Anda di halaman 1dari 49

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU HAMIL

TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TERHADAP


KUNJUNGAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI
PUSKESMAS BABELAN II TAHUN 2021

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Kebidanan pada Program Studi Ilmu Kebidanan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Nasional Jakarta

Oleh :
DIANA LESTARI DAHLIANI
195401426445

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU TERAPAN KEBIDANAN
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

semua umat, Tuhan seluruh alam dan Tuhan dari segala hal yang telah memberi

rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi

dengan Judul “Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Ibu Hamil Tentang

Pemeriksaan Kehamilan Terhadap Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan di

Puskesmas Babelan II Tahun 2021”.

Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan

tanpa adanya Ridho Ilahi, dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, untuk itu pada kesempatan ini dengan rendah hati dan rasa hormat yang

besar saya mengucapkan “Alhamdulillahirobbilalamin” beserta terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Dr. Retno Widowati,

M.Si.

2. Ketua Program Studi Ilmu Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Nasional Dr. Vivi Silawati, S.ST. SKM. M.KM

3. Dr. Nurul Husnul Lail, S.ST. M.Kes selaku pembimbing 1 yang telah

memberi dorongan, saran dan ilmu dalam proses pembuatan skripsi.

4. Dra. Suprihatin, M.Kes selaku pembimbing 2 yang telah bersabar dan

memberikan dukungan penuh dalam proses pembuatan skripsi saya.


5. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Nasional yang telah mendidik dan memfasilitasi proses pembelajaran di

Kampus

6. Puskesmas Babelan II Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi, yang telah

memberikan kesempatan untuk peneliti melakukan penelitian.

Akhirnya saya sebagai makhluk yang tidak sempurna memohon maaf

apabila ada kesalahan baik secara teknik, format ataupun isi dari skripsi saya.

Harapan saya semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

masyarakat.

Diana Lestari Dahliani


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) merupakan

komponen pelayanan kesehatan ibu hamil terpenting untuk menurunkan

angka kematian ibu dan bayi. Tingginya angka kematian ibu dan bayi

antara lain disebabkan rendahnya tingkat pengetahuan ibu dan frekuensi

kunjungan, ternyata hal ini menjadi masalah karena tidak semua ibu hamil

memeriksakan kehamilannya secara rutin sehingga kelainan yang timbul

dalam kehamilan tidak terdeteksi sedini mungkin (Sarwono, 2020).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang

peka terhadap kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan kesehatan. AKI

juga merupakan target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan

millenium yaitu tujuan ke 5 meningkatkan kesehatan ibu, dimana target

102/100.000 kelahiran hidup yang akan dicapai dampai tahun 2015 adalah

mengurangi resiko jumlah kematian ibu. Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) memperkirakan di seluruh dunia lebih dari 500.000 ibu meninggal

tiap tahun saat hamil atau bersalin. Artinya setiap menit ada satu perempuan

yang meninggal. Penurunan angka kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi

hidup masih terlalu lambat untuk mencapai target Tujuan Pembangunan

Millenium pada 2015 (Kemenkes RI, 2015).

Tingkat pengetahuan mempengaruhi sikap atau perilaku kesehatan,

yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam
memilih dan meningkatkan kesehatan. Termasuk juga tindakan untuk

mencegah penyakit, memilih makanan, sanitasi dan lain sebagainya

(Notoadmojo, 2012) Pengetahuan tentang keteraturan ANC penting untuk

diketahui oleh ibu hamil agar segera mungkin menentukan sikap.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Handayani (2018).

Judul penelitian “ Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Hamil

Tentang Pemeriksaan Kehamilan Dengan Frekuensi Kunjungan

Pemeriksaan Kehamilan”. Didapatkan hasil penelitian bahwa ada hubungan

yang signifikan antara pengetahuan, perilaku dengan kunjungan

pemeriksaan kehamilan dan tidak ada hubungan yang signifikan antara

sikap dan kunjungan pemeriksaan kehamilan.

Penelitian selanjutnya Oleh Ariesetyawati (2018). Judul Hubungan

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care dengan Perilaku

Pemeriksaan Kehamilan di Posyandu Bandungrejo Wilayah Kerja

Puskesmas Kecamatan Bantur Kabupaten Malang. Data dianalisa

menggunakan Uji Chi-Squere. Hasil penelitian menunjukan bahwa

sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang baik (40,0%). Ibu

hamil memiliki perilaku negatif (56,7%). kesimpulan ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang ANC dengan perilaku

pemeriksaan kehamilan di Posyandu Desa.

Hasil penelitian Panjaitan et al. (2019). Dengan judul Associations

Between Education, Knowledge, Attitude/behaviour, and Maternal

Intention on Antenatal Care Visit. Disimpulkan bahwa Kunjungan Ibu


hamil untuk melakukan ANC dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,

pengetahuan dan sikap prilaku.

Berdasarkan data di Puskesmas Babelan II rata-rata jumlah angka

kunjungan pemeriksaan ibu hamil pada triwulan ke-4 tahun 2020, yaitu

diketahui sebanyak 63 orang Ibu hamil perbulan yang melakukan

pemeriksaan kehamilan dari total ibu hamil sebanyak 232 orang. Hal

tersebut menunjukan bahwa masih adanya masalah terkait penggunaan

sarana pelayanan kesehatan bagi ibu hamil yang menunjukan banyaknya

ibu hamil yang masih belum memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan.

Dari latar belakang di atas, beragamnya hasil penelitian membuat

penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang

melatarbelakangi hal tersebut, dan peneliti ingin memfokuskan pada

penelitian mengenai tingkat pengetahuan dan perilaku ibu hamil terhadap

pemeriksaan kehamilan. Hasil dari penelitian penulis kemudian tuangkan

dalam bentuk tulisan dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan perilaku

Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Kehamilan Terhadap Kunjungan

Pemeriksaan Kehamilan Di Puskesmas Babelan II Tahun 2021”.

1.2. Rumusan Masalah


Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan prilaku ibu

hamil tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan terhadap frekuensi

kunjungan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Babelan II Tahun 2021 ?


1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan prilaku Ibu hamil

tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan terhadap frekuensi

kunjungan pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Babelan II .

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahun tingkat pengetahuan Ibu hamil tentang pentingnya

pemeriksaan kehamilan

b. Mengetahui tentang prilaku Ibu hamil terhadap pemeriksaan

kehamilan

c. Menemukan informasi jumlah kunjungan pemeriksaan

kehamilan di Puskesmas Babelan II

d. Mengetahui besarnya pengaruh tingkat pengetahuan dan prilaku

ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan terhadap

jumlah frekuensi kunjungan kehamilan.

1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Teoritis

Hubungan tingkat pengetahuan dan prilaku ibu hamil tentang

pentingnya pemeriksaan kehamilan terhadap frekuensi kunjungan

pemeriksaan kehamilan di Puskesmas Babelan II .

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Instalasi Pendidikan

Memberikan informasi dan sebagai referensi untuk penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan tingkat pengetahuan


& prilaku Ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan

terhadap frekuensi kunjungan pemeriksaan kehamilan.

b. Bagi Peneliti Sebelumnya

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian untuk

menambah wawasan pelaksanaan yang berkaitan dengan kegiatan

promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan & prilaku

bagi ibu hamil terhadap pemeriksaan kehamilan dan upaya untuk

mencegah kematian Ibu dan Bayi pada saat persalinan.

c. Bagi Puskesmas Babelan II

Memberikan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan untuk kegiatan promosi dan sosialisasi kesehatan.

1.5. Keaslian Penelitian


Keaslian penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian

terdahulu yang mempunyai karekteristik yang relatif sama dalam hal tema,

kajian, meskipun berbeda dalam hal kriteria subjek, jumlah dan posisi

variabel penelitian atau metode analisis yang digunakan. Penelitian yang

akan dilakukan mengenai hubungan pengetahuan & perilaku ibu hamil

tentang pemeriksaan kehamilan terhadap kunjungan pemeriksaan

kehamilan di Puskesmas Babelan II, penelitian terkait dan hampir sama

dengan Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care

Dengan Perilaku Pemeriksaan Kehamilan di Posyandu Bandungrejo

Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Bantur Kabupaten Malang yang

diletiti oleh Ariestyawati (2018). dimana penelitian ini menyimpulkan

bahwa kunjungan Ibu hamil untuk melakukan ANC dipengaruhi oleh


tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap prilaku.

Kesamaan penelitian yang dilakukan Ariestyawatii dengan

penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama menjelaskan tetang

hubungan pengetahuan dan perilaku terhadap kunjungan pemeriksaan

kehamilan pada ibu hamil. Penelitian lain Panjaitan et al (2019), juga

menjelaskan terkait kunjungan ibu hamil dengan Pendidikan, pengetahuan,

sikap serta prilaku ibu hamil yang menunjukan hasil penelitian bahwa

untuk melakukan ANC dipengaruhi oleh hal tersebut. Perbedaan nya

antara penelitian yang dilakukan oleh Panjaitan et al dengan yang Peneliti

lakukan yakni pada variabel bebas yang diteliti dimana peneliti hanya

meneliti pada variabel pengetahuan dan perilaku saja.

Berdasarkan uraian di atas, maka walau telah ada penelitian

sebelumnya baik berkaitan dengan pengetahuan maupun perilaku ibu

hamil tentang pemeriksaan kehamilan terhadap kunjungan pemeriksaan

kehamilan. Dengan demikian, maka topik penelitian yang peneliti lakukan

ini benar-benar asli.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pengetahuan
a. Definisi

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia,

yang sekedar menjawab pertanyaan “what “, misalnya apa air, apa

manusia, apa alam, dan sebagainya. Sedangkan ilmu (science)

bukan sekedar menjawab “why “ dan “ how”, misalnya mengapa air

mendidih bila dipanaskan, mengapa bumi berputar, mengapa

manusia bernafas,dan sebgainya (Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang. Pengukuran pengetahuan

dapat diakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan

tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau

responden. Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan

formal. Namun bukan berarti seseorang dengan pendidikan rendah

mutlak berpengetahuan rendah. Mengingat bahwa peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja

namun dapat diperoleh melalui non-formal.

b. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang ingin diukur disesuaikan

dengan tindakan domain kognitif. Tingkat pengetahuan mencakup 6

domainn kognitif (Notoatmodjo, 2014) yakni:

1) Tahu (know)
Yang diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dsb.

2) Memahami (comprehension)

Kata memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (aplication)

Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real.

4) Analisis (analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke

dalam komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti

menggambarkan (membuat bagan), memisahkan,

mengelompokkan, dsb.

5) Sintesis (synthesis)

Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun,


merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan,

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

terhadap suatu materi atau obyek.

c. Sumber Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki individu dalam Suhartono (2008)

bersumber dari :

1) Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan

agama, berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini

biasanya berbentuk norma-norma dan kaidahkaidah buku yang

berlaku didalam kehidupan sehari-hari. Norma dan kaidah

terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak

dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik

untuk diubah. Jadi harus diikuti dengan tanpa keraguan dan

dengan percaya secara bulat. Pengetahuan yang bersumber dari

kepercayaan cenderung bersifat mapan / tetap subjektif.

2) Sumber kedua yaitu, pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas

kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan.

Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pegetahuan yang

dapat dipercayai adalah orang tua, guru, ulama, orang yang

dituakan dan sebagainya. Apapun yang mereka katakan benar

atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya
diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Kebanyakan

orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang

cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar.

Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran,

tetapi persoalannya terletak pada asejauh mana orang itu dapat

dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian

pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman

yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah

kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia

dan masyarakat itu sendiri.

3) Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi, pengalaman indriawi

bagi manusia adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan

hidup sehari-hari. Menggunakan mata, telinga, hidung, lidah,

dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan

menyaksikan secara langsung dan melakukan keiatan hidup.

4) Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca

indra,akal pikiran memiliki sifat yang lebih rohani karena

lingkup kemampuannya melebihi panca indra, yang menembus

batas-batas fisis sampai pada hal-hal yng bersifat metafisis.

Panca indra hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis

menurut sisi tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-

ubah, maka akal pikiran mampu menangkap hal-hal yang

metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragan dan

berrsifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Akal pikiran


senatiasa bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi

sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan. Akal pikirian

cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum, objek

dan pasti, serta yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah.

5) Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang

paling dalam. Jadi sangat bersifat spiritual melampaui ambang

batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman.

Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan

pengalaman batin yang bersifat langsunug. Artinya, tanpa

melalui sentuhan indra maupun olahan akal pikiran. Keika

dengan semerta-merta seseorang memutuskan untuk berbuat

atau tidak berbuat dengan tanpa alas an yang jelas maka ia

berada didalam pengetahuan yang intuitif. Pengetahuan yang

intuitif kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran

pengalaman indriawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak

bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) meng atakan bahwa cara

memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu cara tradisional dan cara modern (ilmiah).

1) Cara tradisional atau Non ilmiah Cara-cara penemuan

pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi cara coba


salah, cara kekuasaan, Berdasarkan pengalaman pribadi,

melalui jalan pikiran.

(a) Cara coba salah (Trial and error)

Cara ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinandalam memcahkan masalah, dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

kemungkinan yang lain, dan apabila kemungkinan tidak

berhasil pula dicoba kemungkinan yang lain pula

sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah

sebabnya cara ini disebut coba-salah (trial and error).

(b) Cara kekuasaan (otoriter)

Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin

masyarakat baik formal maupun nonformal, ahli agama,

pemegang pemerintahan, ahli ilmu pengetahuan dan

sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut

diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan.

(c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Cara ini dengan mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi pada masa lalu. Apabila dengan cara yang

digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah

yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain

yang sama, orang dapat pula menggunakan cara


tersebut. Tetapi bila ia gagal, ia tidak dapat mengulangi

cara itu dan berusaha untuk mencari jawaban yang lain,

sehingga dapat berhasil memecahkannya.

(d) Melalui jalan pikiran

Yaitu dengan menggunakan penalaran dalam

memperoleh kebenaran pengetahuan. Penalaran dengan

menggunakan jalan pikiran ada 2 (dua) yaitu dengan

cara induksi dan deduksi. Penalaran Induktif, yaitu

penalaran yang berdasar atas cara berfikir untuk menarik

kesimpulan umum dari sesuatu yang bersifat khusus

atau individual. Penalaran deduktif, yaitu penalaran

yang berdasar atas cara berpikir yang menarik

kesimpulan yang khusus dari sesuatu yang bersifat

umum (Nursalam, 2013).

2) Cara modern atu cara ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan

disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut

metodologi penelitian (research methodology). Metode

ilmiah adalah upaya memecahkan masalah melalui berfikir

rasional dan berfikir empiris danmerupakan prosedur untuk

mendapatkan ilmu. Metode ilmiah pada dasarnya

menggabungkan berfikir rasional dengan berfikir empiris,

artinya pertanyaan yang dirumuskan disatu pihak dapat


diterima oleh akal sehat dan dipihak lain dapat dibuktikan

melalui data dan fakta secara empiris (Nursalam, 2013).

e. Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi atau

objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini cara untuk mengukur pengetahuan ibu

hamil menggunakan pedoman kuesioner yang membahas tentang

kunjungan ANC dengan jumlah soalnya sebanyak 10 soal di

setiap soal memiliki pilihan apabila jawaban benar memiliki poin

1 (satu) dan apabila jawaban salah memiliki poin 0 (kosong)

sehingga jumlah pertanyaan yang di jawab benar di bagi jumlah

soal dan di kali 100.

Menurut Arikunto (2006) dikutip dalam Wawan (2010),

mengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1. Baik : Hasil Presentase>75%-100%

2. Kurang: Hasil Presentase ≤75%

2.1.2 Prilaku
a. Definisi
Prilaku merupakan kumpulan reaksi, perbuatan, aktivitas,

gerakan, tanggapan, ataupun jawaban dari seseorang. Misalnya

berfikir, bekerja, dan relasi seksual. Reaksi prilaku manusia ini

meliputi aspek kognitif, afektif, dan motorik. Saat salah satu aspek

tersebut memiliki hambatan, maka aspek prilaku lainnya pun akan

terganggu (Pieter, 2010).

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Sehingga yang

dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan

atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa,

bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas

dapta disimpulkan bahwa perilaku (manusia) adalah semua kegiatan

atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun

yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2014).

Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2014) merumuskan bahwa

perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme

tersebut merespons, maka teori Skinner disebut “S-O-R” atau

Stimulus Organisme Respons. Skinner membedakan adanya dua

respons, yaitu:

1). Respondent response atau reflexive, yakni respons yang

ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.


Stimulus semacam ini disebut elicting stimulation karena

menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Respons-respons

ini mencakup perilaku emosional

2). Operasi response atau instrumental respons, yakni respons yang

timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau

perangsang tertentu.

b. Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini maka perilaku

dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2014), yaitu:

1. Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi pengetahuan/

kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima

stimulus tersebut, dan belum diamati secara jelas oleh orang

lain.

2. Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah

jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang

dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

c. Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi

terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang),


namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada

karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi

beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda.

Menurut Notoatmodjo (2014) faktor-faktor yang membedakan

respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan

perilaku, yang dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang

yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan

2. Determinan atau faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan

sebagainya. Faktor lingkungan merupakan faktor yang

dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

Terdapat sejumlah faktor yang memperngaruhi prilaku

seseorang (Pieter,2010). Faktor-faktor tersebut diantaranya

adalah pengetahuan, sikap, sifat, minat, persepsi, kepribadian,

dan lingkungan.

d. Proses Pembentukan Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perihal

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers

(1974) dalam Notoatmodjo (2014) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di


dalam dari orang tersebut terjadi proses berurutan, disingkat

AIETA yang artinya:

1. Awarness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi

perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan,

kesadaran dari sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan

besifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku

tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan

berlangsung lama.

Pengukuran dan indikator perilaku (Notoatmodjo (2014) :

1) Pengetahuan kesehatan

Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang

diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara

kesehatan. Untuk mengukur pengetahuan dengan

mengajukan pertanyaan – pertanyaan secara langsung

( wawancara ) ataupun melalui pertanyaan –pertanyaan


tertulis atau angket. Indikator pengetahuan adalah tingginya

pengetahuan sesesorang tentang sesuatu hal.

2) Sikap terhadap Kesehatan

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun

tidak langsung . pengukuran sikap secara langsung dapat

dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

tentang stimulus atau obyek yang bersangkutan. Pertanyaan

secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara

memberikan pendapat dengan menggunakan kata “stuju atau

tidak setuju “ teehadap pertanyaan- pertanyaan tentang obyek

tertentu, dengan menggunakan skala likert.

3) Praktik Kesehatan

Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan

melalui dua cara, secara langsung maupun tidak langsng.

Pengkuran perilaku paling baik adalah secara langsung, yakni

pengamatan( observasi , yaitu mengamati tindakan dari

subyek dalam rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan

secara tidak langsung menggunakan metode mengingat

kembali ( recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaan –

pertanyaan terhadap subyek tentang apa

Tingkatan – tingkatan praktek :

a) Persepsi

Mengenal dan memelih berbagai obyek sehubungan


dengan tindakan yang akan diambil

b) Respon Terpimpin

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar

sesuai dengan contoh.

b) Mekanisme

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

dengan benar secara otomatis, atau suatu ide sudah

merupakan suatu kebiasaan, maka ia sudah mencapai

praktek tingkat tiga.

c) Adaptasi

Merupakan praktek yang sudah berkembang dengan

baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya

sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya

tersebut.

2.1.3 Pemeriksaan Kehamilan

a. Pengertian

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir

selalu terjadi pada setiap wanita. Kehamilan terjadi setelah

bertemunya sperma dan ovum, tumbuh dan berkembang di dalam

uterus selama 259 hari atau 37 minggu atau sampai dengan 42


minggu (putu Mastiningsih, 2019).

Antenatal Care adalah Perawatan kesehatan yang

diajukan kepada ibu hamil sebelum dan selama hamil dengan

tujuan mendeteksi secara dini masalah kesehatan ibu dan janin,

memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan dan

perencanaan persalianan (Madriawati, 2013).

Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan

oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama masa

kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan

antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan

(putu Mastiningsih, 2019).

b. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan

Tujuan pemeriksaan kehamilan adalah:

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan

ibu dan tumbuh kembang janin.

b. Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan fisik, mental,

sosial ibu dan janin.

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hami, termasuk riwayat penyakit

secara umum, kebidanan dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat ibu maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin.


e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

pemberian ASI Ekslusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

g. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal

(putu Mastiningsih, 2019).

c. Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan

Kunjungan antenatal adalah kontak antara Ibu hamil dan

petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk

,mendapatkan pemeriksaan kehamilan (Kemenkes R1, 2015).

kunjungan antenatal terbagi menjadi 2 yaitu kunjungan

awal (K1) dan kunjungan ulang (K4).

1) Kunjungan awal (K1 )

Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kontak ibu hamil yang

pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan

pemeriksaan kehamilan (Saifuddin AB, 2012).

Kunjungan awal kehamilan adalah kunjungan yang dilakukan

oleh ibu hamil ke tempat bidan pada trimester pertama yaitu

pada minggu pertama kehamilan hingga minggu ke-12

(Dartiwen, 2019).

2) Kunjungan ulang (K4)


Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga

kesehatan yang kedua dan seterusnya untuk mendapatkan

pelayanan antenatal sesuai dengan standar antenatal selama 1

periode kehamilan berlangsung (yayuk CA, 2019 ).

Hal- hal yang harus diperhatikan dalam melakukan

kunjungan ulang :

a. Pihak ibu

Meliputi riwayat kehamilan sekarang, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan keadaan umum.

b. Pihak bayi

Pada bayi yang perlu dikaji adalah gerakan janin; denyut

jantung janin, dilakukan setelah UK 12 minggu ; tafsiran

berat janin ; letak dan presentasi, engagement (masuknya

kepala ke panggul); kehamilan kembar atau tunggal.

c. Laboratorium

Pemeriksaan penunjang laboratorium yang dapat dilakukan

pada kunjungan ulang adalah Hemoglobin, hematokrit,

serologic test for syphilis pada trimester III diulang, kultur

untuk gonokokus, protein urine, gula dalam darah, VDRL

(yayuk CA, 2019 ).

d. Jadwal pemeriksaan kehamilan


Kunjungan Antenatal Care dilakukan minimal 4 kali

selama kehamilannya yaitu :

1) Kunjungan 1 / k1 (Trimester 1 )

K1 atau kunjungan baru ibu hamil yaitu kunjungan yang

pertama kali pada masa kehamilan. Pemeriksaan pertama kali

yang ideal yaitu sedini mungkin ketika ibu hamil mengalami

terlambat datang bulan. Adapun tujuan pemeriksaan pertama

kali pada antenatal care sebagai berikut :

a. Mendiagnosis dan menghitung umur kehamilan, mengenali

penyulit yang mungkin terjadi pada masa kehamilan,

persalinan dan nifas.

b. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin

diderita sedini mungkin.

c. Menurunkan angka morbilitas dan mortalitas pada ibu dan

anak.

d. Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari,

keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas serta

laktasi.

2) Kunjungan 2 / K II (Trimester 2)

Pada periode ini ibu hamil dianjurkan untuk melakukan

pemeriksaan kehamilan 1 bulan sekali sampai umur kehamilan

28 minggu. Adapun tujuan pemeriksaan kunjungan trimester 2

adalah :

a. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya


b. Penapisan pre eklamsia, gemeli, infeksi alat reproduksi dan

saluran perkemihan

c. Mengulang perencanaan persalinan

3) Kunjungan ketiga dan keempat (Trimester 3 )

Pada periode ini sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan

kehamilan dilakukan setiap 2 minggu jika tidak mengalami

keluhan yang membahayakan dirinya dan kandungannya.

Adapun tujuan pemeriksaan kunjungan trimester 3 sebagai

berikut :

a. Mengenali adanya kelainan letak janin

b. Memantapkan rencana persalinan

c. Mengenali tanda-tanda persalianan.

Kebijakan yang berlaku di indonesia untuk kunjungan ANC

minimal 4 kali selama kehamilan yaitu minimal 1 kali pada

trimester I, minimal 1 kali pada trimester II, dan minimal 2 kali

pada trimester III (putu Mastiningsih, 2019).

e. Standar Pelayanan Antenatal

Menurut yayuk CA, 2019. Standar pelayanan antenatal

unsur terpenting dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian

ibu dan bayi adalah memberikan pelayanan dan pemeliharaan

kesehatan sewaktu hamil secara memadai dan sesuai standar

pelayanan kebidanan.

Asuhan standar minimal 14 T :

1) Timbang berat badan dan ukut tinggi badan (T1)


2) Tensi atau ukur tekanan darah (T2)

3) Tinggi fundus uteri (T3)

4) Pemberian tablet besi 90 tablet selama kehamilan (T4)

5) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (T5)

6) Pemeriksaan HB (T6)

7) Pemeriksaan VDRL (T7)

8) Pemeriksaan protein urin (T8)

9) Pemeriksaan urin reduksi (T9)

10) Perawatan payudara (T10 )

11) Senam ibu hamil (T 11)

12) Pemberian obat malaria (T12)

13) Pemberian kapsul minyak yodium (T13)

14) Temu wicara atau konseling (T14)

2.2. Profil Puskesmas

2.2.1. Kondisi Umum Wilayah


1. Letak dan Keadaan Alam

Babelan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bekasi

Provinsi Jawa Barat . Babelan berbatasan dengan Tarumajaya di

sebelah barat Laut Jawa , Muara Gembong di sebelah Utara,

Sukawangi di sebelah Timur , Tambun Utara di sebelah Tenggara

dan Bekasi Utara di sebelah Selatan. Kecamatan Babelan terletak

di bagian utara kabipaten Bekasi yang mempunyai garis pantai

sepanjang 1,5 km atau kurang lebih 1500 meter . Kali Cikarang


barat Laut (CBL) yang membelah wilayah Kecamatan Babelan

merupakan potensi alam yang perlu dimanfaatkan seoptimal

mungkin untuk kegiatan pertanian , transportasi laut dan wisata

bahari.

Luas wilayah kecamatan Babelan sekitar 5.712,62

hektar , 80 persen dari luas wilayah merupakan daerah lahan

terbuka atau daerah pertanian. Secara geografis wilayah

Kecamatan Babelan terletak antara 107.0345760 BT dan

-6.2007300 LS dengan ketinggian Babelan terletak antara 107

meter di atas permukaan laut , suhu rata-rata mencapai 28 0C -

320C 0-7 meter diatas permukaan laut. Adapunnn batas wilayah

dari kecamatan Babelan yaitu Sebelah Utara berbatasan dengan

laut jawa (Kecamatan Muara Gembong),sebelah Timur

berbatasan dengan Kecamatan Sukawangi dan Kecamatan

Tambun Utara , sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan

Tarumajaya dan Kecamatan Medan Satria, sebelah Selatan

berbatasan dengan Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi.

Kecamatan Babelan terbagi menjadi 9 Desa, yang diantaranya

Desa Bahagia, Kebalen , Babelan Kota, Kedung Pengawas,

Kedung Jaya, Buni Bakti, Muara Bakti, Pantai Hurip, dan Hurip

Jaya.

Gambar 2.1

Peta Wilayah Puskesmas Babelan II


Sumber: Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2016, BPS

Karena berbatasan dengan Jakarta, sehingga Kecamatan

Babelan memiliki banyak perkembangan dalam hal

perkembangan pembangunan yang begitu pesat, yang diikuti pula

dengan perkembangaan masalah pola penyakit serta masalah –

masalah kesehatan perkotaan lainnya.

2. Keadaan Penduduk

Kecamatan Babelan merupakan salah satu Kecamatan

penyangga Kabupaten Bekasi dan dekat dengan Kawasan Berikat

Nusantara yang merupakan centra industry dipinggiran Jakarta

yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Babelan , sehingga

bukan hal yang mengherankan jika Kecamatan Babelan menjadi

salah satu tujuan imigrasi penduduk , apalagi di tunjang dengan

fasilitas kawasan industry yang banyak menarik tenaga kerja baik

dari dalam maupun luar negeri. Tidak mengherankan jika salah

satu masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius dari


Pemerintah Kecamatan Babelan dalam proses pembangunan

adalah masalah kependudukan, yang mencakup jumlah,

komposisi dan sebaran penduduk yang terjadi dalam suatu

wilayah dan dalam suatu kurun waktu tertentu.

Penduduk dalam suatu daerah merupakan potensi

sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam proses

pembangunan, disamping juga sebagai konsumen dalam

pembangunan. Masalah kependudukan yang meliputi jumlah,

komposisi, dan distribusi penduduk merupakan masalah yang

perlu diperhatikan dalam proses pembangunan. Penanganan

masalah penduduk tidak saja mengarah pada upaya pengendalian

penduduk, tapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas

sumberdaya manusia.

Penduduk wilyah Puskesmas Babelan II tahun 2019

berjumlah 36.481 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk

mencapai 2.67 jiwa perkm2. Wilayah yang paling padat

penduduknya adalah Desa Kedung Jaya (10.871 jiwa per km2)

sedangkan yang paling rendah kepadatannya adalah Desa Hurip

Jaya (3.676 jiwa per km2).

Letak geografis Kecamatan Babelan yang berada di

wilayah Kabupaten Bekasi terletak di bagian utara Jawa Barat

dan berbatasan langsung dengan ibu kota negara. Wilayah ini

menjadi kawasan pemukiman dan kawasan industri yang cukup

pesat perkembangannya. Hal ini disebabkan karena secara


geografis letak Kabupaten Bekasi sangat strategis, yaitu

berdekatan bahkan berbatasan langsung dengan Provinsi DKI

Jakarta dan disertai berbagai fasilitas/infrastruktur yang cukup

lengkap. Kondisi ini pun merupakan salah satu dayatarik migran

untuk pindah ke Kabupaten Bekasi. Pertambahan penduduk di

Kabupaten Bekasi menjadi tidak terelakan.

Pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi akan

berdampak dalam penyediaan infrastruktur yang besar, lapangan

pekerjaan yang cukup, kebutuhan akan perumahan, kesehatan,

dan keamanan di masa mendatang. Kenyataan ini merupakan

tantangan bagi pemerintah dalam menerapkan kebijakan-

kebijakannya terutama yang menyangkut hajat hidup masyarakat

banyak. Untuk itu diperlukan adanya komitmen yang tinggi

untuk lebih konsisten menerapkan kebijakan pembangunan yang

berwawasan kependudukan, agar tingkat kesejahteraan dan

kualitas penduduk semakin lebih baik dimasa yang akan datang.

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di

Puskesmas Babelan II tetap menunjukkan bahwa penduduk laki-

laki lebih banyak daripada penduduk perempuan. Sekitar 50,55

% penduduk Puskesmas Babelan II di tahun 2019 adalah

penduduk laki-laki atau sekitar 18.475 orang, dan 18.006 orang

adalah penduduk perempuan.

Komposisi penduduk juga dapat dilihat dengan

mengelompokkan penduduk ke dalam usia produktif, usia belum


produktif dan usia tidak produktif lagi. Penduduk usia produktif

merupakan suatu modal dalam pelaksanaan pembangunan di

segala sektor, dengan harapan produktifitas dan efektifitas yang

terjadi ditunjang pula dengan sarana dan prasarana

pembangunan, dimana manusia merupakan tujuan dan pelaksana

pembangunan. Penduduk usia produktif (15 - 64 tahun) di

Puskesmas Babelan II Tahun 2019 mencapai 24.287 orang atau

66,57%. Sedangkan penduduk yang belum produktif (<15 tahun)

mencapai 13.861 orang atau 37,99% dan yang tidak produktif

lagi (65 tahun ke atas) 909 orang atau 0,025%. Sehingga rasio

ketergantungan mencapai 41,96 yang berarti bahwa setiap satu

orang penduduk usia produktif menanggung sebanyak 42 orang

usia tidak produktif. Penduduk usia produktif didominasi oleh

kaum laki-laki , yaitu sekitar 34,46%. Sisanya 33,58%

merupakan penduduk produktif perempuan. Sedangkan angka

laju pertumbuhan penduduknya menjadi 0.37%.

Perekonomian yang terjadi di Puskesmas Babelan II

masih berpusat di wilayah sisi, sehingga persebaran penduduk di

wilayah Puskesmas Babelan II tidak merata. Wilayah yang dilalui

atau berdekatan dengan sarana/infrastruktur jalan tol atau kereta

api, memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi, seperti

Desa Kedung Jaya, selain itu Desa ini juga merupakan

wilayah paling padat penduduknya dibandingkan wilayah

lainnya. Sementara itu Desa yang memiliki jumlah penduduk


paling sedikit adalah Desa Hurip Jaya.

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Puskemas Babelan II menurut Kecamatan


& Jenis Kelamin Tahun 2019

No. Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah


1 Kedung Jaya 5.478 5.393 10.871
2 Buni Bakti 4.023 3.903 7.926
3 Muara Bakti 5.104 4.957 10.061
4 Pantai Hurip 2.003 1.944 3.947
5 Hurip Jaya 1.867 1.809 3.676
Jumlah 18.475 18.006 36.481

SexraSextio penduduk Puskesmas Babelan II adalah

18.475 laki-laki dan 18.006 perempuan artinya jumlah penduduk

laki-laki 50,64% lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk

perempuan yaitu 49,35%. Dari sisi sexratio, Puskesmas Babelan

II berada pada sisi yang menguntungkan karena lebih banyak

penduduk laki-laki dari pada penduduk perempuan. Penduduk

laki-laki secara ekonomi

biasanya mempunyai lebih banyak peran dalam

mencari penghasilan.

Dalam kurun waktu sebelas tahun terakhir, polagrafik

kepadatan penduduk di Puskesmas Babelan II tidak mengikuti

pola linear lagi

tetapi mengikuti pola kuadratik yang diakibatkan oleh

jumlah penduduk yang bertambah beberapa kali lipat pada tiap

tahunnya.
3. Keadaan Ekonomi

Perekonomian Puskesmas Babelan II ditopang oleh

sektor pertanian, perdagangan dan perindustrian. Banyak

iterdapatnya sumur minyak di wilayah Puskesmas Babelan II

cukup membantu Pemerintah dalam membuat lapangan

pekerjaan baru bagi warga.

4. Keadaan Pendidikan

Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator

yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan

manusia suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan

berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan.

Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan dalam

mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat.

Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan. Sebab,

penduduk yang tidak bisa membaca secara tidak langsung

mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan itu

sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan.

Mencapai pendidikan dasar untuk semua merupakan

tujuan kedua dari MDGs (Millenium Development Goals) dengan

target menjamin bahwa sampai dengan tahun 2016, semua anak,

dimanapun, laki-laki dan perempuan, dapat menyelesaikan

pendidikan dasar (primary schooling). Tujuan MDGs ini

memang cukup beralasan sehingga ditempatkan sebagai prioritas


kedua, karena dengan tingkat pendidikan rendah maka

masyarakat akan kesulitan mengakses berbagai fasilitas lebih

baik, yang pada akhirnya tingkat kemiskinan akan sulit

diturunkan. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah khususnya

pemerintah daerah perlu lebih mengedepankan upaya

peningkatan kualitas SDM melalui program-program

pembangunan yang lebih berorientasi pada pemenuhan

kebutuhan pendidikan baik formal maupun non formal.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20

tahun 2003 Bab IV (hak dan kewajiban warga negara, orangtua,

masyarakat dan pemerintah) pasal 6 ayat 1, mengatakan bahwa

“setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima

belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar“, dan pasal 11 ayat

2 pemerintah dan pemerintah daerah menjamin tersedianya dana,

guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang

berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun. Hal ini berarti

bahwa seyogyanya sudah tidak ada lagi anak usia 7-15 tahun

yang tidak bersekolah, atau tingkat partisipasinya 100%.

Pendidikan yang tinggi menjadi modal kuat untuk

memperkuat daya saing penduduk. Jika kecenderungan

penanganan pendidikan di masyarakat masih berkutat pada

bagaimana mempertahankan siswa rawan DO (drop out) agar

tetap bersekolah, tentunya permasalahan yang lebih besar akan

muncul di masa mendatang.


Komponen indeks pendidikan Kabupaten Bekasi yang

meliputi Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama

Sekolah (RLS). AMH Penduduk Kabupaten Bekasi yang

berumur 10 tahun adalah 73,60%, artinya masih terdapat 27,40%

penduduk Kabupaten Bekasi yang masih buta aksara.

Berdasarkan data yang diambil dari RPJMN Provinsi

Jawa Barat tahun 2011-2016, Proyeksi RLS Kabupaten Bekasi

tahun 2016 mencapai 8.31%.

2.3. KERANGKA TEORI

Ibu Hamil
Pengetahuan Ibu Internal
Hamil tentang :
Paritas
1. Pengertian Perilaku ibu Umur
hamil dalam
2. Tujuan
keteraturan Eksternal
3. Jadwal pemeriksaan
Pengetahuan
kehamilan
4. Akibat tidak
Dukungan Suami
memeriksakan
kehamilan Tingkat Pendidikan

Prilaku

Sikap

Ekonomi

Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan

Keterangan : Di teliti :

Gambar Kerangka konsep pengetahuan dan prilaku

Oxom (2010), utami (2010), Wiknjosastro (2008)

2.1.5. KERANGKA KONSEP


Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian atau

visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep

lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari

masalah yang ingin di teliti (Notoatmodjo, 2010).

Variabel Independent Variabel Dependent


Pengetahuan

Frekuensi
Pemeriksaan
Kehamilan
Perilaku

2.1.6 HIPOTESIS
1. Ada hubungan yang postif antara pengetahuan dengan kunjungan

pemeriksaan kehamilan

2. Ada hubungan yang positif antara perilaku dengan kunjungan

pemeriksaan kehamilan

3. Ada hubungan yang positif antara pengetahuan dan perilaku ibu

hamil dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Desain penelitian ini adalah penelitian korelasional yang mengidentifikasi

hubungan antara Pengetahuan dan Prilaku Ibu hamil tentang pemeriksaan

kehamilan terhadap Pemeriksaan Kehamilan dengan pendekatan cross

sectional.

3.2. Populasi dan Sampel


3.2.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Babelan II sebanyak 232 ibu hamil dan ibu hamil Trimester

ketiga sebanyak 112

3.2.2. Sampel

Penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu sampel yang

terlibat dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi yang sesuai dengan tujuan penelitian dan cara pengambilannya

menggunakan accidental sampling.

Sampel yang digunakan adalah ibu hamil dari masing –masing Desa

yang ada di wilayah kerja puskesmas Babelan II yaitu sebanyak 5 Desa dan

memenuhi kriteria inklusi, dengan jumlah 83 ibu hamil .

Krieteria inklusi pada penelitian ini adalah :

a. Ibu hamil dengan usia kehamilan TM III yang memeriksakan

kehamilan di Wilayah kerja Puskesmas Babelan II


b. Ibu hamil TM III yang bersedia menjadi responden

Kriteria esklusi dari penelitian ini adalah :

a. Ibu hamil TM I & TM II yang memeriksakan kehamilannya di

wilayah kerja Puskesmas Babelan II

b. Ibu hamil dengan usia kehamilan TM III yang memeriksakan

kehamilan di luar Wilayah Puskesmas Babelan II

3.3. Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Babelan II,

Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.

3.4. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan di lapangan mulai bulan Januari sampai

dengan Februari 2021

3.5. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu 2 varibel bebas dan satu

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan, dan

perilaku ibu hamil. Variabel terikatnya adalah kunjungan pemeriksaan

kehamilan.
Rancangan penelitian yang menggambarkan hubungan antara variabel

yang diteliti dapat dilukiskan pada gambar berikut

X1
Y
X2

Gambar 3.1 : Desain Penelitian Korelasional

Keterangan :

X1 . Pengetahuan

X2. Prilaku

Y. Kunjungan pemeriksaan kehamilan Keterangan :

1. Hubungan Pengetahuan dengan peningkatan frekuensi

pemeriksaan kehamilan

2. Hubungan perilaku dengan peningkatan frekuensi pemeriksaan

kehamilan

3.6. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur/ Hasil ukur/ Skala Ukur

Operasional alat ukut kategori


Dependen Pengetahuan Test a) Rendah Interval

ibu hamil
Pengetahuan
tentang b) Tinggi
Ibu hamil
pemeriksaan
kehamilan

yang meliputi :

a) Pengertian

b) Manfaat

c) Jadwal

pemeriksaan

d) Pengaruh

pemeriksaan

kehamilan

Prilaku ibu Tindakan ibu Lembar a) Baik Interval

hamil hamil untuk Observasi

menjaga dan b) Buruk

memelihara

kehamilannya

dengan

melakukan

kunjungan

pemeriksaan

kehamilan

Independen Kunjungan Wawancara a) Teratur Interval

atau kontak dan Buku KIA b) Tidak


Kunjungan
ibu hamil teratur
ibu hamil
dengan tenaga
kesehatan

minimal empat

kali selama

kehamilan

3.7. Instrumen Penelitian

Instumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

Observasi, wawancara, Tes/ kuesioner.

3.8. Validitas dan reliabilitas

Kuesioner dalam penelitian ia akan di uji reliabilitasnya dengan

menggunakan Alpha Cronbach’s, dikatakan koefisien Alpha Cronbach.

3.9. Prosedur Pengumpulan Data

Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan koreksi

terhadap data dengan memeriksa kebenaran pengisian kuesioner, kemudian

dilakukan tabulasi silang antara variabel independent dengan variabel

dependent.

3.10. Analisa Data


Analisis data yang dilakukan secara bertahap, yaitu :
3.10.1. Persiapan
Melakukan pengecekan kelengkapan identitas

responden dan isian data dalam instrumen.

3.10.2. Tabulasi
3.10.2.1. Analisis Univariat

Komponen variabel dalam penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan analisis univariat untuk menjelaskan karakteristik

masing-masing variabel yang disajikan dalam bentuk tabel

frekuensi dan persentase.

3.10.2.2. Analisi Bivariat

Dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Pengetahuan dan

prilaku ibu hamil dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan pada

ibu hamil. Untuk melakukan analisis Bivariat antar variabel

digunakan uji Korelasi dan Uji –t .

3.11. Etika Penelitian

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan mengisi lembar persetujuan disertai tanda

tangan responden.
2. Anonimity

Memberikan jaminan kepada responden dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden melainkan hanya

menuliskan kode hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confindentiality

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh

peneliti dan informasinya hanya akan digunakan untuk kepenting

DAFTAR PUSTAKA
Sri Handayani, 2018, Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Hamil

Tentang Pemeriksaan Kehamilan dengan Frekuensi Kunjungan

Pemeriksaan Kehamilan, Jurnal Keperawatan GSH, 7, 2088-2734

Polma Ria Metawati Panjaitan, Heru Santosa, Surya Utama, 2019, Association

Between Education, Knowledge, Attitude and Maternal Intention om

Antenatal Care Visite. Journal of Maternal and Child Health, 4 (6), 516-

521.

Erlina Ariesetyawati, Sri Mudayatiningsih, Susmini, 2018. Hubungan

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care Dengan Perilaku

Pemeriksaan Kehamilan di Posyandu Bandung Rejo Wilayah Kerja

Puskesmas Kecamatan Batur Kabupaten Malang. Nursing News,

3, Nomor 1.

Dewinny, S.D., Emielda, A.D., 2019, Psikologi Kebidanan, Pusaka Baru

Press,Yogyakarta,25-37.

Putu Mastiningsih., Yayuk, C.A., 2019, Buku Ajar Asuhan Kehamilan, In Media,

Bogor, 47-57.

Fenti Hikmawati, 2019. Metodologi Penelitian. Depok, Rajawali Pers.

Kemenkes, RI. (2015).Profil-Kesehatan-Indonesia-2015.pdf.

Sutanto Priyo Hastono, 2006. Analisis Data. Jakarta, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia.

Azwar Saifudin. 2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta ,

Pustaka Pelajar.
Depkes RI. 2003. Pedoman Pelayanan Antenatal, Jakarta, Depkes.

Machfoedz Ircham, Suryani Eko. 2007. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari

Promosi Kesehatan. Yogyakarta, Fitramaya.

Notoatmodjo S,. 1988. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta,

Rhineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai