Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kematian pada masa neonatal merupakan penyumbang terbesar kematian

bayi. Kematian Neonatal adalah Kematian yang terjadi pada bayi usia 0

sampai dengan 28 hari. Menurut WHO (World Health Organization) (2017),

Angka kematianbayi (AKB) di Indonesia mencapai 20/1000 kelahiran hidup.

Artinya bayi baru lahir yang meninggal setiap jam terdapat 10 bayi, setiap

hari 246 bayi dan setiap tahun terdapat 89.770 bayi baru lahir yang meninggal

dunia. Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2017 adalah 24 kematian

bayi per 1.000 kelahiran angka kematian bayi merupakan suatu indikator

yang penting untuk menilai kualitas penduduk (SDKI 2017). AKB di wilayah

Provinsi NTB mengalami penurunan dalam kurun waktu 2003-2012 namun

masih diatas angka normal. Menurut data surve Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) di provinsi NTB pada tahun 2007 sebesar 72/1000

kelahiran, mengalami penurunan menjadi 57/1000 ( profil NTB 2019 ).

Bayi baru lahir (BBL) merupakan individu yang sedang bertumbuh.

Setelah lahir bayi mengalami perkembangan yaitu bertambahnya kemampuan

atau fungsi semua sistem organ tubuh. BBL perlu mendapatkan perhatian

karena adapun masalah bayi setelah lahir terbesar salah satunya adalah karena

infeksi. Angka kejadian infeksi di Indonesia yaitu 24% sampai 34% yang

salah satunya infeksi yang didapatkan akibat kurang bersihnya dalam

1
2

perawatan tali pusat. Menurut Rini (2014) dalam penelitiannya bahwa

masalah utama pada neonatus adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah (BBLR)

dan infeksi neonatal.

Sebagian besar infeksi bayi baru lahir disebabkan oleh tetanus neonaturum

yang di tularkan melalui tali pusat karena pemotongan dengan alat tidak steril,

infeksi juga dapat melalui pemakaian obat, bubuk, dan daun-daunan yang

digunakan masyarakat. Perawatan BBL merupakan asuhan yang diberikan

kepada bayi untuk menjaga kesehatan bayi dalam perawatan BBL yang

meliputi memandikan BBL dengan tepat dan perawatan tali pusat. Perawatan

ini bermanfaat untuk mencegah timbulnya infeksi dan mempercepat pelepasan

tali pusat.

Tetanus Neonatorum dan infeksi tali pusat telah menjadi penyebab

kesakitan dan kematian secara terus-menerus di berbagai negara. Setiap

tahunnya sekitar 500.000 bayi meninggal karena tetanus neonatorum dan

460.000 meninggal akibat infeksi bakteri (WHO, 2012). Angka kejadian

infeksi BBL di Indonesia berkisar antara 24% hingga 34%, dan hal ini

menjadi pusat perhatian pada perawatan neonatal dimana perawatan tali pusat

tidak dianjurkan untuk ditutup, mengoles alkohol ataupun yodium masih

diperbolehkan, tetapi tidak dikompres karena akan menyebabkan tali pusat

menjadi lembab hal ini juga diteliti oleh Purnasari (2015) bahwa pentingnya

penatalaksanaan ibu nifas dalam perawatan tali pusat, sehingga dibutuhkan

peran tenaga kesehatan untuk melakukan pendidikan kesehatan pada ibu nifas

tentang penatalaksanaan perawatan tali pusat. Pada masa nifas atau post
3

partum pertama seorang ibu memiliki peran baru sebagai pengasuh bayi.

Sebagian besar ibu primipara belum memiliki pengetahuan, kemampuan,

pengalaman, sebagai pengasuh bayi salah satunya adalah merawat tali pusat.

Mega Pratiwi (2015) menyatakan 56,3% ibu primigravida kurang

pengetahuan tentang perawatan bayi baru lahir termasuk perawatan tali pusat.

Ibu post partum sebagian besar belum mampu melaksanakan tugasnya sebagai

ibu dikarenakan kurang percaya akan kemampuan diri mereka untuk merawat

bayi yang benar, salah satunya tentang perawatan tali pusat. Fenomena

tersebut merupakan masalah yang sering ditemui di masyarakat (Sutini,

2013). Penelitian Erniati (2015) didapatkan bahwa pengetahuan yang rendah

akan mengakibatkan orang mengalami kesulitan dalam hal menyerap

informasi dari luar, baik itu tenaga kesehatan maupun dari media dan yang

lainnya.

Infeksi sistemik pada bayi baru lahir sekitar 23-91% akibat tali pusat

yang tidak dirawat dengan menggunakan antiseptik. Tali pusat akan terinfeksi

oleh kuman staphylococcus aureus pada 72 jam pertama setelah kelahiran

(Subiastutik, 2017). Kuman ini dapat menyebabkan pustula, konjungtivitis,

pyoderma danomfalitis atau infeksi pusat. Tanpa pengobatan, dapat terjadi

kematian dalam beberapa hari (Hamilton-d, 2014). Hal ini membuat ibu

menjadi takut, cemas dan bingung pada perasaan dan keyakinannya dalam

merawat bayi mereka, terutama pada anak pertama karena ketidaktahuan

mereka akan cara merawat bayi yang benar ( Massal,dkk, 2013).


4

Kurangnya pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat sangat

berpengaruh terhadap kesehatan bayi maka dari itu sangat diperlukan

peningkatan pengetahuan terutama perawatan tali pusat. Penanganan untuk

menangani masalah BBL tersebut tidak terlepas dari peran perawat sebagai

edukator dan peranan dari seorang ibu. Perawatan bayi yang baik dan benar

akan dapat mencegah bayi dari suatu keadaan yang tidak diinginkan dan bisa

membuat bayi menjadi bugar dan sehat. Berdasarkan permasalahan yang ada

berkaitan dengan pengetahuan ibu post partum tentang perawatan bayi baru

lahir khususnya perawatan tali pusat, maka dari itu dengan memberikan

Edukasi diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan Ibu serta keluarga

tentang cara perawatan tali pusat serta mampu melakukannya sendiri tanpa

bergantung lagi pada anggota keluarga yang lain.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan, maka penulis mengambil

rumusan masalah “Bagaimana asuhan keperawatan tentang edukasi

perawatan bayi pada ibu post partum pertama dengan masalah defisit

pengetahuan?”

1.3 Tujuan Studi Kasus

Tujuan studi kasus ini adalah Untuk meningkatkan pengetahuan ibu post

partum pertama dengan masalah defisit pengetahuan

1.4 Manfaat Studi Kasus

Karya tulis ilmiah ini diharapkan memberikan manfaat bagi :

1.4.1 Masyarakat
5

Menambah informasi dan pengetahuan khususnya pada ibu post

partum pertama dengan defisit pengetahaun

1.4.2 Bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam tindakan

keperawatan terutama tentang edukasi perawatan bayi pada ibu post

partum pertama dengan masalah defisit pengetahuan.

1.4.3 Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan, khususnya studi kasus tentang edukasi perawatan bayi

pada ibu post partum pertama dengan masalah defisit pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai