Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa serta sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes RI, 2016).
Perkembangan anak merupakan arsitektur otak dan dasar perkembangan
manusia yang terbentuk pada tahun awal melalui interaksi warisan generik
dan lingkungan tempat tinggal anak. Usia 3-6 tahun merupakan usia anak
prasekolah, pada usia, pertumbuhan dan perkembangan serta kognitif
meningkat. Anak mampu berkomunikas dengan baik dan mulai memiki rasa
ingin tahu yang lebih tinggi (Mansur & Andalas, 2019).

Pada masa usia prasekolah anak sangat peka terhadap linngkungan


sekitarnya dan masa ini berlangsung begitu singkat dan tidak dapat diulangi
kembali (Ilmiah et al., 2019). pada masa prasekolah merupakan periode
yang disebut masa keemasan (golden period) dan jendela kesempatan
(window of opportunity) karena anak mulai memasuki lingkungan baru
yang menut mereka asing dan belajar banyak hal baru (Potterton et al.,
2016)

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh faktor pola asuh


orang tua. Pola asuh adalah cara orang tua dan anak berinteraksi, yang
meliputi pemenuhan kebutuhan fisik seperti makan, minum dan kebutuhan
non fisik seperti perhatian, empati, kasih sayang dan lain-lain. Dalam
hubungan dengan perkembangan sosial anak usia prasekolah, seorang ibu
lebih cenderung melakukan peran manajerial seperti pengaturan mengenai
kesempatan anak untuk melakukan kontak sosial dengan teman sebaya
ataupun orang dewasa (Ismiatun, 2019)
2

Orang tua ialah pengasuh pertama dan yang utama bagi anak, namun
kenyataannya banyak sosok perempuan yang tidak hanya mampu
melakukan pekerjaan rumah tangga kini turut serta membantu
perekonomian keluarga dengan menjadi wanita karir yang menjad fenomena
saat ini. Hal ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Berdasarkan data statistik Badan Pusat Statistik (BPS)
2020 menunjukkan bahwa didapatkan 48,748,745 jt adalah perempuan
bekerja dan sebanyak 36,711,072 jt adalah perempuan tidak bekerja (Badan
Pusat Statistik, 2020)

Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan pemeriksaan


perkembangan secara berkala pada 4 aspek yaitu motorik kasar, motorik
halus, bahasa dan kognitif, kemandirian serta sosialisasi (Eviana & Ningsih,
2021). Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) merupakan salah satu
alat skrining/deteksi yang digunakan di tingkat pelayanan kesehatan primer.
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan atau disebut KPSP merupakan suatu
daftar pertanyaan singkat yang ditujukan kepada para orang tua dan
dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan
perkembangan anak usia 3 bulan sampai dengan 72 bulan. Instrumen ini
ditujukan bukan hanya untuk tenaga kesehatan di Puskesmas dan jajarannya
saja (dokter, bidan, perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat, dan
tenaga kesehatan lainnya yang peduli anak) tetapi juga untuk mitra strategis
lainnya dalam hal ini adalah pengasuh atau guru Pendidikan Anak Usia
Dini. Tujuan penggunaan KPSP adalah untuk mengetahui apakah
perkembangan anak normal atau terdapat penyimpangan. Adapun jadwal
pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36,
42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. (Kemenkes RI, 2016)
WHO (World Health Organitation) (2010), 5-25% dari anak-anak
usia pra sekolah menderita keterlambatan perkembangan motorik halus
(WHO, 2010). UNICEF (United Nations Children’s Fund) (2011), didapat
data angka kejadian keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan 27,5%
3

atau 3 juta pada anak usia 3-6 tahun. Menurut Riskesdas (2018), di
Indonesia menunjukkan bahwa data anak usia 36-59 bulan mengalami
masalah perkembangan berjumlah 88,3%.
Berdasarkan hasil Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
maharani 2014 bahwa, Perkembangan motorik halus pada anak usia 3-5
tahun yang ibunya bekerja, didapatkan hasil normal sebanyak 24 anak,
suspect satu anak, dan untestable sebanyak satu anak. Sedangkan
perkembangan motorik halus pada anak usia 3-5 tahun yang ibunya tidak
bekerja, didapatkan hasil normal sebanyak 14 anak, suspect sebanyak tujuh
anak, dan untestable sebanyak satu anak. Ada perbedaan motorik halus anak
yang ibunya bekerja dan tidak bekerja (Maharani et al., 2014)
Dalam jurnal penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh ilmiah
(2019) Sebagian besar perkembangan anak pra sekolah yaitu memiliki
perkembangan normal dan hanya sebagian kecil anak pra sekolah yang
memiliki perkembangan abnormal. Ada hubungan pola asuh orang tua dan
perkembangan anak pra sekolah di TK Mentari Desa Sambirampak Lor
Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo. (Ilmiah et al., 2019)
Penelitian selanjutnya oleh efrida (2020) perkembangan kognitif balita
yang memiliki ibu berkarir dan ibu rumah tangga sudah cukup bagus dan
sesuai tahapannya, sedangkan untuk perkembangan sosio emosional balita
cenderung lebih bagus yang memiliki ibu rumah tangga dibanding ibu
berkarir (Efrida, 2020)
Sejalan dengan jurnal penelitian sebelumnya yang telah diteliti oleh
Jelfita 2021, kemampuan motorik halus anak usia 5-6 Tahun yang diasuh
oleh ibu yang bekerja diperoleh jumlah berada pada kriteria mulai
berkembang (MB). Pada anak yang diasuh ibu yang tidak bekerja di
diperoleh berada pada kriteria berkembang sesuai harapan (BSH).
Berdasarkan hasil hipotesis dapat diketahui bahwa kemampuan motorik
halus anak usia 5-6 tahun pada ibu yang tidak bekerja lebih baik
dibandingkan ibu yang bekerja(Jelfita, 2021)
4

Berdasarkan pengambilan data awal di TK Pembina Matakali


didapatkan anak Usia 5-6 tahun berjumlah 69 murid yaitu perempuan 31
murid dan laki-laki 24 murid di kelas B TK Pembina Matakali.
Berdasarkan latar belakang diatas calon peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang ” Perbandingan Ibu IRT dan Ibu Bekerja
Terhadap Perkembangan Anak Usia 5-6 Tahun Dengan Penilaian KPSP Di
Tk Pembina Matakali tahun 2022.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan maka di rumuskan
masalah sebgai berikut : Bagaimana Perbandingan Ibu IRT dan Ibu Bekerja
Terhadap Perkembangan Anak Usia 5-6 Tahun Dengan Penilaian KPSP Di
Tk Pembina Matakali ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Perbandingan Ibu IRT dan Ibu Bekerja


Terhadap Perkembangan Anak Usia 5-6 Tahun Dengan Penilaian KPSP
Di Tk Pembina Matakali

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui perkembangan anak usia 5-6 tahun di asuh Ibu IRT
dengan penilaian KPSP Di TK Pembina Matakali
b. Untuk mengetahui perkembangan anak usia 5-6 tahun di asuh ibu
yang bekerja dengan penilaian KPSP Di TK Pembina Matakali
c. Untuk mengetahui hasil analisis perbandingam anak usia 5-6 tahun di
asuh ibu IRT dan ibu yang bekerja dengan penilaian KPSP Di TK
Pembina Matakali
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Di harapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
kebidanan dalam hal penambahan pengetahuan, pengalaman dan
wawasan, serta dalam penerapan ilmu metode pengkajian atau
5

penelitian, khusunya mengenai media apa saja yang lebih efektif saat
melakukan penyuluhan dan mudah dimengerti oleh Ibu juga pada
masyarakat setempat.
.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi TK Pembina Matakali
Di harapkan dapat di jadikan bahan masukan khususnya bagi
pemberian informasi kepada orang tua murid
b. Bagi Institusi STIKes Bina Generasi Dan Peneliti Selanjutnya
Menjadi bahan masukan untuk menambah pengetahuan dan
informasi serta sebagai bahan yang dapat di jadikan parameter
keberhasilan menciptakan suatu penelitian yang dapat digunakan
kedepannya.
c. Bagi Profesi Bidan
Hasil pengkajian ini di harapkan dapat menjadi bahan
masukan bagi bidan dalam upaya meningkatkan pelayanan
kesehatan khususnya pemberian informasi atau penyuluhan
kesehatan kepada masyarakat setempat.

Anda mungkin juga menyukai