Anda di halaman 1dari 29

ANALISA JURNAL

GANGGUAN MOTORIK HALUS


Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Bayi Balita dan Anak Prasekolah

Disusun Oleh :

Hasnah Aribahanifah
(222207080)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


TRANSFER FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA 2022
GANGGUAN MOTORIK HALUS
A. BESARAN MASALAH
1. Pada jurnal yang berjudul “Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Autis Berdasarkan
Kategori Anak Autis, Usia, Dan Jenis Kelamin (Studi Observasi Pada Siswa Sekolah Luar Biasa
(SLB) Negeri Semarang)” dari data Yayasan Autis Indonesia menyatakan adanya peningkatan
prevalensi autis, dimana sepuluh tahun yang lalu jumlah anak autis di Indonesia diperkirakan 1 :
5000 anak, sekarang meningkat menjadi 1 : 500 anak . Tahun 2.000 silam, staf bagian Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memperkirakan terdapat kurang lebih 6.900 anak
anak autis di Indonesia (Moore, 2010).
2. Pada jurnal yang berjudul “ Efetifitas Finger Painting Terhadap Pengembangan Motorik Halus
Anak Prasekolah :Literarute Review” gangguan tumbuh kembang anak masih tinggi. Riset
Kesehatan Dasar (RIKESDAS, 2018) menyebutkan, angka kejadian gangguan tumbuh
kembang anak sendiri masih cukup tinggi (Kemenkes, 2018). Disamping itu, angka
kejadian anak pendek karena masalah gizi di Indonesia sebesar 37,2%, dan tentunya
gangguan pertumbuhan akan memengaruhi perkembangan anak (IDAI, 2017).

B. TEORI
Perkembangan motorik halus berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu saja, dengan bantuan
otot- otot kecil serta memerlukan koordinasi yang cermat dari mata, tangan dan jari
(Soetjiningsih, 2013).Kegiatan akademis di sekolah seperti menulis, menggunting, dan
memegang beragam peralatan membutuhkan kehati-hatian dan kemampuan keterampilan
motorik halus yang baik. Anak dituntut untuk secara otomatis mengendalikan koordinasi
matatangannya (Sitorus, 2017).

Perkembangan motorik halus pada anak usia dini difokuskan pada pengordinasian otot-
otot halus anak. Pada hal ini berkaitan dengan gerakan tangan, dalam PERMENDIKBUD
NOMOR 137 TAHUN 2014 Tentang Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak:
“Pada usia 4-5 tahun koordinasi gerakan tangan yang menggunakan motorik halus anak
berkembang dengan pesat, seperti anak bisa membuat garis vertikal,-horizontal, lengkung
kiri dan kanan, menjiplak bentuk, mengontrol gerakan tangan yang menggunakan otot halus
(menjumput ataupun memilin), mengkoordinasikan tangan dan mata untuk melakukan
gerakan rumit, melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan
berbagai media, mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media.”
Perkembangan motorik halus anak disebabkan oleh pemberian stimulasi dan faktor
pendukung lainnya. Menurut Rahyubi (2014: 225) faktor yang mempengaruhi perkembangan
motorik yakni: (1) perkembangan sistem syaraf (2) kondisi fisik (3) motivasi yang kuat (4)
lingkungan yang kondusif (5) aspek psikologis (6) usia (7) jenis kelamin (8) bakat dan
potensi. Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus anak tidak hanya karena
memiliki kondisi fisik yang sempurna tetapi juga harus ada bakat dan potensi yang dimiliki
sehingga dapat distimulus dengan berbagai permainan. Kondisi psikologis juga berperan
penting dengan diberikan kesempatan dalam berekspresi, lingkungan yang mendukung, serta
sarana dan prasarana yang mendukung perkembangan motorik halus anak.
Kemampuan motorik halus dipengaruhi oleh pembawaannya dan stimulasi yang
didapatkan (Soetjiningsih, 2013). Anak yang mendapatkan stimulasi yang teratur dan terarah
akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat
stimulasi. Stimulasi merupakan hal yang penting dan bisa dijadikan sebagai penguat dalam
masa perkembangan agar tidak terjadi hambatan dalam perkembangan anak yang
menimbulkan penyimpangan perilaku sosial dan motorik pada anak (Soetjiningsih, 2014)
Dampak yang terjadi apabila anak mengalami keterlambatan motorik halus dapat
menyebabkan perkembangan anak tidak sesuai dengan umur, kurangnya rasa percaya diri
pada anak, memiliki rasa kecemburuan terhadap anak lain dan ketergantungan. Hal ini
dapat menyebabkan anak kesulitan untuk bersosialisasi ketika sudah memasuki bangku
sekolah dikarenakan ketika anak memiliki rasa ketergantungan dan rasa tidak percaya diri
akan mengakibatkan penurunan prestasi dibawah kemampuan anak (Nurjanah, Suryaningsih
& Putra, 2017).

C. TOOLS PENGUKURAN
1. Pada jurnal yang kedua dengan judul “Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Autis
Berdasarkan Kategori Anak Autis, Usia, Dan Jenis Kelamin (Studi Observasi Pada Siswa Sekolah
Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang) ”penelitian ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa (SLB)
Semarang. Perkembangan motorik halus dipengaruhi oleh stimulasi yang didapatkan. Autis
adalah gangguan perkembangan (Fadhli, 2010,). Upaya atau terapi untuk meningkatkan
perkembangan motorik halus anak autis yaitu terapi bermain dan terapi okupasi. Terapi bermain
untuk mengembangkan aspek motorik, meningkatkan ketahanan tubuh, memperbaiki sikap tubuh,
melepaskan energi anak yang berlebihan, dan meningkatkan interaksi sosia. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perkembangan motorik halus anak autis berdasarkan
kategori autis, usia dan jenis kelamin (studi observasi pada siswa Sekolah Luar Biasa (SLB))
dengan menggunakan teknik menggunakan cross sectional dengan desain observasional analitik.
Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 responden dengan teknik sampling menggunakan
total sampeling. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square test. Hasil penelitian didapatkan
19 anak memiliki perkembangan motorik baik, dengan rincian 9 anak (47.4%) kategori autis
ringan, dan 10 anak (52.6%) kategori autisme sedang. Sebanyak 11 anak perkembangan motorik
halusnya kurang, dengan rincian 4 anak (36.4%) kategori autisme sedang, dan 7 anak (63.6%)
kategori autisme berat. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara perkembangan motorik
halus dengan p value 0.000.

1. Hubungan antara perkembangan motorik halus dengan kategori autisme


padasiswa sekolah luar biasa (SLB)
Tabel 1.1 Hasil Analisis Univariat

Berdasarkan tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa karakteristik responden berdasarkan


usia 5 dengan rata-rata 9.57. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang
lebih dominan pada jenis kelamin laki-laki berjumlah 21 anak (70%), dibanding dengan
jenis kelamin perempuan berjumlah 9 anak (30%).

Tabel 2.1 Hasil Analisis Bivariat

BerdasarBerdasarkan tabel 2.2 perkembangan motorik halus dengan kategori


autisme memiliki p value kurang dari 0.05, artinya ada hubungan antara
perkembangan motorik halus dengan kategori anak autisme.
2. Pada jurnal yang pertama dengan judul “Permainan Finger Painting Untuk Pengembangan
Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini ” penelitian ini dilakukan di TK At – Taqwa
terhadap 25 anak, ampel dalam penelitian ini yaitu anak yang berusia 3-6 tahun. Desain
karya tulis ilmiahberupa literature reviewdari tiga artikel penelitian yang di dapat dari
laman google scholar dengan kata kunci finger painting,perkembangan motorik halus,
anak prasekolah, Denver II, berupa artikel fulltexdan minimal terbit 5 tahun terakhir.
Sampel dalam penelitian ini yaitu anak yang berusia 3-6 tahun. Hasil analisa
karakteristik responden dari tiga artikel berjumlah 70 responden. Nilai rata-rata
peningkatan perkembangan motorik halus sebelum intervensi 2,89, setelah intervensi
4,39.
3. PENATALAKSANAAN
a. Pada jurnal yang berjudul “Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Autis
Berdasarkan Kategori Anak Autis, Usia, Dan Jenis Kelamin (Studi Observasi Pada
Siswa Sekolah Luar Biasa (Slb) Negeri Semarang) ” dari artikel yang telah

melakukan penelitian kepada anak yang mengalami autisme di Sekolah Luar


Biasa Negeri Semarang pada bulan Maret 2017. Alat pengumpulan data dalam
penelitian ini berupa lembar observasi observasi untuk mengukur motorik halus
pada anak autis. Didapatkan hasil dari 2 kali pengamatan. Yakni, yang pertama
Hasil Analisis Univariat Karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu, usia,
jenis kelamin, kategori anak autisme, dan perkembangan motorik halus anak
autisme. Dengan hasil bahwa karakteristik responden berdasarkan usia 5 dengan
rata-rata 9.57.

Sedangkan pada Hasil Analisis Bivariat Dari hasil penelitian distribusi


perkembangan motorik halus dengan kategori anak autisme, perkembangan
motorik halus dengan usia, perkembangan motorik halus dengan jenis kelamin,
kategori anak autisme dengan usia, kategori anak autisme dengan jenis kelamin
yaitu didapatkan hasil sebagai berikut: perkembangan motorik halus dengan
kategori autisme memiliki p value kurang dari 0.05, artinya ada hubungan antara
perkembangan motorik halus dengan kategori anak autisme. Proposi
perkembangan motorik halus pada anak autisme berdasarkan jenis kelamin,
diperoleh p value lebih besar dari 0.05 yang artinya tidak ada hubungan antara
perkembangan motorik halus pada anak autisme dengan jenis kelamin. Proposi
perkembangan motorik halus pada anak autisme berdasarkan kategori usia
responden diperoleh p value lebih besar dari 0.05 yang artinya tidak ada hubungan
antara perkembangan motorik halus pada anak autisme dengan kategori usia
responden.

b. Pada jurnal yang berjudul “Efektifitas Finger Painting Terhadap Perkembangan


Motoric Halus Pada Anak Prasekolah : Literature Review” Dari ketiga artikel
ilmiah yang telah dilakukan literatur review pada penelitian 1 dan penelitian 3
tidak terdapat distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur, pada
penelitian 2 terdapat karakteristik umur, sedangkan karakteristik responden
berdasarkan umur diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai peningkatan
perkembangan anak sesuai dengan usia anak, pada peneliti 2 menggunakan
karakteristik jenis kelamin perempuan dan laki-laki, didapatkan hasil responden
perempuan lebihbanyak daripada responden laki-laki. Menurut Andrimeda Freni
(2012), bahwa anak perempuan lebih dini dalam kecerdasan motorik halus
terutama dalam kecekatannya.

Berdasarkan hasil literatur review ketiga artikel tentang kegiatan finger


paintingberpengaruh terhadap peningkatkan perkembangan motorik halus pada
anak prasekolah. Literatur review diatas menunjukan adanya peningkatan yang
signifikan. Sebelum di berikan kegiatan finger painting dengan nilai rata-rata 2,89
dan setelah diberikan kegiatan finger paintingdengan nilai rata-rata 4,39 hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan finger painting efektif untuk meningkatkan
perkembangan motorik halus pada anak prasekolah.

Finger painting adalah kegiatan membuat gambar atau melukis dengan jari
tangan secara lagsungtanpa menggunakan alat bantu, untuk melakukan kegiatan
finger paintingyaitu dengan cara mengoleskan adonan warna (bubur warna)
menggunakan jari tangan diatas bidang gambar, batas jari yang digunakan adalah
semua jari-jari angan, telapak tangan, sampai pergelangan tangan (Sukerti, Raga &
Murda, 2013). Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan dan mengenal
berbagai warna dan bentuk, meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas anak,
meningkatkan koordinasi mata dan tangan, melatih konsentrasi, serta dapat
dijadikan sebagai media mengekspresikan emosi anak, nampun masih banyak anak
usia prasekolah yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik
halus dikarenakan kurangnya stimulasi yang diberikan. Salah satu kegiatan yang
dapat meningkatkan perkembagan motorik halus yaitu kegitan finger painting
(Nurjanah, Suryaningsih & Putra, 2017).

Anak yang mengalami keterlambatan motorik halus juga akan mengalami


kesulitan dalam mengeksplorasi lingkungannya, anak dapat mengalami hambatan
belajar, kurang kreativitas, rendah diri dan peragu, peran orang tua sangat
penting dalam menunjang aspek-aspek motorik anak untuk membentuk
kepribadian anak yang baik, orang tua bisa memberikan stimulasi yang
menyenangkan untuk anak, salah satunya yaitu finger painting, anak dengan
bebas menuangkan imajinasi yang akan diwujudkan oleh anak(Harsismanto, 2020).
Hayuningtyas, Widyasih dan Margono (2020) mengatakan bahwa bermain
finger paintingdapat meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak usia
prasekolah, dimana kegiatan bermain finger painting juga dapat membantu anak
mengembangkan kreativitas, mental dan psikososialnya. Permainan ini juga tidak
memerlukan tenaga yang banyak sehingga anak tidak akan merasa capek.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bermain finger painting dapat
meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak usia prasekolah

4. KEBAHARUAN METODE TATALAKSANA


a. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan
pendekatan cross sectional karena kategori anak autis dan tingkat perkembangan
motorik halus pada anak diambil pada waktu yang bersamaan. Dalam penelitian
ini dilakukan analisis menggunakan chi aquare test. Populasi dalam penelitian ini
adalah anak yang mengalami autisme di Sekolah Luar Biasa Negeri Semarang.
Penelitian ini menggunakan rancangan desain penelitian analitik dengan
pendekatan cross- sectional dimana data variabel independen dan dependen hanya
satu kali pada satu saat. rancangan ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan
pendidikan anak usia dini dengan perkembangan motorik halus pada siswa
b. Metode yang digunakan dalam artikel ini yaitu literature review. Subyek dalam
artikelini adalah hasil penelitian yang sudah dipublikasikan sejumlah 3 artikel
penelitian dengan subyek penelitian anak usia 3-6 tahun. Kriteria inklusi dalam
karya tulis ilmiah ini yaitu anak yang berusia 3-6 tahunyang mau untuk
melakukan kegiatan fingger painting. Sedangkan kriteria eksklusia dalah anak
dalam keadaan tidak sehat jasmani dan rohani. Metode pengumpulan data dalam
artikelini dilakukan dengan mencari artikel ilmiah yang telah dipublikasikan
tentang“Efektifitas Finger Painting Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada
Anak Prasekolah” yang dilakukan pencarian menggunakan laman web google
scholardengan kata kunci finger painting, anak prasekolah, perkembangan
motorik halus, Denver II dan minimal terbit 10 tahun terakhir kemudian diseleksi
dan dipaparkan struktur penulisan publikasi tersebut dan dilakukan analisis. Dari
hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 3 artikel ilmiah yang sesuai dengan
topik. Ketiga artikel ilmiah tersebut memiliki metode penelitian yang hampir
sama, alat ukur perkembangan motorik halus sama-sama menggunakan Denver II
dan data dari hasil artikel ilmiah berupa numerik dengan penerbitan 5 tahun
terahir.

5. EVIDANCE BASED PENATALAKSANAAN


a. Anak yang mengalami keterlambatan motorik halus juga akan mengalami

kesulitan dalam mengeksplorasi lingkungannya, anak dapat mengalami


hambatan belajar, kurang kreativitas, rendah diri dan peragu, peran orang tua
sangat penting dalam menunjang aspek-aspek motorik anak untuk membentuk
kepribadian anak yang baik, orang tua bisa memberikan stimulasi yang
menyenangkan untuk anak, salah satunya yaitu finger painting, anak dengan
bebas menuangkan imajinasi yang akan diwujudkan oleh anak(Harsismanto,
2020).

b. Anak usia prasekolah masih banyak yang mengalami keterlambatan


perkembangan motorik halusnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keterlambatan perkembangan motorik halus yaitu faktor genetik, faktor IQ,
kelainan kromosom termasuk faktor internal dan faktor eksternal meliputi
kelahiran, keadaan gizi, pola asuh,kondisi lingkungan dan faktor kesehatan
(Wong, 2009 diambil dari Nurjanah 2017).
c. Pola asuh yang baik dapat membantu meningkatankan perkembangan anak dalam
segala aspek. Keadaan gizi, nutris dan kesehatan anak juga sangat mempengaruhi
perkembangan fisik anak dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan
anak. Dengan memberikan stimulasi pada anak merupakan cara yang tepat untuk
mencegah keterlambatan perkembangan motorik pada anak usia prasekolah,
karena anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah akan lebih cepat
berkembang dibandingkan anak yang kurang diberikan dan tidak mendapatkan
stimulasi, jika anak tidak diberikan stimulasi anak akan mengalami kesulitan
dalam berinteraksi dengan orang lain (Nurjanah, Suryaningsih, & Putra, 2017).

6. REFERENSI

Kurnianingsih, R. P., ALviyanti, D., & Susanti, Y. “Perkembangan Motorik Halus Pada Anak
Autis Berdasarkan Kategori Anak Autis, Usia, Dan Jenis Kelamin (Studi Observasi Pada Siswa
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang)” Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 4(1),
1-10, (2017)

Nurjanah, N., Suryaningsih, C., & Putra, B.D.A. “Pengaruh Finger Painting Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Parasekolah di TK at-Taqwa.” Jurnal
Keperawatan BSI, 5(2), 65-73, (2017).
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC
Cecily, lynn., & Linda, A. (2009).Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Sitorus, R.F. 2017. Upaya Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak usia 5-6 Tahun
Melalui Kegiatan Finger Painting di R.A Darul Madani JL. Pendidikan Kec. Percut
Sei Tuan T.A 2016/2017. Skripsi Fakultas Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara, Medan.
Christanto, dkk. (2014). Kapita Selekta kedokteran. Edisi ke 4. Jakarta: Media Aesculapius
Dewi, Rosmala. (2005). Berbagai Masalah Anak taman Kanakkanak. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Fadli, Aulia. (2010).
Harsismanto, J., Fredrika, L., Padila, & Andri, J. “Pengaruh Intervensi FingerPainting
Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah.”PROSIDING
SENANTIAS, 1(1), 473-482, 2020.
Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC

Andrimeda, F. “Pengaruh Kegiatan Seni Finger PaintingTerhadap Perkembangan


Keterampilan Motorik Halus Anak Kelompok B di TK Pembangunan Dsn. Lawan Ds.
Kedungwangi Kec. Sambeng Kab. Lamongan.” Jurnal Mahasisa Universitas Negeri
Surabaya, 1(1), 2012.
Maghfuroh, L., & Putri, K.C. “Pengaruh Finger Painting Terhadap Perkembangan Motorik
Halus Pada Anak Usia Parasekolah di TK Sartika 1 Sumur Genuk Kecamatan
Babatan Lamongan.” Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(1), 36-42, (2017).
Sulistyawati, A. 2014. Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Indonesian Pediatric Society. Mengenal
Keterlambatan Perkembangan Umum Pada
Kemendikbud. 2016. APK & APM (Angka Partisipasi Kasar/Angka Partisipasi Murni) Tahun
2015/2016. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Indonesian Pediatric Society. Pentingnya Pemantauan
Tumbuh Kembang 1000 Hari Pertama Kehiduan
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai