Anda di halaman 1dari 10

1

PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK AUTIS


BERDASARKAN KATEGORI ANAK AUTIS, USIA, DAN
JENIS KELAMIN (STUDI OBSERVASI PADA SISWA
SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI
SEMARANG)

Rizki Putri Kurnianingsih”, Dera Alfiyanti

“Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang


“Dosen Jurusan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRAK

Yayasan Autis Indonesia menyatakan adanya peningkatan prevalensi autis, dimana


sepuluh tahun yang lalu jumlah anak autis di Indonesia diperkirakan 1 : 5000 anak,
sekarang meningkat menjadi 1 : 500 anak. Masalah yang sering terjadi pada anak
autis adalah gangguan perkembangan motorik halus. Upaya untuk mencegah
peningkatan anak autis dapat dilakukan dengan mengobservasi perkembangan
motorik halus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
perkembangan motorik halus anak autis berdasarkan kategori autis, usia dan jenis
kelamin (studi observasi pada siswa Sekolah Luar Biasa (SLB)). Rancangan
penelitian ini menggunakan cross sectional dengan desain observasional analitik.
Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 responden dengan teknik sampling
menggunakan total sampeling. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square
test. Hasil penelitian didapatkan 19 anak memiliki perkembangan motorik baik,
dengan rincian 9 anak (47.4%) kategori autis ringan, dan 10 anak (52.6%) kategori
autisme sedang. Sebanyak 11 anak perkembangan motorik halusnya kurang, dengan
rincian 4 anak (36.4%) kategori autisme sedang, dan 7 anak (63.6%) kategori
autisme berat. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara perkembangan
motorik halus dengan p value 0.000. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah
sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi SLB Negeri semarang dalam
melakukan terapi okupasi untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak
autisme berdasarkan tingkat derajat autisme.

Kata Kunci : Autis, Perkembangan Motorik Halus, Kategori Autis


2

ABSTRACT

Indonesian Autisme Foundation states that there is an increase of autistic prevalence.


Ten years ago, the number of autistic children in Indonesian was approximately
estimated in a scale of 1 : 5000 children. Now, it increses to 1 : 500 children. The
problem happens to autistic children can be conducted by observing the devalopment
of fine motorik. This research is aimed to determine the correlation of the
devalopmen of fine motorik of autistic children with the autistic categories of age
and sex (observasional study on the students of State School for Exceptional
Children Semarang). The research is designed using cross sectional with
observasional analitic design. The number of samples for samples for this research is
30 respondents with sampling technique using total sampling. The statistic
examination that is used is chi square test examination. The result of the reserach
shows that there are 9 children (47.4%) in light autistic category and 10 children
(52.6%) in medium autistic category. There are 11 children who have lack
devalopment of fine motorik. In details, there are 4 children (36.4%) in medium
autistic category and 7 children (63.6%) in heavy autistic category. It can be
concluded that there is a correlation of fine motorik devalopment with p value of
0.000. This research recommends to the State School of Exceptional Childrens
Semarang for conducting okupasi therapy to improve the devalopment of fine
motoric children in accordance with the degree of autism.

Key Words : autism, devalopment of fine motorik, autism category


3

PENDAHULUAN sekitar 2,7 kasus per 1000 anak. Di


Autis merupakan kelainan Indonesia, belum ada penelitian
neurobiologikal yang berat, yang khusus untuk mencari angka kejadian
terjadi sejak awal kehidupan anak. autis tersebut, hanya dari pengamatan
Kelainan ini sering di diagnosa pada beberapa ahli, didapatkan
umur 18 sampai 30 bulan. Ketika itu, kecenderungan peningkatan kasus
orang tua atau dokter baru menyadari yang ditangani (Soetjiningsih, 2014,
setelah ada keterlambatan bicara yang hlm. 388).
disertai oleh gangguan perilaku dan
interaksi sosial. Autis merupakan salah Di Inggris dan beberapa daerah di
satu gangguan perkembangan pervasif Amerika saat ini perbandingan antara
(Pervasive Developmental Disorders anak normal dan autis 1:100. Angka
= PDD) dan termasuk dalam Autistic sebesar ini dapat dikatakan sebagai
Spektrum Disorder (ASD), menurut “wabah”, sehingga di Amerika autis
klarifikasi dari Diagnostic dan telah dinyatakan sebagai national
Statistical Manual Of Mental Disorder alarming. Berdasarkan data dari
IV (DSM-IV) yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Amerika
American Psychiatric Association, bahwa angka peningkatan anak autis
1994. Spektrum autis adalah autistic di Amerika cukup mengerikan, yaitu
disorder(classic autism), Asperger’s sebesar 10% sampai 17% pertahun.
syndrom, pervasive developmental Jumlah anak autis di Amerika saat ini
disorder not otherwise specified sebanyak 1,5 juta orang anak. Pada
(PDD-NOS), disintegrative disorder dekade berikut diperkirakan akan
(Heller’s syndrome), dan Rett’s terdapat sekitar empat juta anak autis
disorder (Soetjiningsih, 2014, hlm. di Amerika (Sukardi, 2008).
387).
Yayasan Autis Indonesia menyatakan
Autis adalah kelainan syaraf yang adanya peningkatan prevalensi autis,
unik, diagnosisnya hanya bisa dimana sepuluh tahun yang lalu
dilakukan oleh seorang professional jumlah anak autis di Indonesia
yang sudah terbiasa yang terjadi pada diperkirakan 1 : 5000 anak, sekarang
masa anak-anak, yang membuat meningkat menjadi 1 : 500 anak .
seseorang tidak mampu mengadakan Tahun 2.000 silam, staf bagian
interaksi sosial, dan seolah-olah hidup Psikiatri Fakultas Kedokteran
dalam dunianya sendiri. Autis adalah Universitas Indonesia memperkirakan
gangguan perkembangan (Fadhli, terdapat kurang lebih 6.900 anak anak
2010, hlm.18). autis di Indonesia (Moore, 2010).

Angka kejadian di Amerika (di Brick Upaya atau terapi untuk meningkatkan
Township, New Jersey), berdasarkan perkembangan motorik halus anak
penelitian dimasyarakat tahun 1998 autis yaitu terapi bermain dan terapi
terhadap semua anak usia 3 sampai 10 okupasi. Terapi bermain untuk
tahun, didapatkan angka kejadian mengembangkan aspek motorik,
gangguan perkembangan pervasif meningkatkan ketahanan tubuh,
(PDD) sebesar 6,7 kasus per 1000 memperbaiki sikap tubuh, melepaskan
anak, autisme 4 kasus per 100 anak, energi anak yang berlebihan, dan
dan PDD-NOS dan sindrom Asperger meningkatkan interaksi sosial.
4

Sedangkan terapi okupasi berfokus Populasi dalam penelitian ini adalah


pada pengenalan kemampuan yang anak yang mengalami autisme di
masih ada pada seseorang, Sekolah Luar Biasa Negeri Semarang
pemeliharaan dan peningkatan pada bulan Maret 2017. Dari data yang
bertujuan untuk membentuk seseorang diperoleh populasi anak autisme yang
agar mandiri, tidak tergantung pada ada di Sekolah Luar Biasa (SLB)
pertolongan orang lain (Riyadi dan Negri Semarang pada bulan Maret
Purwanto, 2009). 2017 adalah 30 anak. Populasi
penelitian ini memiliki jumlah yang
Berdasarkan hasil studi pendahuluan terbatas maka teknik sampling
melalui observasi langsung dan ditentukan secara total populasi.
wawancara dengan terapis pada Dimana cara pengambilan sampel ini
tanggal 17 Januri 2017 di SLBN peneliti mengambil jumlah
Semarang didapatkan hasil bahwa keseluruhan populasi untuk dijadikan
anak autis disana berjumlah 30 orang sampel dalam penelitian ini adalah
anak dan mendapatkan berbagai terapi anak autis pada tahun 2017 yang
untuk melatih kemampuan berinteraksi berjumlah 30 anak. Alat pengumpulan
sosial, sensorik, kognitif, dan data dalam penelitian ini berupa
motoriknya. Kemampuan motorik lembar observasi observasi untuk
disana dilatih dengan berbagai cara mengukur motorik halus pada anak
seperti menggambar, meronce, dan autis.
bermain puzzle. Sebagian besar anak
yang mengalami autisme disana belum HASIL PENELITIAN
mampu melakukan latihan motorik 1. Hasil Analisis Univariat
halus yang diajarkan oleh terapis. Karakteristik responden dalam
penelitian ini yaitu, usia, jenis
Menilai perkembangan motorik halus kelamin, kategori anak autisme,
pada anak autis sangatlah penting. dan perkembangan motorik halus
Karena kita bisa mengetahui tingkat anak autisme.
perkembangan motorik halus Tabel 4.1
berdasarkan tingkat kecerdasan anak Karakteristik responden penelitian
autisme, sehingga terapis dapat
memberikan terapi untuk Variabel Min Max Mean
Std.
Deviation
Frekuensi Presetase
(f) (%)
meningkatkan kemampuan motorik Usia 7 13 9.57 2.223
Jenis
halus pada anak autis berdasarkan Kelamin 21 70%
tingkat kecerdasan anak autis. Laki-laki
Perempuan
9 30%

Kategori
Anak
METODE PENELITIAN Autisme 9 30.0%
Penelitian ini merupakan penelitian Ringan
Sedang
14
7
46.7%
23.3%
observasional analitik dengan Berat
Perkembang
menggunakan pendekatan cross an Motorik
sectional karena kategori anak autis Halus
Baik
19
11
63.6%
36.7%
dan tingkat perkembangan motorik Kurang

halus pada anak diambil pada waktu


yang bersamaan. Dalam penelitian ini Berdasarkan tabel 4.1 dapat
dilakukan analisis menggunakan chi disimpulkan bahwa karakteristik
aquare test. responden berdasarkan usia
5

dengan rata-rata 9.57. ada hubungan antara


Karakteristik responden perkembangan motorik halus
berdasarkan jenis kelamin yang dengan kategori anak autisme.
lebih dominan pada jenis kelamin Proposi perkembangan motorik
laki-laki berjumlah 21 anak (70%), halus pada anak autisme
dibanding dengan jenis kelamin berdasarkan jenis kelamin,
perempuan berjumlah 9 anak diperoleh p value lebih besar dari
(30%). Pada kategori anak autis 0.05 yang artinya tidak ada
ringan berjumlah 9 anak (30%), hubungan antara perkembangan
autis sedang berjumlah 14 anak motorik halus pada anak autisme
(46.7%), anak autis berat dengan jenis kelamin. Proposi
berjumlah 7 anak (23.3%). perkembangan motorik halus pada
Sedangkan motorik halus pada anak autisme berdasarkan kategori
anak autisme yang baik sebanyak usia responden diperoleh p value
19 anak (63.6%), dan motorik lebih besar dari 0.05 yang artinya
halus yang kurang sebanyak 11 tidak ada hubungan antara
anak (36.7%). perkembangan motorik halus pada
anak autisme dengan kategori usia
responden.

2. Hasil Analisis Bivariat PEMBAHASAN


Dari hasil penelitian distribusi 1. Sebaran kategori anak autis
perkembangan motorik halus Berdasarkan hasil penelitian
dengan kategori anak autisme, diketahui kategori anak autisme
perkembangan motorik halus ringan sebanyak 9 anak (30%),
dengan usia, perkembangan kategori anak autisme sedang
motorik halus dengan jenis sebanyak 14 anak (46.7%),
kelamin, kategori anak autisme kategori anak autisme berat
dengan usia, kategori anak autisme sebanyak 7 anak (23.3%). sehingga
dengan jenis kelamin yaitu jumlah responden yang didapat
didapatkan hasil sebagai berikut: peneliti sebanyak 30 anak (100%).

Tabel 4.2 Menurut Pusponegoro dan Solek


Frekuensi responden bivariat (2007) yaitu autisme kategori mild
(ringan) memiliki IQ = 50-70,
Variabel Variabel p 95% autisme kategori moderate
Dependent Independent value CI
(sedang) memiliki IQ = 35-50,
Perkembangan Kategori .000 1.66
Motorik Halus Anak – autisme kategori severe (berat)
Anak Autisme Autisme 2.21 memiliki IQ = 20-35. Sedangkan
Usia .698 8.74- menurut Direktur Keswa
Responden 10.40
Jenis .057 Pelayanan medik (1995) dalam
Kelamin Raharjo (2014) pada anak yang
menggalami autis ringan bila
Berdasarkan tabel 4.2 diberi stimulus sensori ringan
perkembangan motorik halus maka ada reaksi segera, pada anak
dengan kategori autisme memiliki yang mengalami autis sedang bila
p value kurang dari 0.05, artinya diberi stimulus sensori kuat maka
6

ada sedikit reaksi, sedangkan pada supaya anak bisa melakukan


anak yang mengalami autis berat aktivitas sehari-hari seperti anak
bila diberi stimulus sensori kuat pada umumnya. Anak autis
maka tidak berespon sama sekali. memiliki permasalahan pada aspek
motorik halusnya (Sujarwanto,
Kesimpulan dari hasil analisis 2005:183).
yang dilakukan peneliti sesuai
dengan hasil teori yang Kesimpulan perkembangan
dikemukakan oleh Pusponegoro motorik halus pada anak autis
dan Solek. Menurut teori autisme harus sering dilatih atau diasah
ringan memiliki IQ yang lebih supaya anak mengalami
tinggi dari autisme sedang dan peningkatan dalam perkembangan
berat. Terbukti dalam penelitian motorik halus. Perkembangan
peneliti anak yang menggalami motorik halus itu membutuhkan
autisme ringan cenderung bisa daya konsentrasi yang baik maka
melakukan tindakan motorik halus harus dilatih setiap hari dan anak
tanpa diajarkan terlebih dahulu, juga membutuhkan motivasi dari
sedangkan pada anak yang keluarga dalam melakukan
menderita autis sedang, dan berat tindakan yang dapat meningkatkan
masih perlu dampingan atau kemampuan motorik halus.
bimbingan dalam melakukan
tindakan motorik halus. 3. Hubungan antara kategori anak
autis berdasarkan perkembangan
2. Sebaran pekembangan motorik motorik halus
halus Berdasarkan penelitian yang
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti dari 30
dilakukan peneliti berdasarkan responden, sebanyak 19 anak
perkembangan motorik halus memiliki perkembangan motorik
diketahui pada anak autisme baik, dengan rincian 9 anak
perkembangan motorik halus (47.4%) kategori autis ringan, dan
kurang sebanyak 11 anak (36.7%), 10 anak (52.6%) kategori autisme
sedangkan anak dengan sedang. Sebanyak 11 anak
perkembangan baik sebanyak 19 perkembangan motorik halusnya
anak (63.6%). kurang, dengan rincian 4 anak
(36.4%) kategori autisme sedang,
Kemampuan motorik halus adalah dan 7 anak (63.6%) kategori
gerak yang menggunakan otot-otot autisme berat.
tertentu saja dan dilakukan oleh
otot-otot kecil. Gerakan motorik Hasil analisis diketahui pearson
halus membutuhkan koordinasi chi-square sebesar 17.697 pada
mata dan tangan, koordinasi gerak taraf p value 0.000. nilai yang
dan daya konsentrasi yang baik. diperoleh ternyata lebih kecil dari
Kemampuan motorik halus perlu 0.05 (secara sistematis dapat
diajarkan dengan tujuan untuk dituliskan 0.000 < 0.05). ini
membantu menguatkan, artinya hipotesis yang menyatakan
memperbaiki koordinasi dan terdapat hubungan antara kategori
keterampilan otot-otot halusnya anak autisme dengan tingkat
7

perkembangan motorik halus pada bertambah anak autis memiliki


anak autisme. banyak pengalaman dan juga
pelajaran yang sudah didapat baik
Kesimpulan anak yang mengalami di sekolah maupun dirumah
autis ringan keluarga dan guru (Suwanti, 2011, hlm 9).
akan lebih mudah melatih
perkembangan motorik halus, Kondisi perkembangan mental
karena anak autis ringan itu dapat pada anak autis pada awal masa
memberikan respon dengan cepat perkembangan umumnya terjadi
saat diberi stimulus sensori. Anak sebelum penderita berusia 18
yang mengalami autis sedang tahun, sehingga dapat
keluarga dan guru harus sabar mempengaruhi perkembangan
dalam melatih perkembangan tingkat integlegensi pasien (dapat
motorik halus, karena pada anak timbul gangguan dari segi kognitif,
autis sedang dapat memberikan bahasa, motorik, dan sosial)
respon walaupun sedikit. (Christanto dkk, 20014, hlm. 324).
Sedangkan pada anak autis yang
menggalami autis berat keluarga Kesimpulan dari hasil yang
dan guru harus lebih sabar melatih ditemukan peneliti dengan hasil
perkembangan motorik halus, teori Suwanti (2011) terdapat
karena pada anak yang perbedaan. Dari hasil penelitian
menggalami autis berat itu peneliti ditemukan semakin
cenderung tidak memberikan bertambahnya usia maka tidak ada
respon, walaupun sudah diberikan perubahan dalam perkembangan
stimulus yang sangat kuat. motorik halus pada anak autis,
bahkan mengalami penurunan
4. Hubungan antara perkembangan perkembangan motorik halus
motorik halus berdasarkan usia karena tidak ada motivasi dari
Berdasarkan penelitian yang keluarga. Sedangkan pada teori
dilakukan peneliti perkembangan Suwanti (2011) dengan
motorik halus berdasarkan usia bertambahnya usia dapat
anak diketahui pada usia anak mempengaruhi perkembangan
memiliki perkembangan motorik motorik, karena anak autis
halus baik sebanyak 15 anak, dan memiliki banyak pengalaman dan
perkembangan motorik halus pelajaran yang didapatkan baik
kurang sebanyak 8 anak. dirumah ataupun disekolah.
Sedangkan usia remaja awal
memiliki perkembangan motorik 5. Hubungan antara perkembangan
halus baik sebanyak 4 anak dan motorik halus berdasarkan Jenis
yang memiliki perkembangan kelamin
motorik halus kurang sebanyak 3 Hasil analisis diketahui jenis
anak. kelamin laki-laki yang mengalami
perkembangan motorik halus baik
Usia dapat mempengaruhi sebanyak 11 anak, sedangkan yang
bagaimana anak autis dapat memiliki perkembangan motorik
berkonsentrasi pada suatu hal, halus kurang sebanyak 10 anak.
karena dengan usia yang semakin Jenis kelamin perempuan yang
8

mengalami perkembangan motorik Kesimpulan hasil analisis yang


halus baik sebanyak 8 anak, peneliti lakukan tidak ada
sedangkan pada anak yang hubungan antara perkembangan
memiliki perkembangan motorik motorik halus anak autisme
halus kurang sebanyak 11 anak. dengan jenis kelamin dan ini
bertentangan dengan hasil teori
Hasil penelitian perkembangan yang dikemukakan oleh Kartika
motoik halus berdasarkan jenis (2014) & Associated for Retarded
kelamin, nilai yang diperoleh Citizens (ARC) dalam Solider
ternyata p value lebih besar dari (2014), dari hasil teori mengatakan
0.05 (secara sistematis dapat bahwa ada hubungan antara jenis
dituliskan 0.000 > 0.05). artinya kelamin dengan perkembangan
tidak ada hubungan antara motorik halus anak autisme
perkembangan motorik halus dengan kategori anak laki-laki
dengan jenis kelamin. lebih tinggi mengalami gangguan
perkembangan saraf.
Risiko anak laki-laki mengalami
autisme dengan gangguan
perkembangan saraf lainnya lebih KESIMPULAN
tinggi dari pada anak perempuan. Berdasarkan hasil penelitian tentang
Menurut pusat pengendalian dan “Perkembangan motorik halus pada
pencegahan penyakit Amerika anak autisme di Sekolah Luar Biasa
Serikat. Sebuah studi Negeri Semarang” dapat disimpulkan
dipublikasikan dalam American sebagai berikut:
Journal Of Human genetik 1. Hasil distribusi kategori anak autis
mengungkapkan sebabnya, anak ringan sebanyak 30 % , kategori
perempuan lebih mampu menahan anak autis sedang sebanyak 46.7 %
mutasi gen sehingga tidak sampai kategori anak autis berat sebanyak
mengganggu perkembangan 23.3 %. Sehingga jumlah
sarafnya (Kartika, 2004). responden yang didapat peneliti
sebanyak 100%.
Menurut (Associated for Retarded 2. Hasil distribusi perkembangan
Citizens (ARC)) dalam Solider motorik halus anak autis kurang
(2014) berbagai penelitian seputar sebanyak 11 (36.7%), sedangkan
karakteristik retardasi mental anak dengan perkembangan baik
dalam populasi telah banyak sebanyak 19 anak (63.6%).
dilakukan. Misalnya saja studi 3. Terdapat hubungan antara kategori
yang dilakukan oleh Faber dan anak autisme dengan tingkat
Mercer. Studi yang disarikan dari perkembangan motorik halus pada
penelitian Faber menggungkapkan anak autisme dapat diterima.
retardasi mental. Untuk rasio 4. Tidak ada hubungan antara
perbandingan jenis kelamin laki- perkembangan motorik halus
laki dan perempuan adalah 3:2 berdasarkan usia
atau dengan kata lain 60% dari 5. Tidak ada hubungan antara
populasi retardasi mental adalah perkembangan motorik halus
laki-laki dan 40% perempuan. berdasarkan jenis kelamin
9

SARAN Christanto, dkk. (2014). Kapita


1. Bagi SLB Negeri Semarang Selekta kedokteran. Edisi ke 4.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan Jakarta: Media Aesculapius
sebagai bahan masukan atau
pertimbangan bagi SLB Negeri Dewi, Rosmala. (2005). Berbagai
semarang dalam melakukan terapi Masalah Anak taman Kanak-
okupasi untuk meningkatkan kanak. Jakarta: Departemen
perkembangan motorik halus anak Pendidikan Nasional
autisme berdasarkan tingkat
derajat autisme.
2. Bagi Institusi Pendidikan Fadli, Aulia. (2010). Buku Pintar
Hasil penelitian ini dapat Kesehatan Anak. Yogyakarta:
menambah wawasan bagi Pustaka Anggrek
mahasiswa khususnya yang terkait
dengan perkembangan motorik Handoko, T. Hani. (2008). Manajemen
halus pada anak autisme Personalia Sumber Daya
berdasarkan kategori anak autisme. Manusia, Edisi Kedua.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Yogyakarta: BPFE
a. Peneliti yang akan melakukan
penelitian selanjutnya, Hasdianah. (2013). Autis pada Anak
disarankan untuk mencari dan (Pencegahan, Perawatan, dan
membaca referensi lain lebih Pengobatan). Yogyakarta:
banyak lagi sehingga hasil Nuha Medika
penelitian selanjutnya akan
semakiin baik serta dapat
Maulana, Mirza. (2014). Anak Autis:
memperoleh ilmu pengetahuan
Mendidik Anak Autis dan
yang baru.
Gangguan Mental Lain
b. Untuk peneliti selanjutnya
Menuju Anak Cerdas dan
diharapkan untuk menambah
Sehat. Jogjakarta: Katahati
kategori anak autis sangat
berat.
c. Hasil penelitian ini diharapkan Maulana. (2009). Promosi Kesehatan.
dapat dijadikan sebagai bahan Jakarta: EGC
rujukan bagi peneliti
selanjutnya yakni dalam Moore, K. L. (2010). Clinically
program studi S.1 Ilmu Oriented Anatomy.
Keperawatan Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. (2005). Buku Ajar Pusponegoro, H. D, Solek P. (2007).
Keperawatan Maternitas Edisi Apakah Anak Kita Autis?.
4. Jakarta: EGC Bandung: Trikarsa

Cecily, lynn., & Linda, A. Raharjo, Desta Saraswati. (2014).


(2009).Buku Saku Pengaruh Terapi Bermain
Keperawatan Pediatrik. Menggunting Terhadap
Jakarta: EGC Peningkatan Motorik pada
10

Anak Autis Usia 11 – 15 Tahun Pedoman Materi Untuk


di SLBN Semarang. Skripsi Mengajar Anak Normal, Autis,
Stikes Telogorejo. Semarang dan Perilaku lain. Jakarta: PT.
Bhuana Ilmu Populer
Riyadi., & Purwanto. (2009). Asuhan
Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Graha Ilmu

Rumini, Sri dan Siti Sundari. (2004).


Perkembangan Anak dan
Remaja. PT Rineka Cipta,
Jakarta.

Soetjiningsih. (2014). Tumbuh


Kembang Anak Edisi 2.
Jakarta: EGC

Stayhorn, Gregory. (2005). Anemia In


Prenancy and Race In The
United States: Balcks at Risk.
Dimuat dalam Jurnal Healt
Services Research: 655

Sukardi. (2008). Metodologi


Penelitian Pendidikan. Jakarta:
PT Bumi Aksara.

Sumantri. (2005). Model


Pengembangan Ketrampilan
Motorik Anak Usia Dini.
Jakarta: Depdiknas

Veskarisyanti, G. A. (2008). 12 Terapi


Autis Paling Efektif & Hemat:
Untuk Autisme, Hiperaktif &
Retardasi Mental. Yogyakarta:
Pustaka Anggrek.

Wiyanti, Novan Ardy. (2014). Buku


Ajar Penanganan Anak Usia
Dini Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Y. Handojo. DR. dr, MPH. (2008).


Autisma: Petunjuk Praktis dan

Anda mungkin juga menyukai