Anda di halaman 1dari 106

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut Saiffudin, bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama

satu jam kelahiran. Menurut Donna L Wong, Bayi baru lahir adalah bayi baru lahir

sampai usia 4 minggu. Menurut Dep.Kes.RI, bayi baru lahir normal adalah bayi

yang lahir dengan umur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 grqm sampai 4000 gram

( Raharjo dan Marni, 2012 : 4)

Menurut ahli kesehatan, bayi pada usia 0 – 6 bulan sudah terpenuhi

gizinya dengan ASI, tetapi banyak Ibu mengahdapi masalah untuk memberikan

ASI Eksklusif masalah yang timbul di sebabkan ibu bekerja.

Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan mortalitas  bayi,

menurunkan morbiditas bayi, mengoptimalkan pertumbuhan bayi, membantu

perkembangan kecerdasan anak, dan membantu memperpanjang jarak

kehamilan bagi ibu. Selain untuk menekan kematian ibu dan anak, ASI eksklusif

juga  biaya kesehatan yang ditimbulkan akibat risiko morbiditas pada anak.

Pemberian ASI Eksklusif yang kurang sesuai di Indonesia menyebabkan

bayi menderita gizi kurang dan gizi buruk. Padahal kekurangan gizi pada bayi

akan berdampak pada gangguan psikomotor, kognitif dan social serta secara

klinis terjadi gangguan pertumbuhan. Dampak lainnya adalah derajat kesehatan

dan gizi anak Indonesia masih memprihatikan.


2

Angka kejadian kegagalan ASI eksklusif yang terjadi di Indonesia

sebesar 45,7%, Provinsi yang paling tinggi angka kegagalannya adalah Provinsi

Maluku yaitu sebesar 74,8%

Sedangkan untuk daerah Jayapura, berdasarkan catatan medical

record di Puskesmas Kotaraja periode bulan Januari 2014 sampai dengan bulan

Desember 2014, kasus ASI Eksklusifyang terjadi berjumlah 169, sedangkan

yang mengalami Kegagalan ASI berjumlah 784bayi. Berdasarkan data tersebut

penulis tertarik untuk melakukan asuhan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi dengan Kegagalan

Pemberian ASI Ekskusif”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis membuat rumusan masalah

yaitu :

1. Bagaimana melakukan pengkajian data pada bayi dengan kegagalan ASI

eksklusif di Puskesmas Kotaraja?

2. Bagaimana menginterprestasikan data dasar dan merumuskan diagnose

aktual pada bayi dengan kegagalan ASI eksklusif di Puskemas Kotaraja?

3. Bagaimana menentukan diagnose potensial pada bayi dengan kegagalan

ASI eksklusif di Puskemas Kotaraja?

4. Bagaimana menentukan kebutuhan yang memerlukan tindakan segera pada

bayi dengan kegagalan ASI eksklusif di Puskemas Kotaraja ?


3

5. Bagaimana membuat rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh pada

bayi dengan kegagalan ASI eksklusif di Puskemas Kotaraja ?

6. Bagaimana melakukan tindakan asuhan kebidanan yang sudah dilakukan

pada bayi dengan kegagalan ASI eksklusif di Puskemas Kotaraja ?

7. Bagaimana mengevalusi hasil tindakan pada bayi dengan kegagalan ASI

eksklusif di Puskemas Kotaraja ?

C. TUJUAN

1. Tujuan umum

Mampu melaksanakan manajemen kebidanan pada bayi dengan kegagalan

ASI eksklusif di Puskesmas Kotaraja dengan menggunakan pendekatan

manajemen asuhan kebidanan menurut Helen Varney

2. Tujuan Khusus

a. Penulis

1) Melakukan pengkajian data pada bayi dengan usiakegagalan ASI

eksklusif.

2) Menginterprestasikan data dasar dan merumuskan diagnose actual

pada bayi dengan usia 0-6 bulan dengan kegagalan ASI eksklusif.

3) Menentukan diagnose potensial pada bayi dengan usian 0-6 bulan

dengan kegagalan ASI eksklusif.

4) Menentukan kebutuhan yang memerlukan tindakan segera pada bayi

dengan usia 0-6 bulan.


4

5) Membuat rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh pada bayi

dengan usia 0-6 bulan dengan kegagalan ASI eksklusif.

6) Melakukan tindakan asuhan kebidanan pada bayi usia 0-6 bulan

dengan kegagalan ASI eksklusif.

7) Melakukan evaluasi hasil tindakan pada bayi usia 0-6 bulan dengan

kegagalan ASI eksklusif.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi Puskesmas Kotaraja

Menjemen asuhan kebidanan pada bayi dengan kegagalan ASI eksklusif di

Puskesmas Kotaraja yang telah di berikan dapat dijadikan sebagai pedoman

dalam pentalaksanaan kasus selanjutnya.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan referensi menambah pustaka dan sebagai bahan kajian

dalam melakukan manajemen asuhan kebidanan pada bayi dengan

kegagalan ASI eksklusif di Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura

3. Bagi Penulis

Dapat mengaplikasikan ilmu yang di dapat selama pendidikan dalam

menangani pada dengan kegagalan ASI eksklusif di Puskesmas Kotaraja


5

E. Metode Memperoleh Data

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif

dengan rancangan studi kasus melalui pendekatan proses kebidanan pada klien

dengankegagalan pemberian Asi Eksklusif. Metode pengumpulan data

menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

secara langsung dari sumber datanya.Untuk mendapatkan data primer,

peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat

digunakan untuk mengumpulkan data primer antara lain:

a. Wawancara

Dalam metode ini penulis melakukan Tanya jawab secara langsung

kepada klien atau keluarga, sehingga penulis dapat memperoleh data

yang aktual demi kelengkapan dan terselesainya karya tulis ilmiah ini.

b. Anamnesa

Anamnesa adalah pengkajian data dalam rangka mendapatkan data

tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Anamnesa

dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut:

1) Autoanamnesis adalah anamnesis yang dilakukan kepada pasien

langsung.
6

2) Alloanamnesis adalah anamnesis yang dilakukan kepada keluarga

pasien untuk memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada

keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk

memberikan data yang akurat.

c. Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan fisik terhadap klien secara head to toe atau dari

kepala sampai kaki meliputi :

1) Inspeksi

Inspeksi adalah suatu proses observasi yang di laksanakan secara

sistematik dengan menggunakan indera penglihatan sebagai suatu

alat untuk mengumpulkan data.

2) Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik pemeriksaan yang menggunakan

sentuhan atau rabaan.

3) Perkusi

Perkusi adalah suatu teknik pemeriksaan dengan cara mengetuk.

Tujuannya adalah untuk menentukan batas-batas organ atau bagian

tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang di timbulkan akibat

adanya gerakan yang di berikan ke bawah jaringan.

4) Auskultasi

Auskultasi merupakan metode pemeriksaan yang menggunakan

indera pendengaran, dengan menggunakan alat bantu stetoskop

untuk memperjelas pendengaran.


7

d. Observasi

Melakukan pengamatan langsung pada klien dengan cara melakukan

pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan keadaan klien.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR KOMUNITAS KEBIDANAN

1. Definisi

Asuhan kebidanan komunitas adalah kelanjutan pelayanan kebidanan yang

diberikan di rumah sakit dan setelah kembali ke rumah, pelayanan tersebut

dapat berupa pelayanan kesehatan Ibu dan anak di Puskesmas, kunjungan

rumah, dan melayani kesehatan Ibu dan anak di lingkungan keluarga,

masyarakat, atau di tempat praktik bidan (Sujiati, 2012 : 10)

B. KONSEP DASAR BAYI NORMAL

1. Definisi
8

Menurut Saiffudin, bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam

kelahiran. Menurut Donna L Wong, Bayi baru lahir adalah bayi baru lahir sampai

usia 4 minggu. Menurut Dep.Kes.RI, bayi baru lahir normal adalah bayi yang

lahir dengan umur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu

sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 grqm sampai 4000 gram ( Raharjo dan

Marni, 2012 : 4)

2. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Bayi

a. Faktor Herediter/ Genetika

Faktor Herediter dapat merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai

dasar dalam mencapai tumbuh dan kembang anak di samping faktor-

faktor yang lain. Faktor Herediter meliputi bawaan, jenis kelamin, ras dan

suku bangsa.

2) Faktor Lingkungan

Dalam hal ini faktor lingkungan berperan penting dalam menentukan

tercapai atau tidaknya potensi yang sudah dimiliki.Faktor lingkungan

ini meliputi lingkungan prenatal dan lingkungan 1postnatal.

a) Lingkungan prenatal

Lingkungan prenatal merupakan lingkungan di dalam

kandungan mulai dari konsepsi sampai lahir


9

b) Lingkungan mekanis

Lingkungan mekanis adalah segla hal yang mempengaruhi janin

atau posisi dalam uterus.

c) Zat kimia atau toksin

Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obatan, alcohol, atau

kebiasaan merokok yang dilakukan selama kehamilan.

d) Hormonal

Hormon-hormon yang dimaksud adalah hormon yang berperan

selama kehamilan mencakup hormon somatotropin, plasenta,

tiroid, dan insulin.Peran somatotropin (growth hormon) yang di

sekresi oleh kelenjar hipofisis janin sekitar minggu ke – 9 dan

produksinya meningkat sekiatr minggu ke- 20.Hormon plasenta

(human plasenta lactogen) berperan dalam nutrisi plasenta.

e) Lingkungan Postnatal

(1) Budaya lingkungan

Budaya lingkungan dalam hal ini adalah budaya di

masyarakat yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang

anak.Budaya lingkungan dapat menentukan bagaimana

seseorang atau masyarakat mempersiapkan pola hidup

sehat.

(2) Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi tumbuh

kembang anak.Anak dengan keluarga yang memiliki status


10

sosial ekonomi yang tinggi umumnya tercukupi pemenuhan

gizinya dibandingkan dengan anak dengan status sosial

ekonomi rendah.

(3) Nutrisi

Nutrisi menjadi kebutuhan untuk tumbuh kembang selama

masa pertumbuhan.zat gizi tersebut meliputi protein,

karbohidrat, lemak, mineral, vitamnin dan air. Sudah dapat

dipahami jika asupan gizi kurang selama masa

pertumbuhan, maka akan dapat menghambat pertumbuhan

dan perkembangannya.

(4) Iklim dan cuaca

Iklim dan cuaca berperan secara tidak langsung dalam

pemenuhan zat gizi. Sebagai contoh pada saat musim

tertentu kebutuhan zat gizi akan mudah diperoleh, namun

pada saat muism bisa jadi terjadi sebaliknya.

(5) Olahraga atau latihan fisik

Olahraga atau latihan fisik dapat memacu pada

perkembangan anak karena dapat meningkatkan sirkulasi

darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh dapat

teratur serta dapat meningkatkan stimulasi pertumbuhan

tulang,otot, dan pertumbuhan sel lainnya.

(6) Status kesehatan


11

Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada

pertumbuhanan dan perkembangan.Hal ini dapat terlihat

apabila anak berada dalam kondisi sehat sejahtera, maka

percepatan untuk tumbuh kembang menjadi lebih mudah

dan sebaliknya.Sebagai contoh pada saat tertentu anak

seharusnya mencapai pertumbuhan dan perkembangan.

f) Faktor Hormonal

Faktor Hormonal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang

anak antar lain hormon somatotropin, tiroid, dan gluoortikoid.

Hormon somatotropin (growth hormon) berperan dalam

pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya

ploriferasi sel – sel kartilago dan system skeletal.Hormon Tiroid

berperan dalam menstimulasi pertumbuhan salinterstial dari

testis (untuk memproduksi testoteron) dan ovarium (untuk

memproduksi estrogen).Selanjutnya hormon tersebut

menstimulasi perkembangan seks.

g) Faktor Perilaku

Saat anak menginjak usia balita, sebagai Ibu kita seringkali

mengahapi dilema. Kebutuhan Nutrisi mereka bertambah, tetapi


12

nafsu makan mereka malah berkurang.Mereka sering kali lebih

suka memakan satu jenis makanan saja secara banyak dan

karena hal ini normal.Susah makan adalah bagian normal saat

balita. Di usia ini, pertumbuhan mereka tidak secepat waktu

bayi. Pertambahan berat badan juga menurun.Di tambah lagi,

mereka juga mulai menjadi aktif. Mereka seringkali tidak bisa

diam, apalagi untuk makan (Hidayat, 2013 : 10-13 ).

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Bayi

Berbagai faktor yang mempengaruhi status kesehatan anak Bayi adalahsebagai

berikut :

1. Faktor kesehatan

Faktor kesehatan ini merupakan faktor utama yang dapat menentukan status

kesehatan anak secara umum.Faktor ini ditentukan oleh status kesehatan

anak itu sendiri, status gizi, dan kondisi sanitasi.

2. Faktor kebudayaan

Pengaruh budaya juga sangat menentukan status kesehatan anak, dimana

terdapat keterkaitan secara langsung antara budaya dengan

pengetahuan.Budaya di masyarakat dapat juga menimbulkan penurunan

kesehatan anak, misalnya terdapat beberapa budaya di masyarakat yang

dianggap baik oleh masyarakat padahal budaya tersebut justru menurunkan

kesehatan anak.Sebagai contoh, anak yang badannya panas akan di bawa

ke dukun dengan keyakinan terjadi kesurupan/ kemasukan barang gaib,


13

anakpasca operasi di larang makan daging ayam karena daging ayam

dianggap dapat menambah nyeri yang ada pada luka bekas operasi (nyeri

atau ada anggapan lain bahwa luka, tersebut menjadi sulit sembuh),

kebisaan memberikan pisang pada bayi baru lahir dengan anggapan anak

cepat besar dan bekembang, atau anak tidak boleh makan daging dan telur

karena dapat menimbulkan penyakit cacingan.

Berbagai contoh yang ada di masyarakat tersebut sangat besar

mempengaruhi derajat kesehatan anak, mengingat anak dalam masa

pertumbuhan dan perkembangan yang tentunya membutuhkan perbaikan

gizi atau nutrisi yang cukup.

3. Faktor keluarga

Faktor keluarga dapat menentukan keberhasilan perbaikan status kesehatan

anak.Pengaruh keluarga pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak

sangat besar melalui pola hubungan anak dan keluarga serta nilai – nilai

yang ditanamkan. Apakah anak dijadikan sebagai pekerja atau anak

diperlakukan sebagaimana mestinya dan dipenuhi kebutuhannya baik Asah,

Asi, atau Asuhnya.

Peningkatan status kesehatan anak juga terkait langsung dengan peran dan

fungsi keluarga terhadap anaknya, seperti membesarkan anak, memberikan

dan menyediakan makanan, melindungi kesehatan, memberikan

perlindungan secara psikologis, menanamkan nilai budaya yang baik,

mempersiapkan pendidikan, dan lain-lain (Hidayat, 2012 : 4-5 ).


14

D. KONSEP DASAR ASI ESKLUSIF

1. Pengertian ASI Ekslusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulasi lemak dalam larutan protein

laktosa, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar

payudara Ibu, yang berguna sebagai makanan utama bagi bayi. Eksklusif

adalah terpisah dari yang lain, atau di sebut khusus. Menurut pengertian

lainnya, ASI Eksklusif adalah pemberian Asi saja tanpa tambahan cairan lain

seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan

makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, dan nasi tim.

Pemberian ASI ini dianjurkan dan jangka waktu 6 bulan.Setelah 6

bulan baru mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). ASI mulai di

berikan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih.

2. Manfaat ASI

ASI memiliki banyak manfaat untuk bayi.Oleh karenanya, di sarankan

untuk menyusui bayi secara eksklusif selama enam bulan dan tetap

melanjutkan menyusui sampai anak dua tahun. Bayi yang di beri ASI akan

lebih sehat dibandingkan dengan bayi yang di beri susu formula. Pemberian

susu formula pada bayi dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih,

saluran napas, dan telinga. Bayi juga bisa mengalami diare, sakit perut

(kolik), alergi makanan, asma, diabetes, dan penyakit saluran pencernaan

kronis.Sebaliknya, ASI membantu mengoptimalkan perkembangan system

saraf serta perkembangan otak bayi. Manfaat ASI esklusif sudah tidak di
15

ragukan lagi karena kandungan di dalam ASI yang luar biasa dan tidak

terdapat pada jenis susu manapun. Menurut Depkes RI (2001) manfaat Asi

Eksklusif bagi bayi dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain :

a. Aspek Gizi

Manfaat kolostrum dari aspek gizi adalah :

1) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

Jumlah kolostrum yang di produksi bervariasi tergantung dari

hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit

tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu

kolostrum harus diberikan pada bayi. Kolostrum mengandung

vitamin A yang tinggi, mengandung karbohidrat dan lemak rendah,

sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi pada bayi pada hari-hari

pertama kelahiran

2) Membantu mengeluarkan meconium (feses bayi)

b. Aspek Imunologi (Kekebalan Tubuh )

1) Asi mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.

Immunoglobin A (IgA) dalam ASI kadarnya tinggi yang dapat

melumpuhkan bakteri pathogen E.coli dan berbagai virus di saluran

pencernaan.

2) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat

kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.


16

3) Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri E.coli,

salmonella dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih

banyak daripada susu sapi.

4) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih di 1.000 sel

per mil. Terdiri dari 3 macam, yaitu : Bronchus Asociated Lympocite

Tisue (BALT) antibody pernafasan, Gud Asociated Lympocite Tisue

(GALT), antibody saluran pernafasan dan Mammary Asociated

Lympocite Tisue (MALT) antibody jaringan payudara ibu.

5) Faktor Bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen

untuk menunjang pertumbuhan bakteri Lactobacillus Bifidus. Bakteri

ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk

menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

c. Aspek Psikologi

Interaksi antara Ibu dan Bayi dapat membantu pertumbuhan dan

perkembangan psikologik bayi.Pengaruh kontak langsung ibu-bayi

ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperi

sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas

karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut

jantung ibu yang sudah di kenal sejak bayi masih di dalam Rahim.

d. Aspek Kecerdasaan
17

Interaksi antara ibu-bayi dan kandungan gizi dalam ASI sangat di

butuhkan untuk perkembangan system saraf otak yang dapat

meningkatkan kecerdasan bayi. ASI mengandung berbagai zat gizi

yang bisa meningkatkan kecerdasan bayi, seperti asam lemak

esensial,protein, vitamin B kompleks, yodium, zat besi, dan seng.

e. Aspek Neuorologis

Dengan menghisap payudara, koordinasi saraf menelan, menghisap

dan bernafas yang terjadi pada bayi dapat lebih sempurna. Berikut ini

perbandingan ASI dengan susu formula. ASI mengandung vitamin dan

mineral yang lengkap. Meski kadarmineral ASI yang relative rendah,

tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Hampir semua vitamin

dan mineral dalam ASI akan diserap oleh tubuh bayi. Zat makanan

yang tidak terserap akan memperberat kerja usus bayi, mengganggu

keseimbangan (ekologi) dalam usus bayi, dan meningkatkan

pertumbuhan bakteri yang jahat. Satu hal yang menyebabkan ASI

efesien adalah jumlah zat-zat ini akan berubah secara otomatis sesuai

dengan kebutuhan pertumbuhan bayi saat itu.

C. Macam-macam ASI dan kandungannya


18

1. Macam-macam ASI

a. Kolostrum

Merupakan cairan yang pertama kali keluar, brwarna kekuning-

kuningan.Banyak mengandung protein dan antibody (kekebalan tubuh).

Komponen yang terdapat dalam kolostrum :

Komposisi Kepentingan
Kaya Antibodi Perlindungan terhadap infeksi dan alergi
Banyak Lekosit Perlindungan tehadap Infeksi
Puragif Pengeluaran meconium (kotoran bayi) dan

membantu mencegah terjadinya icterus (penyakit

kuning).

Membantu pematangan usus dan mencegah alergi

intoleransi.
Kaya Vitamin A Menurunkan keparahan infeksi dan mencegah

penyakit mata.

b. Air Susu Masa Peralihan

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur.Terjadi pada

hari 4-10, berisi karbohidrat dan lemak serta volume ASI meningkat.

c. Asi Susu Matur

Merupakan cairan yang berwarna putih kekuningan, mengandung semua

nutrisi.Terjadi pada hari ke 10 sampai seterusnya.


19

2. Kandungan ASI

ASI merupakan cairan nutrisi yang unik, spesifik dan kompleks dengan

komponen imunologis dan komponen pemacu pertumbuhan. ASI

mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang

mendapat tambahan air walaupun berada di tempat suhu udara panas.

Selain itu, berbagai komponen yang terkandung dalam ASI antara lain :

a. Protein

Protein adalah bahan baku untuk tumbuh, kualitas protein sangat penting

selama tahun pertama kehidupan bayi, karena pada saat pertumbuhan

bayi paling cepat. Air susu Ibu mengandung protein khusus yang

dirancang untuk pertumbuhan bayi manusia. ASI mengandung total

protein lebih rendah tapi lebih banyak protein yang halus, lembut, dan

mudah di cerna. Komposisi inilah yang membentuk gumpalan lebih lunak

yang mudah dicerna dan diserap oleh bayi.

b. Lemak ASI

Lemak ASI adalah komponen yang dapat berubah-berubah

kadarnya.Kadar lemak bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori

untuk bayi yang sedang tumbuh. ASI yang pertama kali keluar di sebut

susu mula (foremilk). Cairan ini kira-kira mengandung 1-2% lemak dan

tampak encer. ASI berikutnya disebut susu belakang (hindmilk) yang

mengandung lemak paling sedikit tiga seperempat kali lebih banyak

daripada susu formula. Cairan ini memberikan hampir seluruh energy.

c. Karbohidrat
20

Laktosa merupakan komponen utama karbohidrat dalam ASI.

Kandungan laktosa dalam ASI lebih banyak dibandingkan dengan susu

sapi. Selain merupakan sumber energy yang mudah dicerna, bebrapa

laktosa diubah menjadi asam laktat, asam ini membantu membantu

mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan membantu

dalam penyerapan kalsium dan mineralnya.

d. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap.Walaupun kadarnya relatif

rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Kadar kalsium,

natrium, fosfor, dan klorida yang lebih rendah dibandingkan dengan susu

sapi, tetapi dengan jumlah itu sudah cukup unuk memenuhi kebutuhan

bayi.

e. Vitamin

Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap.Vitamin A, D dan C cukup,

sedangkan vitamin B kurang.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI


21

Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung dari stimulasi pada

kelenjar payudara. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan

produksi ASI antara lain :

a. Faktor makanan Ibu

Seorang ibu yang kekurangan gizi akan mengakibatkan menurunnya

jumlah ASI dan akhirnya produksi ASI berhenti. Hal ini disebabkan pada

masa kehamilan jumlah pangan dan gizi yang dikonsumsi ibu tidak

memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya,

yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan

sebagai sumber energy selama menyusui.

b. Faktor isapan bayi

Isapan mulut bayi akan menstimulus kelenjat hipotalamus pada bagian

hipofisis anterior dan posterior. Hipofisis anterior menghasilkan

rangsangan (rangsangan prolactin) untuk meningkatkan sekresi

(pengeluaran) hormon prolactin. Hormon prolactin bekerja pada kelenjar

susu (alveoli) untuk memproduksi ASI. Isapan bayi tidak sempurna atau

putting susu ibu yang sangat kecil akan membuat produksi hormon

oksitosin dan hormon prolactin akan terus menurun dan ASI akan

terhenti.

c. Frekuensi Penyusuan
22

Berdasarkan penelitian penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada

periode awal setelah melahirkan.Penyusuan ini berkaitan dengan

kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.

d. Riwayat Penyakit

Penyakit infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses

laktasi dapat mempengaruhi produksi ASI.

e. Faktor Psikologis

Kecemasan dan kesedihan dapat menyebabkan ketegangan yang

mempengaruhi saraf, pembuluh darah dan sebagainya sehingga kan

menggangu produksi ASI.

f. Berat badan lahir

Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat erat berhubungan

dengan kekuatan menghisap yang mengakibatkan perbedaan inti yang

besar dibanding bayi yang mendapat susu formula

g. Perawatan payudara

Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu

dengan mengurut selama 6 minggu terakhir masa kehamilan.

Pengurutan tersebut diharapkan apabila terdapat penyumbatan pada

duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan

keluar dengan lancar.

h. Jenis persalinan
23

Biasanya pada persalinan tindakan secio caesaria (sesar) seringkali ibu

kesulitan menyusui bayinya segera setelah lahir.

i. Umur kehamilan saat melahirkan

Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi premature dapat

disebabkan berat badan yang rendah belum sempurnanya semua organ.

j. Konsumsi rokok

Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan

menghambat pelepasan oksitosin.

k. Konsumsi alcohol

Meskipun minuman alcohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu

merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun

disisi lain etanol dapat menghambat produksi oksitosin.

l. Cara menyusui yang tidak tepat

Teknik menyusui yang kurang tepat, tidak dapat mengosongkan

payudara dengan benar yang akhirnya akan menurunkan produksi ASI.

m. Rawat gabung

Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui dan

frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang

alami, dimana bayi mendapatkan nutrisi alami yang paling sesuai dan

baik.

n. Pil kontrasepsi (pil KB)


24

Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi hormon estrogen dan progestin

berkaitan dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987

dan Lonerdal, 1986 dalam Acc/SCN, 1991), sebaliknya bila pilhanya

mengandung progestin (mini pil) maka tidak ada dampak terhadap

volume ASI (WHO Task Force on Oral Contraceptives, 1998 dalam

ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO merekomendasikan pil

progestin untuk ibu yang menyusui yang ingin menggunakan pil

kontrasepsi.

o. Dukungan suami atau keluarga lain dalam rumah akan membantu

berhasilnya seorang ibu untuk menyusui. Perasaan ibu yang bahagia,

senang, perasaan menyayangi bayi, memeluk, mencium dan mendengar

bayinya menangis akan meningkatkan pengeluaran ASI.

E. Tanda-tanda Bayi cukup ASI

Bayi usia 0 – 6 bulan dapat dinilai dengan mendapat kecukupan ASI bila

mencapai keadaan sebagai berikut :

1. Kenaikan berat badan bayi

2. Bayi cukup ASI adalah kenaikan 400 gram hingga 1 kg setiap bulannya

3. Jumlah popok basah :

Salah satu tanda bayi cukup ASI adalah banyaknya air seni yang ia

keluarkan setiap hari.

4. Jumlah dan warna BAB :


25

Bayi yang meminum ASI esklusif memiliki BAB berwarna kuning cerah dan

lebih encer. Tanda bayi cukup asi adalah minimal BAB 1 kali dalam sehari.

5. Perhatikan gerakan dagu bayi :

Ini adalah salah satu cara instan untuk mengetahui apakah si bayi

meminum ASI atau hanya melakukan gerakan menghisap tanpa

mendaptkan ASI. Ketika ia menyusu, lihatlah bagian diantara leher dengan

dagu. Ketika ia menghisap,dagunya akan bergerak turun naik. Setelah

beberapa kali turun naik, dagu akan terlihat turun lebih jauh ke bawah.

Beberapa saat sebelum kembali lagi ke posisi semula. Jeda inilah yang

menandakan bahwa ia meminum ASI.

6. Bunyi ketika menghisap payudara

Tidak semua bayi mengeluarkan bunyi ketika ia meminum ASI, namun

sebagian bayi mmberikan bunyi.

7. Tekan payudara ketika bayi menyusu

Cara ini dilakukan untuk mengetes apakah ASI keluar ketika si bayi sedang

menyusu,. Caranya,ketika ia sedang menyusu, peraslah perlahan payudara

ke arah puting. ASI akan menyembur dan menggangu kenyamanan si bayi

yang sedang menyusu. Bila ia tidak terlihat terganggu, berarti tidak ada

semburan ASI. Cara ini juga dapat dilakukan untuk membangunkan bayi

yang sedang tertidur ketika menyusu.

8. ASI terlihat di sekitar bibir bayi

Tidak semua ibu menyusui memiliki aliran ASI yang deras, sehingga cara

ini tidak tentu berlaku untuk semua orang. Terkadang, dapat melihat ASI
26

pada sudut bibir bayi ketikaia sedang menyusu. Itulah tandanya ASI keluar

saat ia menghisapnya.

9. Payudara yang melunak

Bila harus menyusui saat payudara terasa penuh, akan merasakan

payudara kosong, lunak, dan kempes setelah menyusui. Bila payudara

tetap saja penuh, berarti si bayi tidak meminum ASI.Bila payudara terlalu

keras si bayi tidak dapat menghisapnya.Kompreslah payudara dengan

handuk hangat lalu perahlah dengan jari – jari.Setelah ASI keluardan

payudara agak lunak, bayi dapat menghisapnya.

10. Bayi kenyang akan tertidur pulas

11. Kulit bayi merona sehat dan pipinya kencang saat ibu mencubitnya

F. Faktor-faktor Yang Mempengruhi Kegagalan ASI Eksklusif

1. Faktor Ibu

a. Kelainan Puting dan masalahnya

Puting susu datar atau tertarik kedalam, puting susu lecet akibat teknik

menyusui yang kurang tepat, pembengkakan payudara, saluran air

susu tersumbat, peradangan payudara, sekresi dan pengeluaran air

susu kurang, abses payudara dan tumor payudara. Cara mengatasinya

: saat memasuki usia kehamilan

b. Ibu menderita sakit atau sakit menahun

Ibu yang menderita HIV/AIDS dan hepatitis serta TBC paru, diabetes

mellitus,lepra, toksemia, ibu yang masih dalam pengobatan yang


27

berpengaruh terhadap bayi yang disusuinya ( Yanti dan Sundawati,

2011 : 41)

c. Pengaruh social psikologis Ibu

1) ASI dianggap tidak mencukupi

Banyak ibu yang beranggapan bahwa ASI tidak mencukupi

sehingga memutuskan untuk menambah atau mengganti dengan

susu formula. Sebetulnya hampir semua ibu yang melahirkan akan

berhasil menyusui bayinya dengan jumlah ASI yang cukup dan

sesuai dengan kebutuhan bayinya. Hal yang harus di perhatikan

agar ASI dapat diproduksi dengan jumlah dan kualitas yang baik

adalah teknik menyusui yang benar, asupan gizi ibu, serta

frekuensi menyusui. Semakin sering bayi menghisap/menyusui

kepada ibunya maka produksi ASI akan semakin lancar

(Sulistyoningsih, 2012 : 171)

2) Ibu bekerja di luar rumah

Ibu bekerja di harus meninggalkan bayinya seharian penuh

sehingga ini menjadi alasan ibu menggantikannya dengan susu

formula. Sebenarnya, seorang ibu yang bekerja masih dapat

memberikan ASI eksklusif dengan dukungan pengetahuan yang

cukup dan benar dari ibu, perlengkapan memerah ASI, serta

duungan lingkungan keluarga danjuga lingkungan tempat kerja.

3) Beranggapan bahwa susu formula lebih baik dan lebih praktis dari

ASI
28

Gencarnya promosi tentang susu fomula serta kurangnya

pengetahuan ibu tentang ASI menyebabkan tidak sedikit ibu yang

beranggapan bahwa susu formula sama baiknya atau bahkan lebih

baik dari pada ASI. Padahal tidak ada satu alasan pun bagi ibu

untuk lebih memilih susu formula dibandingkan ASI karena begitu

banyak manfaat dan kelebihan ASI di bandingkan susu formula

yang telah dipaparkan pada penjelasan sebelumnya, baik dari sisi

kesehatan bayi, kesehatan ibu, ataupun dari sisi ekonomi

(Sulistyoningsih, 2012 : 172).

4) Kekhawatiran tubuh ibu menjadi gemuk

Ibu biasanya beranggapan bahwa bahwa nafsu makan ibu

menyusui lebih besar dibandingkan ibu yang tidak menyusui

sehingga timbul kekhawatiran berat badannya akan meningkat.

Pendapat ini tidaklah benar seluruhnya, karena produksi ASItidak

hanya terjadi pada pasca persalinan tetapi lebih di persiapkan

selama kehamilan. Selama hamil telah dipersiapkan timbunan

lemak yang akan dipergunakan selama proses menyusui, dengan

demikian perempuan yang tidak menyusui malah akan lebih sulit

untuk menghilangkan timbunan lemak (Sulistyoningsih, 2012 :172).

2. Faktor Bayi

a. Bayi dengan BBLR atau bayi premature


29

Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi premature maupun bayi

kecil mempunyai masalah menyusui karena reflex menghisapnya

lemah.

b. Bayi dengan bibir sumbing

Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu.Pada bayi

dengan bibir sumbing pallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum

durum (langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih dapat

menyusu tanpa kesulitan.Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus

tetap menyusui dapat melatih kekuatan otot lidah dan rahang.

c. Bayi kembar

Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusui bayi kembar adalah

dengan posisi memegang bola (football position). Pada saat menyusui

secara bersamaan,nbayi menyusui secara bergantian. Susuilah bayi

sesering mungkin.Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit,

berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu

dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota

keluarga atau orang lain untuk mengasuh bayi anda.

d. Bayi sakit

Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolehkan mendapatkan

makanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan

maka berikan ASI.Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi sakit

dengan muntah-muntah maupun diare. Posisi menyusui yang tepat


30

dapat mencegah timbulya muntah, antara lain dengan posisi duduk.

Berikan ASI sedikit tapi sering.

e. Bayi dengan lidah pendek ( Lingual Fremulum)

Bayi dengan lidah pendek atau lingual fremulum (jaringan ikat

penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku

tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat

menjulurkan lidahnya untuk “mrngurut” putting dengan optimal.

f. Bayi yang memerlukan perawatan

Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi masih

menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila

tidak terdapat fasiltas, maka ibu dapat memerah ASI dan

menyimpannya (Damayati dan Sundawati, 2011 : 36-38)

Tujuh langkah yang harus dilakukan untuk menunjang keberhasilan

ASI esklusif, yaitu mempersiapkan payudara bila di perlukan,

mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui, menciptakan dukungan

suami, keluaraga dan teman dan yang lainnya, memilih tempat

melahirkan yang “sayang bayi”, memilih tenaga kesehatan ssyang

mendukung pemberian ASI, mencari ahli persoalan menyusui untuk

persiapan apabila menemui masalah, serta menciptakan sikap positif

tentang ASI dan menyusui (Sulistyoningsih, 2012 : 173)


31

G. Pencegahan kegagalan ASI eksklusif adalah:

1. Bagi wanita dengan kelainan puting dan masalahnya

Bagi ibu yang putingnya datar dapat melakukan pengurutan puting susu,

putting susu lecet dan memberikan ASI dengan teknik menyusui yang

benar, pembengkakan payudara dan mastitis dapat dilakukan dengan

mengkompres air hangat dan pemberian analgetika untuk mengatasi infeksi

dan bayi disusui lebih sering, sedangkan ibu dengan abses payudara

dilakukan pengobatan terdahulu dan dapat melanjutkan ASI

2. Upaya memperbanyak ASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Air susu ibu meliputi :

a. Rangsangan otot – otot payudara. Rangsangan ini diperlukan untuk

memperbanyak air susu ibu dengan mengaktivasi kelenjar –

kelenjarnya. Otot –otot payudara terdiri dari otot - otot polos. Dengan

adanya rangsangan, otot – otot akan berkontraindikasi lebih dan

kontraksiini diperlukan dalam laktasi. Rangsangan pada payudara

dapat dilakukan dengan massage atau mengurut, atau menyiram

payudara dengan air hangat dan dingin secara bergantian.

b. Keteraturan bayi menghisap

Isapan anak akan merangsang otot polos payudara untuk berkontraksi

yang kemudian merangsangan susunan saraf di sekitarnya dan

meneruskan rangsangan ini ke otak. Otak akan memerintahkan

kelenjar hipofisis posterior untuk mengeluarkan hormon pituitarin lebih

banyak, sehingga kadar hormon progesterone dan estrogen yang


32

masih ada menjadi lebih rendah. Pengeluaran hormon pituitarin yang

lebih banyak akan memengaruhi kuatnya kontraksi otot-otot polos

payudara dan uterus. Kontraksi otot-otot polos payudara berguna

mempercepat pembentukan ASI, sedangkan kontraksi otot-otot polos

uterus berguna untuk mempercepat involusi (Bahiyatun , 2013 : 23).

3. Bagi wanita bekerja

Ibu yang bekerja bukan menjadi alasan tidak dapat menyusui bayinya.

Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut, antara lain

bawalah bayi anda jika tempat kerja ibu memungkinkan, menyusui sebelum

berangkat bekerja, perahlah ASI sebagai persediaan di rumah sebelum

berangkat bekerja, di tempat kerja, ibu dapat mengosongkan payudara setiap

3 – 4 jam, ASI perah dapat disimpan di lemari es, pada saat ibu di rumah,

susuilah bayi sesering mungkin dan rubah jadwal menyusui,minum dan

makan makanan yang bergizi serta cukup istirahat selama bekerja dan

menyusui (Yanti dan Sundawati, 2011 : 39)

a. Cara memerah ASI :

1) Cuci tangan yang bersih

2) Siapkan wadah yang bermulut lebar yang mempunyai tutup dan

telah direbus

3) Bentuk jari telunjuk dan ibu jari seperti membentuk huruf C dan

letakkan di batas areola mamae. Tekan jari telunjuk dan ibu jari
33

kearah dada ibu kemudian perah dan lepas. Gerakan perah dan

lepas dilakukan berulang.

1) Mengajarkan ibu cara menyimpan ASI perah.

2) ASI perah dapat disimpan pada suhu ruangan tahan selama 6 –

8 jam.

3) Di dalam lemari es pendingin (4° c) tahan 2x 24 jam.

4) Di dalam lemari pembeku (-4° c) tahan sampai beberapa bulan.

5) ASI yang sudah disimpan di dalam lemari pendingin, sebelum

diberikan kepada bayi perlu dihangatkan dengan merendamnya

di air panas.

6) ASI yang sudah di hangatkan bila bersisa tidak boleh

dikembalikan ke dalam lemari es. Oleh karena itu, hangatkanlah

ASI secukupnya sebanyak yang kira-kira bisa dihabiskan oleh

bayi dalam sekali minum.

7) ASI yang disimpan di lemari pembeku perlu dipindahkan ke

lemari pendingin untuk mencairkannya sebelum dihangatkan.

8) ASI perah sebaiknya tidak diberikan dengan botol karena akan

menggangu penyusuan langsung dari payudara, berikanlah

dengan menggunakan sendok atau cangkir. Menghisap dari

botol berbeda dengan menyusui dari ibu ( Saifudin, 2010 : 379 ).


34

H. MANAJEMENASUHAN KEBIDANAN METODE TUJUH LANGKAH

MENURUT VARNEY

1. Definisi

Manajemen Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

menggunakan sebuah metode dengan urutan yang logis dapat

menguntungkan baik klien maupun tenaga kesehatan. Proses ini

menggambarkan bagaimana perilaku yang diharapkan dalam memberikan

asuhan pelayanan yang aman dan menyeluruh. Dengan demikian proses

manajemen mengikuti urutan yang logis dan memberikan pengertian yang

menyatukan pengetahuan, hasil temuan, keterampilan dan pertimbangan

yang sangat berarti dan menyeluruh, berfokus ke dalam manajemen klien.

(Helen Varney, 1997)

2. Tujuan

Agar bidan mampu memberikan asuhan yang adekuat.Komprehensif dan

berdasarkan pada ibu hamil ini, kebutuhan dan respon ibu serta

mengidentifikasi penyakit-penyakit yang adan dan mengantisipasinya.

(Carolus, 2004)

Prinsip proses manajemen kebidanan bertujuan untuk:

a. Secara sistematika mengumpulkan data memperbaruhi data lengkap

dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif


35

terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat

kesehatan dan pemeriksaan fisik.

b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnose berdasarkan

interpretasi data dasar.

c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadapa asuhan kesehatan dalam

menyelesaikan bersama klien.

d. Memberikan informasi dan support sehingga klien dapat membuat

keputusan dan bertanggung jawab terhadap kesehatannya.

e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.

f. Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi secara

individual.

g. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen

terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada

penyimpangan dari keadaan normal.

h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi

darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.

i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaina kesehatan

dan intervensi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan. (Irwan Y,

2002)

3. Proses Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney (1997)

Proses majanemen kebidana terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana

setiap langkah yang berurutan dimana setiap langkah dsempurnakan setiap


36

periodic. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu langkah yang dapat

diaplikasikan dalam situasi apapun.Akan tetapi, setap langkah dapat di

uraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan bisa berubah

sesuai dengan kebutuhan klien.

a) Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian degan mengumpulkan semua

data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap, yaitu:

1) Riwayat kesehatan

2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannnya

3) Meninjau catatan terbaru dan catatan sebelumnnya

4) Meninjau data laboraturium dan membandingkan dengan hasil studi

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.Bidan mengumpulkan data

dasar awal yang lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang perlu

di konsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan

akan melakukan konsultasi.

b) Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan indentifikasi yang benar terhadap diagnose

atau masalah dan kebituhan klien berdasarkan interpretasi sehingga

ditemukan masalah atau diagnose yang spesifik.


37

c) Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial


dan Mengantisipasi Penanganannya

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagosa potensial

lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan.

d) Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan terhadap Tindakan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan

konsultasi atau di tangani bersama dengan anggota tim kesehatan

yang lain sesuai dengan kondisi kien. Langkah keempat

menggambarkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

e) Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah

atau diagnose yang telah diidentifikasi atau di antisipasi, pada langkah

ini informasi data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana

asuhan yang meneyeluruh tidak hanya meliputi apa saja yang sudah

diindentifikasi dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang

berkaitan tetapi juga kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita

tersebutseperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah

dibutuhkan penyuluhan, konseling dan bia perlu merujuk klien bila ada

masalah. (Irwan Y, 2002)

f) Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan


38

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara efisien dan

aman. Perencanaan bisa dilakukan oleh bidan dan sebagian oleh klien

atau tim anggota kesehatan yang lainnya.

g) Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

diberikan meliputi pemenuhan akna kebutuhan apakah benar-benar

telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana teah

diidentifikasikan da dalam masalah dan diagnosis.Rencana tersebut

dapat dianggap efektif jika memang benar efektif di dalam

pelaksanaannya.Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut

telah efektif sedang sebagian belum efektif.

4. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan dengan Metode Soap

Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi anatar tenaga kesehatan,

pasien, keluarga dan biro kesehatan tentang hasil pemeriksaan, prosedur

tindakan, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon pasien

terhadap semua asuhan yang diberikan. Pendokumentasian yang benar

adalah pendokumentasian mengenai asuhan yang telah dilakukan pada

seorang pasien, di dalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sistematis

dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkah-langkah manajemen

kebidanan.
39

Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan

dengan metode SOAP.Dalam metode SOAP. S adalah data Subjektif, O

adalah Objektif, A adalah Assesment dan P adalah Planning. Merupakan

catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari

metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan majaemen

kebidanan. (Thomas, 1994, Mufdilah, dkk 2001 dan Muslihatun dkk, 2009)

a. S (Data Subjektif)

Data sunjektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (Pengkajian data),

terutama dta yang diperoleh melalui anamnesis.Data subjektif ini

berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi

pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai

kutipan langsung dengan diagnosis yang akan disusun.

b. O (Data Objektif)

Data Objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen

kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama

data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dan pemeriksaan

fisik pasien, pemeriksaan laboraturium/pemeriksaan diagnostic lain.

Catatan medic dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat

dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan bukti

gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

c. A (Assesment)
40

Data Analis/Assesment (A), merupakan pendokumentasian hasil analis

dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam

pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan pasien

yang setiap saat mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi

baru dalam data subjektif maupun objektif, maka proses pengkajian

data akan menjadi dinamis.

d. P (Planning)

Planning/Perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis

dan interpretasi data.Rencana asuhan ini bertujuan untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan

mempertahankan kesejahteraannya.Rencan asuhan ini harus bisa

mencapai kriteria tujuan yang dicapai dalam batas waktu

tertentu.Tidakan yang dilaksanakan harus mampu membantu pasien

mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga

kesehatan lain, antar lain dokter.

Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluasi, yaitu tafsiran

dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektivitas

asuhan/hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang

telah dicapai dan merupakan focus ketepatan nilai tindakan/asuhan.

Jika criteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi ini dapat menjadi

dasar untuk mengembangkan tindakan alternative sehingga tercaapai

tujuan yang diharapkan. Untuk mendokumentasi proses evaluasi ini,


41

diperlukan sebuah catatan perkembangan, dengan tetap mengacu

pada metode SOAP.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33

TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSUIBU EKSKLUSIF

BAB III

AIR SUSU IBU EKSKLUSIF

Bagian kesatu

Umum

Pasal 6

Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada

bayi yang dilahirkannya.

Pasal 7

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 tidak berlaku dalam

hal terdapat :

a. Indikasi medis;

b. Ibu tidak ada;atau

c. Ibu terpisah dari Bayi.

Pasal 8

(1) Penentuan indikasi medis sebagaimana dimaksud dalam pasal

Pasal 7 huruf a dilakukan oleh dokter.

(2) Dokter dalam menentukan indikasi medis sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) harus sesuai dengan standar profesi, standar

pelayanan, standar prosedur operasional.


42

(3) Dalam hal di daerah tertentu tidak terdapat dokter, penentuan ada

atau tidaknya indikasi medis dapat dilakukan oleh bidanatau

perawat sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

WEWENANG BIDAN dalamPemberian ASI Eksklusif

Kewenangan bidan diatur dalam Kepmenkes No

900/Menkes/SK/VII/2012 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan,

disini Bidan berwenang untuk melakukan atau memutuskan

sesuatu hal yang berhubungan dengan pekerjaannya. Jadi

merupakan dasar yang digunakan oleh bidan dalam melakukan

tugasnya secara otonomi dan mandiri. Dalam menjalanakan

kewenangan yang diberikan, bidan harus :

1. Melaksanakan tugas kewenangan sesuai standar profesi

2. Memiliki ketrampilan dan kemampuan untuk tindakan yang

dilakukan

3. Mematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku diwilayahnya.

Bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan

berupaya secara optimal dengan mengutamakan keselamatan

ibu dan janin.

Sedangkan kewenangan bidan menurut IBI :

9. Pelayanan kesehatanpada anak meliputi :

a. pelayanan neonatal essential dan tata laksana neonatal sakit

di luar rumah sakit meliputi :

1) Pertolongan Persalinan yang atraumatik,bersih dan aman.


43

2) Menjaga Tubuh bayi agar tetap hangat dengan kontak dini

3) Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas

spontan.

4) Pemberian ASI dini 1 jam setelah persalinan

5) Mencegah Infeksi pada Bayi baru lahir antara lain melalui

perawatan tali pusat secara higienis, pemberian imunisasi dan

ASI eksklusif
44

TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI USIA 3 BULAN

DENGAN KEGAGALAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DI PUSKESMAS KOTARAJA

A. LANGKAH I : PENGKAJIAN

1. DATA SUBJEKTIF

a. Biodata Anak
Identitas Psien : By.E
Nama Lengkap :-
Umur/Tanggal Lahir : 3 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke :1

b. Biodata Orang Tua


Nama Ibu : Ny. T Nama Ayah : Tn. R

Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun

Suku/Bangsa : Menado Suku/Bangsa : Menado

Agama : K.P Agama : K.P

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : tidak bekerja Pekerjaan : Swasta

Alamat : Entrop Alamat : Entrop

c. Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak bisa memberikan

bayi ASI secara eksklusif


d. Riwayat Keluhan Utama : Ibu mengatakan sudah 1 minggu tidak

memberikan ASI secara eksklusif kepada


45

bayinya karena payudara bengkak.

e. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan sekarang
2. Riwayat Kesehatan masa lalu
a) Prenatal care
Pemeriksaan kehamilan
Penyakit penyerta kehamilan
Imunisasi tetanus toxoid
b) Natal

f. Riwayat Kesehatan

a. : Sehat

b. :

1) :

: 4x di Puskemas Kotaraja

: Tidak ada

: 2x (Lengkap)

2) Natal

Tempat persalinan :RSUD dok II

Penolong : Bidan

Komplikasi persalinan : Tidak ada

Jenis persalinan : Normal

3) Neonatal

Kondisi bayi waktu lahir (nilai A/S) : 8/9

Berat badan : 2700 gram


46

Panjang badan : 49 cm

g. Riwayat Imunisasi

No Jenis Imunisasi Tanggal Pemberian


1 BCG 13-05-2015
2 DPT/Hb 16-06-2015
3 Polio 16-06-2015
4 Hepatitis B 13-05-2015
5 Campak
h. Riwayat Tumbuh Kembang

a. Pertumbuhan Fisik

1) Berat badan : 5800 gram

2) Panjang badan : 58 cm

3) Lingkar lengan atas : 13 cm

4) Lingkar perut : 36 cm

5) Lingkar dada : 35 cm

6) Lingkar kepala : 37 cm

7) Gigi geligi : Belum tumbuh

b. Perkembangan

1) Gerak kasar : Belajar mengangkat kepala

2) Gerak halus : Bereaksi terhadap suara atau

bunyi dan kontak

3) Bicara, bahasa dan kecerdasan : Menahan barang yang dipegangnya

4) Social dan kemandirian : Beraksi dengan mengoceh


47

i. Riwayat Nutrisi

a. Bayi pertama kali mendapat ASI dengan cara : Menetek

b. Apakah masih menetek : Masih

c. Berapa kali sehari : Sesuai Keinginan

d. Apakah sudah diberikan PASI : Sudah, Susu BMG

e. Kapan mulai pemberian PASI : Umur 3 bulan

f. Apakah sudah diberikan MP – ASI : Belum

g. Kapan mulai pemberian MP –ASI : Belum

h. Jenis makanan yang diberikan MP – ASI : Belum

i. Frekuensi pemberian : Belum

j. Riwayat Psikologi

a. Anak ke : Pertama

b. Diasuh oleh : Kedua Orang tua

kandung

c. Hubungan ayah dan ibu : Baik

d. Hubungan ayah dan anak : Baik

1) Pola interaksi : Baik

2) Pola kognitif : Baik

3) Pola eliminasi : Baik

4) Konsep diri : Baik

5) Pola pertahanan diri : Baik

6) Pola pertahanan keluarga : Baik

a) Interkasi orang tua : Baik


48

b) Pengambilan keputusan keluarga : Baik

k. Riwayat Spiritual

Agama yang dianut atau menjalankan ibadahnya : Mengikuti orangtuanya

DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Compos mentis

c. Penampilan : Normal

d. Tanda-tanda vital

1) Suhu badan :Tidak dilakukan

2) Nadi :Tidak dilakukan

3) Respirasi : Tidak dilakukan

e. Antropometri

1) Berat badan : 5800 gram

2) Panjang badan : 58 cm

3) Lingkar lengan atas : 13 cm

4) Lingkar perut : 36 cm

5) Lingkar dada : 35 cm

6) Lingkar kepala : 37 cm

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala

1) Rambut : Lurus, Hitam


49

2) Ubun – ubun kecil : Cekung

3) Ubun – ubun besar : Datar

b. Telinga

1) Bentuk : Simetris

2) Kebersihan : Bersih

c. Mata

1) Konjungtiva : Pucat

2) Sclera : Tidak Ikterus

d. Mulut

1) Kebersihan : Bersih

2) Mukosa bibir : Lembab

3) Oral rust : Tidak ada

e. Leher

1) Pembesaran kelenjar lymfe : Tidak ada pembesaran

2) Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran

3) Pembesaran vena jugularis : Tidak ada pembesaran

4) Pergerakan : Mukosa bibir lembab

f. Dada

1) Bentuk : Simetris

2) Gerakan : Naik turun

3) Paru : Normal

4) Jantung : Tidak terdengar ronchi

atau wheezing
50

g. Abdomen

1) Bentuk : Simetris

2) Dinding perut : Normal

h. Kulit

1) Warna : Pucat

2) Turgor : Baik

i. Tonus otot : Normal

j. Punggung

Pembengkakan : Tidak ada

k. Ekstremitas atas dan bawah

Pergerakan : Normal

Jumlah jari : Lengkap

3. Data Penunjang

a. Laboraturium : Tidak dilakukan

b. Rontgen : Tidak dilakukan

c. USG : Tidak dilakukan

LANGKAH II : INTERPRESTASI DATA

Diagnosa : Ibu menyusui pada bayi 3 bulan dengan kegaglan ASI Eksklusif

Dasar

DS :

Ibu mengatakan sudah 1 minggu tidak memberikan bayi ASI secara

Eksklusif
51

LANGKAH III : MASALAH POTENSIAL

- Potensial terjadi Diare

- Potensial terjadi Obesitas

LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

LANGKAH V : RENCANA ASUHAN

1. Jelaskan kesehatan bayi pada ibunya

2. Tanyakan kepada Ibu penyebab kegagalan ASI eksklusif

3. Beri konseling tentng manfaat ASI eksklusif

4. Ajarkan cara teknik menyusui yang baik kepada Ibu

5. Beri penyuluhan gizi pada bayi

6. Beri konseling tentang kekurangan dari susu formula

7. Siapkan imunisasi vaksin DPT/Hb dan polio

8. Beritahu Ibu tentang tindakan yang akan dilakukan dan efek dari imunisasi

yang dialami bayi akibat pemberian imunisasi

9. Beri bayi obat penurun demam setelah diimunisasi

10. Beri penyuluhan pada ibu tentang tanda –tanda infeksi pada bayinya

11. Beri penyuluhan kebersihan pada ibunya

12. Anjurkan ibu agar sesering mungkin berkomunikasi dengan bayinya

13. Rencana kunjungan bulan depan

14. Tulis hasil tindakan di dalam KMS dan naikkan grafik hasil penimbangan

15. Rencanakan kunjungan rumah tanggal


52

LANGKAH VI : IMPLEMENTASI

Tanggal :

1. Memberi penjelasan tentang kondisi kesehatan bayi pada ibunya bahwa

bayinya dalam keadaan sehat dan tumbuh kembang normal.

Pertumbuhan :

- BB : 5800 gram

- TB : 58 cm

Perkembangan :

- Gerak kasar : Belajar mengangkat Kepala

- Gerak halus : Beraksi terhadap suara

- Bicara dan bahasa : Menahan barang yang di

pegang

- Social dan kemandirian : Bereaksi dengan mengoceh

2. Menanyakan kepada Ibu penyebab kegagalan ASI eksklusif dan ibu

mengatakan karena payudara bengkakdan ibu kurang memahami teknik

menyusui yang baik.

3. Berikan konseling tentang manfaat ASI eksklusif saja bahwa kekebalan dan

imunitas bayi akan lebih baik dibandingkan susu formula.

4. Menginformasikan kepada ibu yaitu :

a. Bayi tetap saja disusui, sehingga mengurangi rasa bengkak

b. Setiap kali menyusui payudara harus sampai kosong

c. Gunakan BH yang dapat menopang dengan nyaman

d. Kompres dingin dapat mengurangi rasa tidak enak


53

e. Rasa nyeri dapat juga dikurangi dengan obat analgesic

f. ASI dapat diperas sedikit dengan tangan, frekuensi pengeluaran harus

lebih sering

5. Memberikan penyuluhan gizi pada Ibu agar Ibu makan dengan menu

seimbang seperti nasi, sayur, lauk – pauk, buah serta susu bil ada dan upaya

memperbanyak ASI seperti makan sayuran daun katuk

6. Memberikan konselng tentang kekurangan dari susu formula

a. Dapat terjadi diare pada bayi, terutama bila dalam penyiapan dan

pemberiannya kurang memperhatikan segi –segi kesehatan, Misalnya

botol susu yang tidak disterilkan dengan air panas dan susu yang terlalu

lama di botol yang tidak disimpan dikulkas

b. Dapat terjadi kegagalan tumbuh kembang misalnya, pemberian susu

terlau encer, sebaliknya dapat terjadi kegemukan (Obesitas), karena

pemberian susu terlalu kental dan diberikan secara bebas

c. Adanya perubahan psikologis terutama yang menyangkut hubungan

batin anatara bayi dan ibu

d. Susu formula juga harus dibeli dan harganya relative mahal

7. Memberikan imunisasi vaksin DPT pada paha tengah luar secara

intramaskuler dan teteskan polio pada mulut bayi

8. Memberitahukan ibu tentang tindakan yang akan dilakukan dan efek dari

imunisasi,bahwa anak biasanya akan demam

9. Memberikan bayi obat penurun demam setelah diimunisasi,yakni

paracetamol dengan dosis 1 x ¼ tablet


54

10. Memberikan penyuluhan pada ibu tentang tanda – tanda bahaya pada

bayinya, seperti suhu badan meninggi, tidak mau menyusu serta rewel

11. Memberikan penyuluhan kebersihan pada Ibunya seperti menggunting kuku

bayi, memandikan 2 kali sehari dengan air hangat dan mengganti popok bila

basah

12. Menganjurkan ibu agar sesering mungkin berkomunikasi dengan bayinya

dengan cara mengajaknya dan menjelaskan manfaatnya yang dapat

merangsang saraf otak bayi

13. Rencana kunjungan bulan depan

14. Menulis hasil tindakan didalam KMS dan naikkan grafik hasil penimbangan

15. Merencanakan kunjungan rumah tanggal

LANGKAH VII EVALUASI

Tanggal

1. Ibu sudah mengetahui kondisi banyinya

2. Ibu sudah tahu penyebab kegagalan ASI

3. Ibu sudah mengetahui manfaat ASI

4. Ibu sudah mengetahui cara mengatasi payudara yang bengkak

5. Ibu mengatakan makan dengan menu gizi seimbang dan akan makan sayur

daun katuk untuk memperbanyak ASI

6. Ibu sudah mengetahui kekurangan dari susu formula

7. Bayi telahdiberikan vaksin DPT dan polio

8. Ibu telah mengetahui efek dari imuninasi

9. Bayi sudah diberikan obat paracetamol tablet


55

10. Ibu sudah mengetahui tanda – tanda bahaya pada bayi

11. Ibu berjanji akan menjaga kebersihan bayinya

12. Ibu berjanji akan sering berkomunikasi pada bayinya

13. Ibu mengatakan akan membawa bayinya ke penimbangan bulan depan

sesuai dengan tanggal yang ditentukan pada tanggal

14. Hasil pelayananan telah dicata

15. Ibu bersedia melakukan kunjungan rumah tangaal…

CATATAN PERKEMBANGAN

ASUHAN HARI KEDUA

Tanggal : 12 Mei 2015

Tempat : Rumah klien ( Entrop)

Jam : 16.00 WIT

Oleh : Mhs.Atika P O Nadapdap

S:

Ibu mengatakan telah memberikan bayinya ASI tanpa pemberian susu

formula atau cairan tambahan lainnya

O:

1. Keadaan Umum : Baik


56

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Penampilan : Normal

4. Tanda-tanda vital

1) Suhu badan : Tidak dilakukan

2) Nadi : Tidak dilakukan

3) Respirasi : Tidak dilakukan

5. Antropomerti

1) Berat badan : 6000 kg

2) Panjang badan : 58 cm

3) Lingkar lengan atas : 13 cm

4) Lingkar perut : 36 cm

5) Lingkar dada : 35 cm

6) Lingkar kepala : 37 cm

6. Konjungtiva : Pucat

7. Sclera : Tidak Ikterus

8. Perkembangan

a. Gerak kasar : Belajar mengangkat kepala

b. Gerak halus : Bereaksi terhadap suara atau bunyi

dan kontak

c. Bicara, bahasa dan kecerdasan : menahan barang yang di pegangnya

d. Social dan mandiri : bereaksi dengan mengoceh

A :
57

Diagnose : Ibu menyusui pada bayi usia 3 bulan dengan kegagalan

ASI Eksklusif

DO :

Pertumbuhan

1. Panjang badan : 6000 gram

2. Berat badan : 58cm

Perkembangan

1. Gerak kasar : Belajar

mengangkat kepala

2. Gerak halus : bereaksi

terhadap suara atau bunyi dan kontak

3. Bicara, bahasa dan kecerdasan : menahan barang yang

dipegangnya

4. Social dan mandiri : bereaksi dengan

mengoceh

P:

Tanggal :

1. Memberi penjelasan tentang kondisi kesehatan bayi pada ibunya bahwa

bayinya dalam keadaan sehat dan tumbuh kembang normal dan ibu telah

mengetahui keadaan bayinya

2. Memberikan konseling tentang tanda – tanda bayi yang cukup ASI

3. Mengajar Ibu cara merawat payudara, yakni dengan mengurut payudar


58

4. Memberikan penjelasan manfaat perawatan payudara, yakni memperbanyak

ASI

5. Menjelaskan pada ibu sebelum menyusui bayi agar areolla mamame

dibersihkan dengan menggunakan air hangat dan ibu telah melakukan apa

yang telah dijelaskan

6. Menganjurkan Ibu agar bayi diberikan ASI sesuai keinginan bayi

7. Menganjurkan ibu agar menyendawakan bayi setelah menyusui dengan cara

mengelus atau menempuk punggung bayi secara perlahan – lahan dan ibu

telah menyendawakan bayi setalah memberi ASI

8. Menjelaskan pada ibu penanganan bayi bila muntah, yakni memiringkan bayi,

sehingga bayi tidak tersedak. Ibu mengatakan telah mengerti cara

penanganan bayi bila muntah

9. Menganjurkan ibu agar menyusui bayi ASI Eksklusif enam bulan dan

memberikan makanan tambahan setelah berumur 6 bulan .ibu berjanji akan

memberikan ASI saja tanpa tambahan serta memberikan makanan

pendamping ASI setelah berumur 6 bulan.


59

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan yang telah dilaksanakan selama dua kali pada

tanggal… dan …. Mengacuh pada tujuh langkah varney.

Pengkajian data pada kunjungan pertama tanggal… di Puskemas Kotaraja

berdasarkan data subjektif, ibu mengatakan bahwa sudah 1 minggu tidak

memberikan bayi ASI secara Eksklusif disebabkan Payudara Ibu bengkak,

sedangkan berdasarkan data objektif berat badan 5800 gram dan panjang 58 cm,

gerak kasar : belajar mengangkat kepala. Gerak halus bereaksi tehadap suara atau
60

bunyi dan kontak.bicara, bahasa dan kecerdasan : menahan barang yang

dipegangnya serta social dan mandiri : bereaksi dengan mengoceh.

Diagnosa yang ditegakkan adalah Ibu menyusui pada bayi 3 bulan dengan

kegagalan ASI Eksklusif.Masalah potensial tidak dapat ditegakkan mengingat

keadaan umum bayi dan tumbuh kembang bayi normal. Namun, mengingat manfaat

ASI yang begitu besar pada bayi dibandingkan dengan susu formula terhadap

imunitas bayi. Sedangkan penyebab kegagalan ASI eksklusif disebabkan karena

payudara Ibu yang bengkak dan kurang pengetahuan ibu tentang teknik menyusui

yang baik dan benar.

Berdasarkan permasalahan tersebut,maka penulis menyusun rencana

asuhan dan mengimplementasikan dengan memberikan konseling tentang manfaat

ASI dan teknik menyusui yang baik dan benar selain itu memberikan imunisasi pada

bayinya serta konseling lainnya berupa pengetahuan tanda – tanda bahaya pada

bayi, tanda –tanda bayi cukup ASI, kekurangan dari susu formula dan menjaga

kebersihan bayi serta menganjurkan agar bayi ditimbang pada bulan berikutnya

tanggal..

Untuk memantau keberhasilan asuhan yang diberkan, maka penulis

melakukan kunjungan kedua tanggal… dimanan ibu mengatakan sudah dapat

mengatasi bengkak pada payudara dan dapat mengaplikasikan teknik menyusui

yang baik dan benar pada bayinya. Asuhan tetap diberkan denan memotivasi Ibu

agar tetap memberikan ASI saja tanpa tambahan lain serta mengajarkan Ibu cara
61

merawat payudara, agar mempelancar sirkulasi darah ke payudara dan merangsang

banyaknya ASI.

Keberhasilan asuhan ini bukan hanya dari bina hubungan saling percaya,

namun bagaimana memberikan motivasi dan pendidikan kesehatan sesuai dengan

masalah kegagalan ASI eksklusif, sehingga Ibu kembali memberikan ASI eksklusif.

BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasakan asuhan yang telah dilaksanakan, bahwa masalah kegagalan

ASI eksklusif disebabkan karena payudara ibu mengalami pembengkakan dan

kurangnya pengetahuan tentang bagaimana agar bayi tetap diberikan ASI eksklusif.

Pemberian asuhan kebidanan yang tepat berdasarkan masalah yang

ditemukan, yakni dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang cara


62

mengatasi payudara yang bengkak, teknik memberikan ASI yang baik dan benar,

sehingga ibu bisa mengatasi masalah dan memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

Keberhasilan suatu asuhan yang diberikan bukan hanya membina

hubungan saling percaya, namun bagaimana mampu memberikan motivasi dan

pendidikan kesehtan sesuai dengan masalah kegagalan ASI eksklusif, sehingga

dengan pengetahuan yang diberikan dan respon positif dari ibu kembali memberikan

ASI eksklusif dengan hasil evaluasi ibu telah memberikan ASI pada bayinya secara

eksklusif.

SARAN

Bagi Puskesmas

Lebih meningkatkan pelayanan kesehatan, selain itu upaya promotif

dengan menyediakan media leaflet yang berisi informasi yang dibutuhkan oleh ibu

menyusui tentang pemberian ASI eksklusif apalagi buat ibu yang baru punya anak.

Bagi Bidan
63

Mengembangkan diri melaui bahan bacaa, sehingga auhan yang diberikan

bukan hanya tindakan, namun bagaimana meningkatkan pengetahuan klien atau ibu

menyusui melalui pendidikan kesehatan, sehingga ibu merasakan manfaat dari

pendidikan kesehatan yang diberikan.Dengan demikian kegagalan ASI eksklusif

dapat dicegah.
64
65

BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI DAN TINJAUAN KASUS

3.1. Gambaran Umum Lokasi Pengambilan Data


3.1.1. Gambaran Umum Puskesmas
Puskesmas Hamadi berada di Distrik Entrop dengan luas
km2, dengan jumlah penduduk, laki-laki jiwa, perempuan
penduduk seluruhnya adalah jiwa.
3.1.2. Batas wilayah kerja Puskesmas Hamadi, yaitu:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Puskesmas
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Puskesmas
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Puskesmas
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Puskesmas
3.1.3. Program Puskesmas Hamadi
3.1.4. Wilayah kerja
1.
3.1.5. Sarana Transportasi
Letak wilayah kerja Puskesmas Hamadi Di tengah
transportasi darat cukup baik.
3.1.6. Sarana Kesehatan
3.1.7.Fasilitas dan Sarana Penunjang
Fasilitas :Jumlah ruangan dengan bagian-bagian tertentu.
Sarana : 1.
3.1.8. Ketenagaan
Dokter Gigi :
Dokter Umum :
SKM :
S1 Sospol :
Apoteker :
66

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pelaksanaan kunjungan dilaksanankan selama 5 hari seja

12 Juni 2015 s/d 21 Juni 2015 di Hamadi RW X, RT V Keluraha

Adapun kegiatan kunjungan yang telah dilakukan adalah m

pendataan seluruh anggota keluarga, pemeriksaan fisik, penyulu

hasil tersebut ditemukan masalah kesehatan yang berhubungan

kesehatan ibu dan anak yaitu Ibu hamil umur ≤ 17 tahun dengan res

kehamilan.

Strategi pelayanan komunitas diberikan dengan

tentang tanda bahaya pada kehamilan, perubahan anatomi dan p

pada wanita hamil, kebutuhan dasar ibu hamil, faktor yang memp

ibu resiko tinggi, dampak kehamilan resiko tinggi pada umur ≤ 1

pencegahan kehamilan umur ≤ 17 tahun.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Klien

Diharapkan klien dan keluarga dapat menerapk

meningkatkan perilaku hidup sehat sesuai dengan asuhan


67

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS

2.1.1 Definisi Bidan

Asuhan kebidanan komunitas adalah merupakan bagian int

dari sistem pelayanan kesehatan, khususnya dalam pelayanan keseh

ibu, anak dan keluarga berencana. Dalam memecahkan mas

pasiennya, bidan menggunakan pendekatan manajemen kebida

Manajemen kebidanan adalah metode yang digunakan oleh bidan d

menentukan dan mencari langkah-langkh pemecahan masalah

melakukan tindakan untuk menyelamatkan pasiennya dari gang

kesehatan (Kandra, 2012: 2).

2.1.2 Tujuan Kebidanan Komunitas

Salah satu tujuan kebidanan komunitas tidak h

menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kompeten

(melaksanakan KIA/KB) tetapi juga menyelenggarakan berb

pelayanan, tujuannya:

1. Mengelola program KIA/KB diwilayah kerjanya.

2. Melakukan pemantauan wilayah setempat.


68

2.1.3 Sasaran Kebidanan Komunitas

Sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas adalah:

1. Ibu dan anak di dalam keluarga.

2. Keluarga adalah: Suami, Istri, anak dan anggota keluarga lainnya.

3. Pelayanan kebidanan komunitas, diarahkan untuk mewujudkan keluarga

yang sehat dan sejahtera.

4. Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian upaya kesehatan

keluarga.

5. Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk mewujudkan

keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera.

6. Kesehatan anak di selenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan

perkembangan anak dengan upaya yang di lakukan.:

a. Peningkatan kesehatan anak dalam kandungan.

b. Masa bayi.

c. Masa balita,

d. Masa pra sekolah.

e. Masa sekolah (Kandra, 2012 : 2).

2.1.4 Kegiatan Kebidanan Komunitas

Bidan dimasyarakat adalah sesuai dengan peran dan fungsinya


sebagai pelaksana, yaitu melaksanakan dan menetapkan manajemen
kebidanan pada setiap asuhan kebidanan baik individu maupun masyarakat
yang meliputi memberi layanan dasar pada remaja.Memberikan asuhan
kebidanan pada klien selama kehamilan normal di masyarakat. Memberikan
asuhan kebidanan pada masa persalinan dengan melibatkan keluarga.
Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. Memberikan asuhan
69

kebidanan pada ibu nifas dengan melibatkan keluarga dan memberikan


asuhan pada pasangan usia subur yang membutuhkan pelayanan KB.

Adpun peran dan fungsi bidan sesuai dengan kompetensi bidan


Indonesia yaitu bidn memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan
komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesui dengan
budaya setempat (Meilani dkk, 2011).

2.1.5 Peran Bidan Dalam Komunitas

Menurut Meilani, dkk (2011) dalam bukunya yang berjudul kebidanan


komunitas, mengatakan bahwa peran bidan dalam komunitas adalah
sebagai berikut:

1. Pemberi pelayanan kesehatan (provider), memberi pelayanan

kesehatan secara langsung maupun tidak langsung.

2. Pendidik, memberi pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga

yang berisiko tinggi, kader kesehatan dan lain-lain.

3. Pengelola (merencanakan, mengorganisasikan, mengerakkan dan

mengevaluasi) pelayanan kebidanan.

4. Konselor, memberi kesling / bimbingan pada kader, keluarga dan

masyarakat tentang masalah kesehatan komunitas sesuai prioritas.

5. Pembela klien (advokat), memberi informasi dan sokongan kepada

seseorang sehingga mampu membuat keputusan yang terbaik dan

memungkinkan bagi dirinya.

6. Kolaborator / koordinator dengan lintas program maupun sektoral.

7. Perencana, merencanakan pelayanan kebidanan individudan keluarga

serta berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat.


70

2.2 KONSEP DASAR KELUARGA

2.2.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit kecil masyarakat, terdiri atas dua orang atau
lebih, adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu
rumah tangga dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga, berinteraksi
diantara sesama anggota keluarga setiap anggota keluarga mempunyai
peran masing-masing menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan
(Depkes RI, 2012).

2.2.2 Struktur keluarga

Struktur keluarga (Depkes RI, 2012) adalah sebagai berikut:

1. Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa


generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa


generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.


4. Patrilokal

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga saudara suami.


5. Keluarga kawinan

Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan


beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami istri

2.2.3 Ciri-ciri keluarga

Ciri-ciri struktur keluarga (Depkes RI, 2012):

1. Diikat dalam satu perkawinan.

2. Ada hubungan darah


71

3. Ada ikatan batin

4. Ada tanggung jawab masing-masing keluarga

5. Ada pengambilan keputusan

6. Kerjasama diantara anggota keluarga

7. Komunikasi antara anggota keluarga

8. Tinggal dalam satu rumah

2.2.4 Tipe / Bentuk Keluarga

1. Keluarga inti (nuklear Familly) adalah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu
dan anak

2. Keluarga besar (Extended Familly) adalah keluarga inti ditambah dengan


sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,
paman dan bibi.

3. Keluarga berantai (Serial Familly) adalah keluarga yang terjadi dari satu
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.

4. Keluarga / janda (Single Familly) adalah keluarga yang terjadi karena


perceraian atau kematian.

5. Keluarga berkomposisi (Camposite)adalah keluarga yang perkawinannya


berpoligami dan hidup secara bersama.

6. Keluarga kabitas (Cahabitasion) adalah dua orang menjadi satu tanpa


pernikahan tapi membentuk suatu keluarga.

2.2.5 Keluarga Binaan

Keluarga binaan adalah perawatan kesehatan masyarakat yang


ditunjukkan atau diputuskan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan
yang di rawat dengan sehat sebagai tujuan dan melalui perawatan sebagai
sasaran dalam konteks asuhan komunitas

(Depkes RI, 2012).


72

Perawatan kesehatan keluarga binaan adalah tingkat perawatan


kesehatan masyarakat yang ditunjukkan atau dipusatkan pada keluarga
sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan
melalui perawatan sebagai saran / penyalur.

1. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan keluarga binaan

a. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,

mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam

kelompoknya.

b. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang

menyangkut kehidupan masyarakat.

c. Masalh-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila

salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan

berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.

d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu

(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam

memelihara kesehatan para anggotanya.

e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai

upaya kesehatan masyarakat.

2. Tujuan perawatan kesehatan keluarga binaan

a. Tujuan umum

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan


keluarga mereka, sehinga dapat meningkatkan status kesehatan
keluarganya.
b. Tujuan khusus

1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah

kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.


73

2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-

masalah kesehatan dasar dalam keluarga.

3) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan

yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.

4) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan

keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalm

mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.

5) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu

hidupnya (Depkes RI, 2012).

3. Tugas-tugas keluarga binaan

Tugas-tugas keluarga binaan dalam bidang kesehatan untuk dapat


mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan
saling memelihara (Depkes RI, 2011).
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan yang tepat.

c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan

yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya

yang terlalu muda.

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-

lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik

fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.


74

2.3 KONSEP DASAR KEHAMILAN

2.3.1. Pengertian

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari


spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implementasi
(Prawirohardjo, 2012 : 213).

Proses terjadinya kehamilan karena bertemunya sel telur dan sel


sperma, maka terjadilah pembuaha. Lebih lanjut dikatakan Manuaba, bahwa
kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai
sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Prawirohardjo,
2012 : 213).

Lama kehamilan berlangsung sampai pada masa persalinan aterm


sekitar 280 sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut:

1. Kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin 1.000 gram bila berakhir

disebut keguguran.

2. Kehamilan 29 sampai 36 minggu bila terjadi persalinan disebut

prematuritas.

3. Kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu disebut arerm.

4. Kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau

postdatism (serotinus).

Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan, yaitu:


1. Triwulan pertama : 0 sampai 12 minggu

2. Triwulan kedua : 13 sampai 28 minggu.

3. Triwulan ketiga : 29 sampai 42 minggu

(Prawirohardjo, 2012 : 213).

2.3.2. Tujuan Asuhan Kehamilan

1. Tujuan Utama
75

Menurunkan atau mencegah kesakitan, serta kematian maternal dan


perinatal.

2. Tujuan Khusus

a. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan


perkembangan bayi yang normal.

b. Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan


penatalaksanaan yang diperlukan.

c. Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka
mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional serta logis
untuk menghadapi kelahiran dan kemungkinan adanya komplikasi
(Romauli, 2012 : 7).

2.3.3. Pokok-pokok Standar Asuhan Kehamilan

1. Pengertian Standar

Standar merupakan pernyataan-pernyataan tertulis tentang harapan-


harapan tingkat ketrampilan atau kompetensi untuk memastikan
pencapaian suatu hasil tertentu.

Untuk menjamin mutu asuhan yang diberikan standar merupakan


landasan berpijak normatif dan parameter untuk menentukan tingkat
keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan yang seharusnya.

2. Pernyataan Standar Asuhan Kehamilan

Asuhan kehamilan bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan data,


menginterprestasikan data menetapkan diagnosa dan rencana tindakan
serta melaksanakannya untuk menjamin keamanan dan kepuasan serta
kesejahteraan ibu dan janin selama periode kehamilan.

3. Standar pelayanan Antenatal

a. Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil

bidan melakukan kunjungan ke rumah dan berinteraksi dengan


masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan
memotifasi ibu, suami, serta anggota keluarga lainnya agar
76

mendorong dan membantu ibu untuk memeriksakan kehamilannya


sejak dini secara teratur.

b. Standar 4: pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan memberikan sedikitnya empat kali pelayanan antenatal.


Pemeriksaan meliputi pemeriksaan anamnesis serta pemantauan ibu
dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan janin
berlangsung normal. Bidan juga juga harus mengenal adanya
kelainan pada kehamilan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi,
PMS atau infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan
penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh
puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap
kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu
mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuk untuk tindakan
selanjutnya.

c. Standar 5: Palpasi Abdomen

Bidan melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan


melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila
umur kehamilan bertambah memeriksa posisi, bagian terendah janin,
dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul untuk mencari
kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

d. Standar 6: pengelolaan Anemia Pada Kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan, identifikasi, penanganan dan


atau rujukan untuk semua kasus anemia pada kehamilan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

e. Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada


kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeclamsia lainnya,
serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

f. Standar 8: Persiapan Persalinan


77

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarga pada trimester ke-3 untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman suasana yang menyenangkan akan
direncanakan dengan baik. Disamping itu persiapan transportasi dan
biaya untuk merujuk juga harus direncanakan bila tiba-tiba terjadi
keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan
rumah.

4. Standar Asuhan Kehamilan

a. Kunjungan Antenatal Care (ANC) minimal:

1) Satu kali pada trimester I (usia kehamilan 0-13 minggu)

2) Satu kali pada trimesrer II (usia kehamilan 14-27 minggu)

3) Dua kali pada trimester III (usia kehami 28-40 minggu)

b. Pelayanan Standar, yaitu 7 T


Sesuai dengan kebijakan Dapartemen Kesehatan, standar minimal
pelayanan pada ibu hamil adalah tujuh bentuk yang disingkat dengan
7 T, antara lain sebagai berikut.
1) Timbang berat badan.

2) Ukut Tekanan darah.

3) Ukur Tinggi fundus uteri.

4) Pemberian imunisasi TT lengkap.

5) Pemberian Tablet besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan

dengan dosis satu tablet setiap harinya.

6) Lakukan Tes Penyakit Menular Seksual (PMS).

7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

(Romauli, 2012 : 12)

2.3.4. Tanda dan Gejala Kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan adalah sebagai berikut :


78

1. Tanda- tanda dugaan hamil :

a. Berhenti menstruasi (Amenorea):

1) Konsep dan nidasi mnyebabkan tidak terjadi pembentukan volikel

de graaf dan ovulasi.

2) Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus

naegle ditentukan perkiraan persalinan.

b. Mual (nausea) dan muntah (emesis) :

1) Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran asam

lambung yang berlebihan.

2) Menimbulkan mual dan muntah terutama pagi hari yang disebut

morning sickness.

3) Gejala ini muncul sekitar 6 minggu setelah mulainya periode

menstruasi terakhir dan biasanya menghilang spontan 6 sampai

12 minggu kemudian.

c. Ngidam

Waktu hamil sering menginginkan makanan tertentu,


keinginan yang demikian disebut ngidam.
d. Sinkope/pingsan :

1) Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala menyebabkan

iskemia susunan saraf pusat.

2) Keadaan ini menghilangkan setelah usia kehamilan 16 minggu.

e. Payudara tegang :

1) Pengaruh estrogen-progesteron dan samatomamotropin

menimbulkan deposit lemak,air,dan garam pada payudara.


79

2) Payudara membesar dan tegang

3) Ujung syaraf tertekan menimbulkan rasa sakit terutama pada

hamil pertama.

f. Gangguan kencing :

1) Uterus yang sedang membesar mendesak kandung kencing

sehingga dapat mengakibatkan kandungan kemih cepat terasa

penuh sehingga sering kencing.

2) Pada triwulan kedua sudang menghilang tetapi gejala ini muncul

kembali pada waktu mendekati akhir kehamilan, ketika kepala

bayi turun ke panggul ibu.

g. Konstipasi atau obstipasi:

Pengaruh progesteron menghambat peristalic usus


menyebabkan kesulitan buang air besar.

h. Pigmentasi kulit

1) Sekitar pipi : Doasma gravidarum.

Keluarnya melanophore hormone hipofisis anterior menyebabkan


pigmentasi pada kulit.
2) Dinding perut.

Striae lividae, striae nigra dan linea alba makin hitam.


3) Sekitar payudara

Hiperpigmentasi areola mamae, kelenjar montgomery menonjol,


pembuluh darah manifes sekitar payudara.
i. Epulis / hipertropi gusi, dapat terjadi bila hamil.

j. Varices / penampakan pembuluh darah vena.


80

1) Karena pengaruh esterogen dan progesteron terjadi

penampakan pembukuh darah vena, terutama bagi mereka yang

mempunyai bakat.

2) Terjadi di sekitar genitalia eksterna, kaki, betis dan payudara.

3) Dapat menghilang setelah persalinan.

2. Tanda tidak pasti kehamilan:

a. Pembesaran abdomen

Perubahan bentu, ukuran dan konsistensi uterus.


b. Pada pemeriksaan dijumpai:

1) Tanda Hegar : rahim (isthnus uteri) menjadi panjang dan lunak.

2) Tanda Chadwicks : Vulva dan Vagina mengalami peningkatan

pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak

makin merah dan kebiru-biruan.

3) Tanda Piskaceck : terjadinya pertumbuhan yang cepat di daerah

implantasi plasenta sehingga rahim bentuknya tidak sama.

4) Kontraksi Braxton Hicks : hormon progesterone mengalami

penurunan dan menimbulkan kontraksi rahim.

5) Teraba Ballotement (Man)

c. Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif sebagian kemungkinan

positif palsu.

3. Tanda pasti kehamilan:

Tanda pasti hamil adalah data atau kondisi yang mengidentifikasikan


adanya buah kehamilan atau bayi yang diketahui melalui pemeriksaan
dan direkam oleh pemeriks.
a. Denyut jantung janin (DJJ)
81

Dapat di dengar dengan stetoskop laenec pada minggu ke 17-18.


Pada orang gemuk, lebih lembut. Dengan stetoskop ultrasonic
(Doppler), DJJ dapat di dengar lebih awal lagi, sekitar minggu ke-12.
Melakukan auskultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-
bunyi lain, seperti bising tali pusat, bising uterus dan nadi ibu.
b. Gerakan janin dalam rahim

Gerakan janin jugaa bermula pada usia kehamilan mencapai 12


minggu, tetapi baru dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan
16-20 minggu karena diusia kehamilan tersebut, ibu hamil dapat
merasakan gerakan halus hingga tendangan kaki bayi diusia
kehamilan 16-18 minggu (dihitung dari hari pertama haid terakhir).
Gerakan pertama bayi yang dapat dirasakan ibu disebut dengan
quickening, yang sering diartikan sebagai kesan kehidupan.
Walaupun gerakan awal ini dapat dikatagorikan tanda pasti
kehamilan dan estimasi usia kehamilan, tetapi hal ini sering
dikelirukan dengan gerakan usus akibat perpindahan gas di dalam
lumen saluran cerna. Bagia-bagian tubuh bayi juga dapat dipalpasi
dengan mudah mulai usia kehamilan 20 minggu.
Fenomena bandul atau pantulan balik yang disebut dengan
ballotement juga merupakan tanda adanya janin didalam uterus.
c. Tanda Braxton-hiks

Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda ini khas untuk


uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar
tetapi tidak ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, maka tanda
ini tidak ditemukan.
4. Diagnosis banding kehamilan:

Pembesaran perut wanita tidak selamanya suatu kehamilan sehingga


perlu dilakukan diagnosis banding diantaranya :
a. Hamil palsu (pseudocyesis) atau kehamilan spuria.

Dijumpai tanda dugaan hamil, tetapi dengan pemeriksaan alat


canggih dan tes biologi tidak menunjukkan kehamilan.
b. Tumor kandungan atau mioma uteri.

1) Terdapat pembesaran rahim, tetapi tidak disertai tanda hamil.

2) Bentuk pembesaran tidak merata.

3) Perdarahan banyak saat menstruasi.


82

c. Kista ovarium

1) Pembesaran perut tetapi tidak disertai tanda hamil.

2) Datang bulan terus berlangsung.

3) Lamanya pembesaran perut dapat melampaui umur kehamilan.

4) Pemeriksaan tes biologis kehamilan dalam hasil negatif.

d. Hematometra

1) Terlambat datang bulan yang dapat melampaui umur

kehamilan.

2) Perut sakit setiap bulan.

3) Terjadi tumpukan darah dalam rahim.

4) Tanda dan pemeriksaan hamil tidak menunjukkan hasil yang

positif.

5) Sebab himen in perforata.

e. Kandung kemih yang penuh

Dengan melakukan kateterisasi, maka pembesaran perut akan


menghilang (Jannah, 2012).

2.3.5. Perubahan Anatomi Wanita Hamil

Kehamilan mempengaruhi tubuh ibu secara keseluruhan dengan


menimbulkan perubahan anatomi dan fisiologi ibu, agar tubuh ibu mampu
melindungi embrio atau janin yang sedang berkembang dan memberikan
semua yang diperlukan serta beradaptasi menyediakan tempat bagi
pertumbuhan embrio atau janin, hingga pemberian makanannya ketika
janin lahir.

Perubahan anatomi dan fisiologi dalam kehamilan sebagai berikut:

1. Uterus
83

Pada saat kehamilan uterus akan terus membesar dalam rongga


pelvis dan seiring perkembangannya uterus akan menyentuh dinding
abdomen, mendorong usus kesamping dan keatas, terus tumbuh
hingga menyentuh hati. Pada saat pertumbuhan uterus akan berotasi
kearah kanan, dekstrorotasi ini disebabkan oleh adanya rektosigmoid
didaerah kiri pelvis (Romauli, 2011 : 76).

Tabel 1.1 TFU Menurut Penambahan Per Tiga Jari

Usia Kehamilan

(Minggu) Tinggi Fundus Uteri (TFU)


12 3 jari di atas sympisis
16 Pertengahan pusat sympisis
20 3 jari di bawah sympisis
24 Setinggi pusat
28 3 jari di atas pusat
32 Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus (px)
36 3 jari di bawah prosesus xiphoideus (px)
40 Pertengahan pusat -prosesus xiphoideus (px)

2. Serviks

Bertambah vaskulari sasinya dan menjadi lunak, kondisi ini yang


disebut tanda Goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan
mengeluarkan cairan mucus. Oleh karena pertambahan dan pelebaran
pembuluh darah, warnanya menjadi valid dan ini disebut dengan tanda
chadwick.
3. Ovarium

Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteumgraviditas


sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih pengeluaran
estrogen dan progesterone.
4. Vagina dan Vulva

Karena pengaruh estrogen, terjadi hipervaskularisasi pada vagina


dan vulva sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih merah atau
kebiruan, kondisi ini disebut tanda chadwick.
5. Payudara

Karena adanya peningkatan suplai darah di bawah pengaruh


aktivitas hormon, jaringan glandular dari payudara membesar dan
puting menjadi lebih efektif walaupun perubahan payudara dalam
84

bentuk yang membesar terjadi pada waktu menjelang persalinan.


Estrogen menyebabkan pertumbuhan tubulus lactiferous dan ductus
juga menyebabkan penyimpanan lemak. Progesteron menyebabkan
tumbuhnya lobus, alveoli lebih tervaskularisasi dan mampu bersekresi.
Hormon pertumbuhan dan glukokoritikoid juga mempunyai peranan
penting dalam perkembangan ini. Prolaktin merangsang produksi
kolostrum dan air susu ibu.
6. Sisten Kardiovaskular

Yang khas denyut nadi istirahat meningkat 10 sampai 15 denyut


per menit pada kehamilan. Karena diagframa semakin naik terus
selama kehamilan, jantung digeser ke kiri dan ke atas. Sementara pada
waktu yang sama, organ ini agak berputar pada sumbu panjangnya.
Akibatnya apeks jantung digerakkan agak ke lateral dari posisinya pada
keadaan tidak hamil normal, dan membesarnya ukuran bayangan
jantung ditemukan pada radiogra. Luasnya perubahan-perubahan ini
dipengaruhi oleh ukuran dan posisi uterus, kekuatan otot-otot abdomen
dan konfigurasi abdomen dan thorax. Besar dari jantung bertambah
sekitar 12% dan meningkatkan kapasitas jantung sebesar 70-80 ml

(Jannah, 2012 : 89-96).

7. Sistem Gastrointestinal

a. Pembengkakan gusi akibat peningkatan kadar estrogen gusi dapat

menjadi lunak seperti spons dan hiperemia.

b. Pergeseran intestinum ke lateral dan posterior.

c. Pergerakan lambung ke superior dan lateral.

d. Pelambatan motilitas intestinal dan waktu pengosongan lambung

serta kandung empedu akibat relaksasi otot polos yang disebabkan

oleh kadar progesteron plasenta yang tinggi.

e. Hemoriod pada kehamilan lanjut akibat tekanan vena.

8. Sistem Endrokin
85

a. Peningkatan metabolisme iodium akibat hiperplasia ringan kelenjar

tiroid yang disebabkan oleh kadar estrogen.

b. Paratiroidisme ringan akibat peningkatan kebutuhan akan kalsium

dan vitamin D.

c. Kenaikan kadar hormon paratiroidplasma yang mencapai puncaknya

pada usia kehamilan antara 15 dan 35 minggu.

d. Kelenjar hipofise yang sedikit membesar.

e. Peningkatan produksi prolaktin oleh kelenjar hipofise

f. Peningkatan produksi estrogen, progesteron dan human chorionic

somatomammotropin oleh plasenta.

9. Sistem Metabolik

a. Peningkatan kadar lipid, lipoprotein dan kolesterol serum.

b. Peningkatan kebutuhan zat besi akibat tuntutan janin.

c. Peningkatan kebutuhan karbohidrat.

d. Peningkatan retensi protein akibat hiperplasia dan hipertrofi jaringan

maternal.

g. Kenaikan berat badan sebesar 11,3 hingga 13,6 kg

(Lockhart, dkk, 2014 : 154-156).


10. Sistem Pernapasan

Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya ruang


rahim dan pembentukan hormone progesterone menyebabkan paru-
paru berfungsi sedikit berbeda dari biasanya. Wanita hamil bernapas
lebih cepat dan lebih dalam karena memerlukan lebih banyak oksigen
untuk janin dan untuk dirinya. Lingkar dada wanita hamil agak
membesar. Lapisan saluran pernapasan menerima lebih banyak darah
dan menjadi agak tersumbat oleh penumpukan darah (kongesti).
Kadang hidung dan tenggorokan mengalami penyumbatan parsial
86

akibat kongesti ini. Tekanan dan kualitas suara wanita hamii agak
berubah
11. Sistem Urinaria

Pada trimester kedua aliran darah ginjal meningkat dan tetap


terjadi hingga usia kehamilan 30 minggu, setelah itu menurun secara
perlahan. Ginjal mengalami pembesaran dan filtrasi glomerular.
Perubahan dalam filtrasi glomerulus adalah penyebab peningkatan
klirens kreatinin, urea dan asam urat yang sangat direabsobsi pada
awal kehamilan. Protein dan asam amino sangat sedikit direabsobsi,
sementara asam amino dan vitamin ditemukan dalam jumlah yang
banyak di dalam urin wanita hamil hanya proteinyang tidak bisa
ditemukan pada urin wanita hamil.
Ekskresi glukosa meningkat sebagai hasil peningkatan filtrasi
glomerulus terhadap glukosa dibandingkan dengan pengurangan
reabsobsi. Glikosuria merupakan hal yang umum dalam kehamilan dan
biasanya berhubungan dengan kadar gula yang tinggi dalam darah.
Dalam hal ini, keadaan wanita hamil harus dipantau untuk menghindari
diabetes militus. Glukosuria dapat menyebabkan infeksi saluran kemih.
Walaupun ada 100 liter cairan ekstra yang dapat melalui tuburel ginjal
setiap harinya, saluran urine mengalami pe

(Jannah, 2012 : 104-106).

12. Sistem Muskuloskeletal

a. Peningkatan hormonseks (dan mungkin pula hormon relaksin) akan

menyebabkan relaksasi artikulasio sakroiliaka, sakrokoksigeus dan

persendian pelvis sehingga terjadi perubahan gaya berjalan.

b. Payudara yang besar akan menarik bahu ke depan sehingga terjadi

posisi tubuh yang membungkuk.

c. Muskulus rektus abdominis akan terpisah pada kehamilan trimester

ketiga sehingga isi abdomen menonjol pada garis tengah abdomen

(Lockhart,dkk, 2014 : 159).

13. Sistem Integumen


87

Sehungan dengan tingginya kadar hormon, terjadi peningkatan


pigmentasi selama kehamilan. Keadaan ini sangat jelas terlihat pada
kelompok wanita dengan warna kulit gelap atau hitam dan dapat
dikenali pada payudara, abdomen, vulva dan wajah. Ketika terjadi pada
kulit muka dikenal sebagai closma atau topeng kehamilan. Bila terjadi
pada muka biasanya pada daerah pipi dan dahi dan dapat mengubah
penampilan wanita tersebut.
Linea alba, garis tipis yang membentang dari syimpisis pubis
sampai umbilicus, dapat menjadi gelap yang biasa disebut linea nigra.
Peningkatan pigmentasi ini akan berkurang sedikit demi sedikit setelah
masa kehamilan. Tingginya kadar hormon yang tersirkulasi dalam darah
dan peningkatan regangan pada kulit abdomen, paha dan payudara
bertanggung jawab pada timbulnya garis-garis yang berwarna merah
muda atau kecoklatan pada daerah tersebut. Tanda tersebut biasa
dikenal dengan nama strie gravidarum dan bisa menjadi lebih gelap
warnanya pada multigravida dengan warna kulit gelap atau hitam. Strie
gravidarum ini akan berkurang setelah masa kehamilan dan biasanya
nampak seperti garis-garis yang berwarna keperakan pada wanita kulit
putih atau warna gelap / hitam yang mengkilap (Jannah, 2012 : 101).

2.3.6. Perubahan dan Adaptasi Psikologis dalam Masa Kehamilan

I, II dan III adalah Sebagai Berikut:

1. Trimester I (Penyesuaian)

a. Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan

kehamilannya.

b. Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan dan kesedihan.

Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.

c. Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil.

Hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.

d. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat

perhatian dengan seksama.


88

e. Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia

seorang ibu yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain

atau malah mungkin dirahasiakannya.

f. Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada setiap

wanita, tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan.

2. Trimester II (kesehatan yang baik)

a. Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon

yang tinggi.

b. Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.

c. Merasakan gerakan anak.

d. Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.

e. Libido meningkat.

f. Menuntut perhatian dan cinta.

g. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari

dirinya.

h. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada

orang lain yang baru menjadi ibu.

i. Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan

persiapan untuk peran baru.

3. Trimester III (Penantian dengan Penuh Kewaspadaan)

a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan

tidak menarik.

b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak hadir tepat waktu.


89

c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi

yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

e. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinnya.

f. Merasa kehilangan perhatian.

g. Perasaan sudah terluka (sensitif).

h. Libido menurun (Romauli, 2011 : 89)

2.3.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehamilan

1. Faktor Fisik

a. Status kesehatan

Ada dua klasifikasi dasar yang berkaitan dengan status kesehatan


atau penyakit yang dialami oleh ibu hamil:
1) Penyakit atau komplikasi akibat langsung kehamilan termasuk di

dalamnya adalah:

a) Hyperemesis gravidarum (HEG)

b) Pre-eklamsia / eklamsia

c) Kehamilan ektopik

d) Gemeli
90

2) Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan dengan

kehamilan:

a) Penyakit atau kelainan alat kandungan: varises vulva, oedema

vulva, kelainan letak uterus, genorea.

b) Penyakit kardiovascular: penyakit jantung, hipertensi.

c) Penyakit darah: anemia dalam kehamilan, leukemia, kelainan

pembekuan darah.

d) Penyakit saluran pernapasan: TB paru.

e) Penyakit endokrin: diabetes dalam kehamilan, kelainan kelenjar

gondok.

f) Penyakit menular: IMS, AIDS (Jannah, 2012 : 129).

b. Status gizi

Status gizi ibu hamil adalah masa dimana seseorang wanita


memerlukan berbagai unsur gizi yang jauh lebih banyak daripada yang
diperlukan dalam keadaan tidak hamil. Diketahui bahwa janin
membutuhkan zat-zat gizi dan hanya ibu yang dapat memberikannya.
Dengan demikian makanan ibu hamil harus cukup bergizi agar janin
yang dikandungnya memperoleh makanan bergizi cukup. Selain itu
status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat berpengaruh
selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan
menyebabkan akibat yang buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat
menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen
dan makanan pada janinnya akan terhambat, sehingga janin akan
mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
1) Asam folat
91

Asam folat adalah bagian dari vitamin B kompleks yang dapat


diisolasi dari daun hijau (seperti bayam), buah segar, kulit, hati,
ginjal, dan jamur. Kekurangan asam folat menyebabkan gangguan
plasenta, abortus habitualis, solusio plasenta, dan kelainan
kongenital pada janin.

2) Energi

Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein saja

tetapi pada susunan gizi seimbang energi dan juga protein.Hal ini

juga efektif unutk menurunkan kejadian BBLR dan kematian

perinatal. Kebutuhan energi ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses

tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu.

3) Protein

Bagi ibu hamil protein berguna untuk menambah jaringan tubuh ibu.
Seperti jaringan dalam payudara dan rahim. Protein digunakan
juaga untuk pembuatan cairan ketuban. Protein bagi ibu hamil
diperoleh antara lain susu, telur, dan keju sebagai sumber protein
terlengkap.
4) Zat besi (Fe)

Setiap hari ibu hamil membutuhkan tambahan 700-800 mg zat besi.


Jika kekurangan, jika terjadi perdarahan sehabis melahirkan.
5) Kalsium

Untuk pembentukan dan tulang gigi bayi, kebutuhan kalsium ibu


hamil adalah sebesar 500 mg perhari.

6) Vitamin D

vitamin D berkaitan dengan zat kapur. Vitamin ini dapat memasuki


tubuh bayi.
7) Yodium

Yodium mencegah gondongan dan masalah lain pada orang


dewasa. Kurang yodium pada wanita hamil dapat menyebabkan
janin menderita kretenisme, sebuah ketidakmampuan yang
mempengaruhi pemikiran.
92

8) Tidak ada rekomendasi rutin untuk pemberian Zinc, Magnesium, dan

minyak ikan selama hamil.

9) Vitamin A

Vitamin A mencegah rabun ayam, kebutaan dan membantu tubuh


melawan infeksi (Romauli, 2012 : 104).
c. Gaya hidup

Selain pola makan yang dihubungkan dengan gaya hidup


masyarakat sekarang ternyata ada beberapa gaya hidup lain yang
cukup merugikan kesehatan seorang wanita hamil. Gaya hidup
tersebut meliputi:
1) Kebiasaan minum jamu atau alkohol

2) Aktivitas seksual

3) Aktivitas sehari-hari

d. Substance abuse

Adalah perilaku yang merugikan atau membahayakan bagi ibu


hamil termasuk penyalahgunaan atau penggunaan obat atau zat-zat
tertentu yang membahayakan ibu hamil.
e. Hamil diluar nikah / tidak diinginkan

Jika kehamilan tidak diharapkan, maka secara otomatis ibu akan


sengat membenci kehamilannya, sehingga tidak ada keinginan dari ibu
untuk melakukan hal-hal positif yang dapat meningkatkan kesehatan
bayinya. Pada kasus ini perlu diwaspadai adanya keguguran,
premature dan kematian janin

2. faktor Psikologis

a. Stressor internal

Pemicu stessor internal adalah karena faktor dari ibu sendiri.


Adanya beban psikologis yang ditanggung oleh ibu dapat
menyebabkan gangguan perkembangan bayi yang nantinya akan
93

terlihat ketika bayi lahir. Stressor internal meliputi kecemasan,


ketegangan, ketakutan, penyakit, cacat, tidak percaya diri, perubahan
penampilan, perubahan peran sebagai orang tua, sikap ibu terhadap
kehamilan, persalinan, kehingan pekerjaan.
b. Stressor eksternal

Pemicu stessor ekternal berasal dari luar diri ibu seperti: status
sosial, kasih sayang, suport mental, broken home, respon negatif dari
lingkungan.
c. Dukungan keluarga

Setiap tahap usia kehamilan, ibu akan mengalami banyak


perubahan baik yang bersifat fisik maupun psikologis. Ibu harus
melakukan adaptasi pada setiap perubahan yang terjadi tersebut,
dimana sumber stres terbesar terjadi karena dalam rangka melakukan
adaptasi terhadap kondisi tertentu. Dengan menjalani proses tersebut,
ibu hamil sangat membutuhkan dukungan yang intensif dari keluarga
dengan cara menunjukkanperhatiandan kasih sayang.
d. Kekerasan yang dilakukan oleh pasangan

Setiap bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pasangan harus


selalu diwaspadi oleh tenaga kesehatan jangan sampai kekerasan
yang terjadi dapat membahayakan ibu dan bayinya. Efek psikologi yang
muncul adalah gangguan rasa nyaman pada ibu. Sewaktu-waktu ibu
akan mengalami perasaan terancam yang akan berpengarauh
pertumbuhan dan perkembangan janinnya

(Jannah, 2012 : 136-141).

3. Faktor Lingkungan, Sosial Budaya dan Ekonomi

a. Kebiasaan adat istiadat

Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang merugikan kesehatan


ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal ini dengan
bijaksana, jangan sampai menyinggung “kearifan lokal” yang sudah
berlaku di daerah tersebut.
b. Fasilitas kesehatan

Adanya fasilitas kesehatan yang memadai akan sangat


menentukan kualitas pelayanan kepada ibu hamil. Deteksi dini
terhadap kemungkinan adanya penyakit akan lebih tepat, sehingga
langkah antisipasi akan cepat dipanggil.fasilitas kesehatan ini sangat
94

menentukan atau berpengaruh terhadap upaya penurunan angka


kesehatan ibu dan anak.
c. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan ibu hamil sangat berperan dalam kualitas


perawatan bayinya. Penguasaan pengetahuan erat kaitannya dengan
tingkat pendidikan seseorang.
d. Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap


kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil. Ibu hamil yang lebih
tinggi sosial ekonominya maka ibu akan lebih fokus untuk
mempersiapkan fisik dan mentalnya sebagai seorang ibu.
e. Pekerjaan

Pekerjaan seorang ibu akan menggambarkan aktivitas dan tingkat


kesejahteraan ekonomi yang akan didapatkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai tingkat pengetahuan
yang lebih baik daripada ibu yang tidak bekerja. Oleh karena itu, pada
ibu yang bekerja akan lebih memeliki kesempatan untuk berinteraksi
dengan orang lain sehingga lebih mempunyai banyak peluang juga
untuk mendapat informasi seputar keadaanya (Jannah, 2012:142).

2.3.8 Kebutuhan Dasar ibu Hamil

1. Oksigen

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang


digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan tubuhnya dan untuk aktivitas berbagai organ atau
sel.Asupan oksigen bisa terganggu disebakan oleh berbagai factor yang
salah satunya adalah aktifitas ibu hamil yang berlebihan, karena kegian
yang berlebihan dapat membuat daya serap oksigen lemah. Penyebab
lain adalah asupan gizi ibu hamil yang kurang bagus, sehingga ibu
kekurangan energi untuk mengantarkan darah dan oksigen ke rahim.

2. Nutrisi

Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai
gizi bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal
harganya. Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori
95

perhari, ibu hamil harusnya mengkonsumsi makanan yang mengandung


protein, zat besi dan minum cukup cairan (menu seimbang)
3. Personal Hygine

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan dua


kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan banyak
keringat, menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit dengan cara
dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut, perlu
mendapat perhatian karena sering kali mudah terjadi gigi berlubang,
terutama pada ibu yang kekurangan kalsium.
4. Pakaian

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pakaian ibu hamil adalah
memenuhi kriteria berikut ini:
a. Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat pada

daerah perut.

b. Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat.

c. Pakailah bra yang menyokong payudara.

d. Memakai sepatu dengan hak yang rendah.

e. Pakaian dalam yang selalu bersih.

5. Eliminasi

Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan


eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kecil. Konstipasi terjadi
karena adanya pengaruh hormon progesteron yang mempunyai efek
rileks terhadap otot polos, salah satunya otot usus.
6. Seksual

Selama kehamilan berjalan normal, koitus diperbolehkan sampai


akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya tidak
lagi berhubungan seks selama 14 hari menjelang kelahiran. Koitus tidak
dibenarkan bila terdapat perdarahan pervaginam, riwayat abortus
berulang, abortus / partus prematurus imminens, ketuban pecah sebelum
waktunya.
96

7. Mobilisasi

Ibu hamil boleh melakukan kegiatan / aktivitas fisik biasa selama


tidak terlalu melelahkan. Ibu hamil dapat dianjurkan untuk melakukan
pekerjaan rumah dengan dan cara berirama dengan menghindari
gerakan menyentak, sehingga mengurangi ketegangan pada tubuh dan
menghindari kelelahan.
8. Istirahat

Wanita hamil dianjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur


khususnya seiring kemajuan kehamilannya. Jadwal istirahat dan tidur
perlu diperhatikan dengan baik, karena istirahat dan tidur yang teratur
dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani untuk kepentingan
perkembangan dan pertumbuhan janin. Tidur pada malam hari selama
kurang lebih 8 jam dan istirahat dalam keadaan rilaks pada siang hari
selama 1 jam.
9. Imunisasi

Imunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk


mencegah penyakit yang dapat menyebabkan kematian ibu dan janin.
Jenis imunisasi yang diberikan adalah tetanus toxoid (TT) yang dapat
mencegah penyakit tetanus.
10. Kunjungan ulang

Kunjungan pertama, wanita hamil akan senang bila diberitahu


jadwal kunjungan berikutnya. Pada umumnya kunjungan ulang
dijadwalkan tiap 4 minggu sampai umur kehamilan 28 minggu.
Selanjutnya tiap 2 minggu sampai umur kehamilan 36 minggu dan
seterusnya tiap minggu sampai bersalin (Romauli, 2012 :1 34).

2.3.9 Tanda-tanda Bahaya Kehamilan

1. Perdarahan vagina

Perdarahan pervaginam dalam kehamilanadalah jarang yang


norml. Pada masa awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami
perdarahan yang sedikit atau spotting di sekitar waktu pertama terlambat
haid. Hal inii karena terjadnya implantasi. Pada waktu lain dalam
kehamilan, perdarahan ringan mungkin bertanda dari serviks yang rapuh
(erosi), mungkin normal atau disebabkan oleh infeksi.
97

Perdarahan vagina yang terjadi pada wanita hamil dapat dibedakan


menjadi 2 bagian:
a. Pada awal kehamilan: abortus, mola hidatisida dan kehamilan ektopik

terganggu.

b. Pada akhir kehamilan: solutio plasenta dan plasenta previa.

2. Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang

Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan dan sering kali


merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan yang bisa
disebabkan oleh pengaruh hormon keletihan.
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah
sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat
adalah salah satu gejala preeklampsi. Preeklampsi biasanya juga disertai
dengan penglihatan tiba-tiba hilang / kabur, bengkak / oedema pada kaki
dan muka serta nyeri pada epigastrium
3. Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri abdomen yang dimaksud adalah yang tidak berhubungan


dengan persalinan normal. Merupakan nyeri perut yang hebat, menetap,
dan tidak hilang setelah beristirahat bisa berarti appendicitis,abortus,
penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis dan infeksi
kandung kemih.
4. Bayi kurang bergerak seperti biasa

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-
6. Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi
tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali
dalam periode 3 jam. Biasanya diukur dalam waktu selama 12 jam yaitu
sebanyak 10 kali.
5. Ketuban pecah dini

Dapat didefinisikan dengan keluarnya cairan mendadak disertai


bau yang khas. Adanya kemungkinan infeksi dalam rahim dan persalinan
prematuritas yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
bayi.
Ketuban pecah dini yang disertai kelainan letak akan mempersulit
persalinan yang dilakukan di tempat dengan fasilitas belum memadai.
6. Muntah terus menerus
98

Terdapat muntah yang terus-nenerus yang menimbulkan


gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi.
Gejala-gejala hiperemisis lainnya:
a. Nafsu makan menurun.

b. Berat badan menurun.

c. Nyeri daerah epigastrium.

d. Tekanan darah menurun dan nadi meningkat.

e. Lidah kering.

f. Mata nampak cekung.

7. Demam

Demam tinggi, terutama yang diikuti dengan tubuh menggigil, rasa


sakit seluruh tubuh, sangat pusing biasanya disebabkan oleh malaria.

8. Anemia

Pembagian anemia:
a. Anemia ringan: 9-10 gr%

b. Anemia sedang: 7-8 gr%

c. Anemia berat: < 7 gr%

Pengaruh anemia pada kehamilan dapat terjadi abortus, partus


prematurus, IUGR, infeksi, hiperemesis gravidarum dan lain-lain.
9. Kejang

Kejang pada ibu hamil merupakan gejala lanjut dari preeklampsi


(Jannah, 2012:183).

2.4 KONSEP DASAR KEHAMILAN Umur ≤ 17 TAHUN

2.4.1. Pengertian Kehamilan Umur ≤ 17 Tahun


Kehamilan pada usia ini merupakan kehamilan usia muda karena
wanita tersebut berumur di bawah 20 tahun. Dan pada usia ini tentu memiliki
resiko yang lebih tinggi untuk kesehatan wanita tersebut. Karena pada usia
99

dibawah 20 tahun masih memiliki organ reproduksi yang belum siap dan
beresiko tinggi mengalami kondisi kesehatan yang buruk saat dirinya sedang
hamil. Bahkan kondisi sel telur pun belum dapat sempurna sehingga
dikhawatirkan akan menggangu perkembangan janinnya.

2.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Ibu Pada Resiko Tinggi

1. Usia
a. Remaja yang berusia di bawah 15 tahun

b. Nulipara yang usianya sudah 35 tahun atau lebih dan multipara yang

usianya sudah 40 tahun atau lebih.

2. Paritas maternal dengan sedikitnya salah satu dari keadaan berikut


a. Tidak hamil selam 8 tahun atau lebih sejak kehamilanterakhir.

b. Mengalami kehamilan dengan durasi sedikitnya 20 minggu sebanyak 5

kali atau lebih.

c. Kehamilan terjadi lagi dalam waktu 3 bulan dari persalinan terakhir.

3. Riwayat obstetrik dan ginekologik dengan salah satu keadaan berikut

ini:
a. Dua atau lebih kehamilan prematur atau abortus spontan.

b. Satu atau lebih bayi lahir mati pada kehamilan aterem.

c. Riwayat kelahiran neonatal prematur atau lewat bulan (postmatur).

d. Riwayat diabetes gestasional, hipertensi gestasional atau infeksi saat

hamil.

e. Rongga pelvis yang tidak adekuat atau bentuk pelvis yang abnormal.

4. Riwayat medis ibu


100

a. Eksaserbasi permasalahan medis terakhir

1) Penyakit jantung

2) Hipertensi maternal yang meningkatkan risiko terjadinya solusio

plasenta.

3) Diabetes melitus..

4) Trauma abdomen yang mungkin menyebabkan ketuban pecah dini

atau solusio plasenta

5. Riwayat keluarga

a. sebagian keadaan dan gangguan seperti riwayat kelahiran kembar,

kelainan kongenital serta gangguan jiwa dianggap bersifat familial.

b. Riwayat medis dalam keluarga ayah merupakan persoalan penting

hingga riwayat terpajannya ayah dengan bahaya lingkungan

(Lockhart, dkk, 2014:226).

2.4.3. Dampak Kehamilan Resiko Tinggi Pada Umur ≤ 17 Tahun

Penyulit pada kehamilan umur ≤ 17 tahun, lebih tinggi dibandingkan


kurun waktu reproduksi sehat antara usia 20 dan 30 tahun. Keadaan ini
disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat
merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin.
Keadaan tersebut makan menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stres)
psikologis, ekonomi, sehingga memudahkan terjadi:

1. Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan

kehamilan yang tidak dikehendaki. Keguguran sengaja yang dilakukan

oleh tenaga non-profesional dapat menimbulkan akibat samping yang

serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang

pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.


101

2. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), dan kelainan

bawaan. Kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan

dapat mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan

lahir rendah, dan cacat bawaan.

3. Mudah terjadi infeksi. Keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi

rendah, dan stres memudahkan terjadi infeksi saat hamil, terlebih pada

kala nifas.

4. Anemia kehamilan.

5. Keracunan kehamilan (gestosis). Kombinasi keadaan alat reproduksi

yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya

keracunan hamil, dalam bentuk pre-eklamsia atau eklamsia.Pre-

eklamsia dan eklamsia memerlukan perhatian yang serius karena dapat

menyebabkan kematian.

2.4.4. Pencegahan Kehamilan Umur ≤ 17 Tahun

1. Memberikan pendidikan seks

Sudah lama diperdengarkan tentang pendidikan seks pada remaja


guna memberikan pengetahuan tentang seks dan penyakit hubungan
seks.

2. Keluarga berencana untuk remaja

Kenyataan yang dihadapi dapat disimpulkan bahwa perilaku seks


remaja menjurus ke arah liberal, tidak dapat dibendung, dan hanya
mungkin mengendalikannya sehingga penyebaran penyakit hubungan
seks dan kehamilan di kalangan remaja dapat dibatasi. Dengan
pertimbangan itu maka perlu dicanangkan program keluarga berencana di
kalangan remaja, digalakan pengendalian perilaku seks dapat dicapai.

2.5. MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS


102

2.5.1 Pengertian

Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian


tertentu. Kebidanan berasal dari kata “Bidan” yang artinya adalah seseorang
yang telah mengikuti pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau
mendapat ijin melakukan praktek kebidanan. Sedangkan kebidanan sendiri
mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan (Kandra, 2012)

Komunitas adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi


tertentu. Sasaran kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita yang
berada dalam keluarga dan masyarakat. Pelyanan komunitas dapat juga
merupakan bagian atau kelanjutan pelayanan kebidanan yang diberikan di
rumah sakit. Pelayanan kesehatan ibu dan ank di lingkungan keluarga
merupakan kegiatan kebidanan komunitas.

Kelompok komunitas terkecil adalah keluarga individu yang dilayani


adalah bagian dari keluarga atau komunitas. Oleh karena itu, bidan tidak
memandang pasiennya dari sudut biologis. Akan tetapi juga sebagai unsur
sosial yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonimi
dan lingkungan disekitarnya. Dapat ditemukan disini bahwa unsur-unsur yang
tercakup didalam kebidanan komunitas adalah bidan, pelayanan kebidanan,
sasaran pelayanan, lingkungan dan pengetahuan serta teknologi.

Penerapan manajemen kebidanan komunitas melalui proses yang


secara berurutan yaitu identifikasi masalah, analisis dan perumusan
masalah, rencana dan tindakan pelaksanaan serta evaluasi hasil tindakan.
Manejemen kebidanan juga digunakan oleh bidan dalam menangani
kesehatan ibu, anak dan KB di komuniti, penerapan manajemen kebidanan
komuniti (Kandra, 2012)

2.5.2 Tujuan

Agar pelayanan komprehensif dan aman dapat di pakai.

2.5.3 Penerapan Asuhan Kebidanan Komunitas dalam Konteks Keluarga


Binaan Melalui Proses yang Secara Berurutan yaitu:

1. Data dan identifikasi yang meliputi


103

Bidan memberikan pelayanan KIA dan KB di masyarakat melalui


identifikasi, ini untuk mengatasi keadaan dan masalah kesehatan
keluarga terutama yang ditunjukkan pada kesehatan ibu dan anak.
a. Biodata

b. Nama anggota keluarga

c. Kegiatan sehari-hari antara lain:

1) Kebiasaan tidur

2) Kebiasaan Makan

3) Pola eliminasi

4) Kebersihan perorangan / personal hygine

5) Pola, kebiasaan keseharian

6) Pengunaan waktu senggang

7) Rekreasi keluarga

8) Keadaan Sosial ekonomi

d. Situasi lingkungan, meliputi

1) Rumah milik

2) Jenis rumah

3) Atap rumah

4) Lantai rumah

5) Ventilasi

6) Kebersihan dan kerapian

7) Pembuangan sampah, sumur air

8) Saluran pembuangan air limbah SPAL

9) Jamban

10) Kandang ternak


104

11) Pemanfaatan pekarangan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan.

12) Keluarga mempunyai ASKESKIN

e. Keadaan kesehatan keluarga, meliputi

1) Riwayat perkawinan

2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

3) Dalam 3 tahun terakhir keluarga sakit / tidak

f. Riwayat KB

g. Fungsi keluarga

h. Stress dan koping, meliputi

1) Stress jangka pendek

2) Stress jangka panjang

2. Pemeriksaan fisik meliputi


Kepala, wajah, mata, hidung, telinga, mulut dan gigi, leher, ketiak, dada,
perut, punggung, genitalia, ekstermitas, postur tubuh dan TTV : TD, ND,
RSP, SB.
3. Analisa data
Setelah data dikumpulkan dan dicatat maka dilakukan analisis. Hasil
analisis tersebut dirumuskan sebagai syarat dapat ditetapkan masalah
kesehatan ibu dan anak di komunitas. Dari data yang dikumpulkan,
dilakukan analisis yang dapat ditemukan jawaban.
6. Perumusan masalah

Hasil analisis data kemudian dibuat suatu rumusan masalah.

7. Prioritas masalah

Prioritas merupakan langkah selanjutnya setelah masalah ditemukan.


Prioritas disusun karena tidak memungkinkannya menyelesaikan
masalah yang ada dalam keluarga secara bersama-sama.
8. Asuhan kebidanan, meliputi:
105

a. Data yang ditemukan

Data yang telah diperoleh berdasarkan hasil pengkajian.


b. Masalah kesehatan

Dari hasil pengkajian, tentukan masalah kesehatan yang ditemukan.


c. Tujuan diberikan asuhan kebidanan

Jelaskan tujuan pada keluarga tentang masalah kesehatan yang


ditemukan.

d. Rencana tindakan

Rencana untuk pemecahan masalah dibagi menjadi tujuan, rencana


pelaksanaan dan eva.
e. Tindakan

Kegiatan yang dilakukan bidan di komunitas mencakup rencana


pelaksanaan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
f. Evaluasi

Untuk mengetahui ketepatan atau kesempurnaan antara hasil yang


dicapai dengan tujuan yang ditetapkan
(Meilani, dkk, 2011 : 204).

2.6. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN

2.6.1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009

Pasal 127

1. Upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh


pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:

a. hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang


bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum
berasal;

b. dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan


kewenangan untuk itu; dan

c. pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.


106

2. Ketentuan mengenai persyaratan kehamilan di luar cara alamiah


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

2.6.2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900 / Menkes / SK / VII / 2002


Kewenangan Bidan Diatur Begitu Luas Sebagai berikut:

1. pelayanan antenatal pada kehamilan normal

2. pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil


dengan abortus iminens, hiperemesis gravidarum tingkat I,
preeklamsi ringan dan anemi ringan;

Anda mungkin juga menyukai