Anda di halaman 1dari 10

‘AFIYAH. VOL. 3, NO.

I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP


PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BALITA USIA 3-5
TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPATI
KECAMATAN SIMPATI KABUPATEN PASAMAN
TAHUN 2015

Marlina Andriani 1*)


1
Program Studi S1 Keperawatan Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi
Email : marlina.andriani@gmail.com

Abstrak

Perkembangan motorik sangat berpengaruh terhadap aspek-aspek perkembangan lainnya. Anak yang
fisiknya terlatih akan memiliki kesempatan lebih dalam mengeskplorasi lingkungan. Kegagalan untuk
menguasi keterampilan motorik akan membuat anak kurang menghargai dirinya sendiri. Salah satu
faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik adalah pola asuh orang tua.Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan motorik kasar pada balita.
Metode penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Simpati pada bulan Juni 2015. Populasi adalah ibu yang memiliki anak balita berjumlah
56 orang. Sampel sebanyak 56 orang yang diambil secara purposive sampling. Pengumpulan data melalui
wawancara dan observasi langsung, kemudian data diolah secara komputerisasi.Hasil analisa univariat
diketahui 73,2 % responden memiliki pola asuh tidak otoriter, 73,2 % memiliki pola asuh demokratif
dan 65,5 % memiliki anak dengan perkembangan motorik kasar normal. Analisa bivariat diperoleh ada
hubungan pola asuh otoriter dengan Perkembangan Motorik Kasar (p = 0,000 dan OR = 14,222), dan ada
hubungan pola asuh demokratif dengan Perkembangan Motorik Kasar (p = 0,000 dan OR =
14,222).Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola asuh orang tua terhadapperkembangan motorik
kasar anak. Diharapkan pada petugas di Puskesmas Simpati agar dapat memberikan penyuluhan pada ibu
yang memiliki anak usia 3-5 tahun tentang cara menstimulasi perkembangan motorik kasar anak, untuk
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci: Pola asuh, perkembangan anak, motorik kasar

PENDAHULUAN UNICEF (2005) mengatakan di dunia


Pertumbuhan merupakan kejadian gangguan pertumbuhan dan
bertambahnya jumlah dan besarnya sel di perkembangan pada anak balita masih
seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif tinggi khususnya gangguan perkembangan
dapat diukur, sedangkan perkembangan motorik. Gangguan perkembangan motorik
merupakan bertambah sempurnanya fungsi didapat 27,5% per 5 juta anak mengalami
alat tubuh yang dapat di capai melalui gangguan tumbuh kembang. Angka
tumbuh kematangan dan belajar (Whalley kejadian pada tahun 2009 di Amerika
dan Wong, 2000). Serikat berkisar 12-16%, Thailand 24%,
Argentina 22% (Hidayat, 2010). yang

1
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

mengalami gangguan tumbuh kembang membuat anak kurang menghargai dirinya


yaitu sekitar 11 sampai 14% anak pada sendiri.
tahun 2008 (Krisdayanto,2013). Sekitar Perkembangan motorik pada anak
16% dari anak usia di bawah lima tahun dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
(balita) Indonesia mengalami gangguan satunya adalah faktor keluarga yaitu pola
perkembangan saraf dan otak mulai ringan asuh yang diterapkan oleh orang tuanya
sampai berat, setiap dua dari 1.000 balita (Andayani, 2010). Shanti (2008),
mengalami gangguan perkembangan mengatakan bahwa pola asuh merupakan
motorik (Maria & Adriani, 2009). gaya pengasuhan yang diterapkan orang tua
Data yang diperoleh dari Dinas dalam berinteraksi dengan anak.
Kesehatan Kab.Pasaman terdapat 1.562 Pola asuh orang tua dalam
Orang balita dan sekitar 510 orang balita perkembangan anak adalah sebuah cara
yang mengalami gangguan tumbuh yang digunakan dalam proses interaksi
kembang. yang berkelanjutan antara orang tua dan
Perkembangan motorik kasar pada anak untuk membentuk hubungan yang
balita merupakan perkembangan yang hangat, dan memfasilitasi anak untuk
meliputi, berjalan dengan satu tangan mengembangkan kemampuan anak yang
dipegang. Berjalan naik tangga dengan satu meliputi perkembangan motorik halus,
tangan berpegangan. Naik dan turun tangga motorik kasar, bahasa, dan kemampuan
sendiri dengan dua kaki pada setiap sosial sesuai dengan tahap
langkah. Melompat dengan kedua kaki. perkembangannya (Supartini, 2004).
Berdiri pada satu kaki untuk beberapa detik Penelitian yang dilakukan olehEndra
dan melompat dan meloncat pada satu Krisdiyanto, Arwani dan Purnomo (2013)
kaki(Wong, 2004). dari Wonosobo yang meneliti tentang
Menurut Gustian (2001), hubungan pola asuh orang tua terhadap
perkembangan motorik sangat berpengaruh perkembangan motorik kasar anak usia 3-5
terhadap aspek-aspek perkembangan tahun didapatkan bahwa, dari 32 responden
lainnya. Anak yang fisiknya terlatih akan orang tua didapatkan hasil pola asuh orang
memiliki kesempatan lebih dalam tua yang banyak dilakukan terhadap
mengeksplorasi lingkungannya. Hal ini anaknya yaitu pola asuh demokratis
menjelaskan mengapa perkembangan fisik (56.2%), sedangkan pola asuh paling sedikit
berkaitan erat dengan perkembangan dilakukan oleh orang tua yaitu pola asuh
mental intelektual anak. Kegagalan untuk laizze faire (9.4%).
menguasai keterampilan motorik akan

2
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

Berdasarkan studi pendahuluan yang adalah adalah semua orang tua yang
di lakukan di Pustu Simpang Kecamatan mempunyai anak balita di Wilayah Kerja
Simpati, Kab. Pasaman dari 10 ibu yang di Puskesmas Simpati Kec. Simpati Kab.
wancari 2 diantaranya mengatakan jika Pasaman yang telah memenuhi kriteria
anaknya melakukan kesalahan orang tua inklusi.
akan memarahi anaknya dan memberikan Kriteria Inklusi
hukuman. 5 dari ibu mengatakan jika 1. Orang tua yang mempunyai anak balita
anaknya melakukan kesalahan orang akan berumur 3-5 Tahun
menasehati anak tersebut agar tidak 2. Bersedia menjadi responden
melakukan kesalahan yang sama. 3 dari ibu Kriteria Ekslusi
mengataka jika anaknya melakukan 1. Anak sakit atau tidak hadir pada saat
kesalahan orang tua hanya membiarkan saja penelitian
apa yang dilakukan anaknya. Oleh karena 2. Bukan ibu kandung/ ibu asuh
itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang 3. Anakmenolakketikadilakukan
hubungan pola asuh orangtua terhadap pengukuran
perkembangan motorik kasar pada balita di
Pengumpulan Data
Wilayah Kerja Puskesmas Simpati Kec.
Penelitian ini menggunakan kuesioner.
Simpati, Kab. Pasaman tahun 2015.
Pengolahan data dilakukan dengan:
1. Editing
METODE PENELITIAN
Tahap ini peneliti mengecek kembali
Desain, Lokasi, Populasi, dan Sampel
terhadap jawaban pada kuesioner apakah
Penelitian
jawaban sudah lengkap dan jelas.
Metode yang digunakan dalam
2. Coding
penelitian ini yaitu metode survey analitik
Tahap ini peneliti memberikan kode
dengan pendekatan Cross Sectional
pada kuesioner sehingga informasi dari data
StudyPenelitian dilakukan di Wilayah Kerja
yang terkumpul mudah di lacak dengan
Puskesmas Simpati Kec. Simpati Kab.
tujuan untuk mempermudah
Pasama. Waktu penelitian dilakukan pada
mengklasifikasikan jawaban secara teratur.
tanggal 6 Juni sampai 21 Juni tahun 2015.
3. Entry
Populasi penelitian semua orang tua yang
Tahapinipenelitimemasukan data
mempunyai anak balita di Wilayah Kerja
kedalambentuktabel dan selanjutnya di
Puskesmas Simpati Kec. Simpati Kab.
masukan kedalam soft ware yang sesuai.
Pasaman sebanyak 56 orang tahun 2015,
4. Cleanning
Sedangkan sampel pada penelitian ini

3
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

Tahap ini peneliti melakukan Total 56 100.0

pengecekan kembali terhadap data yang Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui
sudah terkumpul apakan ada kemungkinan bahwa dari 56 responden, lebih dari
terdapat kesalahan data, sehingga data siap setengah responden (73,2%) tidak memiliki
untuk dianalisis. pola asuh otoriter.
b. Pola Asuh Demokratis
ANALISIS DATA Tabel 5.2
1. AnalisisUnivariat Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang
Analisis Tua Yang Tergolong Demokratis
padaBalita Usia 3-5 Tahun di Wilayah
univariatdigunakanmendeskripsikankarakte KerjaPuskesmas Simpati Kecamatan
ristiksetiapvariablepenelitian, Simpati Kabupaten Pasaman
Tahun 2015
dalamjawabaninisetiapkategorijawabanpada
varibelindependenditampilkandalambentuk Pola Asuh f %
distribusifrekuensi. Tidak Demokratis 15 26,8
2. Analisis Bivariat
Demokratis 41 73,2
Analilis bivariat
Total 56 100.0
bertujuanuntukmengetahuihubunganantarav
ariabelindependendenganvariabeldependen. Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat

Pada penelitian ini akan menggunakan dilihat bahwa dari 56 responden, lebih dari

ujiChi Squaredengan tingkat kepercayaan setengah responden (73,2%) memiliki pola

95%. Analisis dikatakan berhubungan jika asuh demokratis.

p-value ≤ 0.05. c. PerkembanganMotorikKasar

HASIL PENELITIAN Tabel 5.3


Distribusi Frekuensi Perkembangan
1. AnalisisUnivariat Motorik Kasar pada Balita Usia 3-5
a. Pola Asuh Otoriter Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpati Kecamatan Simpati
Tabel 5.1 Kabupaten Pasaman
DistribusiFrekuensiPola Asuh Orang Tahun 2015
yang Tergolong Otoriter pada Balita
Usia 3-5 Tahun di Wilayah Kerja Perkembangan F %
PuskesmasSimpati Kecamatan Simpati Motorik Kasar
Kabupaten Pasaman Normal 35 62,5
Tahun 2015 Meragukan 21 37,5
Pola Asuh F % Jumlah 56 100
Berdasarkan tabel 5.3 di atas dapat
Otoriter 15 26,8
diketahui bahwa dari 56 responden lebih
Tidak Otoriter 41 73,2
dari setengah responden (62,5 %)

4
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

mengalami perkembangan motorik kasar terdapat 9 orang (22,0 %) memiliki anak


normal. dengan perkembangan motorik kasar
2. Analisa Bivariat meragukan dan 32 orang (78,0 %)
a. HubunganPolaAsuhOtoriterterhad perkembangan motorik kasar normal.
apPerkembanganMotorikKasar
Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat PEMBAHASAN
diketahui bahwa dari 15 responden dengan 1. Analisa Univariat
pola asuh otoriter, terdapat 12 orang (80,0 a. PolaAsuhOtoriter
%) memiliki anak dengan perkembangan Berdasarkan tabel 5.1 dapat
motorik kasar meragukan dan 3 orang (20,0 diketahui bahwa dari 56 responden,
%) perkembangan motorik kasar normal. lebih dari setengah responden (73,2%)
Sedangan dari 41 responden dengan pola tidak memiliki pola asuh otriter. Sejalan
asuh tidak otoriter, terdapat 9 orang (22,0 dengan penelitian yang dilakukan oleh
%) memiliki anak dengan perkembangan Endra Krisdiyanto, Arwani dan
motorik kasar meragukan dan 32 orang Purnomo (20130) dari Wonosobo,
(78,0 %) perkembangan motorik kasar bahwa dari 32 responden didapatkan
normal. hasil pola asuh orang tua yang banyak
b. Hubungan Pola Asuh Demokratis dilakukan terhadap anaknya adalah pola
terhadap Perkembangan Motorik asuh tidak otoriter (56,2 %).
Kasar Responden yang memiliki pola asuh
Tabel 5.5 otoriter dipengaruhi oleh stress orang
Hubungan Pola Asuh Orang Tua
tua dalam permasalahan rumah tangga
Tergolong Demokratis dengan
Perkembangan Motorik Kasar pada atau permasalahan pekerjaan. Sehingga
Balita Usia 3-5 Tahundi Wilayah Kerja
anak sering diatur dan diharuskan untuk
Puskesmas Simpati Kecamatan Simpati
KabupatenPasaman Tahun 2015
Pola Perkembangan Jumlah p-
Asuh Motorik Kasar
Berdasarkan tabel 5.5 di atas dapat Orang
value
Meragu Normal
diketahui bahwa dari 15 responden dengan Tua kan
n % N % N %
pola asuh tidak demokratis, terdapat 12 Tidak 12 80 3 20,0 15 10 0,000
orang (80,0 %) memiliki anak dengan demokr ,0 0
atis
perkembangan motorik kasar meragukan Demok 9 22 32 78,0 41 10
ratis ,0 0
dan 3 orang (20,0 %) perkembangan Total 21 37 35 62,5 56 10
,5 0
motorik kasar normal. Sedangan dari 41 mengikuti keinginannya, karena adanya
responden dengan pola asuh demokratis, rasa cemas dan takut kalau terjadi

5
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

sesuatu yang buruk pada anak. Pola asuh sesuai dengan usianya. Dengan adanya
otoriter ini juga bisa dipengaruhi oleh pengalaman tersebut maka ketika anak
pengalaman orang tua dalam memecahkan barang yang sangat
mendapatkan pengasuhan dari orang berharga maka orang tua menanyakan
tuanya pada masa kecil. Bentuk pola bagaimana hal itu bisa terjadi, tidak
asuh otoriter yang banyak diterapkan marah dan lain kali anak harus hati-hati
orang tua seperti melarang anak bermain (92,9 %); ketika anak mengalami
bila ada temannya yang bermain ke kesulitan dalam menggambar dan
rumah (25,0 %); bila anak terlambat mewarnai maka orang tua membimbing
tidur maka orang tua menyuruh anak anak dan membantu mengatasi
tidur, kalau tidak maka orang tua marah kesulitannya (83,9 %); dan ketika ada
(33,9 %), dan marah pada anak ketika teman anak yang merayakan ulang tahun
anak melunturkan pakaian (30,4 %). maka sikap orang tua membolehkan
b. PolaAsuhDemokratis anak pergi asalkan tidak mengganggu
Berdasarkantabel 5.2 tugas-tugas lainnya (91,1 %). Dengan
dapatdiketahuibahwadari 56 responden, adanya pola asuh tersebut maka anak
lebihdarisetengahresponden (73,2%) dapat berkembang sesuai
memilikipolaasuhdemokratif. denganusianyadanmendapatkanstimulasi
Sejalandenganpenelitian yang darilingkungannyadenganpergaulansesa
dilakukan oleh Andayani (2010) manya.
didapatkan lebih dari setengah c. PerkembanganMotorikKasar
responden 51,6% 48,4% responden Berdasarkantabel 5.3 di atas dapat
menerapkan pola asuh dalam stimulasi diketahui bahwa dari 56 respondenlebih
yang tergolong demokratis dan reponden dari setengah responden (62,5 %)
48,4% mengalami perkembangan motorik kasar
menerapkanpolaasuhdalamstimulasi normal. Banyak anak yang memiliki
yang tergolongtidakdemokratis. perkembangan motorik kasar normal
Polaasuh orang tua yang demokratis dipengaruhi oleh adanya motivasi
dipengaruhi oleh usia orang tua yang belajar dari anak tersebut, setelah
sudah cukup mapan dan memiliki melihat anak-anak lain di lingkungan
pengalaman dalam mengasuh anak dan sekitar tempat tinggalnya dalam
pengalaman sebelumnya dalam melakukan hal-hal tertentu seperti
mengasuh anak dengan memberikan berdiri dengan satu kaki, dan melompat
kebebasan pada anak untuk berkembang dengan satu kaki. Perkembangan anak

6
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

ini akan semakin baik ketika di rumah ia tertentu sebanyak 34 anak (77,3 %).
juga mendapatkan kasih sayang penuh Sedangkan jumlah balita yang motorik
dari kedua orang tua, dan sering kasarnya normal dari awal periode
berinteraksi dengan orang tua. Anak perkembangan hanya 10 anak (22,7 %).
bersemangat untuk melakukan suatu
kepandaian baru jika orang tuanya mau 2. ANALISA BIVARIAT
memperhatikan dan membicarakan a. HubunganPolaAsuhOtoriterdeng
(memuji) kepandaiannya tersebut, anPerkembanganMotorikKasar
seperti jika anak tidak mampu melompat Anak
dengan satu kaki maka Berdasarkantabel 5.4 di atas dapat
orangtuaakanmemberikansemangatpada diketahui bahwa dari 15 responden
anakuntukterusmencobanya. dengan pola asuh otoriter, terdapat 12
Anaknyabermainkeluar rumah dan orang (80,0 %) memiliki anak dengan
bergaul dengan teman sebayanya, hal ini perkembangan motorik kasar meragukan
menyebabkan anak stress, menarik diri dan 3 orang (20,0%) perkembangan
dari pergaulannya, dan kurang motorik kasar normal. Sedangan dari 41
berkembang mengikuti perkembangan responden dengan pola asuh tidak
anak-anak seusianya. Perkembangan otoriter, terdapat 9 orang (22,0 %)
anak tersebut semakin terlambat ketika memiliki anak dengan perkembangan
orang tua juga tidak memberikan motorik kasar meragukan dan 32 orang
stimulasi sesuai dengan usia anak serta (78,0 %) perkembangan motorik kasar
memberikan ganjaran atau hukuman normal. Hasil uji statistik chi-square
yang berlebihan ketika anak melakukan didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05)
kesalahan, atau ketika anak tidak artinya ada hubungan Pola Asuh
mampu Sementara bagi anak yang Otoriter dengan Perkembangan Motorik
memiliki perkembangan motorik kasar Kasar pada Balita Usia 3-5 Tahun di
meragukan disebabkan oleh pola asuh Wilayah Kerja Puskesmas Simpati
orang tua yang Kecamatan Simpati Kabupaten
cendrungmelarangmelakukansesuatu Pasaman Tahun 2015, anak dengan pola
yang diperintahkan. asuh otoriter berpeluang 14,222 kali
Sejalandenganpenelitian yang untuk mengalami perkembangan
dilakukan oleh Rhokani (2012) motorik kasar meragukan, dibandingkan
menunjukkan balita yang perkembangan dengan anak yang mendapatkan pola
motorik kasarnya lambat pada periode asuh tidak otoriter. Sejalan dengan

7
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

penelitian yang dilakukan oleh Endra anak dengan perkembangan motorik


Krisdiyanto, Arwani dan Purnomo kasar meragukan dan 3 orang (20,0 %)
(20130) dari Wonosobo, bahwa ada perkembanganmotorickasar normal.
hubungan ayng signifikan antara pola Sedangandari 41 responden dengan pola
asuh orang tua dengan perkembangan asuh demokratif, terdapat 9 orang (22,0
motorik kasar anak usia 3 – 5 tahun di %) memiliki anak dengan
posyandu desa Joloronto Kecamatan perkembangan motorik kasar meragukan
Sapuran Wonosobo. dan 32 orang (78,0 %)
Adanyahubunganpolaasuh orang perkembanganmotorickasar normal.
tua dengan perkembangan motorik kasar Hasilujistatistik chi-square didapatkan
anak karena pola asuh otoriter akan nilai p = 0,000 (p < 0,05) artinya ada
menyebabkan anak mudah stress dan hubungan Pola Asuh demokratif dengan
takut melakukan suatu tindakan Perkembangan Motorik Kasar pada
(bermain, memanjang, melompat, dll), Balita Usia 3-5 Tahun di Wilayah Kerja
penakut dan merasa tidak bahagia Puskesmas Simpati Kecamatan Simpati
sehingga tidak termotivasi untuk Kabupaten PasamanTahun 2015, anak
melakukan tindakan-tindakan yang dengan pola asuh demokratif berpeluang
seharusnya dilakukan oleh anak-anak 14,222 kali untuk mengalami
seusianya. Namun demikian, pada perkembangan motorik kasar
penelitian ini juga ditemukan responden meragukan, dibandingkan dengan anak
yang memiliki pola asuh otoriter tetapi yang mendapatkan pola asuh
anaknya mengalami perkembangan demokratif.
motorik kasar normal. Hal ini dapat Hasil penelitian yang juga searah
terjadi karena anak memiliki motivasi dengan penelitian di atas adalah
tinggi untuk mencoba sesuatu yang baru, penelitian yang di lakukan oleh
ketika melihat anak lain bisa Andayani (2010). Dari penelitiannya
melakukannya. didapatkan hasil bahwa responden
b. HubunganPolaAsuhDemokratisde dengan pola asuh orang tua dalam
nganPerkembanganMotorikKasa stimulasi yang tergolong demokratis
r memiliki anak dengan perkembangan
Berdasarkantabel 5.5 di atas dapat keterampilan motorik normal sebanyak
diketahui bahwa dari 15 responden 66,7 dan meragukan sebanyak 20,0%,
dengan pola asuh tidak demokratif, sedangkan responden dengan pola asuh
terdapat 12 orang (80,0 %) memiliki orang tua dalam stimulasi yang

8
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

tergolong tidak demokratis memiliki perkembangan motorik kasar anak.


anak dengan perkembangan Mereka hanya memberikan mainan
keterampilan motorik yang normal sesuai permintaan anak, dan dirasa
sebanyak 68,8% membawa efek positif pada anak seperti
danmeragukansebanyak 18,8%. permainan puzzle, mewarnai,dll.
Adanyahubunganpolaasuh
KESIMPULAN
demokratis dengan perkembangan
Berdasarkan hasil penelitian Dari hasil
motorik kasar anak disebabkan anak
penelitian yang dilakukan terhadap 56
yang mendapatkan pola asuh demokratis
orang anak usia 3-5 tahun di wilayah kerja
cendrung perkembangan motoriknya
Puskesmas Simpati Kecamatan Simpati
normal. Sebaliknya anak yang
Kabupaten Pasaman tahun 2015, maka
mendapatkan pola asuh tidak demokratis
dapat disimpulkan sebagai berikut :
cendrung mengalami perkembangan
1. Lebih dari setengah responden
motorik kasar meragukan. Dengan
(73,2%)memiliki pola asuh tidak
adanya pola asuh demokratis yang
otoriter.
diterapakan orang tua, berdampak pada
2. Lebih dari setengah responden
anak yang memiliki rasa percaya diri,
(73,2%)memiliki pola asuh demokratif.
dan memiliki rasa ingin tahu yang
3. Lebih dari setengah responden (62,5%)
tinggi. Adanya kesempatan yang
memiliki anak dengan perkembangan
diberikan orang tua pada anak, maka
motorik kasar normal.
anak akan berupaya maksimal untuk
4. Ada hubungan pola asuh orang tua yang
melakukan suatu perkembangan baru
tergolong otoriter dengan perkembangan
dalam motoriknya, dengan adanya
motorik kasar pada balita usia 3-5 tahun
kesempatan untuk memilih melakukan
di Wilayah Kerja Puskesmas Simpati
suatu tindakan maka anak bisa
Kecamatan Simpati Kabupaten
memutuskan dan melakukan tindakan
Pasaman Tahun 2015 (p = 0,000 dan OR
sesuai dengan keinginan dan
= 14,222)
kemampuannya seperti memanjat,
5. Ada hubungan pola asuh demokratif
melompat-lompat, dll. Bagi responden
dengan perkembangan motorik kasar
yang memiliki pola asuh demokratis
pada balita usia 3-5 tahun di Wilayah
tetapi anaknya mengalami
Kerja Puskesmas Simpati Kecamatan
perkembangan motorik kasar yang
Simpati Kabupaten Pasaman Tahun
meragukan disebabkan orang tua tidak
2015 (p = 0,000 dan OR = 14,222)
mengetahui cara menstimulasi

9
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016

SARAN Hidayat, A.Aziz Alimul. (2010). Pengantar


Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta:
1. BagiInstitusiPendidikan
Salemba Medika.
Diharapkan hasil penelitian ini Krisdiyanto, E., Arwani, & Purnomo.
(2013). Hubungan Pola Asuh Orang
dapat dijadikan sebagai sumber
Tua Terhadap Perkembangan
informasi dan data awal bagi penelitian Motorik Anak Usia 3-5 Tahun.
Semarang: STIKes Telogorejo
selanjutnya yang berhubungan dengan
Semarang.
perkembangan anak usia 3-5 tahun.
Maria, F. N., & Adriani, M. (2009).
Hubungan Pola Asuh, Asih, Asah
2. Bagi Wilayah KerjaPuskesmas dengan Tumbuh Kembang Balita
Usia 1–3 Tahun. Jurnal Gizi dan
SimpatiKec. Simpati Kabupaten Kesehatan Masyarakat UNAIR, 24-
Pasaman 29.
Agar dapat memberikan Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan
penyuluhan pada ibu yang memiliki Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Cv
Trans Info Media.
anak usia 3-5 tahun tentang cara
Puskesmas, S. (2015). Julah balita
menstimulasi perkembangan motorik Kabupaten Paasaman. Lubuk
kasar anak, untuk dapat diterapkan Sikaping: Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasaman.
dalam kehidupan sehari-hari
Shanti. (2008). Pola Asuh Efektif. Retrieved
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Maret Selasa, 2015, from Pola Asuh:
http://www.pola-asuh.com
Agar dapat melanjutkan penelitian
terhadap faktor lain yang mempengaruhi Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep
Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
perkembangan motorik kasar, seperti Buku Kedokteran EGC.
motivasi orang tua, pemberian stimulasi Whaley, & Wong. (2000). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Jakarta:
oleh orang tua, lingkungan, dan peran EGC.
petugas.

DAFTAR PUSTAKA
Andayani, F. (2010). Hubungan pola asuh
orang tua dalam Stimulas dengan
Perkembangan Keterampilan
Motorik pada Balita di Desa Koto
Gadih . Bukittinggi: Universitas
Muhamadiyah Sumatera
Barat.Gustian, E. (2001).
Mempersiapkan anak masuk sekolah.
Jakarta: Puspa Suara.

10

Anda mungkin juga menyukai