Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU


DALAM PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
DI PUSKESMAS MENTENG

OLEH:
LALA VERONICA
NIM: 2018.C.10a.0974

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2022
PROPOSAL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU


DELAM PEMBERIAN ASI EKSLUSIF
DI PUSKESMAS MENTENG

(PENELITIAN KUANTITATIF)

Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Ujian Sidang Proposal dan


Melanjutkan Penelitian Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Eka Harap Palangka Raya

Disusun Oleh:

LALA VERONICA
NIM : 2018.C.10a.0974

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022
3

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah bayi yang meninggal berusia di
bawah 1 tahun per 1.000 kelahiran dalam kurun waktu satu tahun. Berdasarkan
hasil survei dari Human Development Index (HDI), pada tahun 2010, AKB di
Indonesia mencapai 31 per 1000 kelahiran. Angka ini lebih tinggi daripada
Filipina, Thailand dan Malaysia (UNDP, 2010). Berdasarkan data dari
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), angka kematian bayi pada tahun 2019 sebesar
21,12. Angka Kematian Bayi mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
dengan tahun 2018 yang berjumlah 21,89 atau pada 2017 yang mencapai 22,62
(Kemenkes, 2019). Angka kematian bayi menjadi salah satu indikator penting
untuk mengetahui derajat kesehatan di suatu Negara. Salah satu cara untuk
menekan angka kematian bayi adalah dengan memberikan ASI. Pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan dapat mengurangi hingga 13 persen angka kematian
balita (Kemenkes, 2020). ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi
karena mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan bermanfaat untuk
mematikan kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat
mengurangi risiko kematian pada bayi (Kemenkes, 2019). Berdasarkan hasil studi
pendahuluan dengan teknik wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada di
Puskesmas Menteng, didapatkan data bahwa dari 7 ibu yang menyusui, 5 ibu
diantaranya menyatakan tidak tahu tentang manfaat ASI ekslusif dan ibu merasa
bayi akan kekurangan nutrisi apabila hanya diberi ASI saja tanpa diberi makanan
tambahan lain seperti seorang ibu yang diwawancarai oleh peneliti menyatakan
tidak tahu keuntungan memberikan ASI secara eksklusif dan dia merasa bayi tidak
akan tercukupi kebutuhan gizinya apabila hanya diberi ASI saja tanpa diberi
tambahan susu formula, 2 ibu sudah mengetahui tentang ASI ekslusif serta
manfaat memberi ASI eksklusif.
World Health Organization (WHO) dan United Nations International
Children’s (UNICEF) dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding
menyarankan pola pemberian makanan pada bayi dari lahir sampai usia dua tahun.
Di Indonesia meskipun sejumlah besar perempuan (96%) menyusui anak mereka
dalam kehidupan mereka, hanya 42% dari bayi yang berusia di bawah 6 bulan
yang mendapatkan ASI eksklusif, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan
persentase pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi berusia kurang dari
6 bulan di Kalimantan Tengah (Kalteng) hanya 52,98% pada 2020. Profil
Kesehatan Kota Palangka Raya Tahun 2019, angka cakupan ASI Eksklusif di
4

tahun 2019 yang mencapai 49,25%. Pada data rekapitulasi bayi sampai usia 6
bulan mendapatkan ASI di Puskesmas Menteng pada bulan agustus tahun 2021
jumlah bayi umur 6 bulan sebanyak 134 dan jumlah bayi yang di berikan ASI
ekslusif sebanyak 15 hanya (11.2%).
Beberapa faktor lain yang terkait dengan pemberian ASI Eksklusif adalah
pengetahuan. Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya ASI juga akan
mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Masyarakat yang tidak tahu menahu
tentang pentingnya serta manfaat yang diberikan oleh ASI tidak akan
memperdulikan hal tersebut. Adanya persepsi yang salah tentang menyusui bayi
akan membuat daya tarik seorang wanita akan menurun, serta faktor dorongan
petugas kesehatan juga menjadi indikator dalam pemberian ASI Eksklusif.
Mengingat pentingnya ASI Eksklusif itu sendiri kurang diimbangi dengan
pemberian ASI secara benar, UNICEF menyebutkan bahwa ketidaktahuan ibu
tentang pentingnya ASI Eksklusif, cara menyusui bayi yang benar, serta
pemasaran yang dilancarkan secara agresif oleh produsen susu formula,
merupakan faktor penghambat bagi terbentuknya kesadaran orangtua didalam
memberikan ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil wawancara yang di dapatkan oleh peneliti, membuat
peneliti tertarik untuk membuat sebuah penelitian tentang hubungan dukungan
keluarga dengan kecemasan mahasiswa menghadapi praktik klinik saat masa
pandemi Covid-19 pada mahasiswa Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka
Raya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin mengetahui “Apakah Terdapat
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian Asi
Ekslusif di Puskesmas Menteng ?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku
ibu dalam pemberian asi ekslusif di puskesmas menteng.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian adalah untuk :
1. Mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu dalam
pemberian asi ekslusif di Puskesmas Menteng.
2. Mengidentifikasi perilaku ibu dalam pemberian asi ekslusif .
5

3. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu dalam


pemberian asi ekslusif di Puskesmas Menteng.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Teoritis
Sebagai bahan masukan dan tambahan pengetahuan, serta informasi bagi
perawat dan mahasiswa khususnya tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu
dengan pemberian asi ekslusif di Puskesmas Menteng.
1.4.2 Praktis
1. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat membuka wawasan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu keperawatan dan kesehatan pada umumnya. Serta
membagikan informasi tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan
pemberian asi ekslusif ,agar dapat lebih berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman dan masyarakat.
2. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan informasi tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu
dengan pemberian asi ekslusif.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah bahan bacaan, referensi, dan
masukan khususnya bagi mahasiswa jurusan keperawatan dalam mengkaji hal-hal
yang belum dimunculkan atau dibahas dalam penelitian ini serta dapat digunakan
sebagai bahan perbandingan jika suatu saat dilakukannya penelitian mengenai hal
yang sama. Dapat menjadi bagian dari kelengkapan penelitian-penelitian yang
pernah dilakukan sebelumnya,serta menambah pengetahuan dibidang keperawatan
terutama terkait tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian asi ekslusif.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk
penelitian lebih lanjut. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi sarana untuk
berpikir secara logis dan sistematis dan menambah wawasan untuk mengetahui
kejadian tingkat pengetahuan pada ibu dalam pemberian asi ekslusif.
5. Bagi responden
6

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan dan informasi bagi
responden sehingga lebih memahami tentang pengetahuan ibu dalam pemberian
asi ekslusif.
7

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Dasar Teori


2.1.1 Konsep Dasar Perilaku
2.1.1.1 Definisi Perilaku
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi
dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak
tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan (Okviana, 2015).
Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam. Perilaku
merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik,
durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak.Perilaku adalah kumpulan berbagai
faktor yang saling berinteraksi.
2.1.1.2 Ciri – Ciri Perilaku
Dalam buku Pengantar Psikologi untuk Kebidanan (2021) karya Puspita
Puji dan teman-teman, ciri-ciri perilaku manusia, sebagai berikut :
1.Kepekaan Sosial
Kemampuan manusia untuk menmyesuaikan dengan pasangan, harapan
orang lain, dan lingkungan sekitarnya. Contohnya, perilaku seseorang ketika
menjenguk orang sakit berbeda ketika menghadiri sebuah pesta.
2. Kelangsungan perilaku
Suatu perilaku sekarang merupakan sebuah kelanjutan dari perilaku
sebelumnya. Terjadinya perilaku karena ada kesinambungan. Perilaku
manusia tidak akan pernah berhenti dalam suatu waktu sampai manusia meningal.
3. Orientasi pada tugas
Setiap perilaku yang dilakukan oleh manusia selalu memiliki tujuan atau
berorientasi pada sebuah pekerjaan.
8

4. Usaha dan perjuangan


Setiap manusia yang hidup pastinya memiliki cita cita yang akan
diperjuangkan. Sehingga manusia akan memperjuangkan mimpi dan cita-citanya
agar terwujud.
5. Manusia adalah individu yang unik
Setiap manusia memiliki ciri-ciri, sifat,watak, dan kepribadian yang
berbeda-beda, serta menjadikan manusia menjadi pribadi yang unik.
2.1.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku sessorang antara
lain (Notoatmodjo, 2014) :
2.1.1.4 Faktor Genetik atau Endogen
Faktor genetik atau keturunan merupakan konsep dasar terjadinya
perilaku seseorang. Faktor genetik yaitu sebagai berikut:
1. DNA
Merupakan warisan biologis dari kedua orang tuanya yang di wariskan
kepada generasi penerusnya.
2. Sifat kepribadian
Agar mudah dipahami menurut para ahli digolongkan menjadi dua aspek
yaitu aspek jasmani (fisik) dan aspek psikologi (kejiwaan).
3. Kecerdasan
Adalah suatu kemampuan manusia dalam menghadapi dan menyesuaikan
diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.
4. Bakat
Adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali
tergantung kepada latihan mengenai hal kemampuan tersebut.
2.1.1.5 Faktor Sosio Psikologis
Faktor Psikologis merupakan faktor internal yang sangat besar
pengaruhnya terhadap terjadinya perilaku. Faktor psikologis tersebut yaitu:
1. Sikap
Sikap merupakan kecenderungan untuk berfikir, berpersepsi, dan
bertindak. Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluatif terhadap objek dan
9

mempunyai 3 komponen yaitu komponen kognitif adalah aspek intelektual yang


berkaitan dengan apa yang diketahui manusia, komponen afektif adalah aspek
emosional yang berkaitan dengan penilaian apa yang diketahui manusia dan
komponen konatif adalah aspek visional yang berhubungan dengan
kecenderungan atau kemamuan bertindak.
2. Emosi
Emosi menunjukan keguncangan organisme yang disertai oleh gejala-
gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis.
3. Kepercayaan
Kepercayaan adalah keyakinan akan sesuatau hal benar atau salah,
keyakinan terbentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan.
4. Kebiasaan
Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung
secara otomatis, dan tidak direncanakan.
5. Kemauan
Kemauan sebagai dorongan tindakan yang merupakan usaha orang untuk
mencapai tujuan.
2.1.1.6 Bentuk – Bentuk Perilaku
Menurut teori skinner yang dikenal dengan teori stimulus-organisme-
respons (SOR) yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2014). Perilaku manusia dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu :
1. Perilaku Tertutup (covert behavior)
Perilaku terutup terjadi jika respon terhadap stimulus tersebut masih belum
dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang
masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan,
sikap terhadap stimulus bersangkutan.
2. Perilaku Terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka terjadi jika respon terhadap stimulus tersebut berupa
tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh orang lain dari luar secara
jelas. Respon seseorang terhadap stimulus tersebut sudah dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka.
10

2.1.1.7 Cara Pengukuran Perilaku


Menurut Budiaji (2013), pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat
dilakukan melalui dua cara secara langsung yakni dengan pengamatan (observasi)
yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam rangka memelihara kesehatannya.
Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali
(recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan terhadap subyek
tentang apa yang telah dlakukan berhubungan dengan objek tertentu. Skala likert
adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur perilaku, pendapat, dan
persepsi seseorang tentang suatu gejala atau fenomena tertentu. Skala likert
mempunyai empat atau lebih butir-butir ertanyaan yang dikombinasikan sehingga
membentuk sebuah skor/nilai yang mempresentasikan sifat individu, misalkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku. Skala yang terdiri dari pertanyaan dan disertai
jawabansetuju-tidak setuju, sering-tidak pernah, cepat-lambat, baik-buruk,dan
sebagainya.
Hasil pengukuran berupa kategori perilaku, yaitu mendukung (positif),
menolak (negatif), dan netral. Perilaku pada hakikatnya adalah kecenderungan
sikap pada seseorang. Skala perilaku dinyatakan dalam bentuk pertanyaan untuk
dinilai oleh responden, apakah pertanyaan tersebut didukung atau di tolakmelalui
rentang penilaian tertentu. Oleh sebab itu, pertanyaan yang diajukan dibagi
kedalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataannegatif. Salah satu
skala yang sering digunakan adalah skala likert.
Pengukuran perilaku menggunakan skala likert, skala ini digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang
ada dimasyarakat atau yang dialaminya. Variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi dimensi, dimensi yang dijabarkan menjadi sub-sub variabel kemudian
sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.
Akhirnya indikator-indikator yang terukur dapat dijadikan titik tolak ukur
membuat instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab
oleh responden.
11

Menurut Hidayat (2012) setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk


pernyataan atau dukungan perilaku yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai
berikut:

1) Pernyataan Positif
Sangat Setuju (SS) :4
Setuju :3
Tidak Setuju (TS) :2
Sangat Tidak Setuju (STS) :1
2) Pernyataan Negatif
Sangat Setuju (SS) :4
Setuju (S) :3
Tidak Setuju (TS) :2
Sangat Tidak Setuju (STS) :1
Rumus cara menghitung perilaku adalah sebagai berikut :
Sp
N= X 100%
Sm
Keterangan :
N : Nilai perilaku
Sm : Skor tertinggi
Sp : Skor yang didapat
Kriteria penilian perilaku seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan
berdasarkan presentase sebagai berikut:
0% 25% 50% 75% 100%
STS TS S SS
Kategori :
Angka 0%-25% : Sangat Tidak Setuju (STS)
Angka 26%-50% : Tidak Setuju (TS)
Angka 51%-75% : Setuju (S)
Angka 76%-100% : Sangat Setuju (SS)
12

2.1.2 Konsep Dasar ASI Ekslusif


2.1.2.1 Definisi ASI Ekslusif
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi selama 6 bulan tanpa
tambahan makanan dan minuman lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh,
kecuali obat, vitamin dan mineral. ASI dapat menurunkan angka kematian bayi
karena meningkatkan daya imunitasnya sehingga lebih tahan terhadap
penyakit.Selain itu, ASI mengandung zat gizi guna mencukupi kebutuhan gizi
bayi dan pertumbuhan bayi yang lebih baik.
Keuntungan pemberian ASI yaitu membuat bayi jauh lebih sehat,
meningkatkan kekebalan, kecerdasan emosional dan spiritual lebih baik
dibandingkan dengan anak-anak yang ketika bayi tidak diberi ASI ekslusif. ASI
dapat mengurangi angka kematian bayi karena meningkatkan daya imunitasnya
sehingga lebih tahan terhadap penyakit.Selain itu, ASI mengandung zat gizi yang
selalu disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
2.1.2.2 Pemberian ASI Ekslusif
Pemberian ASI eksklusif diperlukan pada enam bulan pertama kehidupan
yang mengandung banyak gizi serta tidak terkontaminasi oleh zat apapun.
Pengenalan makanan secara dini yang disiapkan tidak higienis dan memiliki
kandungan gizi serta energi yang rendah dapat menyebabkan anak mengalami
kekurangan gizi dan terinfeksi oleh hal-hal yang lain, sehingga anak tersebut
mempunyai daya tahan tubuh yang rendah terhadap penyakit (Kemenkes RI,
2014; Kemenkes RI, 2017).
ASI diberikan selama paling sedikit enam bulan, selama enam bulan
tersebut anak tidak diberikan apapun selain Air Susu Ibu saja. Setelah anak
berusia 6 bulan baru diberikan makanan saring dengan tekstur lembut sebagai
pendamping ASI dan pemberian ASI tetap lanjut diberikan sampai anak berusia
dua tahun. Resiko stunting, obesitas dan penyakit kronis dapat diturunkan dengan
memberikan ASI eksklusif, pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan angka
13

kematian bayi akibat infeksi menurun sebesar 88%. Di Indonesia terdapat 31,36%
dari 37,94% anak sakit dikarenakan tidak menerima ASI eksklusif. Pemberian
ASI eksklusif sangat berpengaruh pada kesehatan yang akan datang, dampak dari
anak ketika tidak diberikan ASI eksklusif yaitu dapat mengalami stunting,
obesitas dan penyakit kronis lainnya. (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan persentase pemberian Air Susu
Ibu (ASI) eksklusif pada bayi berusia kurang dari 6 bulan di Kalimantan Tengah
(Kalteng) hanya 52,98% pada 2020. Persentase tersebut sekaligus menjadi yang
terendah nasional.
Memberikan ASI pada bayi dapat dilakukan langsung melalui kontak
langsung antara mulut dengan payudara, namun dapat juga melalui sendok dengan
memanfaatkan ASI perah. Memerah ASI dapat dilakukan dengan tangan bila
payudara dalam keadaan lunak. Memerah dengan tangan adalah cara yang paling
baik dan hanya sedikit memerlukan alat sehingga ibu bekerja dapat dengan mudah
memerah ASI di mana saja dan kapan saja (Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak RI, 2016).
Ibu yang memerah harus melakukannya di tempat yang bersih dan dalam
kondisi santai untuk memastikan reflek oksitosin berfungsi dengan baik. Ibu
bekerja dianjurkan untuk memerah di tempat kerja dua sampai tiga kali atau
sekitar tiga jam sekali, karena produksi ASI mungkin akan berkurang bila ibu
tidak memerah ASI. ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat
dengan syarat :
1. ASI dengan suhu ruangan 27-32 °C dapat bertahan 1-2 jam.
2. ASI dengan suhu ruangan 19-25 °C dapat bertahan 4-8 jam.
3. ASI di lemari es dengan suhu 0-4 °C dapat bertahan 1-2 hari.
4. ASI di lemari pendingin satu pintu dapat bertahan dua bulan.
5. ASI di lemari pendingin dua pintu dapat bertahan 3-4 bulan (IDAI, 2013).
2.1.2.3 Komposisi ASI Ekslusif
ASI dihasilkan oleh kelenjar payudara melalui proses laktasi. Pemberian
ASI perlu karena memberikan beberapa manfaat bagi bayi antara lain, dapat
memberikan kehidupan yang baik dalam pertumbuhan maupun perkembangan
bayi, mengandung antibodi yang melindungi bayi dari penyakit infeksi bakteri,
14

virus, jamur, dan parasit, mengandung komposisi yang tepat karena kandungan
ASI diciptakan sesuai dengan kebutuhan bayi, meningkatkan kecerdasan bayi,
terhindar dari alergi yang biasanya timbul karena konsumsi susu formula, bayi
merasakan kasih sayang ibu secara langsung saat proses menyusui, dan ketika
beranjak dewasa akan mengurangi risiko untuk terkena hipertensi, kolesterol,
overweight, obesitas dan diabetes tipe 2. Bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif
akan lebih rentan untuk terkena penyakit kronis, seperti jantung, hipertensi, dan
diabetes setelah ia dewasa serta dapat menderita kekurangan gizi dan mengalami
obesitas.
Kandungan ASI antara lain yaitu sel darah putih, zat kekebalan, enzim
pencernaan, hormon dan protein yang sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan
hingga bayi berumur 6 bulan. ASI mengandung karbohidrat, protein, lemak,
multivitamin, air, kartinin dan mineral secara lengkap yang sangat cocok dan
mudah diserap secara sempurna dan sama sekali tidak mengganggu fungsi ginjal
bayi yang sedang dalam tahap pertumbuhan. Komposisi ASI dipengaruhi oleh
stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan diit ibu (Soetjiningsih, 2012).
2.1.6 Manfaat ASI Ekslusif
Air Susu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah air susu
ibu yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Perbup
Sleman no. 38 tentang IMD dan ASI Eksklusif, 2015).
2.1.6.1 Manfaat ASI untuk bayi
1. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi ASI adalah cairan hidup yang
mengandung zat kekebalan yang akan melindugi bayi dari berbagai penyakit
infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur.
2. ASI sebagai nutrisi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan
komposisi yang seimbang dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
3. ASI meningkatkan jalinan kasih saying Kontak kulit dini akan
berpengaruh terhadap perkebangan bayi. Walaupun seorang ibu dapat
memberikan kasih saying dengan memberikan susu formula, tetapi menyusui
sendiri akan memberikan efek psikologis yang besar. Perasaan aman sangat
penting untuk membangun dasar kepercayaan bayi yaitu dengan mulai
15

mempercayai orang lain (ibu), maka selanjutnya akan timbul rasa percaya diri
pada anak.
4. Mengupayakan pertumbuhan yang baik Bayi yang mendapat ASI
mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah
periode perinatal yang baik dan mengurangi kemungkinan obesitas.Frekuensi
menyusu yang sering juga dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang
dihasilkan lebih banyak sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit.
2.1.6.2 Manfaat Menyusui Bagi Ibu
1. Mengurangi kejadian kanker payudara
Pada saat menyusui hormone esterogen mengalami penurunan, sementara
itu tanpa aktivitas menyusui, kadar hormone esterogen tetap tinggi dan inilah yang
menjadi salah satu pemicu kanker payudara karena tidak adanya keseimbangan
hormone esterogen dan progesterone.
2. Mencegah perdarahan pasca persalinan
Perangsangan pada payudara ibu oleh hisapan bayi akan diteruskan ke otak
dank e kelenjar hipofisis yang akan merangsang terbentunya hormone oksitosin.
Oksitosin membantu mengkontraksikan kandungan dan mencegah terjadinya
perdarahan paca persalinan.
3. Mempercepat pengecilan kandungan
Sewaktu menyusui terasa perut ibu mulas yang menandakan kandungan
berktraksi da degan demikian pengecilan kandunga teradi lebih cepat
4. Dapat digunakan sebagai metode KB
Sementara Meyusui secara eksklusif dapat mejarangkan kehamilan. Rata-
rata jarak kelahiran ibu yag meyusui adalah 24 bulan sedangkan yang tidak
menyusui adalah 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja
menekan hormon untuk ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan.
ASI yang digunakan sebagai metode KB sementara dengan syarat : bayi belum
berusia 6 bulan, ibu belum haid kembali da ASI diberikan secara eksklusif
5.Mempercepat kembali ke berat badan semula
Selama hamil, ibu menimbun lemak dibawak kulit. Lemak ini akan terpakai
utuk membetuk ASI, sehigga apabila ibu tidak menyusui, lemak tersebut akan
tetap tertimbu di dalam tubuh.
16

2.1.7 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Ekslusif


1. Umur Ibu
Menurut Untari (2017) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif pada bayinya ialah umur. Wanita muda pada umumnya
mempunyai kemampuan menyusui lebih baik dibandingkan dengan wanita yang
sudah berumur. Sebagian besar dari umur ibu yang memberikan Asi eksklusif
adalah 20-35 tahun. Umur 20-35 tahun merupakan usia reproduksi sehat bagi
seorang wanita, jika dibandingkan usia > 35 tahun yang termasuk usia berisiko
pada usia reproduksi. Bila dilihat dari aspek perkembangan maka usia > 35 tahun
memiliki perkembangan yang lebih baik secara psikologis atau mental. Hal ini
dapat dilihat bahwa semakin dewasa usia ibu tidak menjamin kematangan dalam
bersikap dan bertindak.
Pemberian ASI Eksklusif, mereka yang berusia di bawah 20 tahun masih
belum matang secara fisik, mental atau psikologis. Hal ini juga dikarenakan ibu
tidak memiliki pengalaman dalam merawat dan menyusui bayinya, sehingga ibu
bingung dan tidak mengetahui cara menyusui bayi secara eksklusif. Hal ini terjadi
dikarenakan pada umur tersebut di anggap belum matang dan belum bijaksana
dalam mengambil keputusan termasuk memutuskan memberikan ASI ekslusif,
informasi yang bisa diterima juga terbatas. Semakin cukup umur maka tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih meningkat dalam berfikir dan
bekerja. Waktu reproduksi sehat di kenal bahwa usia aman untuk kehamilan,
persalinan dan menyusui adalah 20-35 tahun. Oleh sebab itu masa reproduksi
sangat sesuai untuk mendukung dalam pemberian ASI ekslusif (Hartina dkk,
2017).
2. Pendidikan Ibu
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan.
Semakin tinggi pendidikan maka semakin baik pengetahuannya. menjelaskan
bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah menerima hal-hal baru
dan lebih mudah menyesuaikan diri dengan hal baru tersebut. Pendidikan dapat
membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, untuk mencari pengalaman dan
untuk mengorganisasikan pengalaman sehingga informasi yang diterima akan
menjadi pengetahuan.
17

Pendidikan yang tinggi akan membuat seorang ibu lebih dapat berfikir
rasional tentang manfaat Asi eksklusif serta pendidikan tinggi lebih mudah untuk
terpapar dengan informasi dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah.
Pengetahuan yang dimiliki seorang ibu akan membentuk suatu keyakinan untuk
perilaku tertentu. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang berkaitan
dengan terbukanya akses ibu untuk bekerja. Ibu yang bekerja akan mempunyai
tambahan pendapatan bagi keluarganya yang akhirnya dapat memenuhi kebutuhan
keluarganya (Untari, 2017). Ibu yang berpendidikan menengah dan tinggi
mempunyai kecenderungan untuk memiliki pemikiran yang bagus untuk
peningkatan kesehatan dan tumbuh kembang anak. Akan tetapi ibu yang
berpendidikan menengah dan tinggi apabila mempunyai tingkat ekonomi yang
cukup baik bisa saja akan cenderung untuk tidak memberikan ASI eksklusif.
Tingkatan pendidikan dimana secara umum, orang yang berpendidikan tinggi
akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan
lebih rendah serta dengan pendidikan dapat menambah wawasan atau
pengetahuan seseorang. Ibu dengan pendidikan tinggi tiga kali lebih mungkin
untuk menyusui secara eksklusif dibandingkan ibu dengan pendidikan rendah
(Octaviyani dan Irwan, 2020).
3. Status Pekerjaan Ibu
Status pekerjaan merupakan kegiatan yang menyita waktu sehingga
berpengaruh terhadap kegiatan dan keluarganya maka dari itu pekerjaan bisa saja
mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Seseorang berhak memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah
satu faktor peghambat pemberian ASI Ekslusif adalah ibu tidak mempunyai
waktu. Seorang Ibu yang sibuk bekerja dalam mencari nafkah baik untuk
kehidupan dirinya maupun untuk membantu keluarga, maka kesempatan untuk
pemberian ASI menjadi berkurang dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja
(Purnomo, 2015).
Seorang ibu yang bekerja mengalami kesulitan dalam memberikan ASI
eksklusif dikarenakan harus membagi waktu dengan pekerjaannya. Hal ini dapat
dilihat bahwa semakin sibuk ibu dalam bekerja semakin sedikit ibu yang
memberikan ASI eksklusif. Pada ibu yang bekerja tidak memberikan ASI
18

eksklusif berarti ada kecenderungan karena sedikitnya kesempatan untuk


memberikan ASI secara eksklusif yang bertolak belakang dengan kewajiban
dalam melaksanakan pekerjaan. Apabila status pekerjaan ibu tidak bekerja maka
besar kemungkinan ibu dapat memberikan ASI eksklusifnya dan apabila status
pekerjaan ibu bekerja maka besar kemungkinan ibu tidak memberikan ASI
eksklusif pada bayinya.
Kebanyakan ibu yang bekerja maka waktu merawat bayinya lebih sedikit,
sehingga memungkinkan ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Ibu
bekerja masih dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya dengan cara
memompa atau dengan memerah ASInya, kemudian disimpan dan diberikan pada
bayinya nanti. Kondisi lingkungan pekerjaan seoang ibu bekerja dapat pula
mempengaruhi pemberian ASi eksklusif (Timporok, 2018).
4. Paritas
Paritas merupakan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu.
Artian paritas dalam menyusui adalah pengalaman pemberian ASI eksklusif,
menyusui pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga
serta pengetahuan tentang manfaat ASI berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk
menyusui atau tidak. Ibu yang paritas lebih dari satu akan berpengaruh terhadap
lamanya menyusui hal ini dikarenakan faktor pengalaman yang di didapatkan oleh
ibu. Seorang ibu dengan kelahiran bayi pertamanya mungkin akan mengalami
masalah ketika menyusui yang sebetulnya. Hal ini dikarenakan ibu tidak
mengetahui cara menyusui yang sebenarnya. Apabila ibu mendengarkan ada
pengalaman menyusui yang kurang baik yang dialami orang lain maka hal ini
memungkinkan ibu akan ragu untuk memberikan ASI pada bayinya (Herdian,
2019). Kenaikan pada paritas makan akan ada sedikit perubahan produksi ASI
walaupun tidak bermakna. Volume ASI akan meningkat setelah kelahiran anak
pertama dan akan menurun setelah kelahiran anak kelima. Ibu dengan multipara
akan menunjukkan angka lebih tinggi dalam memberikan ASI eksklusif
dibandingkan dengan ibu primipara. Pengalaman dalam menyusui sebelumnya
juga mempengaruhi sikap ibu dalam memberikan ASI eksklusif terutama dalam
menghadapi masalah-masalah saat menyusui.
5. Jarak Kehamilan
19

Menurut Bernadus dalam Lubis (2020), jarak pada kehamilan yang aman
ialah diantara 1,5 tahun sampai 2 tahun sejak dari persalinan sebelumnya. Dengan
adanya pemberian jarak kehamilan yang aman tentunya akan menghindarkan ibu
dan bayi dari berbagai resiko. Rahim akan mendapatkan cukup waktu, cukup
istrahat untuk menyiapkan diri sehingga asupan nutrisi yang akan diberikan
kepada bayi akan berjalan dengan baik dan pada akhirnya akan menjadikan bayi
yang sehat dan berkualitas. Jarak kehamilan dapat mempengaruhi ibu untuk
memberikan ASI ekslusif. Ibu dengan jarak kehamilan yang dekat dapat beresiko
dengan tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Melahirkan dalam
rentan waktu yang dekat akan mempengaruhi kesehatan ibu. Selain itu, waktu dua
tahun merupakan waktu yang ideal bagi seorang bayi untuk mendapatkan air susu
ibu atau ASI yang bermanfaat bagi ibu dan bayinya. ASI selama enam bulan
bahkan dua tahun akan memberikan dampak positif bagi kecerdasan dan
kesehatan sang bayi. Jika ibu ternyata hamil kembali saat masih menyusui, maka
hal yang memungkinkan terjadi adalah kurangnya perhatian terhadap anak
(pertama) dan berkurangnya nutrisi dari ASI yang diberikan padanya, dikarenakan
sang ibu fokus juga kepada bayi yang ada dalam kandungannya. Sehingga si anak
pertama tidak akan mendapatkan jumlah ideal perhatian dan ASI dari ibunya,
yang dapat mempengaruhi pertumbuhannya. Perhitungan kedua dilihat dari segi
psikologis anak. Pada umunya secara teori, anak bisa mulai paham atau bisa
menerima adanya adik ketika sudah berusia di atas dua tahun.
6. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan ialah hasil tahu dan hal ini terjadi apabila seseorang telah melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan akan suatu obyek
terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasa dan peraba dengan sendiri pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi
terhadap suatu obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia dapat diperoleh
melalui mata serta telinga. Hal ini mengingatkan bahwa peningkatan pengetahuan
seseorang tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat
juga diperoleh melalui pendidikan non formal (Elliana, 2018).
20

Menurut Pohan (2020) rendahnya pengetahuan dan beberapa mitos yang ada di
lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi suksesnya dalam pemberian ASI
secara eksklusif. Terbentuknya pengetahuan seorang ibu juga dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan. Semakin banyak informasi yang didapat oleh ibu maka
semakin banyak pula pengetahuan yang didapatkan karena informasi merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Pengetahuan atau kognitif merupakan suatu domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Semakin baik pengetahuan seorang Ibu mengenai
ASI eksklusif, maka seorang ibu akan memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Begitu juga sebaliknya, semakin rendah pengetahuan seorang ibu mengenai ASI
eksklusif, maka semakin sedikit pula peluang ibu dalam memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya
21

2.2 Kerangka Konsep


Menurut Nursalam (2017) kerangka konsep penelitian merupakan abstraksi
dari suatu realitas sihingga dapat dikomunikasikan dan membentuk teori yang
menjelaskan keterkaitan atara variable yang diteliti. Berdasarkan landasan teori
pada tinjauan pustaka, maka secara singkat kerangka konsep dapat
digambarakan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian ASI Ekslusif


Tingkat Pengetahuan :
1.Karakteristik Usia
2.Karakteristik Pendidikan
3.Karakteristik status pekerjaan.
4.Pengetahuan Ibu

Keterangan :

: Tidak di teliti

: Diteliti
22

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atau suatu pernyataan asumsi dari
rumusan masalah mengenai hubungan antara dua atau lebih variabel yang
diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian (Nursalam, 2015).
1. Ha (Hipotesis Alternatif)
“Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan perilaku ibu dalam
pemberian ASI Ekslusif di Puskesmas Menteng”.
2. Ho (Hipotesis Nol)
“Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan perilaku ibu
dalam pemberian ASI Ekslusif di Puskesmas Menteng.
23

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Menurut Nursalam (2016) Desain penelitian merupakan suatu strategi yang
digunakan dalam penelitian yang digunakan untuk perancangan dan
mengidentifikasi masalah dalam pengumpulan data serta digunakan untuk
mendefinisikan struktur penelitian yang akan dilaksanakan.
Rencana tersebut merupakan skema atau program lengkap dari sebuah
penelitian, mulai dari penyusunan hipotesis yang berimplikasi pada cara,
prosedur penelitian dan pengumpulan data sampai dengan analisa data. Jenis
penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian
deskriptif, yang mana dalam penelitian ini akan mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena yang terjadi pada responden penelitian, dan
kemudian pemeriksaan atau penelitian ini diambil dalam satu waktu sehingga
menggunakan pendekatan cross sectional.
Metode ini digunakan pada penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI Ekslusif.
24

3.2 Kerangka Kerja


Kerangka kerja merupakan langka-langkah yang akan dilakukan dalam
penelitian yang berbentuk kerangka atau alur penelitian. Penulisan kerangka kerja
disajikan dalam bentuk alur penelitian mulai dari desain hingga analisis datanya
(Hidayat, 2011:55).
Kerangka kerja penelitian dirancang dengan tujuan mengetahui bagaimana
hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu dalam pemberian ASI
Ekslusif.
Variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan sebagai variabel bebas dan
perilaku ibu dalam pemberian ASI Ekslusif sebagai variabel terikat. Berdasarkan
tinjauan pustaka dan mengenai Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku
ibu dalam pemberian ASI Ekslusif pada ibu dalam pemberian ASI Ekslusif sudah
sesuai dengan tujuan penelitian.
25

Adapun kerangka kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah


sebagai berikut:
Populasi
Seluruh ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan di wilayah Pusekesmas Menteng

Sampel
Seluruh ibu yang memberikan ASI Ekslusif

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Kuantitatif


dengan pendekatan Cross Sectional

Lembar persetujuan responden (Informend Consent)

Pengumpulan Data
Kuisioner Variabel Independen dan Dependen berjumlah 16 soal
Lembar kuisioner untuk mengetahui hasil terjadinya tingkat pengetahuan
dengan ibu dalam pemberian ASI Ekslusif di wilayah Puskesmas Menteng

Pengolahan Data
(editing, scoring, coding, tabulating, dan uji statistik)

Uji statistik yaitu Spearmen Rank

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Kerja penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan


Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Ekslusif Di Puskesmas
Menteng.

3.3 Identifikasi Variabel


26

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2017).
3.3.1 Variabel Independen
Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya Variabel Dependen (terikat)
(Sugiyono 2017). Dalam penelitian ini variabel independennya adalah tingkat
pengetahuan.
3.3.2 Variabel Dependen
Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2017).Variabel dependen dalam
penelitian ini yaitu Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian
ASI Ekslusif.
3.4 Definisi Operasional
Menurut Sugiyono (2017) Definisi Operasional merupakan penentuan
konstrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat di
ukur Definisi Operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
27

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI Ekslusif Di Puskesmas
Menteng.

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur/ Skala Skor


Instrumen
1. Variabel Kemampuan kognitif yang dimiliki 1 = Baik, bila ibu Kuisioner Ordinal 1. Cukup Baik
Independen: seorang ibu mengenai ASI eksklusif mendapatkan nilai 56-100% 56 – 75 %.
Tingkat diukur dari kemampuan ibu menjawab
Pengetahuan pernyataan mengenai ASI eksklusif 2 = Kurang, bila ibu 2.Kurang Baik < 56 %.
berdasarkan aspek: pengertian ASI, mendapatkan nilai < 56%
pemberian makanan selain ASI,
pemberian minuman selain ASI,
pemberian obat pada bayi, komposisi
ASI, manfaat ASI eksklusif, dan faktor-
faktor yang berperan dalam pemberian
ASI
28

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur/ Skala Skor


No Instrumen
2. Variabel Perilaku ibu dalam memberikan ASI 1 = ASI eksklusif, bila ibu Kuesioner Ordinal Angka 0%-25%
Dependen: terhadap bayinya dalam kurun waktu mendapatkan nilai 100% dari
:Sangat Tidak
Perilaku Ibu dalam enam bulan pertama kehidupan yang seluruh komponen yang ada.
pemberian ASI meliputi aspek-aspek: lama pemberian Setuju (STS)
Ekslusif ASI, pemberian makanan selain ASI, cara 2 = Tidak ASI eksklusif, bila
ibu mendapatkan nilai <100% Angka 26%-50%
pemberian ASI cara penyimpanan ASI,
dan waktu pemberian ASI. dari komponen yang ada. : Tidak Setuju (TS)
Angka 51%-75%
: Setuju (S)
Angka 76%-100%
: Sangat Setuju (SS)
29

3.5 Populasi, sampel dan Sampling


3.5.1 Populasi
Populasi adalah seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu
yang akan diteliti, bukan hanya obyek atau subyek yang dipelajari saja tetapi
seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek atau obyek tertentu (Hidayat,
2011 : 115). Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh ibu yang memiliki bayi
usia 6-12 bulan di wilayah Puskesmas Menteng.
3.5.2 Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2011). Teknik sampling
merupakan cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh
sampel yang sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian..
3.5.2.1 Kriteria Inklusi
Menurut Nursalam (2011: 28), kriteria inklusi adalah karakteristik umum
subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi:
1. Ibu yang memiliki anak 6-12 bulan
2. Ibu yang memberikan ASI Ekslusif
3.5.2.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
dari penelitian karena berbagai sebab dengan atau kata lain tidak layak untuk
diteliti atau tidak memenuhi kriteria inkulsi pada saat penelitian berlangsung
penyebabnya antara lain adanya hambatan etis, menolak menjadi responden atau
berada pada suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian
(Nursalam, 2013). Kriteria eksklusi penelitian ini adalah:
1. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden
2. Ibu yang tidak memberikan ASI Ekslusif
3. Respon tidak hadir dalam pengambilan data.
30

1.5.3 Sampling
Menurut Nursalam (2011 : 34), sampling adalah proses menyeleksi
porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling
merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar
memperoleh sampel yang sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive
sampling, Purposive sampling Merupakan tehnik penetapan sampel dengan
cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki
peneliti (tujuan masalah dalam penelitian) sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah di kenal sebelumnya Nursalam
(2013:174).
31

Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Pentingnya Pemberian ASI


Eksklusif Pada Bayi

IDENTITAS IBU
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Pendidikan terakhir :
5. Pekerjaan :
6. Jumlah anak :
Centanglah pada kolom benar atau salah yang menurut anda paling tepat

No Pernyataan Setuju Sangat Sangat Tidak


Setuju Setuju
1 Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berarti hanya memberikan
ASI saja pada bayi usia 0-6 bulan
2 ASI saja tidak cukup untuk bayi usia hingga 6 bulan jadi
harus ditambah Makanan Pendamping lain atau susu
formula

3 ASI yang keluar pertama kali disebut kolostrum

4 ASI esklusif membantu melindungi bayi dari penyakit


diare dan penyakit infeksi lain serta alergi
5 Pemberian susu formula atau makanan pendamping lain
untuk bayi usia kurang dari 6 bulan dapat membuat bayi
lebih gemuk dan sehat

6 Jika ibu sakit sebaiknya tidak menyusui bayinya agar


tidak tertular

7 Konsumsi daun katuk dapat membuat ibu menghasilkan


ASI lebih banyak

8 Pemijatan payudara secara teratur perlu dilakukan mulai


ibu hamil agar ASI keluar dengan lancar
32

9 Kondisi ibu stres dan cemas membuat ASI yang


dihasilkan lebih sedikit

10 Saya hanya memberi ASI saja pada bayi saya saat usia 0-
6 bullan

11 Saya memberi pisang pada bayi saya saat usia 0-6 bulan

12 Saya memberi nasi atau bubur pada bayi saya saat usia
0-6 bulan
13 Saya memberi susu formula pada bayi saya saat usia 0-6
bulan

Pilihlah jawaban yang menurut anda benar (Jawaban boleh lebih dari
satu)

14. Menurut Ibu apakah keuntungan memberikan ASI eksklusif ?


a. Ibu secara tidak langsung dapat menunda kehamilan
b. Lebih mendekatkan hubungan ibu dan anak
c. Bayi menjadi lebih sehat dibandingkan bayi yang diberi susu formula
d. Biaya hidup lebih murah karena tidak perlu beli susu formula

15. Menurut Ibu apakah manfaat memberikan ASI yang keluar pertama kali
keluar pada bayi ?
a. Mengandung zat-zat yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi
b. Memperlancar bayi buang air besar
c. Membantu memperlancar produksi ASI
d. Sama saja dengan diberi susu formula

16. Ibu memberi makanan tambahan lain selain ASI saat usia bayi 0-6 bulan
dengan alasan:
a. ASI tidak keluar atau keluar sedikit
b. Mengikuti tradisi dari orang tua atau nenek
c. Mengikuti saran ibu lain yang sudah punya anak
d. Puting ibu lecet atau bengkak
e. Ibu bekerja

1. Pernyataan Positif
Sangat Setuju (SS) :4
Setuju :3
Tidak Setuju (TS) :2
Sangat Tidak Setuju (STS) :1
2. Pernyataan Negatif
33

Sangat Setuju (SS) :4


Setuju (S) :3
Tidak Setuju (TS) :2
Sangat Tidak Setuju (STS) :1

Keterangan :
N : Nilai perilaku
Sm : Skor tertinggi
Sp : Skor yang didapat
3. Kategori :
Angka 0%-25% : Sangat Tidak Setuju (STS)
Angka 26%-50% : Tidak Setuju (TS)
Angka 51%-75% : Setuju (S)
Angka 76%-100% : Sangat Setuju (SS)
(Sandy Kurnia Permana, May 03,2015)
34

Anda mungkin juga menyukai