Abstrak
Perkembangan motorik sangat berpengaruh terhadap aspek-aspek perkembangan lainnya. Anak yang
fisiknya terlatih akan memiliki kesempatan lebih dalam mengeskplorasi lingkungan. Kegagalan untuk
menguasi keterampilan motorik akan membuat anak kurang menghargai dirinya sendiri. Salah satu
faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik adalah pola asuh orang tua.Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap perkembangan motorik kasar pada balita.
Metode penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Simpati pada bulan Juni 2015. Populasi adalah ibu yang memiliki anak balita berjumlah
56 orang. Sampel sebanyak 56 orang yang diambil secara purposive sampling. Pengumpulan data melalui
wawancara dan observasi langsung, kemudian data diolah secara komputerisasi.Hasil analisa univariat
diketahui 73,2 % responden memiliki pola asuh tidak otoriter, 73,2 % memiliki pola asuh demokratif
dan 65,5 % memiliki anak dengan perkembangan motorik kasar normal. Analisa bivariat diperoleh ada
hubungan pola asuh otoriter dengan Perkembangan Motorik Kasar (p = 0,000 dan OR = 14,222), dan ada
hubungan pola asuh demokratif dengan Perkembangan Motorik Kasar (p = 0,000 dan OR =
14,222).Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pola asuh orang tua terhadapperkembangan motorik
kasar anak. Diharapkan pada petugas di Puskesmas Simpati agar dapat memberikan penyuluhan pada ibu
yang memiliki anak usia 3-5 tahun tentang cara menstimulasi perkembangan motorik kasar anak, untuk
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
2
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
Berdasarkan studi pendahuluan yang adalah adalah semua orang tua yang
di lakukan di Pustu Simpang Kecamatan mempunyai anak balita di Wilayah Kerja
Simpati, Kab. Pasaman dari 10 ibu yang di Puskesmas Simpati Kec. Simpati Kab.
wancari 2 diantaranya mengatakan jika Pasaman yang telah memenuhi kriteria
anaknya melakukan kesalahan orang tua inklusi.
akan memarahi anaknya dan memberikan Kriteria Inklusi
hukuman. 5 dari ibu mengatakan jika 1. Orang tua yang mempunyai anak balita
anaknya melakukan kesalahan orang akan berumur 3-5 Tahun
menasehati anak tersebut agar tidak 2. Bersedia menjadi responden
melakukan kesalahan yang sama. 3 dari ibu Kriteria Ekslusi
mengataka jika anaknya melakukan 1. Anak sakit atau tidak hadir pada saat
kesalahan orang tua hanya membiarkan saja penelitian
apa yang dilakukan anaknya. Oleh karena 2. Bukan ibu kandung/ ibu asuh
itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang 3. Anakmenolakketikadilakukan
hubungan pola asuh orangtua terhadap pengukuran
perkembangan motorik kasar pada balita di
Pengumpulan Data
Wilayah Kerja Puskesmas Simpati Kec.
Penelitian ini menggunakan kuesioner.
Simpati, Kab. Pasaman tahun 2015.
Pengolahan data dilakukan dengan:
1. Editing
METODE PENELITIAN
Tahap ini peneliti mengecek kembali
Desain, Lokasi, Populasi, dan Sampel
terhadap jawaban pada kuesioner apakah
Penelitian
jawaban sudah lengkap dan jelas.
Metode yang digunakan dalam
2. Coding
penelitian ini yaitu metode survey analitik
Tahap ini peneliti memberikan kode
dengan pendekatan Cross Sectional
pada kuesioner sehingga informasi dari data
StudyPenelitian dilakukan di Wilayah Kerja
yang terkumpul mudah di lacak dengan
Puskesmas Simpati Kec. Simpati Kab.
tujuan untuk mempermudah
Pasama. Waktu penelitian dilakukan pada
mengklasifikasikan jawaban secara teratur.
tanggal 6 Juni sampai 21 Juni tahun 2015.
3. Entry
Populasi penelitian semua orang tua yang
Tahapinipenelitimemasukan data
mempunyai anak balita di Wilayah Kerja
kedalambentuktabel dan selanjutnya di
Puskesmas Simpati Kec. Simpati Kab.
masukan kedalam soft ware yang sesuai.
Pasaman sebanyak 56 orang tahun 2015,
4. Cleanning
Sedangkan sampel pada penelitian ini
3
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
pengecekan kembali terhadap data yang Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui
sudah terkumpul apakan ada kemungkinan bahwa dari 56 responden, lebih dari
terdapat kesalahan data, sehingga data siap setengah responden (73,2%) tidak memiliki
untuk dianalisis. pola asuh otoriter.
b. Pola Asuh Demokratis
ANALISIS DATA Tabel 5.2
1. AnalisisUnivariat Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang
Analisis Tua Yang Tergolong Demokratis
padaBalita Usia 3-5 Tahun di Wilayah
univariatdigunakanmendeskripsikankarakte KerjaPuskesmas Simpati Kecamatan
ristiksetiapvariablepenelitian, Simpati Kabupaten Pasaman
Tahun 2015
dalamjawabaninisetiapkategorijawabanpada
varibelindependenditampilkandalambentuk Pola Asuh f %
distribusifrekuensi. Tidak Demokratis 15 26,8
2. Analisis Bivariat
Demokratis 41 73,2
Analilis bivariat
Total 56 100.0
bertujuanuntukmengetahuihubunganantarav
ariabelindependendenganvariabeldependen. Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat
Pada penelitian ini akan menggunakan dilihat bahwa dari 56 responden, lebih dari
4
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
5
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
sesuatu yang buruk pada anak. Pola asuh sesuai dengan usianya. Dengan adanya
otoriter ini juga bisa dipengaruhi oleh pengalaman tersebut maka ketika anak
pengalaman orang tua dalam memecahkan barang yang sangat
mendapatkan pengasuhan dari orang berharga maka orang tua menanyakan
tuanya pada masa kecil. Bentuk pola bagaimana hal itu bisa terjadi, tidak
asuh otoriter yang banyak diterapkan marah dan lain kali anak harus hati-hati
orang tua seperti melarang anak bermain (92,9 %); ketika anak mengalami
bila ada temannya yang bermain ke kesulitan dalam menggambar dan
rumah (25,0 %); bila anak terlambat mewarnai maka orang tua membimbing
tidur maka orang tua menyuruh anak anak dan membantu mengatasi
tidur, kalau tidak maka orang tua marah kesulitannya (83,9 %); dan ketika ada
(33,9 %), dan marah pada anak ketika teman anak yang merayakan ulang tahun
anak melunturkan pakaian (30,4 %). maka sikap orang tua membolehkan
b. PolaAsuhDemokratis anak pergi asalkan tidak mengganggu
Berdasarkantabel 5.2 tugas-tugas lainnya (91,1 %). Dengan
dapatdiketahuibahwadari 56 responden, adanya pola asuh tersebut maka anak
lebihdarisetengahresponden (73,2%) dapat berkembang sesuai
memilikipolaasuhdemokratif. denganusianyadanmendapatkanstimulasi
Sejalandenganpenelitian yang darilingkungannyadenganpergaulansesa
dilakukan oleh Andayani (2010) manya.
didapatkan lebih dari setengah c. PerkembanganMotorikKasar
responden 51,6% 48,4% responden Berdasarkantabel 5.3 di atas dapat
menerapkan pola asuh dalam stimulasi diketahui bahwa dari 56 respondenlebih
yang tergolong demokratis dan reponden dari setengah responden (62,5 %)
48,4% mengalami perkembangan motorik kasar
menerapkanpolaasuhdalamstimulasi normal. Banyak anak yang memiliki
yang tergolongtidakdemokratis. perkembangan motorik kasar normal
Polaasuh orang tua yang demokratis dipengaruhi oleh adanya motivasi
dipengaruhi oleh usia orang tua yang belajar dari anak tersebut, setelah
sudah cukup mapan dan memiliki melihat anak-anak lain di lingkungan
pengalaman dalam mengasuh anak dan sekitar tempat tinggalnya dalam
pengalaman sebelumnya dalam melakukan hal-hal tertentu seperti
mengasuh anak dengan memberikan berdiri dengan satu kaki, dan melompat
kebebasan pada anak untuk berkembang dengan satu kaki. Perkembangan anak
6
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
ini akan semakin baik ketika di rumah ia tertentu sebanyak 34 anak (77,3 %).
juga mendapatkan kasih sayang penuh Sedangkan jumlah balita yang motorik
dari kedua orang tua, dan sering kasarnya normal dari awal periode
berinteraksi dengan orang tua. Anak perkembangan hanya 10 anak (22,7 %).
bersemangat untuk melakukan suatu
kepandaian baru jika orang tuanya mau 2. ANALISA BIVARIAT
memperhatikan dan membicarakan a. HubunganPolaAsuhOtoriterdeng
(memuji) kepandaiannya tersebut, anPerkembanganMotorikKasar
seperti jika anak tidak mampu melompat Anak
dengan satu kaki maka Berdasarkantabel 5.4 di atas dapat
orangtuaakanmemberikansemangatpada diketahui bahwa dari 15 responden
anakuntukterusmencobanya. dengan pola asuh otoriter, terdapat 12
Anaknyabermainkeluar rumah dan orang (80,0 %) memiliki anak dengan
bergaul dengan teman sebayanya, hal ini perkembangan motorik kasar meragukan
menyebabkan anak stress, menarik diri dan 3 orang (20,0%) perkembangan
dari pergaulannya, dan kurang motorik kasar normal. Sedangan dari 41
berkembang mengikuti perkembangan responden dengan pola asuh tidak
anak-anak seusianya. Perkembangan otoriter, terdapat 9 orang (22,0 %)
anak tersebut semakin terlambat ketika memiliki anak dengan perkembangan
orang tua juga tidak memberikan motorik kasar meragukan dan 32 orang
stimulasi sesuai dengan usia anak serta (78,0 %) perkembangan motorik kasar
memberikan ganjaran atau hukuman normal. Hasil uji statistik chi-square
yang berlebihan ketika anak melakukan didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05)
kesalahan, atau ketika anak tidak artinya ada hubungan Pola Asuh
mampu Sementara bagi anak yang Otoriter dengan Perkembangan Motorik
memiliki perkembangan motorik kasar Kasar pada Balita Usia 3-5 Tahun di
meragukan disebabkan oleh pola asuh Wilayah Kerja Puskesmas Simpati
orang tua yang Kecamatan Simpati Kabupaten
cendrungmelarangmelakukansesuatu Pasaman Tahun 2015, anak dengan pola
yang diperintahkan. asuh otoriter berpeluang 14,222 kali
Sejalandenganpenelitian yang untuk mengalami perkembangan
dilakukan oleh Rhokani (2012) motorik kasar meragukan, dibandingkan
menunjukkan balita yang perkembangan dengan anak yang mendapatkan pola
motorik kasarnya lambat pada periode asuh tidak otoriter. Sejalan dengan
7
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
8
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
9
‘AFIYAH. VOL. 3, NO. I, BULAN JANUARI, TAHUN 2016
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, F. (2010). Hubungan pola asuh
orang tua dalam Stimulas dengan
Perkembangan Keterampilan
Motorik pada Balita di Desa Koto
Gadih . Bukittinggi: Universitas
Muhamadiyah Sumatera
Barat.Gustian, E. (2001).
Mempersiapkan anak masuk sekolah.
Jakarta: Puspa Suara.
10