Anda di halaman 1dari 92

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibu harus mempersiapkan diri dengan meningkatkan pengetahuan dalam

melakukan perawatan bayi baru lahir, karena kemampuan ibu dalam melakukan

perawatan bayi baru lahir dipengaruhi oleh pengetahuan ibu sejak awal, jika ibu

tidak memiliki pengetahuan yang baik maka ibu akan mengalami kesulitan

dalam menjalankan peran baru sebagai ibu. Kemampuan ibu dalam melakukan

perawatan bayi baru lahir juga dipengaruhi oleh latar belakang budaya ibu

tersebut, karena biasanya banyak mitos dari budaya tertentu yang tidak sesuai

dengan cara merawat bayi baru lahir yang tepat, serta informasi juga didapatkan

terutama dari orang tuanya.

Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan

manusia.Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan

manusia yang meliputi kebudayaan material dan kebudayaan non

material, kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat,

kebudayaan itu adalah kebudayaan manusia dan hampir semua tindakan

manusia adalah kebudayaan.(Widagdho.2012).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba.

1
2

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari

berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku

petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya.

Pengetahuan ini dapat membantu keyakinan tertentu sehingga seseorang

berprilaku sesuai keyakinan tersebut (Notoatmodjo, 2012).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Bayi

normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Perawatan BBL tergantung

pada keadannya apakah ia normal atau tidak. Pada umumnya kelahiran bayi

normal cukup dihadiri oleh bidan yang dapat diberi tanggung jawab penuh

terhadap keselamatan ibu dan bayi pada persalinan normal. (Sarwono, 2010)

Sebagian ibu belum memahami cara perawatan bayi baru lahir, karena

pengetahuan dan pengalaman ibu yang rendah. Hal ini membuat ibu menjadi

takut, cemas, dan bingung pada perasaan dan keyakinannya dalam merawat

bayi mereka, terutama pada anak pertama karena ketidaktahuan mereka akan

cara merawat bayi yang benar. Hal ini lah yang membuat anak pertama sering

disebut sebagai experimental child (Irdawati, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2016

diperkirakan29,3% (3,9 juta) bayi baru lahir mengalami komplikasi. Pada tahun

2017 kira-kira 5% (7 juta) dari 140 bayi mengalami komplikasi. Sedangkan

tahun 2018 diperkirakan 29,4% (3,5 juta) bayi baru lahir mengalami

komplikasi.(http://WHO.com,diakses tanggal 07 Juni 2019)


3

Menurut hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

bahwa Aangka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2016 mencapai

31/1000 KH (kelahiran hidup) apabila dibandingkan dengan target dalam

Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2017 yaitu 17/1000KH,

AKB di Indonesia masih sangat tinggi, dan angka kelahiran BBL di Indonesia

berkisar antara 10-20 %. Menurut data Survey Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) pada tahun 2018 menunjukkan penyebab utama kematian neonatal dini

adalah BBLR (35%), asfiksia (33,6%). Angka tersebut cukup memberikan

kontribusi yang cukup besar terhadap morbiditas dan mortalitas bayi baru lahir.

(SDKI, 2019)

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan bahwa jumlah

kematian bayi pada tahun 2017 menjadi 709 kematian bayi atau 4,61/1.000

kelahiran hidup dan yang tertangani sebanyak 2,250 orang (100%). Sedangkan

tahun 2018 ini jumlah kematian bayi turun menjadi 638 atau 4,39/1000

kelahiran hidup. (Dinkes Provinsi Sul-Sel, 2019, (http://datikes.sulsel.com,

diakses pada tanggal 02 Juni 2019).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bone

tahun 2016 jumlah kelahiran hidup sebanyak 13.786 orang. Pada tahun 2017,

jumlah kelahiran hidup yaitu 13.374 orang. Pada tahun 2018, terdapat 13.419

jumlah kelahiran hidup, (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bone, 2019).

Sedangkan menurut data dari UPTD Puskesmas Ajangale jumlah bayi

baru lahir pada tahun 2016 sebanyak 398 ,dan pada tahun 2017 jumlah bayi

baru
4

lahir sebanyak 340. Sedangkan pada tahun 2018 jumlah bayi baru lahir

384. Dan berdasarkan jumlah bayi terbanyak pada tahun 2019 di kecamatan

Ajangale yang urutan pertama yaitu Kelurahan Pompanua dengan jumlah bayi

18, Desa Welado 16 bayi, dan Kelurahan Pompanua Riattang 12 b ayi (Data

UPTD Puskesmas Ajangale. 2019)

Penelitian yang dilakukan oleh Rizqi Fauziyah tahun 2016. Dimana

hasil penelitian menunjukan bahwa 50% Kader Posyandu tergolong dalam

kategori pengetahuan cukup dan 58,3% kader posyandu tergolong dalam

kategori pengetahuan baik setelah dilakukan intervensi. (Rizqi fauziah, 2016)

Penelitian yang dilakukan oleh Anggrita Sari tahun 2012. Dimana hasil

penelitian menunjukkan bahwa didapatkan pengetahuan tentang Perawatan

Bayi Baru Lahir yangberpengetahuan baik berjumlah 8 orang (66.7%) dan yang

berpengetahuan cukup sebesar 4orang (33.3%). Sehingga diperoleh dalam

penelitian ini didapatkan, Pengetahuan Tenaga Paramedis yang bekerja di

Rumah Sakit Sari Mulia Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir adalah baik.

(Anggrita Sari, 2012).

Berdasarkan penelitian di atas memiliki perbedaan dengan penelitian

yang akan dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Rizqi Fauziyah berfokus

Perawatan bayi Baru Lahir dengan Metode Syndicate Group, Penelitian yang

dilakukan oleh Anggrita Sari berfokus pada perawatan bayi baru lahir dengan

sasaran pada tenaga medis, Sedangkan penelitian yang akan saya dilakukan

berfokus pada hal-hal atau kebiasaan yang dilakukan masyarakat dalam

perawatan bayi baru lahir dengan penelitian Kualitatif.


5

Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa sumber diatas, baik itu

dari WHO, SDKI, Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, Dinas Kesehatan

Kabupaten Bone, dapat disimpulkan bahwa persentase bayi lahir dalam setiap

tahunnya mengalami peningkatan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

membahas lebih lanjut hal tersebut dalam sebuah Laporan Tugas Akhir (LTA)

dengan judul “Tradisi Masyarakat Dalam Perawatan Bayi Baru Lahir di

Kecamatan Ajangale”.

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan Laporan

Tugas Akhir (LTA) ini adalah:

1. Hal-hal apa yang dilakukan masyarakat dalam perawatan bayi baru lahir

di Kecamatan Ajangale?

2. Bagimana perilaku dan sikap masyarakat terhadap perawatan bayi baru

lahir di Kecamatan Ajangale?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tradisi masyarakat dalam perawatan bayi baru

lahir di Kecamatan Ajangale.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hal-hal apa yang dilakukan masyarakat dalam

perawatan bayi baru lahir di Kecamatan Ajangale.

b. Untuk mengetahui perilaku dan sikap masyarakat terhadap perawatan

bayi baru lahir di Kecamatan Ajangale.


6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Dapat memperkaya konsep/ teori dalam perkembangan ilmu pengetahuan

kebidanan khususnya tentang perawatan bayi baru lahir.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Klien

Dapat memberikan masukan yang berarti bagi ibu dalam meningkatkan

pengetahuan ibu dalam Perawatan Bayi Baru Lahir khususnya melalui

motivasi.

b. Manfaat Institusi

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan

bacaan yang terkait pengetahuan ibu dalam perawatan bayi baru lahir.

c. Manfaat bagi penulis

Sebagai suatu proses pembelajaran untuk mengembangkan

kemampuan dalam melakukan kajian-kajian ilmiah di bidang

kebidanan dan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam

membuat Laporan Tugas Akhir (LTA).


7

E. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian terkait pengetahuan ibu tentang perawatan bayi

adalah sebagaiberikut:

Tabel 1.1Keaslian Penelitian

Judul, Nama, Variabel yang


No. Sasaran Metode Hasil
Tahun diteliti
1. Pengaruh 24 Kader Pengetahuan, Pre- Hasil penelitian
Pendidikan Posyandu pekerjaan, Eksperime menunjukkan bahwa
Perawatan Bayi sosial budaya, n dengan 50% kader posyandu
Baru Lahir Paritas Metode tergolong dalam
dengan Metode One Group kategori pengetahuan
Syndicate Pretest- cukup dan 58,3% kader
Group terhadap Post posyandu tergolong
pengetahuan dalam kategori
Kader di Desa pengethuan baik
Sumberdanti setelah dilakukan
Wilayah Kerja intervensi. Dapat
Puskesmas disimpulkan bahwa
Sukowono terdapat kemaknaan
Kabupaten pada pengetahuan
Jember, Rizqi kader setelah diberikan
Fauziyah, 2016 intervensi, namun hasil
tersebut dirasa belum
optimal sehingga perlu
dilakukan perbaikan
untuk mendapatkan
hasil yang lebih
optimal.

2. Gambaran 12 Pengetahuan, Deskriftif Hasil penelitian


pengetahuan Responden pekerjaan, dengan menunjukkan bahwa
tenaga Para Medis sosial budaya, teknik pengetahuan tentang
paramedic Paritas sampling Perawatan Bayi Baru
tentang jenuh Lahir yang mayoritas
perawatan bayi responden
baru Lahir di berpengetahuan baik
Rumah Sakit yaitu sebanyak 8 orang
Sari Mulia dengan persentase
Banjarmasin, (66.7%). Sehingga
Anggrita Sari, dapat disimpulkan
2012 bahwa pengetahuan
tenaga paramedis yang
bekerja di rumah sakit
sari mulia tentang
perawatan bayi baru
lahir adalah baik.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Bayi Baru Lahir

1. Pengertian Bayi Baru Lahir

a. Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup

bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat

bawaan) yang berat. (M. Sholeh Kosim, 2007)

b. Bayi Baru Lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat

badan 2500 – 4000 gram, nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan

(Rukiyah, dkk, 2013).

c. Asuhan segera pada bayi lahir normal adalah asuhan yang diberikan

pada bayi selama jam pertama setelah kelahiran(Sudarti, 2010)

d. Asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang

diberikan pada bayi selama jam pertama setelah kelahiran. (Yongky,

2012)

e. Neonatus Normal adalah neonatus yang lahir dari kehamilan

37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai

dengan 4000 gram (Maryanti. D, 2011)

2. Ciri-ciri Bayi Normal

Adapun ciri - ciri bayi lahir normal sebagai berikut :

a. Berat badan 2500 - 4000 gram.

8
9

b. Panjang badan 48 - 52 cm.

c. Lingkar kepala 33-35 cm.

d. Lingkar dada 30 - 33 cm.

e. Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit.

f. Pernapasan ± 40 - 60 kali menit.

g. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup.

h. Rambut lanugo tidak terlihat

i. Kuku agak panjang.

j. Genitalia

1) Perempuan

Labia mayora sudah menutupi labia minora

2) Laki - laki

Testis sudah turun , skrotum sudah ada.

k. Refleks swallowing dan sucking sudah terbentuk dengan baik.

l. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.

m. Refleks graps atau menggenggam sudah baik.

n. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,

mekonium berwarna hitam kecoklatan. (Putra. SR, 2012).

3. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir

Perubahan fisiologis pada bayi baru lahir merupakan suatu proses

adaptasi dengan lingkungan luar atau dikenal dengan kehidupan ekstra

uteri. Sebelumnya bayi cukup hanya beradaptasi dengan kehidupan intra

uteri. Perubahan fisiologis bayi baru lahir, diantaranya sebagai berikut :


10

a. Sistem Pernafasan

Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigendari pertukaran

oksigen melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran oksigen harus

melalui paru-paru.

1) Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynk

yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk

struktur percabangan bronkus. Sampai bronkus dan alveolus akan

sepenuhnya berkembang. Walaupun janin memperlihatkan adanya

gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak

matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24

minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan

alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak

tercukupinya jumlah surfaktan. (Yongky, 2012)

2) Awal adanya napas

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama

bayi adalah :

a) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan

luar rahim yang merangsang pusat pernafasan otak.

b) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi

paru-paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara

ke dalam paru-paru secara mekanis. Interaksi antara sistem

pernafasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat


11

menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkrsinambungan

serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.

c) Penimbunan karbondioksida

Setelah bayi lahir, kadar karbondioksida meningkat dalam darah

dan akan merangsang pernapasan. Berkurangnya oksigen akan

mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya

kenaikan karbondioksida akan menambah frekuensi dan tingkat

gerakan pernafasan janin.

d) Perubahan suhu

Keadaan dingin akan merangsang pernapasan. (Yongky, 2012)

3) Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas.

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk:

Mengeluarkan cairan dalam paru.

Mengembalikan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama

kali. Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan (lemak

lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru-paru.

Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan

jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34

minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi

tekanan permukaan paru-paru dan membantu untuk menstabilkan

dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.

Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveolus kolaps setiap saat

akhir pernafasan yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan

kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan


12

glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stress pada bayi

yang sebelumnya sudah terganggu.

4) Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada

saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga

cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang

dilahirkan secara sectio sesaria kehilangan keuntungan dari

kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam

jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan nafas yang

pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa

cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh

pembuluh limfe dan darah.

5) Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi

kardiovaskuler

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat

penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika

terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami

vasokontriksi. Jika hal itu terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah

yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli,

sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan

memperburuk hipoksia. Apabila terjadi hambatan inspirasi dan

ekspirasi maka terjadi refleks hering-breuer dimana pada saat

inspirasi mencapai batas tertentu terjadi stimulasi pada reseptor

regangan dalam otot polos paru untuk menghambat aktifitas neuron


13

inspirasi. Dengan demikian refleks ini mencegah terjadinya

overinflasi paru-paru saat aktifitas berat.

Dengan demikian peningkatan aliran darah paru-paru akan

memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu

menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan

sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

b. Perubahan sistem sirkulasi darah

Setelah lahir darah bayi baru lahir harus melewati paru-paru

untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna

mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik,

kehidupan di luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar:

1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.

2) Perubahan ductus arteriosus antara paru-paru dan aorta.

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada

seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh

mengubah tekanan dengan cara mengurangi/ meningkatkan

resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.

Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam sistem pembuluh

darah:

1) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik

meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium

menurun kerena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan

tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan

atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah


14

dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk

menjalani proses oksigenisasi ulang.

2) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah

paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan. Oksigen

pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem

pembuluh darah paru-paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru

mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium

kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan

pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.

(Nurasiah, dkk., 2012).

Vena umbilikus, ductus venosus dan arteri hipogastrika dari tali

pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan

setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa

berlangsung 2-3 bulan.

c. Perubahan sistem termoregulasi ( pengaturan suhu tubuh)

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga

akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam

rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini

menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang

dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan

usaha utama seorang bayi bau lahir untuk mendapatkan kembali panas

tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil

penggunaan lemak cokelat untuk produksi panas, timbunan lemak

cokelat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan suhu tubuh


15

hingga 100%. Untuk membakar lemak cokelat, sering bayi harus

menggunakan glukosa  guna mendapatkan energi yang akan mengubah

lemak menjadi panas. Lemak cokelat tidak diproduksi ulang oleh bayi

baru lahir. Cadangan lemak cokelat ini akan habis dalam waktu singkat

dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan maka

semakin banyak persediaan lemak cokelat bayi baru lahir.(Nurasiah,

dkk., 2012).

d. Perubahan sistem metabolisme

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah

tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat

lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya

sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam

waktu cepat (1-2 jam).Bayi baru lahir yang tidak mampu mencerna

makanan dengan jumlah cukup, akan membuat glukosa dari glikogen.

Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen

terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.

e. Sistem Gastrointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan sudah mulai menghisap dan

menelan. Refleks gumoh dan batuk yang matang sudah terbentuk

denganketika bayi lahir.Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk

menelan dan menghisap makanan selain asi masih terbatas. Hubungan

esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna, kapasitas

lambung masih terbatas kurang dari 30cc untuk bayi baru lahir cukup
16

bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat seiring

pertambahan usia dan pertumbuhan.(Yongky, 2012)

f. Perubahan sistem kekebalan tubuh

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga

menyebabkan bayi baru lahir rentan terhadap berbagai infeksi dan

alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan yang

baik.

Kekebalan alami pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang

membantu bayi baru lahir membunuh mikro organisme asing, tetapi

pada bayi baru lahir sel-sel darah ini belum matang dan belum bekerja

sempurna. Artinya bayi baru lahir belum mampu memerangi dan

melawan infeksi serta alergi secara efisien.

g. Sistem muskeletal

Otot sudah dala keadaan lengkap setelah lahir, pada pbayi baru

lahir lutut saling berjauhan saar kaki diluruskan dan tumit disatukan

sehingga tungkai bawah terlihat lengkungan pada telapak kaki.

Ekstremitas harus simetris, harus terdapat kuku jari tangan dan jari kaki.

h. Sistem neurologi

Sistem neorologi belum matang saa lahir. Refleks dapat

menunjukan normal dari integritas sistem syaraf dan sistem muskeletal.

i. Sistem integumentasi

Pada bayi baru lahir cukup bulan kulit berwarna merah dengan

sedikit vernik kaseosa. Sedangakan pada bayi prematur kulit tembus

pandang dan banyak verniks. Verniks kaseosa berfungsi sebagai


17

pelindung. Pada saat lahir vernik tidak semua dihilangkan, karena akan

hilang dalam 24 jam. (Nurasiah, dkk., 2012).

j. Sistem reproduksi

1) Wanita

Saat lahir ovarium bayi berisi beribu – ribu sel germinal

primitive. Sel- sel ini mengandung komplemen lengkap ovarium

yang matur karena terbentuk oogonia lagi setelah bayi cukup bulan

lahir. Korteks ovarium, yang terutama terdiri dari folikel

primordial, membentuk bagian ovariaum yang lebih tebal pada bayi

baru lahir daripada orang dewasa. Jumlah ovum berkurang sekitar

90 % sejak bayi sampai dewasa. Pada bayi baru lahir cukup bulan

labiya mayora menutupi labiya minora.

2) Pria

Testis turun kedalam skrotum pada bayi lahir laki – laki.

Preputium yang ketat sering kali dijumpai pada bayi baru lahir

(Nurasiah,dkk., 2012).

B. Tinjauan Umum Tentang Perawatan Bayi BaruLahir

1. Pengertian Perawatan bayi Baru Lahir

Perawatan bayi adalah tindakan yang dilakukan untuk merawat dan

menjaga kesehatan bayi, serta memenuhi kebutuhan dasar bayi. Perawatan

bayi baru lahir terdiri dari ASI eksklusif, perawatan mata, perawatan kulit,

memandikan bayi, pijat bayi, perawatan tali pusat, menjaga kehangatan


18

bayi, pakaian bayi, imunisasi, perawatan bayi secara umum, observasi bayi

(Datta, 2012).

2. Tata Cara Perawatan Bayi Baru Lahir

Berikut ini adalah perawatan bayi baru lahir yang akan dijelaskan

adalah sebagai berikut:

a. Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat merupakan salah satu praktik perawatan

bayi baru lahir yang penting yang direkomendasikan oleh WHO untuk

mengurangi morbiditas dan mortalitas di antara bayi di Dunia.

Perawatan tali pusat bertujuan untuk memberikan perawatan tali pusat

pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi.

Tali pusat bayi dibersihan minimal dua kali sehari dengan

menggunakan sedikit sabun dan air hangat. Prinsip perawatan tali pusat

yang harus diperhatikan adalah tidak meletakkan apapun pada daerah

sekitar tali pusat; menjaga agar daerah sekitar tali pusat bayi tetap

kering dan bersih; jika tali pusat bayi kotor, cuci dengan air matang dan

sabun secara hati-hati dan keringkan dengan kain bersih; dan jika

terdapat tanda infeksi tali pusat, segera bawa ke pelayanan kesehatan.

Tanda tali pusat terinfeksi adalah jika tali pusat mengeluarkan nanah

atau darah, dan jika tali pusat mengalami inflamasi seperti kemerahan,

bengkak, dan panasjika disentuh. (Sodikin, 2009).

Tali pusat terlepas lebih kurang setelah satu minggu sampai 10

hari setelah bayi lahir, yang akan membentuk jaringan granulasi dan

setelah sembuh membentuk umbilikus. Tali pusat yang terlepas akan


19

terlihat beberapa tetes darah saat bayi menangis, tetapi hal ini tidak

perlu ditakuti karena akan pulih dengan sendirinya (Bobak dkk, 2013).

b. Memandikan Bayi

Memandikan bayi merupakan upaya yang dilakukan untuk

menjaga agar tubuh bayi bersih, terasa segar, dan mencegah

kemungkinan infeksi. Prinsip dalam memandikan bayi yang harus

diperhatikan adalah mempertahankan kehangatan bayi setelah

dimandikan dan menjaga agar air tidak masuk ke hidung, mulut atau

telinga yang dapat mengakibatkan aspirasi). Ada dua cara yang dapat

digunakan untuk memandikan bayi, yaitu memandikan bayi dengan

cara waslap dan dengan cara rendam. Memandikan bayi dengan cara

waslap dilakukan jika tali pusat belum terlepas atau puput dan jika

kondisi bayi dalam keadaan sakit, yang dilakukan dengan menggunakan

air hangat dan sabun sesuai prinsip memandikan bayi (Putra, 2012).

c. PijatBayi

Pijat bayi adalah sentuhan pijat kepada bayi yang bertujuan

untuk membuat bayi menjadi rileks, meningkatkan efektivitas

istirahat/tidur bayi, memperbaiki konsentrasi bayi, memperkuat sistem

kekebalan tubuh, meningkatkan nafsu makan, menstimulus aktivitas

nervus vagus untuk perbaikan pernapasan, meningkatkan aliran oksigen

dan nutrisi menuju sel. Pijat bayi dapat dilakukan pagi hari sebelum

mandi, atau bisa juga malam hari sebelum bayi tidur, karena aktivitas

bayi sepanjang hari yang cukup melelahkan, serta dapat dilakukan 1-2

jam setelah makan/minum. Keadaan yang tidak diperbolehkan untuk


20

memijat bayi, yaitu saat bayi lapar atau baru selesai makan, saat bayi

sedang demam atau sakit, saat bayi sedang tidur, keadaan ruangan

sangat dingin/pengap, dan bayi tampak tidak nyaman atau gelisah

(Putra, 2012).

d. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

WHO dan UNICEF menjelaskan bahwa bayi harus diberikan

ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan, tanpa tambahan cairan

ataupun makanan lain selain ASI. ASI adalah makanan lengkap yang

diperlukan selama 6 bulan pertama kelahiran untuk memenuhi

kebutuhan bayi dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal (Wong

dkk, 2009). Komposisi ASI yang diprosuksi oleh ibu yang melahirkan

bayi kurang bulan (ASI prematur) berbeda dengan ASI yang diproduksi

oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan (ASI matur). Komposisi ini

sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing.

(Soedjatmiko, 2010)

e. Imunisasi

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan tubuh pada

bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke tubuh agar

tubuhmembuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal

terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan

mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi (Hidayat, 2008).


21

3. Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Bayi Baru

Lahir

a. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kesibukan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan

bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.

Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan

keluarga.

b. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dan sikap dalam perawatan bayi baru lahir.Kebiasaan-

kebiasaan adat istiadat dan perilaku masyarakat sering kali merupakan

penghalang atau penghambat terciptanya pola hidup sehat di

masyarakat, khususnya dalam perawatan bayi baru lahir. Salah satu

contoh yang menjadi kebiasaan dalam perawatan bayi yaitu Bayi baru

lahir harus dibedong yang dipercaya dapat membuat tulang kaki bayi

lurus dan kuat untuk berjalan. (Nursalam, 2011)

c. Paritas

Paritas adalah keadaan wanita yang pernah melahirkan bayi

hidup. Dimana para wanita memperoleh pengetahuan dari pengalaman

pribadi. Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat


22

digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Baik diperoleh

secara langsung ataupun tidak langsung, namun tidak semua

pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik

kesimpulan dengan benar. Begitu juga dengan perawatan bayi baru lahir

pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari pengalaman atau paritas ibu.

C. Tinjauan Umum Tentang Tradisi

1. Pengertian Tradisi

a. Tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun dalam suatu masyarakat

dan merupakan kebiasaan kolektif dan kesadaran kolektif sebuah

masyarakat (Johanes Mardimin, 2014).

b. Tradisi adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang di dalam

bentuk yang sama (Soerjono Soekanto, 2010).

c. Tradisi adalah suatu kebiasaan yang teraplikasikan secara terus menerus

dengan berbagai simbol dan aturan yang berlaku pada sebuah komunitas

(Harapandi Dahri, 2009).

d. Tradisi adalah kesamaan benda material dan gagasan yang berasal dari

masa lalu namun masih ada hingga kini dan belum dihancurkan atau

dirusak. Tradisi dapat di artikan sebagai warisan yang benar atau

warisan masa lalu. Namun demikian tradisi yang terjadi berulang-ulang

bukanlah dilakukan secara kebetulan atau disengaja. (Inseklopedi, 2015)

e. Tradisi adalah apapun yang dilakukan oleh manusia secara turun

temurun dari setiap aspek kehidupannya yang merupakan upaya untuk

meringankan hidup manusia dapat dikatakan sebagai “tradisi” yang


23

berarti bahwa hal tersebut adalah menjadi bagian dari kebudayaan.

(Andi Saefullah, 2017)

2. Wujud Tradisi

Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya tentu

dengan mengandalkan kemampuan manusia sendiri untuk menjadikan alam

sebagai obyek yang dapat dikelola untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Jadi dapat dikatakan bahwa kebudayaan tersebut lahir sesungguhnya

diakibatkan oleh keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

dalam bentuk tingkah laku, pola hidup, perekonomian, pertanian, sistem

kekerabatan, stratifikasi sosial, religi, mitos dan sebagainya. Kesemua

aspek tersebut yang kemudian harus dipenuhi oleh manusia dalam

kehidupannya yang sekaligus secara spontanitas akan melahirkan

kebudayaan atau tradisi. (Soerjono Soekanto, 2010).

Lebih khusus tradisi yang dapat melahirkan kebudayaan masyarakat

dapat diketahui dari wujud tradisi itu sendiri. Menurut Koentjaraningrat,

kebudayaan itu mempunyai paling sedikit tiga wujud, yaitu:

a. Wujud Kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan- gagasan,

nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.

b. Wujud kebudayaan sebagai kompleks aktivitas kelakuan berpola dari

manusia dalam masyarakat

c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.21

Masyarakat merupakan sekelompok orang yang memiliki kesamaan

budaya, wilayah identitas, dan berinteraksi dalam suatu hubungan sosial

yang terstruktur. Masyarakat mewariskan masa lalunya melalui:


24

1) Tradisi dan adat istiadat (nilai, norma yang mengatur perilaku dan

hubungan antar individu dalam kelompok). Adat istiadat yang

berkembang di suatu masyarakat harus dipatuhi oleh anggota

masyarakat di daerah tersebut. Adat istiadat sebagai sarana

mewariskan masa lalu terkadang yang disampaikan tidak sama

persis dengan yang terjadi di masa lalu tetapi mengalami berbagai

perubahan sesuai perkembangan zaman. Masa lalu sebagai dasar

untuk terus dikembangkan dan diperbaharui.

2) Nasehat dari para leluhur, dilestarikan dengan cara menjaga nasehat

tersebut melalui ingatan kolektif anggota masyarakat dan kemudian

disampaikan secara lisan turun temurun dari satu generasi ke

generasi selanjutnya.

3) Peranan orang yang dituakan (pemimpin kelompok yang memiliki

kemampuan lebih dalam menaklukkan alam) dalam masyarakat

Contoh: Adanya keyakinan bahwa roh-roh harus dijaga, disembah,

dan diberikan apa yang disukainya dalam bentuk sesaji. Pemimpin

kelompok menyampaikan secara lisan sebuah ajaran yang harus

ditaati oleh anggota kelompoknya.

Membuat suatu peringgatan kepada semua anggota kelompok

masyarakat berupa lukisan serta perkakas sebagai alat bantu hidup serta

bangunan tugu atau makam. Semuanya itu dapat diwariskan kepada

generasi selanjutnya hanya dengan melihatnya. Contoh: Benda-benda

(kapak lonjong) dan berbagai peninggalan manusia purba dapat


25

menggambarkan keadaan zaman masyarakat penggunanya. Kepercayaan

terhadap roh-roh serta arwah nenek moyang dapat termasuk sejarah lisan

sebab meninggalkan bukti sejarah berupa benda-benda dan bangunan yang

mereka buat. (Johanes Mardimin, 2014).

Menurut arti yang lebih lengkap bahwa tradisi mencakup

kelangsungan masa lalu dimasa kini ketimbang sekedar menunjukan fakta

bahwa masa kini berasal dari merupakan dibuang atau dilupakan. Maka di

sini tradisi hanya berarti warisan, apa yang benar-benar tersisa dari masa

lalu. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Shils. keseluruhan benda

material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun benar-benar masih

ada kini, belum dihancurkan, dirusak, Tradisi berarti segala sesuatu yang

disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini.

Adapun pengertian yang lain Tradisi (Bahasa Latin: traditio,

"diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana

adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian

dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,

kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari

tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi

baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu

tradisi dapat punah. (Harapandi Dahri, 2009).

Secara termologi perkataan tradisi mengandung suatu pengertian

yang tersembunyi tentang adanya kaitan masa lalu dengan masa kini. Ia

menunjuk kepada sesuatu yang diwariskan oleh masa lalu tetapi masih

berwujud dan berfungsi pada masa sekarang. Tradisi memperlihatkan


26

bagaimana anggota masyarakat bertingkah laku, baik dalam kehidupan

yang bersifat duniawi maupun terhadap hal yang gaib atau keagamaan.

Di dalam suatu tradisi diatur bagaimana manusia berhubungan

dengan manusia lain atau satu kelompok dengan kelompok lain, bagaimana

manusia bertindak terhadap lingkungannya dan bagaimana manusia

berperilaku terhadap alam yang lain. Ia berkembang menjadi suatu sistem

yang memiliki pola dan norma dan sekaligus juga mengatur penggunaan

sanksi dan ancaman terhadap pelanggaran dan penyimpangan. (Johanes

Mardimin, 2014).

Sebagai sistem budaya, tradisi menyediakan seperangkat model

untuk bertingkah laku yang bersumber dari sistem nilai dan gagasan utama.

Tradisi juga merupakan suatu sistem yang menyeluruh, yang terdiri dari

cara aspek yang pemberian arti perilaku ajaran, perilaku ritual dan beberapa

jenis perilaku lainnya dari manusia atau sejumlah manusia yang melakukan

tindakan satu dengan yang lain. Unsur terkecil dari sistem tersebut adalah

simbol. Simbol meliputi simbol konstitutif (yang berbentuk kepercayaan),

simbol penilaian norma, dan sistem ekspresif (simbol yang menyangkut

pengungkapan perasaan).

Jadi yang menjadi hal penting dalam memahami tradisi adalah sikap

atau orientasi pikiran atau benda material atau gagasan yang berasal dari

masa lalu yang dipungut orang dimasa kini. Sikap dan orientasi ini

menempati bagian khusus dari keseluruhan warisan historis dan

mengangkatnya menjadi tradisi. Arti penting penghormatan atau

penerimaan Sesuatu yang secara sosial ditetapkan sebagai tradisi


27

menjelaskan betapa menariknya fenomena tradisi itu.

3. Lahirnya Tradisi Dalam Masyarakat

Dalam arti sempit tradisi adalah kumpulan benda material dan

gagasan yang diberi makna khusus berasal dari masa lalu. Tradisi pun

mengalami perubahan. Tradisi lahir disaat tertentu ketika orang menetapkan

fragmen tertentu dari warisan masa lalu sebagai tradisi. Tradisi berubah

ketika orang memberikan perhatian khusus pada fragmen tradisi tertentu

dan mengabaikan fragmen yang lain. Tradisi bertahan dalam jangka waktu

tertentu dan mungkin lenyap bila benda material dibuang dan gagasan

ditolak atau dilupakan. (Soerjono Soekanto, 2010).

Tradisi mungkin pula hidup dan muncul kembali setelah lama

terpendam. Tradisi lahir melalui 2 (dua) cara, yaitu :

a. Pertama, Muncul dari bawah melalui mekanisme kemunculan secara

spontan dan tak diharapkan serta melibatkan rakyat banyak. Karena

sesuatu alasan, individu tertentu menemukan warisan historis yang

menarik perhatian, kecintaan dan kekaguman yang kemudian

disebarkan melalui berbagai cara mempengaruhi rakyat banyak. Sikap-

sikap tersebut berubah menjadi perilaku dalam bentuk upacara,

penelitian dan pemugaran peninggalan purbakala serta menafsir ulang

keyakinan lama.

b. Kedua, Muncul dari atas melalui mekanisme paksaan. Sesuatu yang

dianggap tradisi dipilih dan dijadikan perhatian umum atau dipaksakan

oleh individu yang berpengaruh atau berkuasa. (Soerjono Soekanto,

2010).
28

Dua jalan kelahiran tradisi tersebut tidak membedakan kadarnya.

Perbedaannya terdapat antara “tradisi asli”, yakni yang sudah ada di masa

lalu. Tradisi buatan mungkin lahir ketika orang memahami impian masa

lalu dan mampu menularkan impian itu kepada orang banyak. Lebih sering

tradisi buatan ini dipaksakan dari atas oleh penguasa untuk mencapai tujuan

politik mereka. Begitu terbentuk, tradisi mengalami berbagai perubahan.

Perubahan kuantitatifnya terlihat dalam jumlah penganut atau

pendukungnya. Rakyat dapat ditarik untuk mengikuti tradisi tertentu yang

kemudian mempengaruhi seluruh rakyat dan negara atau bahkan dapat

mempengaruhi skala global. (Johanes Mardimin, 2014).

Arah perubahan lain adalah arahan perubahan kualitatif yakni

perubahan kadar tradisi. Gagasan, simbol dan nilai tertentu ditambahkan

dan yang lainnya dibuang. Cepat atau lambat setiap tradisi mulai

dipertanyakan, diragukan, diteliti ulang dan bersamaan dengan itu fragmen-

fragmen masa lalu ditemukan disahkan sebagai tradisi. Perubahan tradisi

juga disebabkan banyaknya tradisi dan bentrokan antara tradisi yang satu

dengan saingannya. Benturan itu dapat terjadi antara tradisi masyarakat

atau kultur yang berbeda di dalam masyarakat tertentu.

4. Fungsi Tradisi

Dalam bahasa klise dinyatakan, tradisi adalah kebijakan turun-

temurun. Tempatnya di dalam kesadaran, keyakinan norma dan nilai yang

kita anut kini serta di dalam benda yang diciptakan di masa lalu. Tradisi

pun menyediakan fragmen warisan historis yang kita pandang bermanfaat.

Tradisi seperti onggokan gagasan dan material yang dapat digunakan orang
29

dalam tindakan kini dan untuk membangun masa depan. (Soerjono

Soekanto, 2010).

a. Memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan, pranata

dan aturan yang sudah ada. Semuanya ini memerlukan pembenaran agar

dapat mengikat anggotanya. Salah satu sumber legitimasi terdapat

dalam tradisi. Biasa dikatakan: “selalu seperti itu” atau orang selalu

mempunyai keyakinan demikian” meski dengan resiko yang paradoksal

yakni bahwa tindakan tertentu hanya akan dilakukan karena orang lain

melakukan hal yang sama di masa lalu atau keyakinan tertentu diterima

semata-mata karena mereka telah menerima sebelumnya.

b. Menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memperkuat

loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas dan kelompok. Tradisi

daerah, kota dan komunitas lokal sama perannya yakni mengikat warga

atau anggotanya dalam bidang tertentu. (Soerjono Soekanto, 2010).

Membantu menyediakan tempat pelarian dari keluhan, kekecewaan

dan ketidakpuasan kehidupan modern. Tradisi yang mengesankan masa lalu

yang lebih bahagia menyediakan sumber pengganti kebanggaan bila

masyarakat berada dalam krisis. (Johanes Mardimin, 2014).

D. Tinjauan Umum Tentang Budaya

1. Pengertian Budaya

a. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya

terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat


30

istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang

sebagai anggota masyarakat. (Edward B. Taylor, 2010)

b. Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi

social, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya

merupakan warisan sosial (M. Jacobs dan B.J. Stern, 2011)

c. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil

karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan

milik diri manusia dengan relajar. (Koentjaraningrat, 2015)

d. Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan

pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara

individu maupun kelompok. (Dr. K. Kupper, 2012)

e. Kebudayaan adalah sesuatu yang terbentuk oleh pengembangan dan

transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu,

misalnya simbol bahasa sebagai rangkaian simbol yang digunakan

untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu

masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang di harapkan dapat di

temukan di dalam media (Bounded et.al, 2010).

2. Wujud Kebudayaan

a. Gagasan (wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk

kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang

sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan

ini terletak dalam kepalaatau alam pikiran warga masyarakat. Jika

masyarakat tersebut menyatakan gagasannya dalam bentuk tulisan,


31

lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku

hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

Wujud ideal dapat pula disebut sebagai ideologi. Istilah ideologi

mengacu pada kawasan ideasional dalam suatu budaya. Dengan

demikian, istilah ideologi meliputi nilai, norma, falsafah, dan

kepercayaan religius, sentimen, kaidah etis, pengetahuan atau waswasan

tentang dunia, etos, dan semacamnya.

b. Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai tindakan berpola

dari manusia dalam masyarakat. Sebagai perwujudan gagasan dalam

kebudayaan,aktivitas (perilaku) dibagi menjadi perilaku verbal (lisan

dan tulisan) dan nonverbal (artefak dan alam). Wujud perilaku sering

berbentuk sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri atas aktivitas manusia

yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan

manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata

kelakuan. Sifat konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat

diamati dan didokumentasikan. Sistem sosial terkait pula dengan

struktur sosial. Struktur sosial merupakan konfigurasi (penggabungan)

kelompok-kelompok yang unggul/dominan yang merupakan

seperangkat norma atau aturan.

c. Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari

aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat,

berupa benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan


32

didokumentasikan. Sifatnya palingkonkret di antara ketiga wujud

kebudayaan.

3. Sejarah Kabupaten Bone dan Pembagian Wilayahnya

a. Sejaran

Sejarah mencatat bahwa Bone dahulu merupakan salah satu

kerajaan besar di Nusantara pada masa lalu. Kerajaan Bone dalam

catatan sejarah didirikan oleh Raja Bone ke-1 yaitu Manurunge ri

Matajang pada tahun 1330, mencapai puncak kejayaannya pada masa

pemerintahan La Tenritatta  Arung Palakka pertengahan abad ke-17.

Kebesaran kerajaan Bone tersebut  dapat memberi pelajaran dan hikmah

yang bagi masyarakat Bone saat ini dalam rangka menjawab dinamika

pembangunan dan perubahan-perubahan sosial, perubahan ekonomi,

pergeseran budaya serta dalam menghadapi kecenderungan yang

bersifat global. (Andi Palloge, 1990)

Belajar dan mengambil hikmah dari sejarah kerajaan Bone pada

masa lalu minimal terdapat tiga hal yang bersifat mendasar untuk

diaktualisasikan dan dihidupkan kembali karena memiliki persesuaian

dengan kebutuhan masyarakat Bone dalam upaya menata kehidupan ke

arah yang lebih baik. Ketiga hal yang dimaksud adalah :

Pertama, pelajaran dan hikmah dalam bidang politik dan tata

pemerintahan. Dalam hubungannya dengan bidang ini, sistem kerajaan

Bone pada masa lalu sangat menjunjung tinggi kedaulatan rakyat atau

dalam terminologi politik modern dikenal dengan istilah demokrasi. Ini

dibuktikan dengan penerapan representasi kepentingan rakyat melalui


33

lembaga perwakilan mereka di dalam dewan adat yang disebut “Ade

Pitue”, yaitu tujuh orang pejabat adat yang bertindak sebagai penasihat

raja. Segala sesuatu yang terjadi dalam kerajaan dimusyawarahkan oleh

Ade’ Pitue dan hasil keputusan musyawarah disampaikan kepada raja

untuk dilaksanakan. (Andi Palloge, 1990)

Ade Pitu merupakan lembaga pembantu utama pemerintahan

Kerajaan Bone yang bertugas mengawasi dan membantu pemerintahan

kerajaan Bone yang terdiri dari 7 (tujuh) orang yaitu :

1) Arung Ujung, bertugas Mengepalai Urusan Penerangan Kerajaan

Bone

2) Arung Ponceng, bertugas Mengepalai Urusan Kepolisian/ Kejaksaan

dan Pemerintahan

3) Arung Ta, Bertugas Bertugas Mengepalai Urusan Pendidikan dan

Urusan Perkara Sipil

4) Arung Tibojong, Bertugas Mengepalai Urusan Perkara / Pengadilan

Landschap/ Hadat Besar dan Mengawasi Urusan Perkara Pengadilan

Distrik.

5) Arung Tanete  Riattang, Bertugas Mengepalai Memegang Kas

Kerajaan, Mengatur Pajak dan Mengawasi Keuangan

6) ArungTanete Riawang, Bertugas Mengepalai Pekerjaan Negeri

(Landsahap Werken – LW) Pajak Jalan  Pengawas Opzichter.

7) Arung Macege, Bertugas Mengepalai Pemerintahan Umum Dan

Perekonomian.
34

Selain itu di dalam penyelanggaraan pemerintahan sangat

mengedepankan asas kemanusiaan dan musyawarah. Prinsip ini berasal

dari pesan Kajaolaliddong seorang cerdik cendikia Bone yang hidup

pada tahun 1507-1586 pada masa pemerintahan Raja Bone ke-7 Latenri

Rawe Bongkangnge. Kajao lalliddong berpesan kepada Raja bahwa

terdapat empat faktor yang membesarkan kerajaan yaitu:

1) Seuwani, Temmatinroi matanna Arung Mangkau’E mitai munrinna

gau’e (Mata Raja tak terpejam memikirkan akibat segala perbuatan).

2) Maduanna, Maccapi Arung Mangkau’E duppai ada’ (Raja harus

pintar menjawab kata-kata).

3) Matellunna, Maccapi Arung MangkauE mpinru ada’ (Raja harus

pintar membuat kata-kata atau jawaban).

4) Maeppa’na, Tettakalupai surona mpawa ada tongeng (Duta tidak

lupa menyampaikan kata-kata yang benar).

Pesan Kajaolaliddong ini antara lain dapat diinterpretasikan ke

dalam pemaknaan yang mendalam bagi seorang raja betapa pentingnya

perasaan, pikiran dan kehendak rakyat dipahami dan disikapi.

Kedua, yang menjadi pelajaran dan hikmah dari sejarah Bone

terletak pada pandangan yang meletakkan kerjasama dengan daerah

lain, dan pendekatan diplomasi sebagai bagian penting dari usaha

membangun negeri agar menjadi lebih baik. Urgensi terhadap

pandangan seperti itu tampak jelas ketika kita menelusuri puncak-

puncak kejayaan Bone dimasa lalu. Dan sebagai bentuk monumental

dari pandangan ini di kenal dalam sejarah akan perjanjian dan ikrar
35

bersama kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng yang melahirkan

Tellumpoccoe atau dengan sebutan lain “Lamumpatue Ri Timurung”

yang dimaksudkan sebagai upaya mempererat tali persaudaraan ketiga

kerajaan untuk memperkuat posisi kerajaan dalam menghadapi

tantangan dari luar.

Ketiga, warisan budaya kaya dengan pesan. Pesan kemanusiaan

yang mencerminkan kecerdasan manusia Bone pada masa lalu. Banyak

hikmah yang bisa dipetik dalam menghadapi kehidupan, dalam

menjawab tantangan pembangunan dan dalam menghadapi perubahan-

perubahan yang semakin cepat. Namun yang terpenting adalah bahwa

semangat religiusitas orang Bone dapat menjawab perkembangan

zaman dengan segala bentuk perubahan dan dinamikanya.

Dalam perkembangan selanjutnya, Bone kemudian berkembang

terus dan pada akhirnya menjadi suatu daerah yang memiliki wilayah

yang luas, dan dengan Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959,

berkedudukan sebagai Daerah Tingkat II Bone yang merupakan bagian

integral dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kabupaten

Bone memiliki potensi besar, yang dapat dimanfaatkan bagi

pembangunan demi kemakmuran rakyat. Potensi itu cukup beragam

seperti dalam bidang pertanian, perkebunan, kelautan, pariwisata, dan

potensi lainnya. (Website Resmi Pemerintah Kabupaten Bone, 2019)

Budaya masyarakat Bone demikian Tinggi mengenai sistem

norma atau adat berdasarkan Lima unsur pokok masing-masin g : Ade,

Bicara, Rapang, Wari dan Sara yang terjalin satu sama lain, sebagai satu
36

kesatuan organis dalam pikiran masyarakat yang memberi rasa harga

diri serta martabat dari pribadi masing-masing. Kesemuanya itu

terkandung dalam satu konsep yang disebut “ SIRI “merupakan integral

dari ke Lima unsur pokok tersebut diatas yakni pangadereng (Norma

adat), untuk mewujudkan nilai pangadereng maka rakyat Bone memiliki

sekaligus mengamalkan semangat/budaya:

1) Sipakatau

Artinya : Saling memanusiakan , menghormati / menghargai harkat

dan martabat kemanusiaan seseorang sebagai mahluk ciptaan

ALLAH tanpa membeda - bedakan, siapa saja orangnya harus patuh

dan taat terhadap norma adat/hukum yang berlaku

2) Sipakalebbi

Artinya: Saling memuliakan posisi dan fungsi masing-masing dalam

struktur kemasyarakatan dan pemerintahan, senantiasa berprilaku

yang baik sesuai dengan adat dan budaya yang berlaku dalam

masyarakat

3) Sipakainge

Artinya: Saling mengingatkan satu sama lain, menghargai nasehat,

pendapat orang lain, manerima saran dan kritikan positif dan

siapapun atas dasar kesadaran bahwa sebagai manusia biasa tidak

luput dari kekhilafan

Dengan berpegang dan berpijak pada nilai budaya tersebut

diatas, maka sistem pemerintahan Kerajaan Bone adalah berdasarkan

musyawarah mufakat. Hal ini dibuktikan dimana waktu itu kedudukan


37

ketujuh Ketua Kaum (Matoa Anang) dalam satu majelis dimana

MenurungE sebagai Ketuanya (Andi Palloge, 1990).

b. Pembagian Wilayah Kabupaten Bone

Kabupaten Bone mempunyai luas wilayah 4.599 km2, terdiri atas

27 kecamatan, dan terbagi dalam 333 desa dan 39 kelurahan, dengan

jumlah dusun sebanyak 888 dan lingkungan sebanyak 121. Pembagian

wilayah administrasi kabupaten Bone tahun 2019 yakni:

Tabel 2.1
Pembagian Wilayah Kabupaten Bone

Luas
No Kecamatan Ibukota Daerah Jumlah Desa/
(km2) Kelurahan
1 Bontocani Kahu 463,35 10 Desa, 1 Kel
2 Kahu Palattae 189,50 19 Desa, 1 Kel
3 Kajuara Bojo 124,13 17 Desa, 1 Kel
4 Salomekko Manera 84,91 17 Desa, 1 Kel
5 Tonra Bulu-bulu 200,32 11 Desa
6 Patimpeng Latobang 130,47 10 Desa
7 Libureng Camming 344,25 19 Desa, 1 Kel
8 Mare Kadai 263,50 17 Desa, 1 Kel
9 Sibulue Pattiro Bajo 155,80 19 Desa, 1 Kel
10 Cina Tanete Harapan 147,50 11 Desa, 1 Kel
11 Barebbo Apala 114,20 18 Desa
12 Ponre Lonrong 293,00 9 Desa
13 Lappariaja Matango 138,00 9 Desa
14 Lamuru Lalebbata 208,00 11 Desa, 1 Kel
15 Tellu limpoe Tujue 318,00 11 Desa
16 Bengo Bengo 164,00 9 Desa
17 Ulaweng Taccipi 161,67 14 Desa, 1 Kel
18 Palakka Passippo 115,32 15 Desa
19 Awangpone Componge 110,70 17 Desa, 1 Kel
20 Tellu Siattinge Tokaseng 159,30 15 Desa, 2 Kel
21 Amali Taretta 119,13 15 Desa
22 Ajangale Pompanua 139,00 14 Desa
23 Dua Beccoe Uloe 144,90 21 Desa, 1 Kel
24 Cenrana Ujung Tanah 143,60 15 Desa, 1 Kel
25 T. Riattang Macanang 53,68 8 Kelurahan
38

Barat
26 Tanete Riattang Salekoe 23,79 8 Kelurahan
27 T. Riattang Lonrae 48,88 8 Kelurahan
Timur
Kabupaten Bone Watampone 4.559,00 333 Desa, 39
Kel
Data BPS Kabupaten Bone, 2019

4. Tradisi Masyarakat Bone dalam Perawatan Bayi baru Lahir

Perawatan pada bayi baru lahir merupakan faktor yang menentukan

tingkat kesehatan bayi tersebut, terutama perkembangan dan pertumbuhan

bayi. Perawatan yang benar serta sesuai dengan standar kesehatan pada

dasarnya sangat diperlukan. Namun, pada kenyataannya masyarakat masih

mempercayai mitos-mitos yang kebenarannya kadang tidak masuk akal

bahkan ada yang berbahaya bagi kesehatan ibu dan anak. Hal ini 

disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang perawatan bayi

baru lahir. Mitos-mitos tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Perut bayi ditempeli bawang merah yang ditumbuk

Hal tersebut dilakukan agar bayi tidak merasa mual.

b. Melakukan pemijat pada bayi yang diaggap dapat membantu

mempercepat bayi jalan dan hal ini sudah di lakukan dari turun temurun.

c. Mengubur ari-ari

Bagi orang bugis, ari-ari memiliki “jasa” yang cukup besar sebagai

batur bayi atau teman bayi sejak dalam kandungan, sehingga dikubur

agar tidak dimakan binatang.


39

d. Membuatkan ramuan-ramuan dengan menggunakan bahan dari alam

yang sudah dipercaya dapat menyembuhkan penyakit yg dialami bayi

misalnya dengan bawang merah,kunyit dan lain-lain

e. Syukuran atau menyambut kelahiran bayi

Syukuran merupakan upacara untuk menyambut kelahiran bayi yang

artinya memohon berkah dan keselamatan atas kelahiran bayi. Namun

hal ini biasanya dirangkaikan dengan acarah akikah. (https://www.

academia.edu/36485712/adat_dan_budaya_kelahiran_Bayi)
40

E. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti.

Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara

panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Adapun kerangka

konseptual dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Masyarakat Kecamatan Ajangale

Sikap dan perilaku Tradisi yang dilakukan

Perawatan Bayi Baru Lahir

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konseptual

Keterangan :

--------- = Yang tidak diteliti = Variabel Independen

= Yang diteliti = Variabel Dependen


41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Qualitative research adalah

suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis

fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran

orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan

untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada

penyimpulan.Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup

deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catatan-catatan hasil

wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen. (Notoatmodjo, 2012)

Pendekatan merupakan proses perbuatan, cara mendekati, usaha dalam

rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang

diteliti. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field

research) dengan menggunakan metode kualitatif. (Ari Setiawan, 2013)

B. Ruang Lingkup Penelitian

1. Tempat penelitian di lakukan di Kecamatan Ajangale kususnya di Desa

Welado, Kelurahan Pompanua dan Kelurahan Pompanua Riattang.

2. Waktu penelitian di lakukan Mulai pada bulan Agustus sampai September

2019.

41
42

C. Subyek Penelitian

Pada penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, karena

penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi social

dan hasil kajian tidak akan di berlakukan kepopulasi, tetapi ditransfer ketempat

lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi social pada

kasus yang dipelajari. Menurut Sugiyono (2009) mengungkapkan bahwa pada

penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi dinamakan

sosial situation dan terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku

(actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Sampel dalam

penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi dinamakan

narasumber, partisipan dan informan dalam penelitian. Selain itu sampel bukan

disebut sampel statistic melainkan sampel teoritis, karena mempunyai tujuan

peneliti kualitatif adalah untuk menghasilkan teori, penentuan dilakukan saat

peneliti memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. Subyek

penelitian ini terdiri dari :

1. Informan Utama : Ibu yang yang sudah melahirkan.

2. Informan Pendukung : a. Bidan Desa

b. Tokoh Masyarakat

c. Dukun

d. Keluarga Dekat

Dalam menentukan penelitian ini digunakan 2 krteria yaitu Kriteria

Inklusi adalah karakteristik subjektif penelitian dari suatu populasi target yang

terjangkau dan yang akan diteliti. Kriteria inklusi penelitian antara lain :
43

1. Orang tua bayi baru lahir yang bersedia menjadi responden di Kecamatan

Ajangale

2. Ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan

3. Sehat jasmani dan rohani

4. Ibu yang berdomisili 3 tahun di Kecamatan Ajangale

5. Petugas yang asli Orang bugis

6. Orang tua yang berpendudukan asli bugis

7. Tokoh masyarakat yang berdomisili di Kecamatan Ajangale yang bersedia

diwawancarai

8. Bidan desa yang sudah bertugas selama 3 tahun diwilayah Kecamatan

Ajangale yang bersedia diwawancarai

Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang tidak memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi penelitian antara lain :

1. Orang tua bayi baru lahir yang tidak bersedia menjadi responden di

Kecamatan Ajangale

2. Tokoh masyarakat dan dukun yang tidak bersedia diwawancarai di

kecamatan Ajangale

3. Bidan yang sudah bekerja selama 3 tahun diwilayah Kecamatan Ajangale

yang tidak bersedia diwawancarai.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan

peneliti, sering kali di katakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor

yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan di teliti (Arikunto, 2013).
44

Dalam penelitian ini menggunakan dua variable yaitu variable

dependen dan independen. Variable dependen atau biasa juga disebut dengan

variable terikat yaitu dalam perawatan bayi baru lahir. Sedangkan variable

independen atau variable yang mempengaruhi atau biasa juga disebut dengan

variable bebas yaitu Tradisi masyarakat.

E. Definisi Operasional

Tabel 2.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Parameter Instrumen


1. Tradisi Merupakan sesuatu Tradisi Wawancara
Masyarakat yang telah dilakukan masyarakat (Handphone,
dalam untuk sejak lama dan dalam untuk
merekam dan
Perawatan menjadi bagian dari perawatan bayi
lembar
bayi baru kehidupan suatu baru lahir wawancara)
lahir kelompok masyarakat
mengenai perawatan
bayi baru lahir.

`F. Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.

Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif

ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain (Moelong, 2016). Menyangkut sumber data dalam

penelitian ini penulis membaginya dalam dua bagian yaitu :

1. Sumber Data Primer

Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama yaitu:

masyarakat Kecamatan Ajangale Kabupaten Bone, dengan memberikan

seperangkat pertanyaan dalam bentuk wawancara yang berkaitan dengan


45

tradisi dalam perawatan bayi baru lahir.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat

diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat, mendengarkan

misalnya dokemen-dokumen atau majalah yang dapat menunjang penulis

skripsi. Data yang diperoleh berupa data mengenai profil Profil Kecamatan

Amali Ajangale.

G. Instrumen Penelitian dan mengumpulkan data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrument utama dalam

penelitian, dimana peneliti sekaligus sebagai perencana yang menetapkan

fokus, memilih informan, dan menganalisis data dilapangan yang alami tanpa

di buat- buat. Sudarwin (2002) menyatakan bahwa peneliti sebagai instrument

dalam penelitian kualitatif mengandung arti bahwa peneliti melakukan kerja

lapangan secara langsung dan bersama beraktivitas dengan orang yang diteliti

guna untuk mengumpulkan data. Instrumen dalam penelitian ini adalah

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selain itu peneliti juga dibantu

dengan panduan observasi dan panduan wawancara hal tersebut dilakukan

untuk mempertajam serta melengkapi hasil observasi, wawancara dan

dokumentasi.

H. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Sugiyono (2006) menyatakan bahwa analisa data merupakan proses

mencari dan menyusun data secaras istematis yang diperoleh dari hasil

wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data


46

dalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun

kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan

membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang

lain. Analisa data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah di lapangan. Langkah

dalam analisis data menurut Milles Matthew dan Michael Huberman (1992),

yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan data yaitu mengemukakan semua hasil analisa data dalam

penelitian kualitatif yang sudah dilakukan.

2. Reduksi data (Data Reduction) suatu proses pemilihan, pemusatan,

perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar

yang mencul dari catatan lapangan, sehingga data tersebut memberikan

gambaran yang lebih jelas tentang hasil observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

3. Penyajian data (Data Display) yaitu kumpulan informasi tersusun

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dalam uraian

singkat, bagan, tabel, grafik, dan sejenisnya. Dengan begitu data akan

terorganisasikan dan mudah dipahami.

4. Simpulan atau verifikasi (Conclusion Drawing) yaitu peneliti membuat

kesimpulan berdasarkan data yang sudah di proses melalui reduksi dan

display data. Penarikan kesimpulan bersifat sementara dan akan berubah

bila tidak ditemukan bukti yang mendukung untuk tahap selanjutnya. Apa

bila kesimpulan dikemukakan diawal dan didukung dengan bukti-bukti


47

yang valit serta konsisten saat penelitian kembali kelapangan

mengumpulakan data maka kesimpulannya kredibel.

Adapun langkah yang ditempuh oleh peneliti dengan menggunakan

Analisis kualitatif model interaksi adalah sebagai berikut:

1. Mengobservasi pengalaman perawatan bayi baru lahir.

2. Melakukan wawancara dengan ibu bersalin sesuai pedoman wawancara

yang telah dibuat.

3. Melakukan wawancara dengan ibu bersalin terkait pengalaman

perawatan bayi baru lahir berbasis budaya dengan pedoman wawancara

yang telah dibuat.

4. Mengkategorikan catatan-catatan yang diambil dari sumber data lalu

mengklarifikasi kedalam kategori yang sama.

5. Mengkategorikan kategori yang telah disusun dan dihubungkan dengan

kategori lainnya sehingga hasilnya akan diperoleh susunan yang

sistematis dan berhungan satu sama lainnya.

6. Menela ahrelevansi data dengan cara mengkaji susunan pembicara yang

sistematik dan relevansinya serta tujuan penelitian.

7. Melengkapi data dengan cara mengkaji isi data baik berupa hasil

observasi dan hasil wawancara serta hasil dokumentasi dilapangan.

8. Menyusun laporan.
48

I. Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan objek manusia tidak boleh bertentangan

dengan etika agar hak responden dapat terlindungi, penelitian dilakukan

dengan menggunakan etika sebagai berikut (Nursalam, 2008) sebagai berikut:

1. Memberikan Informed Consent

Lembar persetujuan diedarkan kepada responden sebelum penelitian

dilaksanakan terlebih dahulu responden mengetahui maksud dan tujuan

penelitian serta dampak yang akan terjadi selama pengumpulan data.

Jika responden bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar

persetujuan tersebut, bila tidak bersedia maka peneliti harus tetap

menghormati hak- hak responden.

2. Anonymity (tanpa nama)


Dalam menjaga kerahasian identitas responden peneliti dan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data dan
cukup memberi kode
3. Confidentiality ( Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dan kerahsiaan dari
responden dijamin peneliti.
4. Transkripsi atau terjemahan

Terjemahan atau transkripsi digunakan pada saat data yang diinginkan

sudah terkumpul. Penerjemahan yaitu penggantian teks dalam suatu

bahasa dengan teks yang padang kedalam bahasa yang lain. Pada saat

data terkumpul data-data tersebut masih dalam bentuk bahasa bugis

karena mayoritas sumber informasi atau informan merupakan orang

bugis dan menggunakan bahasa indonesia untuk memudahkan mereka


49

dalam memberikan informasi. Sehingga memudahkan dalam penelitian

menggunakan tehnik terjemahan atau transkripsi. Adapun langkah-

langkah dalm menterjemahkannya yaitu:

a. Mengumpulkan data dengan wawancara

b. Mencari arti bahasa bungis dalam bahasa indonesia, melalui buku

kamus, internet, ataupun bertanya kepada orang yang mempunyai

kompetensi dalam menterjemahkannya

c. Menuliskan data kedalam bentuk tulisan bahasa Indonesia


50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Kecamatan Ajangale

Kecamatan Ajangale merupakan salah satu dari 27 kecamatan yang

berada di Kabupaten Bone. Kecamatan Ajangale terletak ± 46 Km2 dari

kota Watampone. Kecamatan Ajangale beribukota di Pompanua dan

terletak pada koordinat 120° 8' 50.01" BT & 4° 13' 32.0016" LS.

Kecamatan ajangale terdiri dari 14 Desa dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 4.1
Nama Desa dan Kelurahan Kecamatan Ajangale

N N
Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan
o o
1 Labissa 6 Pinceng Pute
2 Lebbae 7 Kelurahan Pompanua
3 Manciri 8 Kelurahan Pompanua Riattang
4 Opo 9 Telle
5 Pacciro 10 Welado
Sumber : Profil Kecamatan Ajangale

Adapun Batas administrasi Kecamatan Ajangale sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Wajo

2. Sebelah Timur berabatasan dengan Kecamatan Dua Boccoe

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Amali

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Soppeng & Wajo

50
51

Kecamatan Ajangale memiliki luas 139,00 km2, dengan kepadatan

penduduk 197 Jiwa/ km2. Dengan jumlah 27.316 Jiwa, dengan klasifikasi

penduduk laki-laki sebesar 12.631 Jiwa dan jumlah penduduk

perempuan sebesar 14.685 Jiwa, dengan jumlah Rumah Tangga sebanyak

6.382 KK.
52

Mayoritas penduduk Kecamatan Ajangale berasal dari suku bugis

dan beragama islam. Penduduk Kecamatan Ajangale mayoritas bekerja

sebagai petani dan wiraswasta. Sebagian penduduknya juga ada yang

bekerja sebagai pengrajin baju bodo.

2. Karakteristik Informan

Tabel 4.1
Karakteristik Informan utama

Kategor Kode Pendidika


Umur Usia Bayi
i Responden n
1 Ny. “I” 42 Tahun SD 5 Bulan
2 Ny. “H” 21 Tahun SD 5 Bulan
3 Ny. “S” 29 Tahun SD 4 Bulan
4 Ny. “E” 25 Tahun SD 3 Hari
5 Ny. “S” 32 Tahun SD 4 Bulan
6 Ny. “M” 30 Tahun SMP 3 Bulan

Berdasarkan tabel 4.1 dari karakteristik informan utama, dari

narasumber utama ada 6 ibu yang sudah melahirkan diantaranya yaitu Ny

“I” yang berasal dari desa Welado, Ny “H” dan Ny “S” dari kelurahan

Pompanua, Ny “E” dari desa Welado, Ny “S” dan Ny “M” dari kelurahan

Pompanua Riattang.

Tabel 4.2
Karakteristik Informan Pendukung

Kategor Kode
Umur Pendidikan Pekerjaan
i Responden
1 Ny. “H” 29 tahun DIII Bidan
53

Kebidanan
2 Ny. “R” 31 tahun DIV Bidan
3 Ny. “A” 35 Tahun DIV Bidan
Tokoh
4 Tn “S” 57 tahun SD
masyarakat
Tokoh
5 Tn “A” 45 Tahun SD
Masyarakat
Tokoh
6 Tn “A” 51 Tahun SD
Masyarakat
7 Ny “U” 59 Tahun SD Dukun
8 Ny “D” 55 Tahun SD Dukun
9 Ny “N” 52 Tahun SD Dukun
IRT (Keluarga
10 Ny “E ” 27 Tahun SD
dekat)
IRT (Keluarga
11 Ny “L” 31 Tahun SMP
dekat)
IRT (keluarga
12 Ny “W” 25 Tahun SD
dekat)
13 Ny “S” 30 Tahun SMP keluarga dekat
14 Ny “M” 29 Tahun SD keluarga dekat

Berdasarkan tabel 4.2 dari karakteristik informan pendukung, narasumber

pendukung diantaranya yaitu Ny “H” Bidan desa yang berasal dari desa

Welado, Ny “R” Bidan berasal dari kelurahan Pompanua dan Ny “A”

Bidan yang berasal dari kelurahan Pompanua Riattang, Tn“S” sebagai

tokoh masyarakat dari desa Welado, Tn “A” tokoh masyarakat dari

kelurahan Pompanua dan Tn “A” tokoh masyarakat dikelurahan

Pompanua riattang , Ny “U” dukun dari desa welado, Ny “D” Dukun

dari kelurahan Pompanua, Ny “N” dukun di kelurahan Pompanua

Riattang, Ny “E” keluarga dekat dari welado Ny “L” keluarga dekat dari
54

desa welado, dan Ny “W” keluarga dekat dari kelurahan pompanua, Ny

“S” keluarga dekat dari kelurahan pompanua Riattang, dan Ny “M”

keluarga dekat dari kelurahan Pompanua.

B. Hasil dan Pembahasan

Data yang terkumpul dari informan atas pertanyaan-pertanyaan yang

peneliti ajukan berdasarkan koesioner yang diberikan kepada responden di tulis

selengkap-lengkapnya sesuai dengan hasil rekaman.

1. Tentang perawatan tali pusat pada bayi

Menurut pernyataan Ny “I” umur 42 tahun di Desa Welado pada

tanggal 26 Agustus 2019

“Analoloe narekko purani di cemme biasanna iyaro ula-ula posinna

di taraoi bedda pute naloranggi magatti marakko na tola posinna maggati.

maittani de nakupigauki nasaba purani di pedang di bidan’e dena magello

di taroi bedda di posinna analoloe nasaba nakkitauranggi mannana ula-

ula posinna. artinya: Setelah bayi mandi biasanya tali pusat pada bayi di

berikan atau di taburi bedak putih di atasnya yang dapat mempercepat

keringnya tali pusat pada bayi dan hal ini sudah lama tidak saya lakukan

karena saya dapat informasi dari bidan jika tidak baik menaburi bedak pada

pusat bayi karena dapat menyebabkan infeksi.

Pada Ny “H” umur 21 tahun dikelurahan Pompanua pada tanggal

26 Agustus 2019

“Detona gaga utarowanggi di ula-ula posina analolo,Lettuna

marakko na tolo ula-ula posina analoloe” Artinya Saya sudah tidak


55

menggunakan apapun di tali pusat bayi, sampai tali pusat kering dan puput

sendiri

Wawancara selanjutnya pada Ny “L” umur 31 tahun Keluarga dekat

di desa Welado pada tanggal 26 Agustus 2019

“Dena gaga utarowanggi di ula-ula posinna analoloe biasa mi

upaccingi bawang pake wae pura di nasu” Artinya “ Saya sudah tidak

memberikan apapun ditali pusat bayi yang biasa saya lakukan hanya

membersihkan dengan air yang sudah dimasak.

Pada Ny “M” umur 29 tahun Keluarga dekat di kelurahan

Pompanua Riattang tanggal 26 Agustus 2019

“Dena uwekka pakenganggi bedda iyarega minyya di ula-ula

posina analoloe, biasami upaccingi pake wae” Artinya Saya sudah tidak

menggunakan bedak ataupun minyak di tali pusat bayi saya hanya

membersihkan dengan air

Ny “D” umur 55 tahun Dukun dikelurahan Pompanua tanggal 26

Agustus 2019

“Iyaro ula-ula posina analoloe biasani utarowanggi minyya nennia

bedda puteh na magatti marakko na tola posina analoloe”

“Saya menggunakan bedak putih ataupun minyak kelapa murni agar

tali pusat bayi cepat kering atau puput”

Wawancara selanjutnya pada Tn “A” umur 45 tahun di kelurahan

Pompanua pada tanggal 26 Agustus 2019

“Denagaga na tarowanggi di ula-ula posinna analoloe

napakkeromi bawang lettunna marakko na tola ula-ula posina” Artinya


56

“Sudah tidak memberikan apapun di tali pusat bayi, hanya menunggu

sampai tali pusat kering dan puput”

Menurut Ny “E” umur 27 tahun Keluarga ddekat di desa Welado

tanggal 26 Agustus 2019.

“Bisaka na pedang bidan’e dena na wedding di taroi bedda iyarega

minyya di ula-ula posina analoloe nasaba biasa mannana ula-ula posina

analoloe” Artinya saya sering di beritahu bidang untuk tidak memberikan

bedak atau minyak di tali pusat bayi karena bisa menyebabkan infeksi pada

tali pusat bayi

Menurut Ny “U” umur 59 tahun di desa Welado (Dukun) tanggal

26 Agustus 2019.

“Biasato minyak kaluku sicampuru cekku na panini di taroanggi iyarega

risapuanggi di ula-ula posinna analoloe narekko ammenggi magatti

maddenne tola ula -ula posinna analoloe”. Artinya: biasanya juga

menggunakan minyak kelapa yang di campur dengan jahe dan temulawak

yang di usapkan di bagian tali pusat bayi supaya tali pusat bayi cepat

puput.

Wawancara selanjutnya pada Ny “S” umur 29 tahun di kelurahan

Pompanua pada tanggal 26 Agustus 2019

“Idi ana dimonrie denagaga biasa difigaukanggi di ula-ula posinna

makkeromi bawang lettu tola posinna” Artinya : Kita sudah tidak

menggunakan apapun lagi di tali pusat bayi, kita hanya menunggu sampai

puputnya tali pusat bayi


57

Wawancara selanjutnya pada Ny “M” umur 30 di kelurahan

pompanua riattang pada tanggal 27 Agustus 2019

“Upaccingi mi bawang ula-ula posina analoloe narekko engka

mupa sisa darana di posina upakenganggi bawang wae pura nasue”

Artinya saya hanya membersihkan tali pusat bayi apabila masih ada sisa-

sisa darah di tali pusat bayi dengan menggunakanair yang sudah dimasak.

Wawancara selanjutnya pada Ny “E” umur 25 tahun di desa welado

pada tanggal 26 Agustus 201

“Biasa upaccingi mi bawang ula-ula posinna analoloe narekko di

cemmei degaga utarowanggi laingge lettu tolo posinna analoloe”Artinya :

Saya hanya membersihkan tali pusat bayi pada saat mandi dan tidak

memberikan apapun di tali pusat bayi”

Ny “H” umur 29 tahun Bidan desa didesa Welado pada tanggal 29

Agustus 2019

“ibu-ibu sekarang sudah jarang melakukan perawatan tali pusat

dengan menggunakan bedak, minyak ataupun ramuan yang dibuat untuk

mempercepat tali pusat kering dan puput. Hanya dibersihkan dengan air

yang sudah dimasak”

Menurut Ny “S” umur 32 tahun di kelurahan Pompanua riattang

tanggal 26 agustus 2019

“Mallesika melli bedda pifa ri pasae nainappa disapunganggi

bedda pifae ri ula-ula posinna namaggatti marakko na tola posinna

analoloe, malessi na pakengakka indoku ri wettu baiccuku mupa” Artinya:

Saya sering beli bedak pifa di pasar kemudian saya usapkan dibagian tali
58

pusat bayi agar cepat kering dan tali pusat bayi cepat puput, Ibu saya juga

sering menggunakannya waktu saya kecil.

Tn “S” Umur 57 tahun tokoh masyarakat di desa welado tanggal 29

Agustus 2019

“Biasa tonni bedda bawang na tarowanggi di ula-ula posina

analoloe” Artinya Biasanya hanya menggunakan bedak di tali pusat bayi.

Menurut Ny “W” umur 25 tahun keluarga dekat dikelurahan

Pompanua tanggal 26 agustus 2019

“Tacciceng-ciceng mi bawang biasa upakenganggi minyy telon di

ula-ula posina sibawa babuana analoloe” Artinya sesekali saya

menggunakan minyak telon pada tali pusat dan perut bayi

Pada Ny “S” umur 30 tahun keluarga dekat di kelurahan Pompanua

Riattang pada tanggal 27 Agustus 2019

“biasa mi usapunganggi minyya telon di posinna sibawa babuana

analoloe” Artinya Biasanya saya hanya mengusapkan minyak telon dipusat

dan bagian perut bayi.

Ny. “R” umur 31 tahun di kelurahan Pompanua riattang sebagai

petugas kesehatan (Bidan) tanggal 29 Agustus 2019

Masyarakat sekarang sudah jarang kita temui menggunakan bedak

untuk mengeringkan tali pusat pada bayi meskipun ada hanya 1-2 orang

yang menggunakan bedak untuk perawatan tali pusat bayi, karena ibu yang

mau melahirkan sudah diharuskan ke palayanan kesehatan untuk bersalin,

dari situlah kita memberikan pemahaman kepada ibu mengenai perawatan

tali pusat yang baik dan benar dan tidak dianjurkan untuk memberikan
59

apapun dibagian tali pusat bayi.

Dalam perawatan tali pusat yang dilakukan oleh masayarakat

Ajangale yaitu melakukan perawatan dengan menggunakan bedak atau

minyak kelapa dan minyak telon yang mereka anggap dapat membuat tali

pusat bayi cepat kering dan puput, tetapi sebagian besar masyarakat sudah

tidak menggunakan bedak lagi karena informasi yang di dapat dari petugas

kesehatan yaitu bidan bahwa dengan menggunakan bedak atau menaburi

apapun di atas tali pusat bayi yang dapat menyebabkan infeksi pada tali

pusat. Perawatan yang biasa dilakukan masyarakat yaitu hanya

membersihkan tali pusat dari sisa-sisa darah menggunakan air yang sudah

di masak. Dan ada juga yang tidak menaburi atau memberikan apapun di

atas tali pusat bayi hanya mereka hanya menunggu sampai tali pusat bayi

kering dan puput.

Setelah peneliti menganalisis, Dalam hal ini yang menunjukkan

bahwa sudah jarang masyarakat yang melakukan kebiasaaan kebiasaan

sebelumnya. Masyarakat kini mulai percaya kepada petugas kesehatan

(yaitu bidan) Hal tersebut dibenarkan oleh petugas kesehatan bahwa sudah

jarang masyarakat yang melakukan perawatan tali pusat dengan

menggunakan bedak putih, bedak pifa serta minyak kelapa yang dicampur

dengan jahe dan temulawak yang diaggap dapat mengeringkan tali pusat

dengan cepat dan tali pusat cepat puput. Menurut Kementerian Kesehatan

RI (2012) selama tahun 2007-2011 didapatkan kasus tetanus neonatorum

lebih banyak terjadi pada bayi dengan perawatan tali pusat yang dilakukan

secara tradisional yaitu sebanyak 57%. Pada tahun 2000 Word Health
60

Organisation (WHO) menemukan angka kematian bayi sebesar 560.000,

yang disebabkan oleh infeksi tali pusat, di Afrika angka kematian bayi yang

disebabkan infeksi tali pusat 126.000 (21%), Asia Tenggara diperkirakan

ada 220.000 (26%) kematian bayi, di Afrika maupun di Asia Tenggara

kematian disebabkan karena perawatan tali pusat yang kurang bersih

(Bapenas, 2001 dalam Wihono, 2010)Perawatan tali pusat secara umum

bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat putusnya tali

pusat. Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan

perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan

kering dan bersih. Banyak pendapat tentang cara terbaik untuk merawat tali

pusat. (Permanasari, DK. 2009) .

Perawatan tali pusat untuk bayi baru lahir yaitu dengan tidak membungkus

puntung tali pusat atau perut bayi dan tidak mengoleskan cairan atau bahan

apapun ke puntung tali pusat Upaya untuk mencegah infeksi tali pusat yang

terjadi pada bayi. (JNPK-KR, 2008)

2. Pengurutan yang dilakukan pada bayi

Selanjutnya hasil wawancara Ny “D” umur 55 tahun dukun

dikelurahan Pompanua pada tanggal 26 Agustus 2019

“Analoloe iya weddingge di remma biasanna tellu ngesso purana di

jajianna weddinni diremma narekko ammengi de na matojo alalena na

magello tinrona analoloe Artinya : Bayi yang bisa di urut yaitu bayi yang

sudah berumur 3 hari setelah dilahirkan dan manfaatnya dilakukan

pengurutan agar tubuh bayi tidak kaku dan pertumbuhannya baik dan tidur

bayi lebih nyeyak.


61

Pada Ny “I” umur 42 tahun di desa Welado pada tanggal 26

Agustus 2019

“ Biasami uwobbi sanroe lao di bolaku nainappa naremma

anakku” Biasanya saya memanggil dukun kerumah saya untuk melakukan

pengurutan pada bayi saya”

“ibu-ibu sekarang sudah jarang melakukan perawatan tali pusat

dengan menggunakan bedak, minyak ataupun ramuan yang dibuat untuk

mempercepat tali pusat kering dan puput. Hanya dibersihkan dengan air

yang sudah dimasak”

Ny “A” umur 35 tahun Bidan desa di kelurahan Pompanua Riattang

tanggal 27 Agustus 2019

" Ibu-ibu disini biasanya melakukan pengurutan pada bayinya saat

berusia 3 hari mereka percaya bahwa dilakukan pengurutan pada bayi itu

bagus karena mempercepat bayi jalan”

Pada Ny “H” umur 21 tahun di kelurahan pompanua pada tanggal

26 Agustus 2019

“Bisanna analoloe di remma narekko maelei na deppa dicemmei di

pakenganggi minyya kaluku di alalenna sarekko amenggi malomo di

remma na mapammulai di dua limanna lettu diajena”. Artinya : Biasanya

bayi di urut pada pagi hari sebelum mandi dengan memberikan minyak

kelapa murni ke tubuh bayi agar dapat mempermudah pengurutan pada bayi

yang dimulai dari kedua lengan samapai ujung kaki.

Selanjutnya wawancara dari Ny “L” umur 31 tahun keluarga dekat

di desa Welado tanggal 26 Agustus 2019


62

“Iyaro gellona diremma analoloe nasaba magello tinro na ananae

na malessi susu” Artinya manfaat dari pemijatan bayi yaitu dapat

memperbaiki kualitas tidur bayi dan lebih sering menyusui.

Ny “R” umur 31 tahun bidan desa di pompanua riattang pada

tanggal 29 Agustus 2019

“ bayi yang biasanya di urut yaitu bayi yang sudah berumur 3 hari

atau lebih, ibu-ibu biasanya melakukan pada bayinya pada pagi hari.

Wawancara pada Ny “M” umur 29 tahun keluarga dekat di

kelurahan Pompanua riattang pada tanggal 26 Agustus 2019

“ Abbiasanna anakku diremmai narekko maele iyarega kudeppa na

dicemmei nasaba maggatti matu joppa analoloe” Artinya Biasanya

pengurutan yang dilakukan pada bayi saya yaitu pada pagi hari atau

sebelum bayi dimandikan agar bayi cepat jalan.

Ny “U” umur 59 tahun dukun di desa Welado pada tanggal 26

Agustus 2019.

“analoloe narekko eloi diremma biasani upakengangi minyya

rialalena, magello di remma analoloe narekko maele mopa nasaba magatti

matu joppa analoloe”Artinya Bayi yang ingin diurut biasanya diusapkan

minyak kelapa murni di tubuh bayi waktu yang baik dilakukan pengurutan

yaitu pagi hari agar bayi cepat jalan.

Wawancara pada Ny “E” umur 27 tahun keluarga dekat di desa

Welado pada tanggal 26 Agustus 2019

“biasami uwobbi sanroe loi dibolae na remmakangga annakku

saba rekko ammenggi magello tinrona matu ananae na magattiki jokka ”


63

Biasa saya panggil dukun kerumah untuk mengurut anak saya agar

memperbaiki kualitas tidur bayi dan cepat jalan.

Tn “S” umur 57 tahun tokoh masyarakat didesa welado tanggal 29

Agustus 2019

“Biasani nafigaukanggi analoloe iyanaritu diremma narekko umuru

tellu ngesso purana rijajianna analoloe na magello matu alalena

analoloe”Artinya Biasanya bayi dilakukan pengurutan setelah berumur 3

hari agar pertumbuhan bayi bagus.

Wawancara pada Ny “S” umur 29 tahun di kelurahan pompanua

pada tanggal 26 Agustus 2019

“Narekko maeleni anakku biasa diremma disanroe, biasa

napakenganggi minyya ri alalena nappa mappamulani naremma nasaba

diloranggi malessi manre dan magello tinrona” Artinya Pada saat pagi hari

biasanya anak saya diurut oleh dukun dengan menggunakan minyak

dibagian tubuh sebelum diurut yang diaggap membuat tidur bayi pulas dan

lebih sering menyusui.

Wawancara pada Ny “M” umur 30 tahun keluarga dekat dikelurahan

Pompanua Riattang pada tanggal 27 Agustus 2019.

“Iyaro gellona narekko purai diremma analoloe nainappa

manggello tinrona dan malessi to susu”Artinya Manfaat dari pemijatan

pada bayi yaitu bisa membuat tidur bayi nyeyak dan lebih sering menyusui

Wawancara pada Ny “S” umur 32 tahun di Kelurahan Pompanua

riattang pada tanggal 26 Agustus 2019


64

“Majaranni diruntu makokkoe analoloe diremma, iya detona

ufigaukanggi dianakku” Artinya : Sudah jarang di temukan sekarang bayi

diurut dan saya juga sudah tidak pernah mengurut bayiku.

Wawancara pada Ny “E” umur 25 tahun di desa Welado pada

tanggal 26 Agustus 2019

“Deda uwengka remmai annakku si pungenna jaji” Artinya Saya

sudah tidak pernah melakukan pengurutan pada bayi saya.

Ny “H” umur 29 tahun Bidan desa di desa Welado pada tanggal 29

Agustus 2019

“Sebagian besar ibu-ibu disini masih ada yang melakukan

pengurutan pada bayinya mereka menganggap dengan melakukan

pengurutan pada bayinya maka bayi cepat jalan dan tidur bayi lebih

nyenyak”

Wawancara pada Ny “S” umur 30 tahun keluarga dekat dikelurahan

pompanua riattang pada tanggal 27 Agustus 2019

“Dua anakku makkokkoe, biasami diremma di sanroe na magello

matu tinrona na magatti jappa” Artinya Sudah dua anak saya, yang bisanya

dilakukan pengurutan oleh dukun agar tidur bayi nyenyak dan cepat jalan

Setelah peneliti menganalisis, didapat bahwa sebagian besar

masyarakat desa masih melakukan kebiasaan pengurutan pada bayinya yang

dilakukan oleh dukun atau dilakukan sendiri karena sudah ada pengalaman

atau sering melakukan sebelumnya, biasanya dukun dipanggil kerumah

untuk melakukan pengurutan dan kebiasaan ini sudah secara turun temurun

dilakukan dari nenek moyang terdahulu. Dan didapat bahwa masyarakat


65

desa masih mempercayai dukun beranak untuk melakukan pengurutan pada

bayinya dan dukun beranak merupakan orang yang cukup dikenal di desa,

dianggap sebagai orang tua yang dapat dipercayai dan sangat besar

pengaruhnya pada keluarga yang mereka tolong. Biasanya pengurutan pada

bayi dilakukan pada pagi hari atau sebelum mandi dengan menggunakan

minyak kelapa di tubuh bayi, hal ini dilakukan agar pertumbuhan bayi baik,

tidur bayi lebih nyenyak, nafsu makan bayi baik, dan agar nantinya cepat

jalan.

Dan menurut hasil penelitian oleh Kulkarni et.al (2010) dan Bennet et.all

(2013).Praktek pijat pada bayi sudah menjadi tradisi pada beberapa wilayah

di dunia misalnya di wilayah India, Bangladesh, Nepal, juga di Indonesia.

Penelitian Kulkarni et.al (2010) mengungkapkan bahwa praktik pijat bayi

telah dilakukan dan menjadi tradisi pada masyarakat India, Bangladesh,

Nepal dan Negara-negara disekitarnya. Dari hasil penelitian

tersebut diperoleh kesimpulan manfaat dari pijat bayi antara lain

peningkatan berat badan bayi, memperbaiki perilaku tidur bayi,

memperbaiki pola makan bayi dan beberapa manfaat lainnya. Penelitian

yang dilakukan oleh Bennet et.all (2013) yang berjudul Massage For

Promoting Mental And Physical Health In Typically Developing Infants

Under The Age Of Six Months menunjukkan berbagai manfaat pijat bayi

terhadap perkembangan bayi baik dari segi fisik maupun mental. Penelitian

ini menyimpulkan bahwa pemberian pijat bayi berdampak pada

peningkatan pola tidur bayi, system pernafasan bayi serta meningkatkan


66

pertumbuhan bayi. Pemberian pijat bayi juga menurunkan tingkat stres bayi

yang disebabkan adanya intensitas sentuhan bayi dengan orang tua.

3. Kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan pada bayi

Wawancara selanjutnya Ny “N” umur 52 tahun dukun di kelurahan

pompanua riattang pada tanggal 26 Agustus 2019

“Narekko eloi di cemme analoloe biasanna wae cemmena wae

masemme-semmenge ricampurukengi tawasa sibawa uli lesse yaepura di

rakkoi nappa di cemme analoloe nasaba mapute matu ulina analoloe”

Artinya: jika ingin memandikan bayi biasanya air yang akan digunakan air

hangat yang di campur tawas dengan kulit langsat yang sudah kering yang

dipercaya dapat memutihkan kulit bayi.

Wawancara pada Ny “H” umur 21 tahun di kelurahan Pompanua

tanggal 26 Agustus 2019

“Iya denagaga utarowanggi di wae cemmena analoloe biasami

bawang upakenganggi sabun mandi sibawa sampo ana-ana iyauwellie

dipasae arega diwarungge”Artinya : Saya sudah tidak mencampurkan

apapun didalam air mandi bayi saya hanya menggunakan sabun mandi

dengan sampo anak-anak yang saya beli dipasar atau warung.

Pada Ny “S” umur 29 tahun dikelurahan Pompanua pada tanggal 26

Agustus 2019

“Biasa dicemmei analoloe narekko eloni maele biasa tette

sitenggana lima nasaba magattiki matu jappa ananae”Artinya : Bayi

biasanya di mandikan pagi-pagi sekitar jam setengah lima karena dipercaya


67

dapat mempercepat anak jalan.

Ny “ R” umur 31 tahun bidan desa di kelurahan pompanua tanggal

29 Agustus 2019

“ Saya tidak pernah mencampurkan apapun didalam bak mandi bayi

pada saat dimandikan saya hanya menggunakan sabun atau sampo khusus

untuk bayi”

Pada Ny “S” umur 32 tahun di kelurahan Pompanua Riattang

tangga 26 Agustus 2019

“Bedda tettu iyarega diaseng bedda rica iya biasa nafake taue

makkebbu berre aseo diremme siesso siwenni nappa di campurukettoni

daung mangkok napparitettu manenni nainappa rinonnoi lettu mahalusu

biasa ubeddakangi anakku narekko tanggossoi iyarega eloi matinro nasaba

magello matu tinrona analoloe na magala mo susu” Artinya biasanya saya

menggunakan bedak tumbuk yang terbuat dari beras biasa yang kita makan

setiap hari yang direndam sehari semalam kemudian kita tumbuk dengan

daun mangkuk sampai halus kemudian saya gunakan pada bayi saya ketika

siang hari atau sebelum tidur agar tidur bayi lebih nyenyak dan lebih sering

menyusu.

Pada Ny “U” umur 59 tahun di desa Welado tangga 26 Agustus

2019

“Diawana kasoro tinrona analoloe engaka ditarowanggi fiso biccu

nennia goncing nasaba weddingngi najaga analoloe pole riabalae”.

Artinya : Dibagian bawah tempat tidur bayi di selipkan pisau kecil atau
68

gunting yang dipercaya dapat menjaga bayi dari hal yang buruk yang dapat

menggaggu bayi.

Wawancara selanjutnya Ny “I” umur 42 tahun di desa Welado pada

tanggal 26 Agustus 2019

“ Biasani ucappurukanggi tawasa di wae cemmena analoloe

nasaba magello namapute matu ulina analoloe” Artinya Bisanya saya

mencampurkan tawas di dalam bak mandi bayi agar kulit bayi bisa putih.

Wawancara selanjutnya Ny”L” umur 31 tahun (Keluarga dekat) di

desa Welado pada tanggal 26 Agustus 2019

“Narekko eloi di cemme analoloe biasanna wae cemmena

dicampurukengi tawasa nasaba magello matu ulinna na mapute ulinna

analoloe” Artinya : Ketika bayi mau dimandikan biasanya air mandinya

dicampurkan dengan tawas yang bagus untuk kulit bayi dan memutihkan

kulitnya.

Ny “E” umur 25 tahun di desa welado pada tanggal 26 Agustus

2019.

“ Iya biasa toni utaroawanggi tawasa na ulilesse iyaro pura

dirakkoi nasaba magello matu ulina anloloe” Artinya saya mencapurkan

air mandi bayi saya dengan tawas atau kulit langsat yang kering yang dapat

memutihkan kulit bayi.

Wawancara selanjutnya Ny”W” umur 25 tahun (Keluarga dekat) di

Kelurahan Pompanua pada tanggal 26 Agustus 2019

“Biasa ni bawang upakenganggi bedda rica rekko tanggasoi


69

nasaba magello matu tinrona analoloe” Artinya biasanya saya

menggunakan bedak tumbuk pada saat siang hari agar tidur bayi nyenyak.

Tn “S” umur 57 tahun tokoh masyarakat didesa welado pada tanggal

29 Agustus 2019

“Iyaro gellona dipakenganggi bedda tettu dianaloloe nasaba

magello tinrona” Artinya dengan menggunakan bedak tumbu pada bayi,

bagus karena dapat membuat tidur bayi lebih nyenyak.

Wawancara selanjutnya Ny”M” umur 30 tahun di desa Pompanua

riattang pada tanggal 27 Agustus 2019

“ Wae cemmena analoloe biasa di campurukanggi daung bunga

nasaba diloranggi macommo”Artinya air mandi bayi biasanya saya campur

dengan daun pandan yang dianggap dapat membuat bayi gemuk.

Wawancara Selanjutnya Ny “H” umur 29 tahun bidan desa di desa

welado pada tanggal 29 agustus 2019

“Saya juga sering menggunakan bedak tumbuk pada bayi saat

sebelum tidur siang atau saya pakaikan diwaktu siang hari karena bagus

untuk bayi, tidur bayi lebih nyenyak dan nafsu makan bayi bagus.

Setelah peneliti menganalisis, didapat bahwa sebagian besar

masyarakat yang memandikan bayinya dengan menggunakan bahan dari

alam yang sudah di percaya dapat memutihkan kulit bayi bayi dimandikan

pada pagi hari, ada juga menggunakan bedak tumbu yang di buat dari beras

yang di campur dengan daun mangkok yang dapat digunakan agar tidur

bayi nyenyak dan dapat mengobati demam pada bayi. Ada juga pada saat
70

bayi di mandikan air di campur dengan daun pandan dipercaya dapat

membuat bayi gemuk. Ada juga mengaitkan peniti yang sudah di masukkan

bawang merah dan panini yang dipercaya dapat melindungi bayi dari hal-

hal yang buruk hal ini sudah dilakukan secara-turun temurun, dan dengan

meletakkan benda di bawah kasur bayi juga dapat dipercaya melindungi

bayinya dari mahluk halus yang mengganggunya.

4. Ramuan yang diberikan pada bayi ketika sakit

Wawancara selanjutnya pada Ny “U” umur 59 tahun dukun di desa

welado Tanggal 26 Agustus 2019

“Narekko bolokenggi analoloe riakkeburanni pabura iyanaritu

unyyi sibawa lasuna cella di tettukanggi lettu mahalusu nainappa di

pattemmekangi ri bubungnna analole narekko ammenggi mangatti magello

pappneddinna analoloe ana detona olokeng”. Artinya : Pada saat bayi flu

dibuatkanlah ramuan dari kunyit dengan bawang merah yang ditumbuk

sampai halus kemudian di tempelkan pada ubun-ubun bayi yang dipercaya

dapat menyembuhkan bayi dari flu dengan cepat.

Pada Ny“H” umur 21 tahun dikelurahan Pompanua Tanggal 26

Agustus 2019

“ Idi anadimonrie makuranni disseng pabbura biasae nafake

torioloe narekko malasai anloloe, jaji rekko malasai analoloe bisani

maggatti ditiwi mapparessa di puskesmas iyarega dibidan’e” Artinya : Kita

yang keturunan terakir sudah jarang kita tau cara membuat ramuan yanag

alami untuk menyembuhkan penyakit pada bayi, jadi jika bayi sakit maka
71

segera dibawah ke puskesmas atau bidan.

Pada Ny“M” umur 29 tahun keluarga dekat dikelurahan Pompanua

Tanggal 26 Agustus 2019.

“Narekko malasai anakku biasami uwebburang pabbura narekko

degaga perubahan magattini utiwi mapparessa di puskesmas atau bidan e.

Ketika bayi sakit biasanya saya membuatkan ramuan namun jika

masih belum ada perubahan maka segera saya bawa bayi saya periksa ke

puskesmas atau bidan

Pada Ny“D” umur 55 tahun dukun dikelurahan pompanua Tanggal

26 Agustus 2019

“Narekko purani tolo ula-ula posinna analoloe nappa di paseddini

di onrong plastie, narekko mapeddi babuana analoloe nainappa

diakkeburanni wea ditarotoni ula-ula posinna diwae nainappa

dipinunganggi cedde atau sisinru namagattiro magello pappeneddinna”

Artinya : Ketika tali pusat sudah puput maka di simpanlah dengan baik di

tempat plastik kemudian pada saat bayi sakit perut dibuatkanlah ramuan

dari air yang dimasukkan tali pusatnya ke air dan diminumkan kebayi

sedikit atau sesendok agar dapat cepat sembuh.

Pada Ny “E” umur 27 tahun dikelurahan pompanua riattang pada

tanggal 26 Agustus 2019

“Narekko mapella alalena analoloe biasa ni nibacang al-fatiha

tabbakkatellu nainappa di seppu di bubunna” Artinya ketika bayi demam

biasanya dibacakan surah Al-fatiha 3 kali dan ditiupkan di ubun-ubun bayi.


72

Pada Ny “S” umur 32 tahun dikelurahan pompanua riattang pada

tanggal 26 Agustus 2019

“Analoloe narekko mapella arega bolokenggi biasani utiwi magatti

maparessa ri puskesmas iyarega dibidan’e nappa narekki pabburu

paturung pella bidan e”Artinya : Bayi yang sakit demam biasanya saya

membawanya segera periksa dipuskesmas atau bidan kemudian diperiksa

dan diberi obat penurun panas dari bidan.

Pada Ny “L” umur 31 tahun keluarga dekat didesa Welado pada

tanggal 26 Agustus 2019

Anakku biasa mi bawang utiwi di puskesmas mapparessa, dena

uwengka makkeburanggi pabbura Artinya Biasanya saya membawa bayi

saya kepuskesmas periksa dan sudah tidak pernah membuatkan ramuan-

ramuan untuk menyembuhkan penyakitnya.

Pada Ny “M” umur 30 tahun didesa Welado pada tanggal 26

Agustus 2019

“ Iyaro analoloe narekko mapella alalena biasani riakkeburang

bedda tettu iyarega diaseng bedda rica iya biasa nafake taue berre aseo

diremme siesso siwenni nappa di campurukettoni daung mangkok,

napparitettu manenni nainappa rinonnoi lettu mahalusu, riessoi nasaba

magello monro maitta beddae dena lamu-lamuseng, bedda tumpue di

campuru cedde wae nainappa di sapunganggi di alalena analoloe” Artinya

: bayi yang sedang panas atau demam biasanya dibuatkan bedak tumpuk

yang terbuat dari bahan beras yang biasa dimakan hari-hari yang direndam

selama sehari semalam dan dicampurkan dengan daun mangkuk dan


73

temulawak kemudian kita tumbuk bahan-bahannya dan menghaluskan

bedak dengan menggunakan panapis, keringkan bedak agar bisa bertahan

lama dan tidak berjamur. Bedak tumbuk yang kering ditambahkan dengan

air sedikit dan usap di tubuh bayi.

Wawancara selanjutnya Pada Tn“A" umur 45 tahun (Tokoh

Masyarakat) dikelurahan Pompanua pada tanggal 26 Agustus 2019

“Biasami bawang lasuna cella naunyyi cedde utettukanggi

nainappa utarowanggi di bubunna analoloe narekko mapella alalena

analoloe” Artinya Saya biasa menggunakan bawang merah dan kunyit

sedikit kemudian saya haluskan dan saya tempelkan dibagian ubun-ubun

bayi apabila bayi mengalami demam.

Wawancara selanjutnya Pada Tn“S" umur 57 tahun (Tokoh

Masyarakat) didesa welado pada tanggal 29 Agustus 2019

“Masyaraka makkokkoe maegani natiwi ananna dipuskesmas

nasaba naitani pakka-kkasanna dipuskesmas caggi na maega toni

pajjamana dipuskesmas namagatti naburai ananae iya malasae”

Artinya “Warga sekarang sudah mulai membawa anaknya ke

pelayanan kesehatan (puskesmas) karena mereka sudah percaya dengan

adanya teknologi yang canggih serta sudah banyak petugas kesehatan yang

diaggap dapat menyembuhkan anak mereka dari penyakit yang diderita.

Ramuan yang biasa dibuatkan pada bayi yaitu menggunakan

bawang merah dan kunyit yang ditumbuk halus untuk menyembuhkan bayi

yang flu dan demam yang didapat dari nenek moyang terdahulu Hasil

penelitian menunjukkan masyarakat desa pergi membawa anak berobat ke


74

tenaga kesehatan tetap menjadi prioritas dalam mendapatkan pengobatan

walaupun ada masyarakat yang masih memakai pengobatan secara

tradisional untuk mendaptakan kesembuhan. Hal ini menandakan bahwa

masyarakat masih percaya terhadap tenaga kesehatan dan membutuhkan

pertolongan medis untuk mendapatkan kesembuhan. Sejalan dengan

penelitian Marnah dkk, menyatakan ibu yang memiliki keyakinan tentang

jenis pelayanan yang digunakannya dan kepercayaan tersebut ada

berdasarkan dari pengalaman sembuh (Marnah, Husaini, & Ilmi, 2016).

Pattilouw dkk juga mengungkapkan bahwa seorang yang mengalami sakit

didasarkan pada keyakinan dan kepercayaan terhadap pola pencarian

pengobatan yang mereka anggap tepat dan diharapkan dapat memberikan

kesembuhan (Pattilouw, Syafar, & Ishak, 2016). Menurut hasil penelitian

yang dilakukan oleh Merita & Hesty perilaku ibu yang selalu membawa

anak berobat ke Puskesmas/Rumah Sakit karena keberadaan bidan desa dan

kader posyandu yang aktif dan bertanggung jawab terhadap kesehatan balita

(Merita & Hesti, 2017).

Kandungan minyak atsiri dalam bawang merah juga dapat

melancarkan peredaran darah sehingga peredaran darah menjadi lancar.

Kandungan lain dari bawang merah yang dapat menurunkan suhu tubuh

adalah florogusin, sikloaliin, metialiin, dan kaemferol (Tusilawati, 2010).

Gerusan bawang merah dipermukaan kulit membuat pembuluh darah vena

berubah ukuran yang diatur oleh hipotalamus anterior untuk mengontrol

pengeluaran panas, sehingga terjadi vasodilatasi (pelebaran) pembuluh

darah dan hambatan produksi panas. Darah didistribusi kembali ke


75

pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan pengeluaran panas.

Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan panas melalui kulit

meningkat, pori-pori membesar, dan pengeluaran panas secara evaporasi

(berkeringat) yang diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh mencapai

keadaan normal kembali (Potter dan Perry, 2009).

Selain bawang merah, kunyit juga bermanfaat untuk menurunkan

panas si kecil, kunyit juga memiliki kandungan minyak atsiri, selain itu

kandungan kunyit yaitu turmeron dan curcumin juga terdapat didalamnya,

kandungan yang ada didalam kunyit berfungsi sebagai anti

inflamasi,antioksidan dan penurun panas sikecil.

5. Tradisi yang dilakukan pada bayi

Wawancara berikutnya pada Tn “S” umur 57 tahun Tokoh

masyarakat di desa Welado tanggal 29 Agustus 2019

Tradisi yang dianut oleh masyarakat di sini yaitu tradisi “Maddiwa

Analolo” bayi yang lahir di pangku selama 3 hari 3 malam yang dilakukan

secara bergantian oleh keluarga bayi, tradisi ini sudah jarang dilakukan oleh

masyarakat, hanya keluarga-keluarga tertentu yang menjalankan tradisi ini

yaitu keluarga yang kental dengan tradisi.

Ny “I” umur 42 tahun di desa welado pada tanggal 26 Agustus 2019

“Narekko umuru tellu ngesso ni analoloe bisani nafigau diasengge

Maddoasalama” Ketika bayi sudah berumur 3 hari maka diadakanlah

tradisi Maddoassalama.

Wawancara selanjutnya pada Ny “U” umur 59 tahun dukun di desa


76

welado tanggal 26 Agustus 2019

"Tellu nggesso purana jaji analoloe rifigauni riasenge

Maddoassalama iragega massalama analolo denamariaga narekko dena

rifigaui di analoloe”. Artinya: Setelah bayi berumur 3 hari maka

dilakukanlah tradisi maddoassalama atau selamatan hal ini tidak menjadi

masalah jika tidak dilakukan oleh masyarakat.

Ny “ L” umur 31 tahun keluarga dekat di desa welado pada tanggal

26 Agustus 2019

“ Iya biasa ufigaukanggi di anakku iyanaritu Massalama analolo

iyarega Menre tojang” Artinya tradisi yang biasa saya lakukan pada anak

saya yaitu Selamatan pada bayi dan menre tojang

Wawancara Selanjutnya pada Ny“S” umur 29 tahun dikelurahan

pompanua riattang pada tanggal 26 Agustus 2019

“ Ade biasa upigaukanggi di analoloe iyanaritu menre tojang atau

maddowasalama” Artinya Tradisi yang paling sering saya lakukan pada

bayi yaitu tradisi menre tojang iyarega maddowa salama analolo.

Wawancara Selanjutnya pada Tn“A” umur 51 tahun dikelurahan

pompanua riattang (Tokoh Masyarakat) pada tanggal 29 Agustus 2019

“Umur pitu ngesso analoloe biasa rifigauni Makkulawi analoloe,

diakkeburanni sawa, bokong rigeresattoni manu nappadibacangan.

Direttetoni gemmena analoloe nainappa dibacani salawa nabi. ditau

mabbacaca salama biasanna engka talima tau si selle selle maddete

gemmenna analoloe”. Artinya :Pada saat umur 7 hari pada bayi, tradisi
77

yang dilakukan yaitu Makkulawi atau aqiqa, dibuatkanlah songkolo dan

ayam kemudian di bacakan dan juga melakukan pemotongan rambut bayi

yang biasanya dilakukan oleh lima orang yang membacakan salawat nabi

osambil dibacakan salawat secara bergantian.

Wawancara berikutnya pada Ny“A”umur 35 tahun (Bidan desa) di

kelurahan pompanua riattang pada tanggal 26 Agustus 2019

Tradisi-Tradisi yang biasa dilakukan warga masyarakat Ajangale

seperti Tradisi Maddiwa anoloe, tradisi ini sudah jarang kita temui karena

hanya keluarga tertentu yang melakukan tradisi ini yaitu kelurga arung’e.

Dan tradisi ini sudah secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu.

Adapun tradsi yang di lakukan masyarakat yaitu tradisi selamatan pada bayi

atau biasa disebut dengan Maddoassalama Analolo.

Wawancara berikutnya pada Ny“S”umur 32 tahun (Keluarga dekat)

di kelurah Pompanu Riattang pada tanggal 26 Agustus 2019

“Engkato diaseng ade atau abbiasang Menretojang atau mappere

mappamullanna na ripatonni manue naripere(maccera) nainnappa ripere

analoloe, biasanna analoloe di pere narekko umurnna gennenni seddi

uleng atau lebbi nasaba nakkitaurangg mopi ananna meddu atau malessi

takkini”. Artinya: Adapun adat atau kebiasaan yaitu Menretojang atau

mengayung yang dilakukan pertama dengan memasukkan ayam kedalam

ayunan atau biasa di sebut dengan maccera, lalu bayi diayun, biasanya bayi

diayun ketika bayi sudah berumur 1 bulan atau lebih karena bayi masih

ditakutkan jatuh dan sering terkejut.

Ny “H” umur 29 tahun bidan desa di desa welado pada tanggal 29


78

Agustus 2019

“ Tradisi yang sering dilakukan masyarakat disini adalah Aqiqah

atau biasa masyarakat menyebutnya disini Makkulawi yang bisanya

dilakukan setelah bayi berumur 7 hari.

Ny “H” umur 21 tahun di Kelurahan Pompanua pada tanggal 26

Agustus 2019.

“ iya biasa nafigau tomatoakku iyanaritu Maddiwa analolo, rifigau

tellu ngesso tellu penni siselle-selli mi maddiwa”

Biasanya orang tua saya melakukan tradisi maddiwa pada bayi yang

dilakukan tiga hari tiga malam yang dilakukan secara bergantian.

Setelah peneliti menganalisis, didapat bahwa masyarakat desa

masih melakukan tradisi tersebut karena sudah turun tenurun dari nenek

moyang mereka yang kemudian diturunkan kepada keluarganya. Seperti

Tradisi Maddiwa Analolo yang dilakukan pada bayi baru hair selama 3 hari

3 malam yang dilakukan secara bergantian oleh keluarga bayi, Menre

Tojang, Makkulawi atau bisa di sebut dengan aqiqah yang dilakukan 7 hari

setelah dilahirkan hal ini lakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada sang

pencipta dan ada juga yang biasa dilakukan yaitu Maddoassalama Analolo

yang dilakukan setelah 3 hari lahirnya bayi.

6. Mitos-mitos yang berkaitan dengan bayi baru lahir

Wawancara Pada Ny “I” umur 42 tahun di desa Welado Tanggal 26

Agustus 2019

“Narekko elo messu mabela analoloe biasa di pakkenanganggi


79

lasuna cella sibawa panini nappa di toddokenggi ri bajunna analoloe saba

rekko ammenggi denariganggu nennia abala poleiwi Artinya : ketika bayi

ingin dibawa jauh keluar bisanya di pakaikan bawang merah dengan fanini

yang dimasukkan kedalam peneti kemudian dikaitkan kebaju bayi yang

dianggap bisa menjaga atau melindungi bayi dari hal-hal yang buruk

Pada Ny “H” umur 21 Tahun di kelurahan Pompanua tanggal 26

Agustus 2019

“ Denna wedding dipessu analoloe narekko deppa nagenne 40

essona pura dijajiang, nasaba magatti nakenna lasa iyarega riganggu ritau

tenritae” Artinya : tidak diperbolehkan bayi keluar sebelum 40 hari setelah

dilahirkan karena cepat terkena penyakit ataukah diganggu mahluk halus.

Pada Tn “A” umur 45 tahun di kelurahan Pompanua tanggal 26

Agustus 2019

“Iyaro perena analoloe denanna weddinggi di accule-culei deto

naweddingi dipenre aje nappadiapperesenggi nasaba mabettai matu

analoloe narekko malopponi“. Artinya: Ayunan bayi tidak boleh di jadikan

mainan atau kaki kita diletakkan di ayunan kemudian diayung-ayung karena

bayi akan nakal ketika dewasa nanti.

Wawancara selanjutnya pada Ny “W” umur 25 tahun keluarga dekat

dikelurahan Pompanua pada tanggal 26 agustus 2019

“Iya biasami uwangkkalinga ritaue narekko poleki mabela denna

weddi diatterusi analoloe nasaba magatti nakennalasa” Artinya Yang saya

dengar dari orang apabila kita dari bepergian jauh tidak boleh langsung
80

mendekati bayi karena dapat menyebabkan bayi sakit.

Wawancara selanjutnya pada Ny “S” umur 29 tahun di kelurahan

Pompanua pada tanggal 26 agustus 2019

“Iyaro analolo denna wedding dipessu saliweng bola narekko

deppa risalamaki nasaba engka matu polei abala nennia diganggu ritau

tenriatae” Artinya : Bayi tidak diperbolehkan keluar dari rumah sebelum

diaqiqah karena diaagap bisa mendatangkan bahaya pada bayi atau

diganggu dengan mahluk halus.

Wawancara selanjutnya pada Ny “M” umur 30 tahun dikelurahan

pompanua riattang pada tanggal 27 agustus 2019

“Iya uwissengge narekko anloloe maelo ripessu bolae biasa ni

bawang di pakkennanga lasuna cella di bajunna nasaba negaga matu polei

abala di analoloe” Artinya Yang saya tau bayi yang ingin dibawa keluar

bisanya di gunakan bawang merah di kaitkan dibaju bayi yang diaggap

dapat menjaga bayi dan tidak terjadi musibah pada bayi tersebut.

Wawancara selanjutnya pada Tn “S” umur 57 tahun Tokoh

masyarakat didesa welado pada tanggal 29 agustus 2019

“Analoloe denna wenning datterusi iyaregi diakkatenning narekko

poleki mabela” Artinya :Bayi tidak boleh di datangi langsung atau dipegang

langsung ketika kita dari bepergian jauh karena dapat menyebabkan bayi

sakit.

Wawancara selanjutnya pada Ny “E” umur 27 tahun keluarga dekat

di desa welado pada tanggal 26 agustus 2019

“ Iya biasa di pedattomma di nenekku denna wedding ripessu


81

analoloe narekko deppa na pura salamaki nasaba magatti matu nakenna

lasa di analoloe” Artinya yang saya tau dari nenek saya yaitu bayi tidak

boleh dikeluarkan apabila belum dilakukan selamatan pada bayi karena

dapat menyebabkan bayi cepat sakit

Wawancara selanjutnya pada Ny “S” umur 30 tahun keluarga dekat

dikelurahan Pompanua pada tanggal 27 agustus 2019

“analoleo dena wedding si diakkatenni tuttu sadanna nasaba

malessi matu millau narekko maloppoi Artinya Bayi tidak boleh sering

dipegang dagunya karena akan membuat bayi sering meminta ketika besar

nanti

Wawancara selanjutnya pada Ny “D” umur 55 tahun dukun di

kelurahan pompanua pada tanggal 27 agustus 2019

“analoloe bisa uwakkeburrang bekke-bekkeng lotong biasa

upakenganggi bennang lotong lima lappi nainappa ugulu-gulung na

upakekanggi di babuana saba rekko amenggi denna riganggu di tau tenri

tae”

Artinya saya membuatkan pengingat di bagian perut bayi yang

terbuat dari benang hitam yang dapat menjaga bayi agar tidak diganggu roh

halus.

Wawancara selanjutnya pada Ny “U” umur 59 tahun dukun di desa

welado pada tanggal 26 agustus 2019

“Analolo narekko elo dipessu mabela biasa toni niberrunganggi

dibubunna bakka tellu sabarekko ammenggi denna kacoe-coengengngi”


82

Artinya bayi yang ingin dibawah jauh biasanya ubun-ubunya ditiup tiga kali

yang dapat menjaga bayi dan tidak diikuti oleh mahluk halus.

Setelah peneliti menganalisis, mereka mempercayai bahwa dengan

menggunakan bawang merah yang dikaitkan dibaju yang dipercaya dapat

melindungi bayi dari musibah, ada juga yang diaggap mendatangkan

musibah apabila kita dari bepergian jauh kemudian langsung mendatangi

bayi, bayi baru lahir tidak diperbolehkan keluar rumah apabila belum

dilakukan aqiqh atau biasa disebut dengan massalama analolo ,didapat

bahwa masyarakat desa masih ada yang mempercayai mitos-mitos tersebut

meskipun mereka belum mengetahui kebenaran dari hal tersebut hal ini

sudah turun temurun dari nenek moyang mereka yang kemudian

diturunkan kepada keluarganya,

Indriyani (2014) mengatakan bahwa Hubungan antara budaya ,

ritual dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh

suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan denngan cara

pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau tradisi

dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit

dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah

penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan

kesehatan, tetapi juga membantu masyarakat mengerti tentang proses

terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau

budaya yang di anut hubungannya dengan kesehatan.

Dari beberapa hasil wawancara pada responden, baik responden

utama ataupun responden pendukung yang ada di wilayah Kecamatan


83

Ajangale khususnya di desa Welado, Kelurahan Pompanua dan Kelurahan

Pompanua Riattang maka didapat hasil dari responden sebagi berikut :

1. Perawatan tali pusat yang dilakukan masyarakat ajanggale, yaitu

a. Sebagian besar masyarakatnya sudah melakukan perawatan tali

pusat dengan baik. Berdasarkan dari beberapa pemaparan responden

yang sudah tidak menggunakan bedak ataupun minyak kelapa di tali

pusat bayi karena dapat menyebabkan infeksi pada tali pusat bayi

b. Juga hanya menggunakan air yang sudah dimasak untuk

membersihkan sisa-sisa darah di talipusat bayi.

2. Pengurutan yang dilakukan pada bayi

a. Masyarakat Ajangale biasa menyebut pengurutan dengan bahasa

mereka yaitu di remma bayi yang sudah berumur 3 hari atau lebih

sudah bisa dilakukan pengurutan,

b. pengurutan masih sering dilakukan oleh dukun karena mereka

dipercaya, dan termasuk orang yang dituakan.

c. Pengurutan yang dilakukan dukun biasanya mengunakan minyak

kelapa murni yang di usapkan ke tubuh bayi kemudian dilakukan

pengurutan yang dilakukan diwaktu pagi atau sebelum bayi di

mandikan.

d. Masyarakat Ajangale mempercayai bahwa dengan melakukan

pengurutan pada bayi maka bayi mereka akan lebih cepat jalan dan

tidur bayi lebih nyenyak

3. Kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan pada bayi.


84

a. Memandikan bayi dengan mencampurkan daun pandang agar bayi

cepat gemuk.

b. Air mandi bayi dicampur dengan tawas dan daun lansat yang kering

yang diaggap dapat memutihkan bayinya.

c. Kemudian membuatkan bedak tumbu yang terbuat dari beras yang

dicampurkan dengan daun mangkok sampai halus dan sering di

gunakan pada bayinya sebelum tidur yang dapat membuat tidur bayi

nyenyak.

4. Ramuan yang diberikan pada bayi ketika sakit.

a. Pada saat bayi flu biasanya mereka membuat ramuan dari kunyit

dan bawang merah yang ditumbuk halus kemudian ditempelkan di

ubun-ubun bayi yang dipercaya dapat menyembuhkan bayi lebih

cepat.

b. Kemudian pada saat bayi demam maka dibuatkan juga ramuan dari

beras dicampurkan dengan daun mangkok yang ditumbuk sampai

halus kemudian dikeringkan, biasanya ramuan ini digunakan pada

bayi yang demam.

c. Kemudian menggunakan ramuan dari bawang merah yang ditumbuk

halus dan ditempelkan di ubun-ubun bayi.

5. Tradisi-Tradisi yang dilakukan masyarakat Ajangale.

a. Tradisi Maddoassalama analolo yang dilakukan setelah bayi

berumur 3 hari,

b. Tradisi Menre tojang atau mengayung yang dilakukan pada bayi


85

yang sudah berumur 1 bulan atau lebih.

c. Madiwwa Analolo atau memangku bayi tradisi ini dilakukan selama

3 hari 3 malam bayi di pangku secara bergantian oleh keluarga bayi

tradisi ini sudah jarang dilakukan oleh masayarakat.

d. Makkulawi analolo atau biasa di sebut dengan Aqiqah, tradasi ini

dilakukan setelah bayi berumur 7 hari serta melakukan pemotongan

rambut dan dibacakan salawat nabi.

6. Mitos-mitos yang berkaitan dengan bayi baru lahir,

a. Masyarakat ajangale ketika ingin membawa bayi keluar maka di

kaitkanlah bawang merah dengan temulawak yang dipercaya dapat

melindungi bayi dari hal-hal buruk.

b. Bayi tidak boleh dikeluarkan sebelum di Aqiqah dan sebelum

berumur 40 hari karena dianggap dapat membuat bayi sakit atau di

ganggu mahluk halus,

c. Menggunakan benang hitam di jadikan ikat pinggang yang mampu

menjaga bayi dan mengusir roh mahluk halus.

Setelah peneliti menganalisis didapat bahwa dalam perawatan tali pusat

dikecamatan Ajangale masih terdapat menggunakan bedak untuk

mempercepat tali pusat bayi kering, dan mayoritas masyarakat ajangale

masih melakukan pengurutan pada bayi yang di lakukan oleh dukun mereka

menganggap apabila di lakukan pengurutan maka bayi cepat jalan, Ramuan-

ramuan yang sering digunakan apabila bayi sakit yaitu bawang merah,

kunyit dan bedak tumbu. Tradisi-Tradisi yang dilakukan masayarakat

Ajangale masih tetap di pertahankan seperti Makkulawi atau aqiqah sebagai


86

bentuk rasa syukur atas kelahiran bayinya.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
87

1. Masih terdapat masayarakat Ajangale yang melakukan perawatan tali pusat

dengan menggunakan bedak putih dan minyak yang diaggap dapat

mempercepat keringnya tali pusat dan cepat puput.

2. Sebagian besar masyarakat Ajangale melakukan kebiasaan pengurutan pada

bayinya yang dilakukan oleh dukun, mereka mempercayai dukun beranak

untuk melakukan pengurutan pada bayinya dan dukun beranak merupakan

orang yang cukup dikenal di desa, dianggap sebagai orang tua yang dapat

dipercayai dan sangat besar pengaruhnya pada keluarga yang mereka tolong

3. Sebagian besar masayarakat Ajangale memandikan bayinya dengan

mencapurkan bahan dari alam yang sudah di percaya dapat memutihkan

kulit bayi,

4. Masyarakat Ajangale meyakini dengan mengaitkan peniti yang sudah di

masukkan bawang merah dan panini yang dipercaya dapat melindungi bayi

dari hal-hal yang buruk hal ini sudah dilakukan secara-turun temurun, dan

meletakkan benda di bawah kasur bayi juga dapat dipercaya melindungi

bayinya dari mahluk halus yang mengganggunya

5. Sebagian besar masayarakat Ajangale melakukan kebiasaan pada saat bayi

flu dibuatkanlah ramuan dari kunyit dengan bawang merah yang ditumbuk

sampai halus kemudian di tempelkan pada ubun-ubun bayi yang dipercaya

dapat menyembuhkan bayi dari flu dengan cepat dan menggunakan bawang

merah untuk menyebuhkan bayi 87


pada saat demam

6. Masyarakat Ajangale melakukan tradisi memangku bayi selam 3 hari 3

malam yang dilakukan secara bergantian oleh keluarga bayi atau biasa di
88

sebut dengan “Maddiwa Analolo” dan setelah 3 hari kelahiran diadakanlah

selamatan pada bayi yang disebut dengan “ Maddoassalama”

7. Mayoritas masyarakat Ajagale melakukan acara “Makkulawi” atau aqiqah

hal ini sudah dilakukan secara turun temurun dan sudah menjadi kegiatan

rutin pada saat bayi lahir. Sebagian besar masyarakat masih mempercayai

mitos-mitos yang ada didaerah Kecamatan Ajangale.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka dapat disarankan sebagai

berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya

Perlu dilakukan peneliti lebih lanjut dengan melakukan penelitian lebih

lanjut tentang tradisi masyarakat dalam perawtan bayi baru lahir.

2. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan bisa menjadi bahan acuan dalam pembelajaran khususnya

terhadap tradisi masyarakta dalam perawtan bayi baru lahir sebagai acuan

bagi para dosen, dan mahasiswa sebagai literatur dan pengabdian

masyarakat untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya tradisi

masyarakta dalam perawtan bayi baru lahir

3. Bagi petugas kesehatan

Diharapkan bidan dapat memberikan informasi dan pemahaman kepada

msayarakat tentang pentingnya perawatan bayi baru lahir yang baik kepada

masyarakat sehingga pola pikir dan pemahaman masyarakat bisa lebih luas
89

dan lebih baik lagi kedepannya.

penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan

kesehatan, tetapi juga membantu masyarakat mengerti tentang proses

terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau

budaya yang di anut hubungannya dengan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggrita Sari, 2012. Gambaran pengetahuan tenaga paramedic tentang perawatan


bayi baru Lahir di Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmasin. (Jurnal
Kebidanan. Vol. 1)
90

Andi Saefullah, 2017. Kapita Selekta Komunikasi; Pendekatan Budaya, Jakarta:


Andi Offset

Ari Setiawan. Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan D-III, D-IV,S-1,S-.


2. Jakarta: Muha Medika

Arikunto, 2006. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Assyari Abdullah, 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS

Bobak dkk, 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC

Bounded et.al, 2010. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT.


Anderson

Data UPTD Puskesmas Ajangale. 2019, Kejadian Bayi baru Lahir di UPTD
Puskesmas Ajangale

Datta, 2012. Pediatric Nursing. New Delhi: Jaypee,

Data BPS. Pembagian Wilayah Kabupaten Bone, 2019

Depkes,2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI

Dr. K. Kupper, 2012. Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi


pedoman dan pengarah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Harapandi Dahri, 2009. Kajian Tradisi Tabot Bengkulu, Jakarta: Penamadani.

Hidayat, 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika

https://www.academia.edu/36485712/adat_dan_budaya_kelahiran_Bayi

Indriyani. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis, Jakarta : USAID

Irdawati, 2011. Keperawatan Kesehatan Komunitas: teori dan praktik dalam


keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta.


Jhpiego.
91

Johanes Mardimin, 2014. Keporibadian Budaya Bangsa (Local Genius),


Jakarta: Pustaka.
Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Maryanti. D, 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi dan Balita. TIM: Jakarta

Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press

Moleong, Lexy J. 2010, Metodologi penelitian kualitatif, Bandung: Remaja


Rosdakarya

Moris dan Patel dalam Sayono, 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta
M. Sholeh Kosim, 2007. Asuhan Neonatus Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah,
Yokyakarta Pustaka belajar

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurasiah, dkk., 2012. Asuhan Persalinan Normal bagi Bidan. PT Refika Adirama:
Bandung

Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan: pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian
keperawatan edisi 2. Jakarta: Salemba Medika,

Palloge, Andi. 1990. Sejarah Kerajaan Bone; Masa Raja Pertama dan Raja-Raja
Kemudiannya Sebelum Masuknya Islam Sampai Terakhir. Gowa; Yayasan
Al Muallim.

Permanasari,DK. 2009. Perawatan Tali Pusat Untuk Bayi Baru Lahir, Edisi 14.


Jakarta: EGC

Perry & potter, 2009. Fundamental Keperawatan, Jakarta: Gramedia Pustaka

Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bone, 2019. Data Kejadian Bayi Baru Lahir

Rita Magdalena, 2012. Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Perawatan


bayi baru lahir di RSKIA Kota Bandung. (Jurnal Kebidanan. Vol. 1)

Riwidikdo, 2009. Statistik Belajar Muda Teknik Analisis. Bina Pustaka: Jakarta

Rizqi fauziah, 2016. Pengaruh Pendidikan Perawatan Bayi Baru Lahir dengan
Metode Syndicate Group terhadap pengetahuan Kader di Desa
Sumberdanti Wilayah Kerja Puskesmas Sukowono (Jurnal Kebidanan.
Vol. 2)
92

Rukiyah, dkk, 2013. Asuhan kebidanan IV (Potologi Kebidanan).Trans Info Media:


Jakarta

Sarwono, 2010. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka: Jakarta

SDKI, 2017. Data Kejadian Bayi Baru Lahir.

Setiawan, 2010. Metode Penelitian Kesehatan.Jakarta: EGC,

Sodikin, 2009. Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta: EGC,

Soedjatmiko, 2010. Cara Praktis Membentuk Anak Sehat, Tumbuh Kembang


Optimal, Kreatif, dan Cerdas Multipel. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara

Soekanto, 2012. Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka


Rihama,

Soerjono Soekanto, 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudarti, 2010. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Nuha Medika:Yogyakarta

Sugiyono, 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta,

Tylor. E. B. 2010. Primitive Culture: Researches into The Development of


Mythology, Philosophy, Religion, Art, and Custom.Vol I. London:
Bradbury, Evans, and Co., Printers, Whitefriars

Wasis, 2008. Mengenal ASI Eksklusif Seri 1. Jakarta: Trubus Agriwidya,

Widagdho.2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja. Grafindo Persada.

Yongky, 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Neonatus, Bayi dan


Balita. Nuha Medika: Yogyakarta

WHO 2016, Kejadian Kompliakasi pada Bayi baru Lahir, (http://WHO.com,


diakses tanggal 07 Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai