dan penggunaan otot bantu pernapasan
Untuk mengetahui derajat gangguan yang terjadi, dan menentukan intervensi
yang tepat

3) Berikan posisi semifowler jika tidak ada kontraindikasi


Untuk meningkatkan ekspansi dinding dada

4) Ajarkan klien napas dalam


Untuk meningkatkan kenyaman

5) Tanyakan mengenai kondisi pasien setelah diberi intervensi


Mengetahui intervensi dapat bermanfaat untuk pasien dan mengkaji apakah
keluhan sesak pasien sudah berkurang.
Kolaborasi
1. Berikan O2 sesuai indikasi
Untuk memenuhi kebutuhan O2
2. Bantu intubasi jika pernapasan semakin memburuk dan siapkan
pemasangan ventilator sesuai indikasi Untuk membantu pernapasan
adekuat

2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan


O2 ke otak ditandai dengan penurunan kesadaran, nyeri kepala
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan terjadi
peningkatan perfusi jaringan dengan kriteria hasil:

1. menunjukkan perfusi adekuat


2. pasien mengatakan nyeri kepala berkurang
3. TTV dalam batas normal (TD(140/90-90/60mmHg), Nadi (60-
100x/menit), RR (18-22x/menit), Suhu (36,5-37,50C))
4. Membrane mukosa warna merah muda
5. GCS > 13
Intervensi :
Mandiri :
1. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa,
dasar kuku.
memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menetukan kebutuhan intervensi.

2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.


meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi. 
3. Selidiki keluhan nyeri kepala
iskemia serebral mempengaruhi status kesadaran pasien
kolaborasi :
1. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah
merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap
terapi.
2. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna
makanan/absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah ditandai dengan mual-muntah, anoreksia, penurunan BB
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan intake nutrisi
pasien adekuat dengan kriteria hasil:

6. mual muntah (-)


7. makan habis 1 porsi
Intervensi :
Mandiri :
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi
2. Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara
waktu makan.
menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi
gaster.
4. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang
berhubungan.
gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
5. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan,
gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci
mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan
pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik
perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan
rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
2. Pantau hasil pemeriksaan laboraturium.
meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet
nutrisi yang dibutuhkan.
3. Berikan obat sesuai indikasi.
kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan
masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (asam laktat)
ditandai dengan perilaku distraksi (gelisah), pasien mengeluh nyeri
kepala, pasien Nampak meringis, dispneu/takipneu
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x24 jam diharapkan nyeri pasien
terkontrol dengan kriteria hasil:

- klien melaporkan nyeri berkurang,


- klien tidak meringis,
- RR dalam batas normal (18-22x/menit)
Intervensi :
Mandiri :
1. Kaji keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10), karakteristiknya,
lokasi, lamanya.
mempermudah melakukan intervensi dan melihat ketepatan intervensi.
2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non-verbal seperti ekspresi wajah,
posisi tubuh, gelisah, menangis atau meringis, perubahan frekuensi jantung,
pernapasan, tekanan darah.
merupakan indicator/derajat nyeri yang tidaklangsung dialami.
3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
mengurangi rasa nyeri yang bersifat akut
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti analgetik
untuk mengurangi rasa sakit/nyeri

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan ditandai dengan kelemahan,
kelelahan, keletihan, lesu, dan lunglai
Tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan dapat
mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas dengan kriteria hasil:

- melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)


120-100/
- TTV dalam batas normal (TD 70-80 mmHg), nadi (60-100 x/menit),
napas (18-22 x/menit), suhu (36,5-37,50 C))

Intervensi :
Mandiri :
1. Kaji kemampuan ADL pasien.
mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
2. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan
otot.
menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
3. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
manifest
asi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawajumlah
oksigen adekuat ke jaringan.
4. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
menurunkan regangan jantung dan paru.
5. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi
kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas
semampunya (tanpa memaksakan diri).
meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki
tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa
terkontrol.
DAFTAR PUSTAKA

Davey, P. (2005). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga

Herdman, T. H. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014;


Alih Bahasa,

Sumarwati, M.,Subekti, N.B. Jakarta : EGC.

Kasim, F., dkk. (2012). Informasi Spesialiate Obat Indonesia Volume 47 Tahun 2012-
2013. . Jakarta : PT.

ISFI penerbitan.

McCloskey, J., Bulechek, Gloria. (2000). Nursing Interventions Classification (NIC).


USA : Mosby.

McCloskey, J., Bulechek, Gloria. (2000). Nursing Outcome Classification (NOC). USA :
Mosby.

Price, S. A., Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit:
Edisi 6 Volume 3.

Jakarta : EGC.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart Edisi 8

Volume 3. Jakarta : EGC.


De.hasdianah HR, M.Si, dr,sentot Imam suprapto, mm (patologi dan patofisiloagi
penyakit) john

budiisna1juli 2016

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA Ny”U” DENGAN


GANGUAN KARDIOVASKULER PADA KASUS ANEMIA

I. PENGKAJIAN
Hari/tgl Masuk RS :-
Jam Masuk RS :-
Tgl / Jam Pengkajian : kamis 30 juli 2020
Tanggal Operasi :-
No. Kamar / Kelas :-
No MR :-
Rumah Sakit :-

A. Data Biografi
1. Identitas Klien
Nama : Ny.U
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku : Sasak
Alamat : Kabupaten Lombok utara
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn.E
Umur : 30 Tahun
Alamat : Kabupaten Lombok utara
Hub dg Klien : Istri
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama

Sakit kepala

2. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan bahwa hampir 2 minggu sering mengalami pusing


penglihatan kabur disertai dengan rasa mual, berkeringat dingin dan vertigo.
Terlihat pasien lemas mulkosa bibir kering,konjungtiva anemis, turgor kulit
menurun ,CRT > 2 detik terdapat TD: 80/70 MmHg N: 90x/ menit RR: 20x/
menit S: 37,3

3. Riwayat penyakit dahulu


Pasien mengatakan bahwa masih mengalami pusing setiap kalin beraktivitas

4. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengatakan bahwa ibunya mengalami mag,dan asam urat

C. Riwayat pemenuhan kebutuhan Menurut Gordon


1. Pola Manajemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan
Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa sering berolahraga 1 kali dalam
seminggu, berekreasi bersama keluarga jiks sudah bosan dirumah. Apa bila iya
merasakan sakit iya selalu mengunjungi pelayanan kesehatan terdekat
Saat sakit: Pasien mengatakan bahwa bahwa tidak pernah berolahraga,
berekreasi tetapi tetap mengunjungi pelayanan kesahatan

2. Pola Metabolik-Nutrisi
Sebelum sakit: Pasien mengatakan bahwa makan 3-4 x/hari dengan lauk pauk
yang beragam dan buah buahan
Saat sakit: Pasien mengatakan bahwa makan 3x/hari dengan nasi dan lauk tetapi
dengan porsi sedikit

3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa BAB 1 kali dalam sehari pada pagi
hari secara teratur dan BAK 3-4 perhari secara normal
Saat sakit: Pasien mengatakan bahwa BAB 1 kali dalam sehari pada pagi hari
secara teratur dan BAK 3-4 perhari secara normal

4. Pola Aktivitas - Latihan


Sebelum sakit: Pasien mengatakan bahwa aktivitas sehari-hari tetap iya lakukan
seperti berolahraga,membersihkan rumah dan mengurus anak
Saat sakit: Pasien mengatakan bahwa sudah tidak bias lagi beraktivitas sehari-
hari tetap iya lakukan seperti berolahraga,membersihkan rumah dan mengurus
anak,aktivitasnya selalu dibantu oleh keluarganya

5. Pola istirahat dan tidur


Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa tidur 8-9 jam/ malam dan tidur siang 1
jam setiap harinnya
Saat sakit: pasien mengatakan bahwa tidur 8-9 jam/ malam dan tidur siang 4 jam
setiap harinnya

6. Pola Persepsi-Kognitif
Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa melihat dengan jelas mendengar
dengan jelas dan dapat merasakan ransangan nyeri dari luar
Saat sakit: pasien mengatakan bahwa penglihatannya kabur mendengar dengan
jelas,nyeri pada baguan kepala sekala nyeri 6 nyeri iya rasakan selama 3 menit
setiap kali beraktivitas rasanya seperti ditndih beban berat.

7. Pola konsep Diri- persepsi Diri


Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa tidak ada masalh pada harga diri, body
image, ideal diri,peran dan identitas diri
Saat sakit: : pasien mengatakan bahwa tidak ada masalh pada harga diri, body
image, ideal diri,tetapi pernanya sebagai istri dan ibu rumah tangga terganggu

8. Pola Hubungan-Peran
Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa dapat menjalankan peranya sebagai
ibu rumah tangga
Saat sakit: pasien mengatakan bahwa tidak dapat dapat menjalankan peranya
sebagai ibu rumah tangga lagi

9. Pola Reproduktif-Seksualitas
Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa datang bulan selama 2 bulan sekali
dan dapat menjalankan perannya sebagai istri
Saat sakit: pasien mengatakan selama sakit dia tidak datang bulan dan tidak
dapat menjalankan perannya lagi sebagai seorang istri
10. Pola toleransi Terhadap Stres-Koping
Sebelum sakit : pasien mengatakan bahwa sering stress apabila ekonomi
terhambat tetapi pada saat mengalami tekanan pasien berileksasi untuk
mengurangi stress. apabila mengalami masalah pasien selalu bercerita kepada
suaminnya
Saat sakit: pasien mengatakan bahwa penyakit yang dialaminnya sering
membuat dia stres. apabila mengalami masalah pasien tetap bercerita kepada
suaminnya

11. Pola Keyakinan-Nilai


Sebelum sakit: pasien mengatakan bahwa selalu beribadah tepat waktu sering
menghadiri pengajian rutin tiap bulan
Saat sakit: pasien mengatakan bahwa masih bias beribadah. Tetapi tidak bias
lagi menghadiri pengajian bulanan

D. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : compos metis


K/U (Keadaan Umum) : baik
Vital Sign : TD :80/70mmHg
Nadi :90 x/menit
Suhu : 37,3°C
RR :20 x/menit

Head To Toe Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

Kepala: Simetris rambut Tidak ada nyeri


berminyak, tidak tekan
ada kelainan tidak
ada kutu, tetapi ada
ketombe
Mata:
Penglihatan normal
Tidak ada kelainan
Kelopak mata tidak ada icterus,
konjungtiva anemis
Konjungtiva & sekelera dan kornea
skelera,Kornea tidak ada kelainan
Penciuman masih Tidak ada nyeri
Hidung: tajam tidak ada tekan
pernapasan cuping
hidung
Indra pengecap Tidak ada nyeri
normal, ada gigi tekan
Mulut:
berlubang
Tidak ada
Tidak ada nyeri
Leher: pembesaran kelenjar
tekan
tiroid, tidak ada
nyeri tekan
Adanya tarikan Tidak ada nyeri Sonor Vesikuler
dinding dada tekan, tidak ada
Thoraks:
masa,taktir
Paru premitur kiri kanan
sama

Suara Suara
Bentuk dada Tidak ada nyeri jantung jantung
Jantung simetris, pernapasan tekan, tidak ada pekal batas S1,S2
normal benjolan, tidak ada atas bawah Tunggal
pembesran jantung jantung
normal
tindak ada
pembesaran ,
batas kiri
dan kanan
normal tidak
ada
pembesaran

Abdomen: Bentuk abdomen Terdengar


cekung, warna Bising usus
bunyi
abdomen normal, 10x/menit
timpani
bentuk simetris
Tidak ada terpasang
Genitalia: Tidak ada nyeri
kateter
tekan
Ekstremitas atas:
Kanan Tidak ada kelainan, Tidak ada nyeri
tidak ada terpasang tekan,tidak ada
Kiri infus keringat berlebih
Ekstremitas Bwh:
Kanan Tidak ada kelainan/ Tidak ada kelainan
pembengkakan dan nyeri tekan
Kiri
Kulit terlihat kering Crt kurang adari
Integumen:
dua menit

Kekuatan Otot:

E. Pemeriksaan penunjang / Laboratorium


Laboratorium :-
USG :-
Rontegen :-
Terapi yang didapat
F. Therapy :
Vitamin B Compleks
Sangobion

Laporan Operasi (jika ada)


Tanggal Operasi : -
Operator :-
Jenis Operasi :-
Inst ruksi Post Operasi :-

G. Pengelompokan Data
Data Subyektif
Pasien mengatakan pusing penglihatan kabur disertai dengan rasa mual
berkeringat dingin dan vertigo
Data Obyektif
Terlihat pasien lemas mulkosa bibir kering,konjungtiva anemis, turgor kulit
menurun ,CRT > 2 detik terdapat TD: 80/70 MmHg N: 90x/ menit RR: 20x/
menit S: 37,3

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


A. Analisa Data
N Simtom Etiologic Problem
O
1. S: Pasien mengatakan pusing Defiensi B12,asam Gangguan
penglihatan kabur disertai dengan folat,besi perfusi
rasa mual berkeringat dingin dan jaringan
vertigo Penurunan SDM
O: Terlihat pasien lemas Hb berkurang
mulkosa bibir kering,konjungtiva
anemis, turgor kulit Anemia
menurun ,CRT > 2 detik terdapat
TD: 80/70 MmHg N: 90x/ menit Suplai O2 dan nutrisi
RR: 20x/ menit S: 37,3 kejaringan berkurang

Ganguan perfusi
jaringan

B. Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas Masalah


1. Perubahan perfusi jaringan serebral b/d pusing penglihatan kabur,vertigo,
Terlihat pasien lemas mulkosa bibir kering,konjungtiva anemis, turgor kulit
menurun ,CRT > 2 detik terdapat TD: 80/70 MmHg N: 90x/ menit RR: 20x/
menit S: 37,3
III RENCANA KEPERAWATAN

Hr/Tgl/J Tujian dan Rencana tindakan Rasional


am keritria hasil
Kamis,30 Setelah Mandiri:
juli 2020 dilakukan 1. Awasi tanda vital kaji 1. Dengan
tindakan pengisian kapiler, memanta
selama 3x24 warna u
jam diharapkan kulit/membrane pengisian
pasien mukosa, dasar kuku. kapiler,
Rasa pusing warna
berkurang 2. Tinggikan kepala kulit/me
2.penglihatan tempat tidur sesuai mbrane
jelas toleransi. mukosa,
3.vertigo 3. meningkatkan dasar
berkurang ekspansi paru dan kuku.
sampai tidak memaksimalkan Kita tau
ada oksigenasi untuk perubaha
4.pasien terlihat kebutuhan seluler. n yang
bertenaga, Catatan : terjadi
mulkosa bibir kontraindikasi bila pada
lembap,konjun ada hipotensi. pasien
g tiva merah , 4. Selidiki keluhan 2. .dengan
turgor kulit nyeri kepala memposi
normal 5. Pantau TTV pasien sikan
5.TTV dalam kolaborasi : pasien.
batas normal 1. Kolaborasi Pasien
TD:100/80- pengawasan hasil terasa
120/86 MmHg pemeriksaan nyaman
N:60100x/mnt laboraturium. dan
S: 36,5-37,0 Berikan sel darah merasa
S:12-20x/menit merah aman
lengkap/packed 3. dengan
produk darah sesuai meningka
indikasi. tkan
Mengidentifikas ekspentas
defisiensi dan i paru
kebutuhan oksigen
pengobatan /respons yang
terhadap terapi. masuk
2. Berikan oksigen lebih
tambahan sesuai stabil
indikasi. 4. dengan
memaksimalkan Selidiki
transport oksigen ke keluhan
jaringan. nyeri
kepalaisk
emia
serebral
mempeng
aruhi
status
kesadaran
pasien
untuk
mengetah
ui
penyebab
nyeri
pada
pasien
5. dengan
memanta
u TTV
pasien
kita
mengetah
ui
perkembn
gan
pasien
kolaborasi
1. dengan
berolabor
asi kita
mengetah
ui sel
darah
merah
produksi
darah.
2. dengan
membeik
an
oksigen
kepasien
pasien
merasa
nyaman
dan
terbantu
dalam
bernafas
IV. TINDAKAN KEPERAWATAN

Hr/Tgl/jam Tindakan Keperawatan Respon pasien/hasil Paraf


Kamis Mandiri:
30/07/20

Jam 8:15 1. kaji pengisian 1. Pasien mengerti


kapiler, warna dan berkerja
kulit/membrane sama
mukosa, dasar
kuku.

Jam 8:45 2. Meninggikan 2. Pasien mengerti


kepala tempat tidur dan
sesuai toleransi. melakukannya

Jam: 9:25
3. Pasien terlihat
3. meningkatkan nyaman
ekspansi paru dan
memaksimalkan
oksigenasi untuk 4. Pasien berkerja
kebutuhan seluler. sama dan
4. menyelidiki memberitahu
Jam 10:15 perawat apabila
keluhan nyeri
nyri dating
kepala
Jam: 11:09 5. memantau TTV 5. TD:90/70
pasien N:88
S:36’3
RR:18

Jum’at
31/07/20 1. melakukan 6. Pasien aktif
peromosi kesehatan bertanya dan
Jam 8:45 tentang makanan akan
yang menaikan melakukannya
tekanan darah
2. Memantau TTV
pasien 7. TD:90/80
Jam 9: 30 N:60
S:37’5
RR:20

8. Pasien
Jam 10:05 3. menyelidiki mengatakan
keluhan nyeri tidak ada nyeri
kepala iskemia yang berlebihan
serebral
mempengaruhi
status kesadaran
pasien
9. Pasien mengerti
Jam 11:21 4. Meninggikan dan
kepala tempat tidur melakuaknnya,
sesuai toleransi. dan terlihat
nyaman

10. Pasien mengerti


Jam : 12:30 5. Mengawasi tanda dan berkerja
vital kaji pengisian sama
kapiler, warna
kulit/membrane
mukosa, dasar
kuku.

Sabtu
1/08/20 11. Pasien mengerti
dan
Jam 8:05 1. Menganjurkan melakukannya
pasien makan
sedikit-sedikit
tapi sering 12. Pasien merasa
Jam 9:11 nyaman
2. Merapikan
tempat tidur
pasien 13. Pasien mengerti
Jam 9: 40 dan
3. Mengajarkan mencobanya
pasien tehnik
rilrksasi
14. Pasien berkerja
sama
Jam 10:11 4. Mengalihkan
perhatian pasien
pada saat sakit
kepala datang
15. Pasien mengerti
dan
Jam 11: 30 5. Meninggikan melakukannya
kepala pasien

16. TD:100/80
Jam 12:09 N:60
6. Mengkaji TTV S:36’7
pasien RR:15

V. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny”U’’ No Registrasi :-
Umur : 27 No Kamar :-
Hari/tgl/Jam No. Dx. Kep. Catatan Perkembangan/Evaluasi
Sabtu 1/08/20 S: pasien mengatakan bahwa sakit kepala
berkurang penglihatan jelas sudah dapat
beraktivitas seperti biasanya

O: Pasien terlihat lebih bertenaga, konjung


tipa tidak anemis TD=100/80 N=88 S=37'5
RR=20

A: MasalahPerubahan perfusi jaringan


serebral

P: Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Davey, P. (2005). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga

Herdman, T. H. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014;


Alih Bahasa,

Sumarwati, M.,Subekti, N.B. Jakarta : EGC.

Kasim, F., dkk. (2012). Informasi Spesialiate Obat Indonesia Volume 47 Tahun 2012-
2013. . Jakarta : PT.

ISFI penerbitan.

McCloskey, J., Bulechek, Gloria. (2000). Nursing Interventions Classification (NIC).


USA : Mosby.

McCloskey, J., Bulechek, Gloria. (2000). Nursing Outcome Classification (NOC). USA :
Mosby.

Price, S. A., Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit:
Edisi 6 Volume 3.

Jakarta : EGC.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart Edisi 8

Volume 3. Jakarta : EGC.

De.hasdianah HR, M.Si, dr,sentot Imam suprapto, mm (patologi dan patofisiloagi


penyakit) john

budiisna1juli 2016

Anda mungkin juga menyukai