Disusun Oleh :
Hasnah Aribahanifah
(222207080)
B. TEORI
Perkembangan motorik halus berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu saja, dengan bantuan
otot- otot kecil serta memerlukan koordinasi yang cermat dari mata, tangan dan jari
(Soetjiningsih, 2013).Kegiatan akademis di sekolah seperti menulis, menggunting, dan
memegang beragam peralatan membutuhkan kehati-hatian dan kemampuan keterampilan
motorik halus yang baik. Anak dituntut untuk secara otomatis mengendalikan koordinasi
matatangannya (Sitorus, 2017).
Perkembangan motorik halus pada anak usia dini difokuskan pada pengordinasian otot-
otot halus anak. Pada hal ini berkaitan dengan gerakan tangan, dalam PERMENDIKBUD
NOMOR 137 TAHUN 2014 Tentang Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak:
“Pada usia 4-5 tahun koordinasi gerakan tangan yang menggunakan motorik halus anak
berkembang dengan pesat, seperti anak bisa membuat garis vertikal,-horizontal, lengkung
kiri dan kanan, menjiplak bentuk, mengontrol gerakan tangan yang menggunakan otot halus
(menjumput ataupun memilin), mengkoordinasikan tangan dan mata untuk melakukan
gerakan rumit, melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan
berbagai media, mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media.”
Perkembangan motorik halus anak disebabkan oleh pemberian stimulasi dan faktor
pendukung lainnya. Menurut Rahyubi (2014: 225) faktor yang mempengaruhi perkembangan
motorik yakni: (1) perkembangan sistem syaraf (2) kondisi fisik (3) motivasi yang kuat (4)
lingkungan yang kondusif (5) aspek psikologis (6) usia (7) jenis kelamin (8) bakat dan
potensi. Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus anak tidak hanya karena
memiliki kondisi fisik yang sempurna tetapi juga harus ada bakat dan potensi yang dimiliki
sehingga dapat distimulus dengan berbagai permainan. Kondisi psikologis juga berperan
penting dengan diberikan kesempatan dalam berekspresi, lingkungan yang mendukung, serta
sarana dan prasarana yang mendukung perkembangan motorik halus anak.
Kemampuan motorik halus dipengaruhi oleh pembawaannya dan stimulasi yang
didapatkan (Soetjiningsih, 2013). Anak yang mendapatkan stimulasi yang teratur dan terarah
akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat
stimulasi. Stimulasi merupakan hal yang penting dan bisa dijadikan sebagai penguat dalam
masa perkembangan agar tidak terjadi hambatan dalam perkembangan anak yang
menimbulkan penyimpangan perilaku sosial dan motorik pada anak (Soetjiningsih, 2014)
Dampak yang terjadi apabila anak mengalami keterlambatan motorik halus dapat
menyebabkan perkembangan anak tidak sesuai dengan umur, kurangnya rasa percaya diri
pada anak, memiliki rasa kecemburuan terhadap anak lain dan ketergantungan. Hal ini
dapat menyebabkan anak kesulitan untuk bersosialisasi ketika sudah memasuki bangku
sekolah dikarenakan ketika anak memiliki rasa ketergantungan dan rasa tidak percaya diri
akan mengakibatkan penurunan prestasi dibawah kemampuan anak (Nurjanah, Suryaningsih
& Putra, 2017).
C. TOOLS PENGUKURAN
1. Pada jurnal yang kedua dengan judul “Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Autis
Berdasarkan Kategori Anak Autis, Usia, Dan Jenis Kelamin (Studi Observasi Pada Siswa Sekolah
Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang) ”penelitian ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa (SLB)
Semarang. Perkembangan motorik halus dipengaruhi oleh stimulasi yang didapatkan. Autis
adalah gangguan perkembangan (Fadhli, 2010,). Upaya atau terapi untuk meningkatkan
perkembangan motorik halus anak autis yaitu terapi bermain dan terapi okupasi. Terapi bermain
untuk mengembangkan aspek motorik, meningkatkan ketahanan tubuh, memperbaiki sikap tubuh,
melepaskan energi anak yang berlebihan, dan meningkatkan interaksi sosia. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perkembangan motorik halus anak autis berdasarkan
kategori autis, usia dan jenis kelamin (studi observasi pada siswa Sekolah Luar Biasa (SLB))
dengan menggunakan teknik menggunakan cross sectional dengan desain observasional analitik.
Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 responden dengan teknik sampling menggunakan
total sampeling. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square test. Hasil penelitian didapatkan
19 anak memiliki perkembangan motorik baik, dengan rincian 9 anak (47.4%) kategori autis
ringan, dan 10 anak (52.6%) kategori autisme sedang. Sebanyak 11 anak perkembangan motorik
halusnya kurang, dengan rincian 4 anak (36.4%) kategori autisme sedang, dan 7 anak (63.6%)
kategori autisme berat. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara perkembangan motorik
halus dengan p value 0.000.
Finger painting adalah kegiatan membuat gambar atau melukis dengan jari
tangan secara lagsungtanpa menggunakan alat bantu, untuk melakukan kegiatan
finger paintingyaitu dengan cara mengoleskan adonan warna (bubur warna)
menggunakan jari tangan diatas bidang gambar, batas jari yang digunakan adalah
semua jari-jari angan, telapak tangan, sampai pergelangan tangan (Sukerti, Raga &
Murda, 2013). Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan dan mengenal
berbagai warna dan bentuk, meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas anak,
meningkatkan koordinasi mata dan tangan, melatih konsentrasi, serta dapat
dijadikan sebagai media mengekspresikan emosi anak, nampun masih banyak anak
usia prasekolah yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik
halus dikarenakan kurangnya stimulasi yang diberikan. Salah satu kegiatan yang
dapat meningkatkan perkembagan motorik halus yaitu kegitan finger painting
(Nurjanah, Suryaningsih & Putra, 2017).
6. REFERENSI
Kurnianingsih, R. P., ALviyanti, D., & Susanti, Y. “Perkembangan Motorik Halus Pada Anak
Autis Berdasarkan Kategori Anak Autis, Usia, Dan Jenis Kelamin (Studi Observasi Pada Siswa
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang)” Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 4(1),
1-10, (2017)
Nurjanah, N., Suryaningsih, C., & Putra, B.D.A. “Pengaruh Finger Painting Terhadap
Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Parasekolah di TK at-Taqwa.” Jurnal
Keperawatan BSI, 5(2), 65-73, (2017).
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC
Cecily, lynn., & Linda, A. (2009).Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Sitorus, R.F. 2017. Upaya Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak usia 5-6 Tahun
Melalui Kegiatan Finger Painting di R.A Darul Madani JL. Pendidikan Kec. Percut
Sei Tuan T.A 2016/2017. Skripsi Fakultas Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara, Medan.
Christanto, dkk. (2014). Kapita Selekta kedokteran. Edisi ke 4. Jakarta: Media Aesculapius
Dewi, Rosmala. (2005). Berbagai Masalah Anak taman Kanakkanak. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Fadli, Aulia. (2010).
Harsismanto, J., Fredrika, L., Padila, & Andri, J. “Pengaruh Intervensi FingerPainting
Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah.”PROSIDING
SENANTIAS, 1(1), 473-482, 2020.
Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC