Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN PERKEMBANGAN ANAK

BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAIBONAT

OLEH:
PASCOELA NINITA MARIA XIMENES
1420117031R

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA


PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
KUPANG
2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perkembangan anak dibawah lima tahun (Balita) merupakan

bagian yang sangat penting (Riskesdas, 2018). Pada masa ini anak juga

mengalami periode kritis. Berbagai bentuk penyakit, kekurangan gizi,

serta kekurangan kasih sayang maupun kekurangan stimulasi pada usia ini

akan membawa dampak negatif yang menetap sampai dewasa berkaitan

dengan masa dewasa bahkan sampai usia lanjut (Depkes, 2018).

Perkembangan anak juga tidak terlepas dari peran caregiver atau orang

yang merawat balita (Soetjiningsih, 2013). Caregiver paling banyak

diperankan oleh orang tua atau orang terdekat anak. Mereka seharusnya

mengenali dan memahami tentang kebutuhan anak serta berkomunikasi

dan berinteraksi dengan anak (WHO, 2018). Proses utama perkembangan

anak merupakan hal yang saling berkaitan antara proses biologis, proses

sosial-emosional dan proses kognitif. Ketiga hal tersebut akan saling

berpengaruh satu sama lain dan sepanjang perjalanan hidup manusia.

Selama proses perkembangan tidak tertutup kemungkinan anak

menghadapi berbagai masalah yang akan menghambat proses

perkembangan selanjutnya. Perkembangan tersebut mencakup

perkembangan perilaku sosial, bahasa, kognitif, fisik atau motorik

(motorik kasar dan motorik halus), (Depkes, 2018).


Pola asuh orang tua bertujuan agar anak dapat tumbuh dan

berkembang dengan optimal. Dalam penerapan pola asuh, orangtua perlu

memperhatikan keunikan anak. Anak memiliki kekhasan sifat- sifat yang

berbeda dari satu anak dengan anak yang lain, sehingga orang tua dapat

menerapkan beberapa pola asuh secara bergantian untuk menghadapi anak

(Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Bina Keluarga

Balita dan Anak, 2018). Pengasuhan keluarga selama 5 tahun pertama

kehidupan sangat berpengaruh terhadap 4 dominan perkembangan yaitu

motorik, kognitif, bahasa dan sosial-emosional anak. Berbagai aspek inilah

sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan perilaku anak di masa

mendatang (Kariger dkk, 2019).

Departemen kesehatan RI Dalam (Widati, 2019) melaporkan

bahwa 0,4 juta (16%) balita Indonesia mengalami gangguan

perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan

pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara. Sedangkan

menurut Dinas Kesehatan dalam (Widati,2018) sebesar 85.779 (62,02%)

anak usia prasekolah mengalami gangguan perkembangan.

Cakupan balita di Puskesmas Naibonat pada bulan oktober sampai

dengan bulan desember tahun 2022 yaitu bulan oktober sebanyak 1240

anak balita, november sebanyak 1216 anak balita dan desember sebanyak

1183 anak balita. Untuk balita yang mengalami perkembangan pada bulan

oktober sebanyak 83 balita, bulan november sebanyak 74 balita dan bulan

desember sebanyak 77 balita (Puskesmas Naibonat, 2022).


Untuk wilayah kerja Puskesmas Naibonat Kecamatan Naibonat

pada tahun 2022, jumlah penduduk 18.386 jiwa dengan wilayah kerja 12

Desa. (Puskesmas Naibonat, 2022). Data yang diperoleh di Puskesmas

Naibonat pada bulan Desember tahun 2022 jumlah anak balita sebesar

1.183 anak yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas Naibonat.

(Puskesmas Naibonat, 2022)

Berdasarkan survei pendahuluan dengan cara pengamatan

sementara yang dilakukan peneliti terhadap 10 ibu yang membawa

anaknya untuk di timbang berat badan ke Puskesmas Naibonat Kabupaten

Kupang pada tanggal 20 Desember 2022, hasil yang didapatkan 2 ibu yang

selalu memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang tidak dimengerti

oleh anak, memandikan, menemani anaknya bermain, terlihat anaknya

mandiri, mudah berinteraksi dengan orang lain, ceria, penurut, aktif dalam

beraktivitas dan mengalami perkembangan yang pesat. Sedangkan 3 ibu

yang jarang dalam memberikan penjelasan, membebaskan anaknya dalam

melakukan hal apapun tanpa ada batasan, terlihat anaknya manja, kurang

mandiri, dan kurang matang dalam perkembangannya. Dan 5 ibu yang

tidak pernah memberikan penjelasan kepada anaknya, membentak ketika

anaknya menangis, menghukum anaknya ketika melakukan kesalahan dan

tidak mematuhi perintah orang tua, terlihat anaknya pendiam, penakut,

sulit bergaul dan berkumpul dengan teman sebayanya, dan sering

bertengkar .
Berdasarkan data-data dan studi pendahuluan yang diperoleh,

Penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan

pola asuh orang tua dengan perkembangan anak balita di wilayah kerja

Puskesmas Naibonat Kabupaten Kupang tahun 2022”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merumuskan masalah

dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan pola asuh orang tua

dengan perkembangan anak balita di wilayah kerja Puskesmas Naibonat

Kabupaten Kupang tahun 2022?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan

perkembangan anak balita di wilayah kerja Puskesmas Naibonat

Kabupaten Kupang tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pola asuh orang tua pada anak balita di wilayah

kerja Puskesmas Naibonat Kabupaten Kupang tahun 2022.

2. Mengetahui perkembangan anak balita di wilayah kerja

Puskesmas Naibonat Kabupaten Kupang tahun 2022.

3. Menganalisis hubungan pola asuh orang tua dengan

perkembangan anak balita di wilayah kerja Puskesmas

Naibonat Kabupaten Kupang tahun 2022.


1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan

pengetahuan ibu tentang perkembangan anak, serta dapat

meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran kepada ibu yang

memiliki anak balita sehingga dapat memberikan pola asuh yang

baik untuk meningkatkan perkembangan anak.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat sebagai data pendukung pada

penelitian berikutnya tentang Hubungan pola asuh orang tua

dengan perkembangan anak balita dan menambah wawasan

peneliti mengenai metode penelitian dan perkembangan anak

3. Bagi Petugas Kesehatan

Penelitian ini dapat menjadi masukan data atau informasi

bagi tenaga kesehatan terutama profesi bidan dalam meningkatkan

kesehatan anak khususnya mengenai pola asuh orang tua dengan

perkembangan anak balita

4. Bagi Institusi

Dapat digunakan sebagai bahan referensi atau bacaan di

perpustakaan untuk mahasiswa khususnya yang berkaitan dengan

pola asuh orang tua dan perkembangan anak balita tahun.


BAB 2

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian dengan topik perkembangan anak pernah

dilakukan oleh beberapa peneliti, yaitu:

1. Wahyu Kartika (2019) dengan judul penelitian “Hubungan tingkat

stimulasi ibu dalam pola asuh dengan perkembangan motorik kasar

anak usia 1-2 tahun di Posyandu Anggrek Gilangharjo Bantul”.

Desain penelitian cross sectional ,dengan jumlah populasi

sebanyak 29 ibu dan anak. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu dari variabel penelitian,waktu penelitian,

tempat penelitian, teknik pengambilan sampel dan hasil penelitian.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah jenis

penelitian dan pendekatan yang digunakan.

2. Reski Amalia Sapril (2020) dengan judul penelitian “ Hubungan

antara pola asuh orang tua dengan perkembangan anak usia 3-5

tahun di TK Islam Qalbin Salim Makassar. Desain penelitian yang

digunakan pendekatan cross sectional, dengan jumlah sampel

sebanyak 42 orang yang didapatkan dengan menggunakan

pendekatan survey analitik dengan rancangan cross sectional study.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dari variabel

penelitian,waktu penelitian, tempat penelitian, teknik pengambilan


sampel dan hasil penelitian. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu adalah jenis penelitian dan pendekatan yang

digunakan

2.2 Perkembangan Anak

Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang berbeda,

namun berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Pertumbuhan (growth)

merupakan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat

sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran

panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Perkembangan

(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks pada pola yang teratur dan sebagai

hasil dari proses pematangan (April, 2019). Perkembangan juga berarti

“mekar terbuka atau membentang; menjadi; menjadi besar, luas dan

banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran,

pengetahuan, dan sebagainya (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, 2011 dalam April 2019).

Proses tumbuh kembang anak berlangsung secara alamiah, yang

dalam proses tersebut sangat berkaitan pada hubungan dengan orang tua.

Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Masa

balita merupakan pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya. Masa balita terjadi perkembangan

kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan

intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan


berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga

dibentuk pada masa ini. Pada masa periode kritis ini, diperlukan

rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensinya berkembang.

Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sesuai dengan kebutuhan

anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih

dalam kandungan (Kania, 2020). Proses tumbuh kembang anak

mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan merupakan “ Never Ending Process ”

2. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi .

3. Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu

4. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan

5. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas

6. Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan/ fase

perkembangan. (April, 2019).

Perkembangan merupakan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh

yang lebih komplek dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara

dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Aspek-aspek perkembangan

yang dapat dipantau meliputi gerak kasar, gerak halus, kemampuan bicara

dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian (Depkes, 2014)

1) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh


yang melibatkan otot-otot besar, seperti duduk, berdiri, dan

sebagainya.

2) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan

bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,

tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati

sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.

3) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,

berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.

4) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan

mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak,

bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dan

sebagainya.

Ciri-ciri perkembangan pada masa balita menurut Departemen

Kesehatan Republik Indonesia (2014) pada tiga tahun pertama kehidupan

ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak masih

berlangsung dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut saraf dan cabang-

cabangnya, sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang komplek.

Jumlah dan pengaturan hubungan antar sel saraf ini akan mempengaruhi

segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan, mengenal

huruf, hingga bersosialisasi. Kecepatan pertumbuhan pada masa balita


akan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik

dan fungsi ekskresi serta perkembangan kemampuan bicara dan bahasa,

kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensi berjalan sangat

cepat.

Anak di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

dasar kepribadian manusia, kemampuan penginderaan, berpikir,

keterampilan berbahasa dan berbicara, bertingkah laku sosial dan lain

sebagainya. Anak balita merupakan kelompok tersendiri yang dalam

perkembangan dan pertumbuhannya memerlukan perhatian yang lebih

khusus. Apabila perkembangan dan pertumbuhan pada masa balita ini

mengalami gangguan, hal ini akan berakibat terganggunya persiapan

terhadap pembentukan anak yang berkualitas. Balita terbagi dalam dua

kategori berdasarkan karakteristik, yaitu anak usia satu sampai tiga tahun

(batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2019).

Perkembangan anak di masa prasekolah sangat penting. Menurut

Sudarwan D. (2018) masa prasekolah merupakan masa emas (golden age)

dimana anak berusia 0–6 tahun, rentang usia ini sangat menentukan

pertumbuhan dan perkembangan anak pada kehidupan selanjutnya.

Menurut Adriana, D (2019) perkembangan adalah bertambahnya

kemampuan dan struktur atau fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari

proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang

terorganisasi.
2.3 Macam-macam gangguan perkembangan anak

Masalah yang sering timbul dalam perkembangan anak meliputi

gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, bahasa, emosi, dan

perilaku (Adriana, 2019).

a. Gangguan Pertumbuhan Fisik

Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan

pertumbuhan diatas normal dan gangguan pertumbuhan di bawah

normal. Pemantauan berat badan menggunakan Kartu Menuju

Sehat (KMS) dapat dilakukan secara mudah untuk mengetahui pola

pertumbuhan anak.

Menurut Soetjiningsih (2013), apabila grafik berat badan

anak lebih dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau

kelainan hormonal, sementara itu apabila grafik berat badan

dibawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi,

menderita penyakit kronis, atau kelainan hormonal. Lingkar kepala

juga menjadi salah satu parameter yang penting dalam mendeteksi

gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak.

b. Gangguan Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh

beberapa hal. Salah satu penyebabnya adalah kelainan tonus otot

atau penyakit neuromuskuler. Anak dengan serebral palsi dapat


mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat

spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia.

Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga

dapat menyebabkan perkembangan motorik sebagai akibat

spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia, serta juga dapat

menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit

neuromuskuler seperti muscular distrofi merupakan gangguan

perkembangan motorik yang selalu didasari adanya penyakit

tersebut.

Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat

mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak

yang tidak mempunyai kesempatan belajar seperti sering

digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami

keterlambatan dalam mencapai kemampuan motoric.

c. Gangguan Perkembangan Bahasa

Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh sistem

perkembangan anak. Kemampuan berbahasa melibatkan

kemampuan motorik, psikologis, emosional, dan perilaku (Ridha,

2017).
Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat

diakibatkan oleh berbagai faktor, yaitu faktor genetik, gangguan

pendengaran, intelegensi rendah, kurangnya interaksi anak dengan

lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor keluarga.

Selain itu, gangguan bicara juga disebabkan karena adanya

kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga

dapat terjadi karena intelegensi dan faktor keluarga. Selain itu,

gangguan ini juga termasuk salah satu gangguan perkembangan

bahasa yang dapat disebabkan karena adanya tekanan dari orang

tua agar anak bicara jelas (Soetjiningsih, 2013).

d. Gangguan Emosi Dan Perilaku

Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami

berbagai gangguan yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan

adalah salah satu gangguan yang muncul pada anak dan

memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruhi

interaksi sosial dan perkembangan anak. Contoh kecemasan, fobia

sosial, dan kecemasan setelah mengalami trauma. Gangguan

perkembangan pervasif pada anak meliputi autism, serta gangguan

perilaku dan interaksi sosial.

Autism adalah kelainan neurobiologis yang menunjukkan

gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku. Autism ditandai dengan

terhambatnya perkembangan bahasa, munculnya gerakan gerakan aneh

seperti berputar-putar, melompat-lompat, atau mengamuk tanpa sebab


Dari pembahasan diatas maka penilaian perkembangan dapat

dinilai menggunakan form pra skrining dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Perkembangan anak normal jika skor 9 - 10

2. Perkembangan anak menyimpang jika skor kurang atau sama

dengan 6 Sumber : Depkes RI (2014)

2.4 Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua dalam perkembangan anak merupakan cara

yang digunakan dalam proses interaksi berkelanjutan antara orang tua dan

anak untuk membentuk hubungan yang hangat, dan memfasilitasi anak

untuk mengembangkan kemampuan anak yang meliputi perkembangan

motorik halus, motorik kasar, bahasa, dan kemampuan sosial sesuai

dengan tahap perkembangannya (Kurniawati dkk, 2019).

Menurut Baumrind (1971) dalam Apriany (2016) pola asuh

orangtua terdiri dari 2 dimensi yaitu parent warmth (dimensi kehangatan)

dan parent control (dimensi kendali) yang saling berhubungan dan saling

mempengaruhi satu sama lain. Dimensi kehangatan menunjukkan bahwa

respon dan afeksi pada anak. Sedangkan dimensi kendali adalah aspek

dimana orangtua mengendalikan perilaku anak untuk memastikan bahwa

peraturan mereka dipatuhi.

Berdasarkan kedua dimensi di atas, maka terdapat empat kategori

pola asuh orangtua yaitu permissive, authoritarian, authoritative, dan

neglectfull. Orang tua yang menerapkan pola asuh authoritative

memperlihatkan kehangatan tetapi keras, menjungjung tinggi kemandirian


tetapi menuntut tanggung jawab akan sikap anak. Pada pola asuh

authoritarian, orang tua menjunjung tinggi kepatuhan, kenyamanan dan

disiplin yang berlebihan/orang tua lebih menekankan pemberian hukuman

terhadap kesalahan, tanya jawab verbal dan penjelasan tidak diterapkan.

Pola asuh permissive, orang tua bersikap menerima, murah hati dan agak

pasif dalam hal kedisiplinan, menerima seluruh tingkah laku yang

ditampilkan anak, mengabulkan setiap permintaan anak/terlalu

memberikan perhatian yang berlebihan tanpa menegakkan otoritasnya

sebagai orangtua. Sedangkan pola asuh neglectfull, orangtua memberikan

kendali dan afeksi yang rendah pada anaknya, mereka membiarkan anak

mengambil keputusan sendiri, orangtua dan anak tidak ada kedekatan

emosi dan orangtua cenderung mengabaikan kesejahteraan anak

(Maccoby, 1980 dalam Apriany, 2016).

Muthmainnah (2021) menjelaskan bahwa pola asuh orang tua

dikatakan positif ketika orang tua mampu untuk bersikap positif kepada

anak yang akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta

sikap menghargai diri sendiri. Dan dikatakan pola asuh negatif bila orang

tua sering melakukan hal-hal yang negatif, seperti suka memukul,

mengabaikan, kurang memperhatikan, melecehkan, menghina, bersikap

tidak adil, tidak pernah memuji, suka marah-marah, dsb - dianggap

sebagai hukuman akibat kekurangan, kesalahan atau pun kebodohan

dirinya. Sikap negatif orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak,

dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk


dikasihi, untuk disayangi dan dihargai, dan semua itu akibat kekurangan

yang ada padanya sehingga orang tua tidak memberikan kasih sayang.

Ranuh, U. N (2020) mendefinisikan Positive Parenting adalah

pendekatan pola asuh yang bertujuan untuk mengembangkan dan

mengelola prilaku anak dengan cara membangun dan tidak menyakitkan

anak. Pola asuh ini dikembangkan berdasarkan komunikasi yang baik dan

juga perhatian yang positif untuk membantu anak agar berkembang. Anak-

anak yang diasuh dengan pendekatan pola asuh positif kemungkinan besar

akan berkembang baik, memiliki kemampuan baik, dan selalu merasa

nyaman akan dirinya sendiri atas segala hasil yang telah dicapainya.

Pendekatan dengan pola asuh yang positif akan mengembangkan

kebiasaan baik yang merupakan landasan dalam mengembangkan karakter

yang positif Ranuh, U. N (2020))

Menurut Nelsen & Lisa (2003) dalam buku Muchtar (2011),

berikut ini perbandingan pola asuh negatif dan pola asuh positif :

Tabel 2.1 Perbandingan Pola Asuh Positif dan Negatif

Pola Asuh Negatif Pola Asuh Positif


1. Melihat dan memberlakukan anak 1. Melihat dan memberlakukan anak
sebagai “hak milik” sebagai “titipan”
2. Berusaha untuk membentuk anak 2. Mengasuh dan mengembangkan
sesuai dengan keinginan orang anak supaya anak menjadi dirinya
tua sendiri
3. Menjadi teman yang tidak 3. Sangat menghormati dan
menyenangkan dan menekankan mendukung anak
kalau orang tua tidak bias 4. Selalu tegas dan tetap focus pada
menjadi teman bagi anak usaha untuk mencari factor
4. Mengalah terhadap keinginan penyebab dan mencari solusi
anak atau orang tua 5. Membimbing
5. Kontrol 6. Mengajarkan dan mendidik bahwa
6. Mencoba untuk sempurna kesalahan dan kegagalan adalah
7. Memberikan hukuman keadaan agar kita dapat mengambil
8. Sangat melindungi pelajaran untuk menjadi lebih baik
9. Menghindari perasaan terutama 7. Melibatkan anak untuk mencari
emosi negative jalan keluar yang terbaik
10. Membetulakan atau mencari jalan 8. Menawarkan pengawasan yang
keluar untuk anak pada tempatnya
11. Selalu berpikir dari kacamata 9. Mengizinkan anak untuk
orang tua mengekspresikan perasaan dan
12. Selalu merasa khawatir atau takut emosi negatifnya
13. Selalu merasa kesal jika naak 10. Mengajarkan yang berguna dalam
berprilaku tidak sesuai dengan kehidupan
keinginan orang tua 11. Berusaha masuk ke dunia anak
14. Mempunyai ersepsi bahwa12. Menaruh kepercayaan dan
kecerdasan intelektual adalah keyakinan pada anak
faktor utama yang akan membuat 13. Berusaha agaranak belajar dari
anak sukses kemudian hari prilaku atau kejadian yang tidak
menyenangkan
14. Memiliki persepsi bahwa
kecerdasan intelektual membuat
anak menjadi mampu dan
kecerdasan emosionallah yang
membuat anak sukses dan mampu
meraih sgala potensi yang ada
dalam dirinya.
Sumber: Nelsen & Lisa (2003) dalam buku Muchtar (2011)

Dari data diatas pemberian penilaian pada pola asuh adalah:

1. Pola asuh positif , jika, Skor positif > skor negatif

2. Pola asuh negatif , jika, Skor negatif > skor positif

Modifikasi Nelsen & Lisa (2003) dan Likert (2014)

2.5 Macam-macam bentuk pola asuh orang tua

Mendidik anak dalam keluarga diharapkan agar anak mampu

berkembang kepribadiannya, menjadi manusia yang dewasa memiliki

sikap positif terhadap agama, kepribadian kuat dan mandiri, berperilaku


ihsan, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang

secara optimal.

Sementara ini dikenal dengan dua gaya orangtua dalam pengasuhan

anak. Pertama pola pengasuhan orangtua yang menganggap dirinya harus

berhasil (succesful parenting). Hal ini berkaitan dengan bagaimana anak

bertingkah laku seperti di harapkan orangtua. Anak harus melaksanakan

tugas orangtua yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan dan

keinginannya. Kedua, pola pengasuhan orang tua yang menganggap

dirinya efektif (effective parenting). Pola ini menganggap anak bukan

harus bertingkah laku saja, tetapi melibatkan sikap dan perasannya. Anak

mau bekerja karena ia tahu yang diminta orangtua itu masuk akal, dan ia

sayang serta peduli terhadap orangtuanya.

Untuk mewujudkan hal itu ada berbagai cara dalam pola asuh

orangtua yaitu:

a. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang di tandai dengan

cara mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan ketat,

seringkali memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya

(orangtua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri

dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan diajak ngobrol,

berceritacerita, bertukar pikiran dengan orangtua, orangtua

menganggap bahwa semua sikapnya yang dilakukan itu dianggap


sudah benar sehingga tidak perlu anak dimintai pertimbangan atas

semua keputusan yang menyangkut permasalahan anak-anaknya.

Pola asuh otoriter mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Kepatuhan secara mutlak tanpa musyawarah.

2. Anak harus menjalankan aturan secara mutlak tanpa

alternatif lain.

3. Bila anak berbuat salah, orantua tidak segan menghukum.

4. Hubungan anak dan orangtua sangat jauh.

5. Lebih memenangkan orangtua bahwa orangtua yang paling

benar.

6. Lebih mengandalkan kekuatan orangtua, dengan memberi

hadiah, ancaman dan sanksi.

7. Kurang memperhatikan perasan anak, yang penting

perilaku anak berubah.

b. Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai

dengan pengakuan orangtua terhadap kemampuan anak-anaknya

dan kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu

tergantung kepada orangtua. Dalam pola asuh seperti ini orangtua

memberi sedikit kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang

dikehendaki dan apa yang diinginkan yang terbaik bagi dirinya,

anak diperhatikan dan didengarkan saat anak berbicara,dan bila

berpendapat orangtua memberi kesempatan untuk mendengarkan


pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang

menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri.

Pola asuh demokratis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Orangtua dapat menjalankan fungsi sebagai orangtua yang

memberi kesempatan kepada anak untuk mengemukakan

pendapatnya.

2) Anak memiliki sikap yang dewasa yakni dapat memahami

dan menghargai orangtua sebagai tokoh utama yang tetap

memimpin keluarganya.

3) Orangtua belajar memberi kepercayaan dan tanggung jawab

terhadap anaknya.

c. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif ini, orang tua justru merasa tidak peduli

dan cenderung memberi kesempatan serta kebebasan secara luas

kepada anaknya. Orangtua seringkali menyetujui terhadap semua

dengan tuntutan dan kehendak anaknya. Semua kehidupan

keluarga seolah-olah sangat ditentukan oleh kemauan dan

keinginan anak.

Jadi anak merupakan sentral dari segala aturan dalam

keluarga. Dengan demikian orangtua tidak mempunyai

kewibawaaan. Akibatnya segala pemikiran, pendapat maupun

pertimbangan orang tua cenderung tidak pernah diperhatikan oleh

anak.
Pola asuh permisif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Kekuatan orangtua diperoleh dari anak

2) Mengutamakan perasaan anak, bukan perilakunya.

3) Terlalu prcaya bahwa anak dapat mengatur diri dan

menjalankan hidupnya.

4) Cenderung serba membolehkan.

5) Selalu menyediakan dan melayani kebutuhan anak.

6) Terlalu peduli dan mudah menyediakan fasilitas kepada

anak walaupun tidak sesuai kebutuhan.

7) Nyaris tak pernah ada hukuman.

Akibatnya pola asuh permisif adalah disangka tidak

mencintai, tanda kelemahan pada orangtua, anak dapat berontak,

apabila tidak terpenuhi kebutuhannya, tidak peduli dan selalu

melawan, susah di ajak kerjasama dan dikontrol, orangtua tidak

berdaya dan mengurangi percaya diri anak.

d. Pola Asuh Situasional

Tidak tertutup kemungkinan bahwa individu yang

menerapkan pola asuh itu tak tahu apa nama/jenis pola asuh yang

dipergunakan, sehingga secara tak beraturan mengguanakan

campuran ke-3 pola asuh di atas. Jadi dalam hal ini tidak ada

patokan atau parameter khusus yang menjadi dasar bagi orangtua

untuk dapat menggunakan pola asuh permisif, otoriter maupun


demokratis. Hal ini disesuaikan dengan kondisi dan situasi, tempat

dan waktu bagi setiap keluarga yang bersangkutan.

e. Pola Asuh Laisess Fire

Pola asuh laisess fire adalah pola asuh dengan cara

orangtua mendidik anak secara bebas, anak dianggap orang dewasa

atau muda, ia diberi kelonggaraan seluas-luasnya apa saja ayang

dikehendaki.

Pola asuh Laisess Fire mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah.

2) Tidak memberikan bimbingan pada anaknya.

3) Semua yang dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak

perlu mendapat teguran, arahan atau bimbingan.

Berdasarkan 5 pola asuh tersebut, pola asuh demokratis

adalah gaya pengasuhan yang paling baik. Hal ini dikarenakan

tingginya kontrol dari orangtua dalam mengasuh anak namun tetap

diimbangi dengan memperhatikan kebutuhan dan keinginan anak

sehingga anak tidak merasa tertekan dengan peraturan yang ada

serta memungkinkan untuk melakukan komplain atau memberikan

pendapat mengenai keinginannya. Pola asuh ini juga pola asuh

yang paling tepat untuk memberikan bimbingan agama Islam

kepada anak.
Pola asuh demokratis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Orangtua dapat menjalankan fungsi sebagai orangtua yang

memberi kesempatan kepada anak untuk mengemukakan

pendapatnya.

2) Anak memiliki sikap yang dewasa yakni dapat memahami

dan menghargai orangtua sebagai tokoh utama yang tetap

memimpin keluarganya.

3) Orangtua belajar memberi kepercayaan dan tanggung jawab

terhadap anaknya.

2.6 Hubungan Pola Asuh dan Pekembangan

Proses tumbuh kembang anak berlangsung secara alamiah, yang

dalam prose tersebut sangat berkaitan pada hubungan dengan orang tua.

Periode penting ini dalam tumbuh kembang anak adalah balita. Masa

balita merupakan pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya. Masa balita terhadi perkembangan

kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan

intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan

berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga yang

dibentuk pada masa ini. Pada masa periode kritis ini, diperlukan

rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensinya berkembang.

Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sesuai dengan kebutuhan


anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi masih

dalam kandungan (Kania,2020 dalam Yulita ,2014)

Untuk membantu para professional menilai factor yang

mempengaruhi perkembangan anak,mereka telah dikelompokkan ke dalam

empat bidang yaitu:

1. Environmental factors (Rumah, penghasilan, pekerjaan,

pendidikan)

2. Biological factors (Jenis kelamin, kesehatan umum, kesehatan

mental, praktek kesehatan)

3. Interpersonal relatinakships (kedekatan pola asuh orang tua,

jaringan sosial).

Interaksi dengan manusia lain merupakan suatu hal yang

sangat penting bagi seorang anak. Kontak mata, senyuman,

memberikan lingkungan untuk mereka agar dapat berkomunikasi

lebih lanjut, adanya pertukaran makna dalam berkomunikasi, dan

keterlibatan orang tua atau pengasuh akan membantu

mengembangkan dunia mereka dalam berkomunikasi atau

berhubungan denga orang lain. (Susan, C, 2014).

4. Early environments and experiences (pengalaman dan

lingkungan sebelumnya) (shanker,Blair & Diamond, 2018)

Pengasuhan dalam keluarga sangatlah penting untuk

perkembangan anak di masa mendatang. Pengasuhan ini termasuk

pengaruhan di aspek psikososial yang mengarah kepada perkembangan


yang positif. Indikator-indikator yang mempengaruhi perkembangan yang

positiflah yang dibutuhkan untuk menilai seberapa jauh pengasuhan yang

diberikan oleh keluarga atau bagaimana penerapan nilai-nilai budaya

dalam keluarga tersebut.

Pengasuhan dalam keluarga merupakan serangkaian tindakan atau

aktivitas yang diperankan oleh pengasuh dalam keluarga merupakan

serangkaian tindakan atau aktivitas yang diperankan oleh pengasuh dalam

keluarga merupakan serangkaian tindakan atau aktivitas yang diperankan

oleh pengasuh dalam keluarga di lingkungannya, atau kondisi lingkungan

yang diatur oleh pengasuh agar anak mampu untuk beradaptasi sehingga

apa yang menjadi tujuan dari pengasuhan tersebut dapat tercapai. (Suryani,

E., & Badi’ah, A, 2018)

Untuk mendukung beberapa teori, maka para peneliti melakukan

penelitian yang membalas tentang perkembangan anak yang dipengaruhi

oleh status perkawinan, hubungan antara orang tua dan anak dan hubungan

anak dengan saudaranya. (Blair, Clancy & Diamond, a. (2018).

Pengasuhan dalam keluarga mengacu kepada perilaku atau nilai-

nilai yang diberikan oleh ayah dan ibu berupa pemberian dukungan satu

sama lain atau juga bisa tidak adanya dukungan yang diberikan oleh orang

tua tergantung bagaimana orang tua tersebut. (Suryani, E., & Badi’ah, A,

2018)

Pencarian perhatian oleh anak merupakan cara mereka dalam

menunjukan harapan-harapan mereka tentang dunia social mereka.


Menurut teori kedekatan internal adalah anak-anak mempunyai keinginan

kepada orang tuanya agar diberikan respon saat mereka mengharapkan

suatu hal ketika diberikan perawatan dalam keluarganya. Adanya respon

orang tua terhadap harapan-harapan anak dapat mengajarkan mereka

tentang adanya sebuah hubungan timbale balik atau adanya komunikasi

yang dua arah (Suryani, E., & Badi’ah, A, 2018)


BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konseptual

Variabel Independen Variabel Dependen


Pola Asuh Orang Tua Perkembangan anak

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Keterangan :

: Variabel yang di teliti

: Hubungan antar Variabel

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih lemah dan

membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut

dapat diterima atau ditolak berdasrakan fakta atau data empiris yang telah

dikumpulkan dalam penelitian (Hidayat, 2007 : 45).

H0 : Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan

perkembanagan anak di Puskesmas Naibonat Kabupaten Kupang

tahun 2022.

H1 : Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembanagan

anak di Puskesmas Naibonat Kabupaten Kupang tahun 2022.


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian desktriptif korelasi.

Korelasi adalah suatu alat astatistik yang dapat digunakan untuk

membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat

menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel

4.2 Rancang Bangun Penelitian Yang digunakan

Rancangan penelitian ini menggunakan metode pendekatan cross

sectional yaitu jenis penelitian yang menntukan pada waktu pengukuran

atau observasi data independen dan dependen hanya satu kali pada satu

saat (Nursalam, 2008).

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilkasanakan di pada Puskesmas Naibonat

Kabupaten Kupang tahun 2023 yang dilaksanakan selama 2 (dua) bulan.

4.4 Populasi dan Sampel

1.4.1 Populasi

Populasi adalah sekelompok individu atau objek yang memiliki

karakteristik sama (Hardani, 2020). Populasi dalam penelitian ini adalah

jumlah keseluruhan balita selama bulan oktober sebanyak 1240 anak

balita, november sebanyak 1216 anak balita dan desember sebanyak 1183
anak balita, dari data tersebut mengambil rata-rata jumlah keseluruhan

balita di puskesmas naibonat yaitu sebesar 1.213 balita.

1.4.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian yang diambil merupakan subjek dari

populasi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang

ditentukan. Besar sampel pada penelitian ini diambil dengan rumus

N
slovin, yaitu: n=
1+ N (d 2)

Keterangan :

N = Besar populasi

n = Besar sampel

e = Batas toleransi kesalahan (error)

maka perhitungan jumlah sampel adalah sebagai berikut:

N
n= 2
1+ N (d )

n= 1213/(1+1213(0,052)

n= 1213/(1+1213(0,025)

n= 1213/31.33

n=38.72

n=39

Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan jumlah sampel

minimum yang digunakan dalam penelian ini adalah 39 sampel.


1.4.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik sampling dalam penelitian ini adalah simple

random sampling. Teknik ini dilakukan dengan cara mengambil

sampel secra acak dan bebas sehingga semua memiliki peluang

menjadi responden. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi untuk

kelompok tersebut adalah sebagai berikut:

A. Kriteria inklusi

1. Balita yang tedata dan beada di wilayah kerja

puskesmas Naibonat Kabupaten Kupang

2. Bersedia menjadi responden dalam penelitian

B. Kriteria eksklusi

1. Responden yang tidak menjawab pertanyaan

kuesioner samapi selseai.

2. Tidak bersedia menjadi responden


4.5 Kerangka Operasional

Gambar 4.1 Kerangka Operasional

Populasi
1.213

Sampel 39

Lembar Persetujuan
Responden

Pengolahan Data
Dan Analisa Data

Hasil

Kesimpulan

4.6 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Cara Pengukuran

Variabel

4.6.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh

anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang

dimiliki oleh kelompok yang lain (Arikunto, 2013). Pada penelitian

ini hanya menggunakan dua variabel yaitu:


a. Variabel Independen

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang nilainya

menentukan variabel lain. Variabel independen dalam penelitian

ini adalah Pola Asuh Orang Tua.

b. Variabel dependen

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang nilainya

ditentukan oleh variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian

ini adalah Perkembangan anak.

Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian


No Variabel Defenisi operasional Cara Skala Kategori
pengukuran
Variabel dependen :
1. Pola Pola asuh orang tua Kousioner Ordinal 1. Pola asuh
Asuh adalah cara yang positif ,
Orang digunakan orang tua jika, Skor
Tua dalam merawat dan positif >
mendidik anak- skor
anaknya. Terdapat 3 negative
macam pola asuh orang 2. Pola asuh
tua yaitu : negatif ,
a. Pola asuh otoriter jika, Skor
Orang tua memaksakan negatif >
kehendak pada orang skor
tua dan anak tidak positif
boleh membantah maka Modifikasi
akan mendapatkan Nelsen &
hukuman. Lisa (2003)
b. Pola asuh permisif dan Likert
Orang tua memberikan (2014)
pengawasan yang
longgar dan anak diberi
kebebasan untuk
mengambil keputusan.
c. Pola asuh demokratis
Orang tua mengarahkan
perilaku dan sikap anak
dengan menekankan
alasan peraturan dan
secara
negatifmenguatkan
penyimpanan
Variabel Dependen :
2. Perkemb Perkembangan anak Kuesioner Ordinal 1. Perkemba
angan balita adalah ngan anak
anak peningkatan normal
kemampuan anak untuk jika skor 9
melakukan tugasnya - 10
sesuai dengan usianya. 2. Perkemba
ngan anak
menyimpa
ng jika
skor
kurang
atau sama
dengan 6
Sumber :
Depkes RI
(2014)

4.7 Teknik dan Produser Pengumpulan Data

4.7.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini mengunakan lembar

kueisioner. Penelitian ini dilakukan setelah mendapat surat ijin penelitian

dari ketua Stikes Nusantara Kupang. Kemudian peneliti melakukan

pendekatan dengan calon responden, selanjudnya dipersilakan

menandatangi persetujan menjadi responden.


4.7.2 Prosedur Penelitian

A. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini

1) Data Primer

a. Data diperoleh ditempat penelitian dengan

menggunakan kuesioner sebagai acuan. Kuesioner

tersebut akan dibagikan kepada orang tua balita

sebagai responden. Penelitian ini juga mendampingi

dan menjelaskan hal-hal yang tidak dipahami oleh

responden saat mengisi lembar Kuesioner. Setelah

diisi oleh responden, Kuesioner akan dikembalikan

kepada peneliti untuk dianalisis.

b. Pola asuh orang tua diketahui melalui pengisian

lembar kuesioner dan wawancara langung dengan

orang tua balita.

2) Data Sekunder.

Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari

institusi terkait data yang berhubungan,dengan

perkembangan anak dan data pendukung data primer yang

relevan meliputi data jumlah baita serta alamat balita.

4.8 Pengolahan dan Analisa Data


4.8.1 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan

berikutnya adalah pengolahan data. Menurut Notoamodjo (2010),

proses pengolahan data dalam penelitian ini terdiri atas tahap -

tahap sebagai berikut :

a) Editing

Hasil yang diperoleh atau dikumpulkan melalui

kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu.

b) Coding sheet (membuat lembaran kode)

Coding sheet adalah istrumen berupa kolom - kolom

untuk merekam data secara manual. Lembaran kode berisi

nomor responden dan nomor - nomor pertanyaan.

c) Data entry (memasukkan data)

Data entry yakni Mengisi kolom - kolom atau kotak

- kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban

masing - masing pertanyaan.

d) Tabulating (tabulasi)

Tabulating yakni membuat tabel - tabel data, sesuai

dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.

4.8.2 Analisa Data


A. Analiasa univariat

Dilakukan untuk mendapatkan data tentang

distribusi dan frekuensi dari masing-masing variabel,

kemudian data ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi (Notoatmodjo, 2010).

B. Analisa bivariat

Dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolerasi (Misbahuddin, 2013). Pada

penelitian ini analisa data dengan statistik bivariat

mengunakan chi squere . Yang di gunakan untuk mengukur

tingkat eratnya hubungan antara dua variable yang berskala

ordinal.

DAFTAR PUSTAKA
Adriana Dian, 2020. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak.
Jakarta: Salemba Medika

Adriana, D. (2019). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.

Apriani,Dewi. 2016. Implementasi Pembelajaran Sentra Persiapan Pada Anak


Kelompok Bermain di PAUD Terpadu Zaki’s Club Gemolong Tahun
Ajaran 2015/2016. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

April 2019. Proses Produksi dan Vox-Pop Acara Freeday di Televisi Lokal SBO
TV Surabaya. UPNV-Jatim: Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol.1, No. 1.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Bina Keluarga B.


alita dan Anak. 2018. Menjadi Orang Tua Hebat dalam Mengasuh Anak
(usia 0-6 tahun). Di akses dari 14 April 2023
(www.slideshare.net/cara-menjadi-orang-tua-hebat buku-1- bina-
keluarga-balita)

Blair, Clancy & Diamond, a. (2018). Biological Processes in Prevention and


Intervention: The Promotion of Self-regulation as Means of Preventing
School Failure. Development an Psychopathology. Vol. 20: h. 899-911.

Depkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Depkes RI. 2014. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes RI.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2017. Pola Asuh Orang Tua Dan Komunikasi Dalam
Keluarga. Jakarta: PT Rineka Cipta

Hidayat, A. 2019. Riset Keperawatan dan Teknik penulisan Ilmiah edisi 2.


Jakarta: Salemba Medika.

IDAI. 2019. Mengenai Keterlambatan Perkembangan Umur Pada Anak.


Diakses pada tanggal 25 april 2023. www.idai.or.id

Kania, N. 2020. Stimulasi tumbuh kembang anak untuk mencapai tumbuh


kembang yang optimal. Available URL: http://pustaka.unpad.ac.id/.
Download 15 Juni 2023
Kariger, dkk. 2019. Indicators of Family Care For Development for Use in
Multicountry Surveys. Bangladesh. Journal Health Popu Nutr, 30 (4),
472-486.

Kesehatan Masyarakat. 2019. Pengertian dan Faktor yang Dinilai Pada


Pertumbuhan Dan Perkembangan Balita. Di unduh dari
http://www.indonesian-publichealth.com/2014/08/html pada tanggal 25
april 2023 pukul 08.35 WIB

Kurniawati, dkk. (2019). Hubungan antara pola asuh orang tua dengan
perkembangan anak toddler (usia 1-3 tahun) di Kelurahan Bener Kecamatan
Wiradesa Kabupaten Pekalongan: STIKES Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan. Retrieved from http://docplayer.info/39291036-
Hubunganantara-pola-asuh-orang-tua-dengan-perkembangan-anak-toddler-
usia-1-3- tahun-di-kelurahan-bener-kecamatan-wiradesa-kabupaten-
pekalongan.html. Diunduh tanggal 15 Juni 2023

Kyle, T.,& Susan, C (2014). Keperawatan Pediatri Volum 1 (Essentials of


Pediatric Nursing). Alih Bahasa Yulianti.Devi dkk. Jakarta : EGC

Maryam Siti. 2021. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta


: EGC.

Muchtar, D.H. 2011. Six Pillars of Positive Parenting. Cicero Publishing: Jakarta

Muthmainnah. (2021). Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Pribadi Anak yang
Androgynius melalui Kegiatan Bermain. Yogyakarta: PGPAUD FIP
Universitas Negeri Yogyakarta.

Ridha, H. N. (2017). Buku Ajar Keperawatan Anak (S. Riyadi (ed.); 2nd ed.).
Pustaka Pelajar.

Seotjinngsing & Ranuh, U. N (2020). Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta :


Buku Kedokteran EGC.

Sudarwan danim. ( 2018 ). Perkembangan Balita. Bandung : Alfabeta

Suryani, E., & Badi’ah, A. (2018). Asuhan Keperawatan Anak Sehat &
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Uripi, V. 2019. Menu Sehat Untuk Balita. Jakarta : Puspa Swara.

Widati, 2018. Perkembangan Anak Balita. Jakarta: Fittria Maya


Yulita, R. 2014. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak
Balita Di Posyandu Sakura Ciputat Timur. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif
Hidayatullah.
LAMPIRAN 1
INFORMED CONSENT

Kupang, Juni 2023


Yth. Calon Responden Penelitian
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Pascoela Ninita Maria Ximenes
NIM : 1420117031R
Alamat: Kelapa Lima – Kota Kupang

Adalah mahasiswi program studi keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan Nusantara Kupang sedang melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan pola asuh ibu dengan perkembangan anak balita di wilayah kerja
puskesmas Naibonat”.
Penelitian ini memberikan manfaat tidak langsung kepada responden, yaitu
dapat mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak
melalui kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Penelitian ini tidak akan
merugikan responden. Peneliti akan merahasiakan identitas dan jawaban saudara
sebagai responden dalam penelitian ini. Bersama surat ini kami lampirkan lembar
persetujuan menjadi responden. Saudara dipersilahkan menandatangani lembar
persetujuan apabila bersedia secara sukarela menjadi responden penelitian.
Besar harapan saya agar saudara bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini. Atas kesediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.

Hormat saya,

(Pascoela Ninita Maria Ximenes)


1420117031R
LAMPIRAN 2
KUISIONER PENELITIAN

Angket Pola Asuh Orangtua


No. Responden : (Diisi oleh peneliti)
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Lama interaksi orang tua dengan anak : Jam
Umur anak :
Alamat :
No. Telp / Hp :

Bacalah setiap pernyataan di bawah ini dengan seksama dan isilah


pernyataan- pernyataan tesebut dengan tanda () sesuai dengan diri saudara yang
sebenarnya. Kerjakan dengan teliti, jangan ada nomor yang terlewatkan. Alternatif
pilihan jawaban sebagai berikut:
SS : Jika Anda “Sangat Sesuai” dengan pernyataan tersebut dan sesuai
Dengan Diri Anda
S : Jika Anda “Sesuai” dengan pernyataan tersebut dan sesuai dengan diri
Anda
TS : Jika Anda “Tidak Sesuai” dengan pernyataan tersebut dan sesuai dengan
Diri Anda
STS : Jika Anda “Sangat Tidak Sesuai” dengan pernyataan tersebut dan sesuai
dengan diri Anda
LAMPIRAN 3

KUESIONER

POLA ASUH

NO Pernyataan SS S TS STS
1 Saya mengatur segala kegiatan anak saya.
Saya memberikan perintah apapun yang saya
2 inginkan kepada anak saya.
Saya mewajibkan disiplin dalam segala hal pada
3 anak saya.
Apabila anak saya tidak mematuhi peraturan yang
4 saya berikan, maka saya akan menghukumnya.
5 Saya mengatur pergaulan anak saya.
Apapun peraturan yang saya berikan, maka anak
saya tidak boleh membantah dan harus
6 mematuhinya.
Apabila anak saya tidak mengerjakan tugas sekolah,
maka saya akan menghukumnya tanpa meminta
7 penjelasan darinya.
Saya memberikan bimbingan dengan penuh
8 perhatian.
Saya membina hubungan yang baik dengan anak
9 saya.
Saya tidak menekan anak saya untuk melakukan
10 sesuatu yang saya inginkan.
Saya akan mendengarkan alasan anak saya ketika
11 melakukan kesalahan
Saya menyisihkan sebagaian waktu saya untuk
12 berkomunikasi dengan anak saya.
Saya memberikan alasan kepada anak saya, apabila
13 saya melarangnya bermain.
Saya memberikan pertimbangan serta penjelasan
yang dapat diterima oleh anak saya sebelum saya
14 memenuhi keinginan anak saya.
Saya tidak mewajibkan disiplin dalam segala hal
15 pada anak saya
Apapun yang menjadi keinginan anak saya akan
saya penuhi tanpa mempertimbangkan baik ataupun
16 buruknya lebih dahulu.
17 Saya tidak perduli dengan anak saya.
18 Saya sangat memanjakan anak saya.
19 Saya dan anak saya akrab dalam hal apapun.
Saya berbicara kepada anak saya tanpa
20 mengeluarkan kata-kata kasar.
Saya memberikan dorongan untuk meningkatkan
21 potensi anak saya.
Saya tidak mewajibkan disiplin dalam segala hal
22 pada anak saya
Apapun yang menjadi keinginan anak saya akan
saya penuhi tanpa mempertimbangkan baik atau
23 buruknya terlebih dahulu
24 Saya tidak perduli dengan anak saya
LAMPIRAN 4

KUESIONER

PERKEMBANGAN ANAK

NO PEMERIKSAAN KATEGORI YA TIDAK


1 Pada waktu bayi telentang, apakah Gerak kasar
masing- masing lengan dan tungkai
bergerak dengan mudah? Jawab TIDAK
bila salah satu atau kedua tungkai atau
lengan bayi bergerak tak terarah/tak
terkendali.
2 Sosialisasi
Pada waktu bayi telentang apakah ia
dan
melihat dan menatap wajah anda?
kemandirian
3 Apakah bayi dapat mengeluarkan suara- Bicara dan
suara lain (ngoceh), disamping bahasa
menangis?
4 Pada waktu bayi telentang, apakah ia Gerak halus
dapat mengikuti gerakan anda dengan
menggerakkan kepalanya dari kanan/kiri
ke tengah?
5 Pada waktu bayi telentang, apakah.Ia Gerak halus
dapat mengikuti gerakan anda dengan
menggerakkan kepalanya dari satu sisi
hampir sampai pada sisi yang lain?
6 Pada waktu anda mengajak bayi Sosialisasi &
berbicara dan tersenyum, apakah ia kemandiria
tersenyum kembali kepada anda?
7 Pada waktu bayi telungkup di alas yang Gerak kasar
datar, apakah ia dapat mengangkat
kepalanya seperti pada gambar ini?
8 Pada waktu bayi telungkup di alas yang Gerak kasar
datar, apakah ia dapat mengangkat
kepalanya sehingga membentuk sudut
45° seperti pada gambar ?
9 Pada waktu bayi telungkup di alas yang Gerak kasar
datar, apakah ia dapat mengangkat
kepalanya dengan tegak seperti pada
gambar?
10 Apakah bayi suka tertawa keras walau Bicara dan
tidak digelitik atau diraba-raba? bahasa

Anda mungkin juga menyukai