Anda di halaman 1dari 5

SINOPSIS SKRIPSI

1. Judul Penelitian
Efektivitas Kegiatan Mozaik Dan Montase Terhadap Tingkat Kecerdasan
Moral Anak di TK ABA 2 Purwodadi
2. Latar Belakang
Anak usia dini sesuai dengan pasal 28 Undang-Undang system
Pendidikan Nasional No. 20/2003 ayat 1 yaitu anak yang masuk dalam
rentang usia 0-6 tahun. Kajian rumpun ilmu PAUD dan
penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-
8 tahun (Hasan, 2009)
Jumlah penduduk di Indonesia kelompok usia pendidikan pra
sekolah 0-4 tahun sebanyak 23,687 juta orangdan usia 0-6 tahun tercatat
sebanyak 32,6 juta orang. Presentase anak usia 0-6 tahun yang sedang
mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk kelompok umur 0-6
tahun sebanyak 14,08%. Jika rentang umurnya dipersempit menjadi 3-4
tahun, partisipasinya sedikit membesar menjadi 15,90%. Jika rentang
umur dipersempit lagi menjadi 5-6 tahun partisipasinya meningkat dua
kali lipat menjadi 33,35%. Hal ini menandakan partisipasi PAUD lebih
banyak diikuti oleh anak kelompok umur 5-6 tahun disbanding kelompok
umur lainnya. Artinya, partisipasi PAUD lebih banyak diisi oleh anak-
anakyang berada padakelompok umur Taman Kanak-kanak (TK)
dibandingkan kelompok umur lainnya. (BPS, 2012)
Partisipasi PAUD anak perempuan dan laki-laki diperkotaan yakni
masing-masing sebesar 17,73% dan 16,51%. Angka ini sedikit lebih tinggi
daripada angka partisipasi PAUD anak prempuan dan laki-laki di daerah
pedesaan yang berjumlah 13,08% dan 12,16%. Sementara secara nasional
angka partisipasi PAUD untuk anak perempuan sebesar 15,35% dan untuk
anak laki-laki sebesar 14,29%. Lima besar provinsi yang memliki angka
partisipasi PAUD tertinggi yaitu D.I. Yogyakarta sebesar 34,77%, diikuti
Jawa Timur sebesar 25,16%, Gorontalo sebesar 23,32%, Jawa Tengah
dengan angka sebesar 19,16%, dan DKI Jakarta sebesar 18,50%. Sedangka
provinsi dengan angka partisipasi PAUD terkecil terdapat di Provinsi
Papua dengan angka sebesar 4,76%. (BPS,2012)
Menurut UNICEF tahun 2005 didapat data masih tingginya angka
kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang
mengalami keterlambatan, salah satunya dalam bentuk keterlambatan
berbahasa cukup tinggi, di New Zealand menemukan bahwa 8,4% anak
umur tiga tahun mengalami keterlambatan bicara, di Canada mendapatkan
angka 3% sampai 10%. Data di Amerika Serikat , perkiraan keseluruhan
terjadinya gangguan komunikasi sekitar 5% anak usia sekolah , yang
meliputi gangguan suara sebanyak 3% dan gagap sebesar 1%. Insiden
anak usia sekolah dasar yang mengalami gangguan artikulasi adalah
sekitar 2-3%. Berbagai masalah gangguan perkembangan anak seperti
keterlambatan motorik, berbahasa, perilaku, autism, hiperaktif, kecerdasan
beberapa tahun ini semakin meningkat angka kejadian di Amerika Serikat
berkisar 12-16%, Thailand 24%, dan Argentina 22%, di Indonesia antara
13-18% (hidajati, 2009)
Beerdasarkan Sensus Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 jumlah anak usia dini (0-6 tahun) sebanyak 26,09 juta. Dari jumlah
tersebut 13,5 juta di antaranya berusia antara (0-3 tahun) dan anak usia (4-
5 tahun) mencapai 12,6 juta anak, dari jumlah anak tersebut sekitar 14,08
anak mengalami keterlambatan perkembangan ditemukan normal sesuai
dengan usia 53% , meragukan (membutuhkan pemeriksaan lebih dalam)
sebanyak 13%, penyimpangan perkembangansebanyak 34%. Dari
penyimpangan perkembangan, 10% terkena motorik kasar (seperti
berjalan, duduk), 30% motorik halus (seperti menulis, memegang), 44%
bicara bahasa dan 16% sosialisasi kemandirian. Berdasarkan data diatas
terlihat bahwa angka meragukan dan penyimpangan perkembangan masih
cukup bersar di Indonesia (Nadhiroh, 2011)
Berdasarkan angka partisipasi kasar (APK) PAUD tahun 2015
mencapai angka 53,9% dan 29,8 juta anak sudah mendapatkan pendidikan
awal bagi anaknya melalui PAUD, di perlukan upaya pengembangan
kemampuan motorik halus anak, salah satunya dengan cara melakukan
terapi bermain (Ronald, 2010) penelotian terkait tentang meningkatkan
motorik halus melalui teknik mozaik dari Moh Fauziddin
(2017)menyatakan kelompok control yang diberikan perlakuan mozaik
mengalami perkembangan motorik halus yang normal sebanyak 88%. Lain
halnya dngan hasil penelitian Rachma Hasibuan (2016) menyatajan bahwa
pada siklus pertama sebelum diberikan terapi bermain montase , anak yang
mengalami perkembangan motorik halus baik sebanyak 59%, cukup ada
35% dan kurang ada 7% , pada siklus kedua setelah diberikan permainan
montase , anak yang mengalami perkembangan motorik halus baik
meningkat menjadi 83% dan cukup ada 17%. Hasil penelitian Latifah Nur
Ahyani (2010) tentang metode dongeng dalam meningkatkan
perkembangan kecerdasan moral anak hasil analisis diskripstif
menunjukkan kenaikan skor empirik pada pre-test dan posttest kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen dengan
melihat rerata pada pre-test 11,18 dengan standar deviasi 3,522 terjadi
kenaikan rerata pada post-test menjadi 17,47 dengan standar deviasi 2,695.
Pada kelompok kontrol juga terjadi kenaikan dengan melihat rerata pada
kelompok pre-test 11,82 dengan standar deviasi 3,067 menjadi 14,41
dengan standar deviasi 2,575 pada post-test.
Hal tersebut mendorong peneliti untuk menyusun skripsi dengan
judul “ Efektivitas kegiatan mozaik dan montase terhadap kecerdasan
moral anak di TK ABA 2 Purwodadi”
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Efektif mana kegiatan mozaik dengan montase
terhadap tingkat kecerdasan moral anak?”
4. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Peneliti mengetahui efektifitas kegiatan mozaik dan montase terhadap
tingkat kecerdasan moral anak
b. Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi tingkat kecerdasan moral anak sebelum kegiatan
mozaik dan montase
2) Mengidentifikasi tingkat kecerdasan moral anak setelah kegiatan
mozaik dan montase
3) Menganalisa efektifitas kegiatan mozaik dan montase terhadap
tingkat kecerdasan moral anak
5. Kerangka Konsep Penelitian
Berdsarkan kerangka teori diatas, maka dapat disusun kerangka konsep
sebagai berikut:
Independent Variabel Dependent variabel
(Variabel Bebas) (Variabel Terikat)

X1 Kegiatan Mozaik
Perkembangan Tingkat
Kecerdasan Anak TK
X2 Kegiatan Montase

6. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan
desain Quasi Experiment Design (Experimen Semu) dengan jenis
Nonequivalent Control Group Design with Pretest and Posttest (Cook
& Campbell, 1979). Desain ini menggunakan dua kelompok yang
diamati yang terdiri dari satu kelompok mozaik dan satu kelompok
montase. Pengukuran dilakukan dua kali yaitu sebelum diberikan
perlakuan (pre-test). Dan sesudah diberikan perlakuan (post-test)
Prosedur penyajian alat ukur diberikan langsung pada anak secara
individual dan anak diminta memberikan respon dengan cara
menceritakan situasi apa yang dapat ditangkap anak dari gambar yang
disajikan satu per satu. Jawaban masing-masing subyek dicatat pada
lembar jawab. Jawaban masing-masing subyek diberi skor antara 1 – 3.
Skor 3 apabila memenuhi semua kriteria, skor 2 apabila memenuhi
lebih dari satu kriteria, skor 1 apabila hanya memenuhi satu kriteria
atau sama sekali tidak memenuhi kriteria. Seluruh jawaban anak
nantinya akan digunakan sebagai pembahasan.
b. Rencana Pengolahan Dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah untuk membuktikan dan mencari
adanya perbedaan pemerolehan hasil kegiatan mozaik dan montase
terhadap tingkat kecerdasan pada anak.

7. Daftar Pustaka
Muharrar dan Veraynti. 2013. Kreasi Kolase, Montase, Mozaik Sederhana.
Semarang: Erlangga Group.
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Sugiyono. 2011. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung:
Alfabet

Anda mungkin juga menyukai