Anda di halaman 1dari 12

HIGEIA 1 (2) (2017)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

FAKTOR RISIKO KEJADIAN AUTISME

Ningrum Pangestu , Arulita Ika Fibriana

Epidemiologi dan Biostatistika, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat,


Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Autisme merupakan suatu kelainan perkembangan otak dengan ciri berupa hambatan interaksi
Diterima Februari 2017 sosial baik verbal maupun non-verbal. Data dari BP-DIKSUS menunjukkan Kota Semarang
Disetujui Maret 2017 mempunyai jumlah siswa autisme tertinggi ketiga di Jawa Tengah, 44 anak. Penelitian ini bertujuan
Dipublikasikan April untuk mengetahui faktor risiko kejadian autisme di Kota Semarang. Jenis penelitian yaitu survei
2017 analitik dengan desain kasus-kontrol. Sampel berjumlah 90 orang dengan 45 kasus dan 45 kontrol
yang diambil dengan cara purposive random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat
Keywords: asfiksia (p=0,000), usia ibu (p=0,006), usia ayah (p=0,021), riwayat penggunaan obat antidepresan
Autism, risk factors (p=0,006), riwayat stres ibu hamil (p=0,003), jumlah kehamilan (p=0,033), jenis kelamin anak
(p=0,030), riwayat pemberian MP-ASI pada anak sebelum usia 6 bulan (p=0,003), riwayat
pendarahan maternal (p=0,020) dan riwayat infeksi ibu hamil (p=0,006) berhubungan dengan
autisme. Sedangkan berat lahir, metode persalinan, riwayat paparan asap rokok pada ibu hamil dan
ras ibu tidak berhubungan dengan autisme (p>0,05). Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
faktor risiko kejadian autisme di Kota Semarang pada tahun 2016 yaitu mempunyai riwayat
asfiksia, usia ibu >30 tahun, usia ayah >35 tahun, pernah menggunakan obat antidepresan,
mengalami stres tinggi saat hamil, kehamilan kedua/seterusnya, anak berjenis kelamin laki-laki,
diberi MP-ASI sebelum usia 6 bulan, mengalami pendarahan maternal dan mengalami infeksi saat
hamil.

Abstract

Autism is neurodevelopmental disorder characterized by impaired social interaction. Data from BP-DIKSUS
shows that number of autism students in Semarang in 2016 is third highest in Central Java, 44 childs.
The purpose of this research is to analyze risk factors of autism in Semarang. Type of this research is analitical
survey with case-control design. Total sampels are 90 peoples with 45 case and 45 control which taken by
purposive random sampling metodh. The result show that history of asphyxia (p=0,000), mother’s age at
delivery (p=0,006), father’s age at delivery (p=0,021), history of antidepressant use (p=0,006), history of
maternal stress (p=0,003), number of pregnancy (p=0,033), child’s sex (p=0,030), history of infant food giving
before 6 months (p=0,003), history of maternal bleeding (p=0,020) and history of maternal infection
(p=0,006) had associated with autism. But birth weight, mode of delivery, history of maternal smoke
exposure and mother’s race are not associated with autism (p>0,05). It can be concluded that risk factors of
autism in Semarang are asphyxia, mother’s age at delivery >30 years old, father’s age at delivery >35 years old,
used antidepressant, high maternal stress, second or more pregnancy, male, given infant food before 6 months,
maternal bleeding and infection.

© 2017 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes e ISSN 1475-222656
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: ningrumpangestu7777@gmail.com

1
Ningrum Pangestu dan Arulita Ika Fibriana /Risiko Autisme / HIGEIA 1 (2)
(2017)
PENDAHULUAN (60%) mengalami pendarahan saat terjadi
kehamilan, 5 orang ibu (25%) pernah
Autisme atau biasa disebut ASD mengkonsumsi obat antidepresan selama masa
(Autistic Spectrum Disorder) merupakan kehamilan, 7 anak (35%) mempunyai riwayat
gangguan perkembangan fungsi otak yang asfiksia, 16 orang ibu (80%) berusia lebih dari
komplek dan sangat bervariasi (spektrum), 30 tahun saat melahirkan, 13 orang ayah
biasanya gangguan ini meliputi cara (65%) berusia lebih dari 33 tahun saat ibu
berkomunikasi, berinteraksi sosial dan melahirkan,
kemampuan berimajinasi. Autisme pertama kali 12 ibu (60%) melakukan persalinan sesar, 10
diperkenalkan oleh Leo Kanner pada tahun orang ibu (50%) sering terkena paparan asap
1943. Kanner mendeskripsikan gangguan ini rokok saat sedang hamil dan 15 orang ibu (75%)
sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi merupakan keturunan atau ras Melayu.
dengan orang lain, gangguan berbahasa yang Dampak dari autisme berbeda-beda pada
ditunjukkan dengan penguasaan bahasa yang setiap tahap perkembangan, dampak autisme
tertunda, echolalia, mutism, pembalikan sebelum masa sekolah yaitu tantrum (ledakan
kalimat, adanya aktivitas bermain repetitive dan emosi), telat berbicara, kurangnya kontak mata
stereotype, rute ingatan yang kuat dan keinginan dan senyum sosial, lebih suka menyendiri dan
obsesif untuk mempertahankan keteraturan di tidak mampu memahami aturan. Setelah
dalam lingkungannya. memasuki usia sekolah perilaku menarik diri
Jumlah siswa autisme di Provinsi Jawa akan berkurang, namun tetap tidak sulit untuk
Tengah mengalami peningkatan meski tidak bersosialisasi dengan anak sebayanya dan tidak
signifikan. Pada tahun ajaran 2014/2015 jumlah dapat berempati, terjadi hambatan
siswa autisme di Provinsi Jawa Tengah sebanyak perkembangan bahasa, dan performa yang tidak
357 orang dan pada tahun ajaran 2015/2016 seimbang dalam tugas-tugas kognitif. Menjelang
menjadi 364 orang (Statistik Sekolah Luar Biasa, dewasa, anak autisme akan memiliki gangguan
2015). Kota Semarang merupakan daerah kualitatif dalam interaksi sosial timbal balik,
dengan jumlah siswa autisme terbanyak ketiga gangguan kualitatif dalam komunikasi dan
di Jawa Tengah setelah Kota Surakarta dan bahasa verbal maupun non verbal. Kelainan
Kabupaten Sukoharjo dengan jumlah siswa autisme menyebabkan terganggunya kognisi
autisme sebanyak 44 orang. (BP-DIKSUS, 2016). sosial, keterampilan dan interaksi sosial,
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang sedangkan tiga hal tersebut merupakan hal yang
dilakukan di pusat terapi anak berkebutuhan sangat penting di kehidupan sosial. Anak
khusus Talenta Semarang, Yayasan Cahaya penyandang autisme memperlihatkan berbagai
Kirana Semarang, BEC Semarang karakteristik yang khas dan seringkali tampak
(Brain Enhancement Centre) dan aneh, terutama dalam hal interaksi sosial,
Sekolah Luar Biasa Negeri Semarang komunikasi dan perilaku. Dari kelainan
didapatkan bahwa jumlah penyandang autisme anatomis dan fungsi dari bagian otak, maka
yaitu sebanyak 90 orang. Jumlah anak yang timbulah gejala yang dapat diamati. Dalam hal
berusia 2,5 tahun yaitu 5 anak (5,6 %), anak interaksi sosial anak autisme akan mempunyai
yang berusia 3 tahun sebanyak 16 anak (17,8 gejala berupa tidak mampu menjalin interaksi
%), yang berusia 4 – 5 tahun sebanyak 36 anak sosial yang cukup memadai, tidak bisa bermain
(40 %) dan 33 anak (36,7 %) berusia 6 – 12 dengan teman sebaya, tidak bisa merasakan apa
tahun. Jumlah laki-laki sebanyak 82,2 % atau yang dirasakan orang lain dan kurangnya
74 anak dan perempuan 17,8 % atau 16 anak. hubungan sosial dan emosional timbal balik.
Studi pendahuluan dilakukan pada orang tua Gejala autisme dalam hal gangguan komunikasi
penyandang autisme yang berusia 2,5 – 5 tahun berupa terlambat berbicara atau bahkan sama
sebanyak 20 orang. Dari studi pendahuluan sekali tidak berkembang, sering menggunakan
tersebut diketahui bahwa 15 anak (75%) bahasa yang aneh dan cara bermain yang kurang
mempunyai berat lahir <2.500 gram, 16 anak variatif. Sedangkan dalam hal gangguan
(80%) tidak diberikan ASI ekslusif, 12 orang ibu
perilaku, gejala autisme berupa terpaku pada suatu
2
Ningrum Pangestu dan Arulita Ika Fibriana /Risiko Autisme / HIGEIA 1 (2)
(2017)
kegiatan yang gangguan aneh), gangguan
sensitif terhadap
ritualistik, ada perkembangan yang dalam interkasi sosial
sensor tertentu).
gerakan- gerakan dialami pada masa (gangguan menolak
Terapi perlu
aneh yang khas, dan anak- anak dan lebih atau menghindar untuk
diberikan untuk
seringkali sangat banyak terdapat pada bertatap muka),
membangun kondisi
terpaku pada bagian- anak laki- laki gangguan dalam
yang lebih baik.
bagian tertentu daripada wanita. bermain (bermain
Terapi juga harus
benda. Autisme dapat sangat monoton),
rutin dilakukan agar
ICD terjadi karena beberapa perilaku yang
apa yang menjadi
(International faktor, yaitu berat lahir, ritualistik, hiperaktif
kekurangan anak
Classification of riwayat asfiksia, usia (senang mengulang
dapat terpenuhi
Diseases) ibu saat melahirkan, gerakan tertentu),
secara bertahap.
mengklasifikasikan usia ayah saat ibu gangguan perasaan dan
Terapi perlu
autisme menjadi 5, melahirkan, metode emosi (mengamuk tak
diberikan sedini
yaitu Childhood persalinan, ras ibu, terkendali), dan
mungkin sebelum
autism (autisme masa riwayat penggunaan gangguan dalam
anak berusia 5
kanak-kanak) yang obat antidepresan, persepsi sensoris
tahun. Sebab,
gejalanya nampak riwayat paparan asap (perasaan
perkembangan pesat
sebelum anak rokok pada ibu hamil,
otak anak umumnya
mencapai usia 3 riwayat stres pada ibu
terjadi pada usia
tahun. Pervasive hamil, jumlah
sebelum 5 tahun,
developmental kehamilan, riwayat
puncaknya pada usia
disorder not otherwise pendarahan maternal,
2-3 tahun. beberapa
specified (PDD- jenis kelamin anak,
terapi yang dapat
NOS) merupakan riwayat pemberian
dilakukan pada anak
gangguan autisme makanan pendamping
autisme yaitu,
yang tidak umum ASI sebelum anak
terapi wicara, terapi
dan terdapat berusia
okupasi, terapi
ketidakmampuan 6 bulan dan riwayat
bermain, terapi
pada beberapa infeksi pada ibu hamil.
perilaku, terapi
perilaku. Rett’s Beberapa faktor
biomedik, terapi
Syndrome yang tersebut akan
medikamentosa dan
hanya dialami oleh mengganggu
terapi sensori
anak wanita. perkembangan otak
integrasi.
Childhood janin baik secara
Penelitian ini
disintegrative disorder langsung maupun
dilakukan dengan
(Gangguan tidak langsung yang
tujuan untuk
disintegrasi masa kemudian akan
mengetahui
kanak-kanak) berujung pada
hubungan antara
gangguan autisme.
berat lahir, riwayat
perkembangan Anak yang
asfiksia, usia ibu saat
dimana mengalami autisme
melahirkan, usia
perkembangan akan mengalami
ayah saat ibu
terjadi dengan gangguan
melahirkan, metode
sangat baik selama perkembangan dalam
persalinan, ras ibu,
beberapa tahun berbagai bidang, yaitu
riwayat penggunaan
sebelum akhirnya gangguan dalam ber-
obat antidepresan,
terjadi kemunduran komunikasi baik
riwayat paparan
yang hebat. verbal maupun non-
asap rokok pada ibu
Asperger syndrome verbal (berkomunikasi
hamil, riwayat stres
dengan bahasa yang
3
Ningrum Pangestu dan Arulita Ika Fibriana /Risiko Autisme / HIGEIA 1 (2)
(2017)
pada ibu hamil, Rancangan penggunaan obat sampel minimal yaitu
jumlah peneliti- an yang antidepresan pada Ibu 44 orang. Penelitian ini
kehamilan, digunakan adalah hamil, riwayat menggunakan
riwayat metode survei paparan asap rokok perbandingan kasus dan
pendarahan analitik dengan pada ibu hamil, kontrol 1 : 1, sehingga
maternal, jenis desain kasus- riwayat stres pada ibu minimal jumlah sampel
kelamin anak, kontrol. hamil, jumlah yang dibutuhkan untuk
riwayat Variabel kehamilan, riwayat kasus dan kontrol yaitu
pemberian bebas dalam pendarahan maternal, sebanyak 88 orang,
makanan penelitian ini jenis kelamin anak, dimana sampel kontrol
pendamping adalah berat riwayat Pemberian merupakan anak normal
ASI sebelum lahir, riwayat makanan pendamping atau yang tidak mengalami
anak berusia 6 asfiksia, usia ibu ASI pada anak dan gangguan autisme dan
bulan dan saat melahirkan, riwayat penyakit telah dilakukan skrinning
riwayat infeksi usia ayah saat infeksi pada Ibu hamil sebelumnya dengan
pada ibu hamil ibu melahirkan, dengan kejadian skrinning anak normal
dengan metode autisme. berdasarkan Peraturan
kejadian persalinan, ras Populasi kasus Menteri Pendidikan
autisme untuk ibu, riwayat dalam penelitian ini Nasional RI No.58 tahun
kemudian penggunaan obat adalah semua anak 2009 tentang Standar
dapat diketahui antidepresan penyandang autisme Pendidikan Anak Usia
faktor risiko pada Ibu hamil, yang melakukan Dini, sedangkan sampel
kejadian riwayat paparan pengobatan di pusat kasus yaitu anak
autisme di Kota asap rokok pada terapi autisme atau penyandang autisme
Semarang pada ibu hamil, riwayat bersekolah di sekolah yang melakukan
tahun 2016. stres pada Ibu anak berkebutuhan pengobatan di pusat
hamil, jumlah khusus di kota terapi autisme atau
METODE kehamilan, semarang pada tahun bersekolah di sekolah
riwayat 2016, yaitu 90 anak. anak berkebutuhan
Penelitia pendarahan Populasi kontrol dalam Teknik
n ini termasuk maternal, jenis penelitian ini yaitu pengambilan sampel
dalam kelamin anak, anak normal atau dalam penelitian ini
penelitian riwayat tidak mengalami menggunakan teknik
explanatory pemberian gangguan autisme, purposive sampling. Kriteria
research, yaitu makanan Penentuan besar inklusi untuk kelompok
menganalisa pendamping ASI sampel minimal untuk kasus dalam penelitian
hubungan pada anak dan kelompok kasus dan ini yaitu anak
variabel- riwayat penyakit kelompok kontrol, penyandang autisme yang
variabel infeksi pada Ibu dengan berdasarkan melakukan pengobatan di
penelitian hamil. pada penelitian pusat terapi autisme atau
dengan Sedangkan terdahulu (penelitian bersekolah di sekolah
menguji variabel terikat yang dilakukan oleh anak
hipotesis yang dalam penelitian Muhartomo), yaitu OR
dirumuskan. ini yaitu kejadian = 4,111, P2 = 7,5%
autisme. dengan tingkat
kepercayaan (Zα) 95%
Hipotesis asfiksia, usia ibu saat
yaitu 1,960.
dalam penelitian ini melahirkan, usia ayah
Berdasarkan
yaitu terdapat saat ibu melahirkan,
perhitungan rumus
hubungan antara metode persalinan, ras
besar sampel
berat lahir, riwayat ibu, riwayat
didapatkan jumlah
4
Ningrum Pangestu dan Arulita Ika Fibriana /Risiko Autisme / HIGEIA 1 (2)
(2017)
berkebutuhan 2009 tentang dilakukan uji n hasil analisis
khusus di kota Standar reliabilitas pada bivariat
semarang, Pendidikan Anak kuesioner me- menunjukan tidak
bertempat Usia Dini. nunjukkan bahwa terdapat hubungan
tinggal di Kota Kuesiner yang apakah instrumen yang signifikan
Semarang, digunakan dalam cukup dapat antara berat lahir
anak dalam penelitian ini dipercaya untuk dengan kejadian
kondisi sehat, bertujuan untuk dapat digunakan autisme di Kota
usia anak 2-5 mengetahui sebagai alat Semarang dengan p
tahun. informasi pengumpul data value = 0,052
Sedangkan mengenai kondisi karena instrumen (p>0,05). Berat lahir
kriteria responden, baik tersebut cukup rendah
eksklusi untuk kondisi fisik baik. Metode diperhitungkan
kelompok maupun psikis pengujiannya sebagai marker bagi
kasus yaitu responden. menggunakan bayi baru lahir
pindah tempat Data yang rumus alpha apakah nantinya
tinggal saat sudah terkumpul memakai berisiko tinggi
dilakukan kemudian akan program SPSS mengalami masalah
penelitian dilakukan versi 16. neurologis,
responden pemeriksaan/vali psikiatrik, dan
yang dalam dasi data, HASIL DAN neuropsikologikal
penelitian ini pemberian kode PEMBAHASAN karena merupakan
adalah orang dan penyusunan indikator masalah
tua sampel, data yang Berdasarka
menolak untuk kemudian akan
pertumbuhan janin dan kejadian autisme. Namun,
berpartisipasi dilakukan analisis
dihubungkan dengan hasil penelitian ini tidak
dalam statistik yang
komplikasi intrapartum sejalan dengan penelitian
penelitian, sesuai. Adapun
dan gangguan neonatal. yang dilakukan oleh
responden analisis statistik
Berat lahir rendah Croen (2011) yang
tidak dapat yang akan
berhubungan dengan menyatakan bahwa berat
mengingat dilakukan dalam
berbagai macam lahir kurang dari
mengenai penelitian ini
kesulitan dalam hal 2.500 gram berhubungan
variabel yang adalah analisis
kognitif dan pskiatrik dengan kejadian autisme.
ditanyakan. univariat dan
pada anak, seperti Adanya perbedaan hasil
Instrum bivariat.
masalah berbahasa dalam penelitian ini dapat
en yang Kuesioner
dan berbicara, masalah diakibatkan karena sudah
digunakan yang akan
sosial, masalah tingginya tingkat
dalam disebar kepada
perhatian, hiperaktif, kesadaran responden
penelitian ini sampel
dan untuk melakukan
adalah penelitian
pemeriksaan kehamilan
kuesioner dan sebelumnya kesulitan dalam demi menjaga kondisi
lembar dilakukan uji memahami/belajar. kehamilan mereka. Hasil
skrinning validitas untuk Penelitian ini juga analisis bivariat dapat
untuk anak mengetahui sejalan dengan dilihat pada tabel 1.
normal apakah alat ukur penelitian yang Berdasarkan hasil
berdasarkan itu (kuesioner) dilakukan oleh Zhang analisis bivariat
Peraturan benar-benar (2010) yang menunjukkan terdapat
Menteri mengukur apa menyatakan bahwa hubungan yang signifikan
Pendidikan yang diukur. berat lahir tidak antara riwayat asfiksia
Nasional RI Selain uji berhubungan dengan dengan kejadian autisme
No.58 tahun validitas juga
5
Ningrum Pangestu dan Arulita Ika Fibriana /Risiko Autisme / HIGEIA 1 (2)
(2017)
di Kota Semarang Muhartomo (2004)
menunjukan perinatal
dengan p value = yang menunjukkan
terdapat yang
0,000 (p<0,05). bahwa terdapat
hubungan yang kemudian dapat
Berdasarkan hasil hubungan antara
signifikan antara mengganggu
penelitian juga riwayat asfiksia
usia ibu saat perkembangan otak
diketahui bahwa dengan kejadian
melahirkan janin yang berujung
anak yang autisme, dengan p
dengan kejadian pada autisme. Usia
mempunyai riwayat value = 0,034.
autisme di Kota Ibu yang semakin
asfiksia berisiko 6,059 Berdasarkan
hasil analisis Semarang dengan bertambah akan
kali lebih besar
bivariat p value = 0,006 menyebab-kan
mengalami autisme
(p<0,05). autoimun Ibu
dari pada anak yang
Berdasarkan berkurang dan
tidak mempunyai
hasil penelitian menyebabkan
riwayat asfiksia.
juga diketahui rentannya Ibu
Gangguan
bahwa Ibu yang terkena infeksi dan
pertukaran gas dan
berusia lebih dari kemudian
transport oksigen
30 tahun saat mengaktifkan sistem
selama masa
melahirkan imun Ibu dan
kehamilan dan
berisiko 3,647 meningkat- kan
persalinan akan
kali lebih besar jumlah sitokine yang
mempengaruhi
untuk anaknya juga dapat mengarah
oksigenasi sel-sel
mengalami pada gangguan
pada tubuh yang
autisme dari pada
kemudian akan perkembangan
Ibu yang berusia
mengakibatkan otak janin
kurang dari 30
gangguan fungsi sel. kemudian menjadi
tahun. Ibu yang
Pada tingkat awal, autisme (Glasson,
lebih tua akan
gangguan pertukaran 2004). Penelitian
berisiko lebih
gas dan transport ini sejalan dengan
tinggi mengalami
oksigen yang dilakukan oleh
komplikasi
menimbulkan Idring (2014) yang
selama persalinan
asidosis respiratorik menyebutkan bahwa
dan kelahiran, hal
dan selanjutnya usia ibu saat
tersebut mungkin
akan terjadi melahirkan akan
dikarenak-an
asfiksia. Apabila meningkatkan risiko
gangguan fungsi
gangguan tersebut autisme dengan OR
otot rahim dan
terus berlanjut, akan = 1,07 (95% CI =
suplai darah,
terjadi metabolisme 1,04-1,11).
yang
anaerobik pada Berdasarkan hasil
kemungkinan
tubuh, yang analisis
juga diperparah
berakibat pada bivariat
dengan kasus
terganggunya menunjukkan
kelahiran pertama
perkembangan otak terdapat hubungan
pada ibu yang
janin. Terganggunya yang signifikan
lebih tua.
perkembangan ada antara usia ayah
Gangguan fungsi
otak janin kemudian saat ibu
otot rahim pada
menyebabkan anak melahirkan dengan
Ibu dapat
mengalami autisme. kejadian autisme di
menyebabkan
Penelitian ini sesuai Kota Semarang
dengan penelitian komplikasi dengan p value =
yang dilakukan oleh
6
Ningrum Pangestu dan Arulita Ika Fibriana /Risiko Autisme / HIGEIA 1 (2)
(2017)
0,021 Setelah pubertas,
(p>0,05). spermatosit
Berdasarkan membelah setiap
hasil 16 hari, dan saat
penelitian mencapai usia
juga diketahui
bahwa ayah
yang berusia
lebih dari 35
tahun saat ibu
melahirkan
berisiko 3,380
kali lebih besar
untuk anaknya
mengalami
autisme dari
pada ayah yang
berusia kurang
dari 35 tahun.
Peningkatan
usia ayah
berhubungan dengan
gangguan
kongenital
tertentu,
seperti
sindrom apert,
hidrosefalus
dan sindrom
down. Selain
itu,
peningkatan
usia ayah
berhubungan
dengan
skizoprenia dan
penurunan
kapasitas
intelektual
janin.
Mekanisme
yang
menjelaskan
gangguan
tersebut
dikenal sebagai
hipotesis copy
error yang
pertama kali
dijelaskan oleh
Penrose.
7
Tabel 1. Distribusi Analisis Bivariat
Kejadian Autisme
No Variabel Kategori Ya Tidak
p value
N % N %
1. Berisiko (<2.500 gr) 23 51,1 13 28,9
Berat lahir Tidak berisiko 0,052
22 48,9 32 71,1
(≥2.500 gr)
2. Ya 28,9
Riwayat asfiksia 32 71,1 13 0,000
Tidak 13 28,9 32 71,1
3. Berisiko (≥30 tahun) 31 68,9 17 37,8
Usia ibu saat Tidak berisiko (<30
melahirkan 14 31,1 28 0,006
tahun) 62,2
4. Usia ayah saat Berisiko (≥35 tahun) 19 42,2 8 17,8
ibu melahirkan Tidak berisiko (<35 0,021
26 57,8 37 82,2
tahun)
5. Metode Sesar 37 82,2 29 64,4
persalinan Normal 8 17,8 16 35,6 0,094
6. Riwayat Ya 14 31,1 3 6,7
penggunaan obat 0,006
antidepresan pada Tidak 31 68,9 42 93,3
ibu hamil
7. Riwayat paparan Sering 23 51,1 21 46,7
asap rokok pada 0,833
ibu hamil Tidak/jarang 22 48,9 24 53,3
8. Melayu 36 80,0 27 60,0
Ras ibu 0,065
China 9 20,0 18 40,0
35,6
9. Riwayat stres Tinggi 31 68,9 16 0,003
pada ibu hamil Tidak Menderita 14 31,1 29 64,4
44,4
10. Jumlah Kedua/seterusnya 31 68,9 20 0,033
kehamilan Pertama 14 31,1 25 55,6
48,9
11. Jenis kelamin Laki-laki 33 73,3 22 0,030
anak Perempuan 12 26,7 23 51,1
12. Riwayat Berisiko (<6 bulan) 32 71,1 17 37,8
pemberian MP- Tidak berisiko (≥6 0,003
13 28,9 28 62,2
ASI pada Anak bulan) 37,8
13. Riwayat infeksi Ya 31 68,9 17 0,006
pada Ibu hamil Tidak 14 31,1 28 62,2
14. Riwayat Ya 29 64,4 17 37,8
pendarahan 0,020
maternal Tidak 16 35,6 28
62,2

35 tahun, kira-kira telah terjadi 540 pembelahan yang menyatakan bahwa usia ayah saat ibu
sel. Hal tersebut kemudian mengakibatkan melahirkan berhubungan dengan kejadian
mutasi genetik de novo yang merupakan hasil dari autisme dengan OR = 1,07 (95%CI = 1,04-1,10).
gangguan atau kesalahan replikasi dan Penelitiaan ini juga mendapatkan hasil yang
kesalahan mekanisme repair/perbaikan DNA. sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mutasi tersebut terakumulasi dengan Zhang (2010) yang menyatakan bahwa usia ayah
bertambahnya usia ayah hal tersebut kemudian saat ibu melahirkan berhubungan dengan
menyebabkan adanya kelainan kromosom kejadian autisme, dengan p value = 0,003.
pada anak dan menyebabkan terganggunya Berdasarkan hasil analisis bivariat
perkembangan otak pada anak kemudian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
menyebabkan autisme (Kolevzon, 2007). signifikan antara riwayat penggunaan obat
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang antidepresan dengan kejadian autisme di Kota
dilakukan oleh Idring (2014)
Semarang dengan p value = 0,006 (p<0,05).
hamil. Stres atau kondisi tidak bahagia pada ibu
Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui
selama masa kehamilan dapat meningkatkan
bahwa Ibu yang mempunyai riwayat
jumlah hormon seperti adrenalin di dalam tubuh
penggunaan obat antidepresan saat hamil
ibu hamil, dan kemudian mengakibatkan
berisiko 6,323 kali lebih besar untuk anaknya
vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh
mengalami autisme dari pada Ibu yang tidak
darah pada plasenta yang dapat mempengaruhi
mempunyai riwayat penggunaan obat anti-
aliran darah pada otak janin, atau secara
depresan saat hamil. Paparan obat antidepresan
langsung mempengaruhi jumlah hormon pada
golongan penghambat pelepasan selektif
janin dan mengganggu perkembangan janin
Serotonin saat masa kehamilan akan menyebab-
terutama perkembangan pada otak janin
kan tingkat serotonin yang tidak normal. Selama
kemudian menjadi autisme (Zhang, 2010).
masa kehamilan, serotonin akan mencapai
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
organ target dengan sangat cepat dan
dilakukan oleh Zhang (2010) yang menyebutkan
mendahului neotransmitter lain. Serotonim
bahwa stres/kondisi yang tidak bahagia pada ibu
bersifat menggangu perkembangan organ target
hamil dapat meningkatkan risiko kejadian
(trofik), menentukan penambahan dan pem-
autisme, dengan p value = 0,000. Sebagian besar
bentukan dendrit, sinaptogenesis,
penyebab dari tingginya stres pada ibu hamil di
neurogenesis dan organisasi korteks. Tidak
kota Semarang terjadi karena adanya masalah
normalnya tingkat serotonin akan
dengan anggota keluarga, meninggalnya kerabat
mengakibatkan gangguan maturasi neuron
atau anggota keluarga dan mengalami
target dan gangguan pem- bentukan dendrit
perselisihan dengan suami.
dan sinaps. Hilangnya serotonin pada pariode
Berdasarkan hasil analisis bivariat
awal perkembangan fetus menyebabkan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
pengurangan permanen jumlah neuron di
signifikan antara jumlah kehamilan dengan
hipokampus dan korteks otak. Perkembangan
kejadian autisme di Kota Semarang dengan p
otak pada janin akan terganggu dengan tidak
value = 0,033 (p<0,05). Berdasarkan hasil
normalnya tingkat serotonin dan kemudian
penelitian juga diketahui bahwa Ibu yang
menyebabkan autisme (Croen, 2011). Penelitian
mengalami kehamilan kedua atau seterusnya
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
berisiko 2,768 kali lebih besar untuk anaknya
oleh Croen (2011) yang menyatakan bahwa
mengalami autisme dari pada Ibu yang
riwayat penggunaan obat antidepresan
mengalami kehamilan pertama. Jumlah
berhubungan dengan kejadian autisme. Paparan
kehamilan yang tinggi akan mengakibatkan
obat antidepresan golongan penghambat
uterus darah terganggu. Kehamilan yang
pelepasan selektif serotonin selama trimester
berulang-ulang akan mengakibatkan dinding
pertama secara signifikan berhubungan dengan
pembuluh darah uterus rusak dan kemudian
autisme, sama halnya dengan adanya riwayat
akan mempengaruhi jalan nutrisi dari ibu ke
paparan antidepresan golongan ini dalam waktu
janin sehingga perkembangan otak janin tidak
satu tahun sebelum persalinan yang juga
maksimal atau bahkan terganggu sehingga
meningkatkan risiko autisme (Croen, 2011).
menyebabkan autisme (Zhang, 2010). Penelitian
Berdasarkan hasil analisis bivariat
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
oleh Zhang (2010) yang menyebutkan bahwa
signifikan antara riwayat riwayat stress pada ibu
jumlah kehamilan berhubungan dengan
hamil dengan kejadian autisme di Kota
kejadian autisme, dengan p value = 0,01.
Semarang dengan p value = 0,003 (p<0,05).
Berdasarkan hasil analisis bivariat
Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bahwa Ibu yang mempunyai riwayat stres tinggi
signifikan antara jenis kelamin anak dengan
saat hamil berisiko 4,013 kali lebih besar untuk
kejadian autisme di Kota Semarang dengan p
anaknya mengalami autisme dari pada Ibu yang
value = 0,030 (p<0,05). Berdasarkan hasil
mempunyai riwayat stres sedang/rendah saat

penelitian juga diketahui bahwa anak laki-laki berisiko 2,875 kali lebih besar untuk mengalami
autisme dari pada anak perempuan. Autisme
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
lebih dominan terjadi pada anak dengan jenis
signifikan antara riwayat pendarahan maternal
kelamin laki-laki, hal tersebut dikarenakan
dengan kejadian autisme di Kota Semarang
terjadinya proses genetik tertentu yang kemudian
dengan p value = 0,020 (p<0,05). Berdasarkan
berujung pada dominannya laki-laki mengalami
hasil penelitian juga diketahui bahwa Ibu yang
autisme, termasuk kausatif gen yang melekat
mengalami pendarahan maternal berisiko 2,985
pada kromosom X (X-linked disorders) dan
kali lebih besar untuk anaknya mengalami
imprinting gen (Johnson, 2007). Penelitian ini
autisme dari pada Ibu yang tidak mengalami
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
pendarahan maternal. Terjadinya pendarahan
Linda Dodds, dkk (2010) yang menyebutkan
pada ibu hamil akan menyebabkan berkurangnya
bahwa jenis kelamin berhubungan dengan
suplai oksigen dan glukosa dan kemudian
kejadian autisme, dengan RR = 4,13 (95% CI
mengakibatkan terjadinya metabolisme anaerob,
= 3,50-4,87), dimana anak dengan jenis kelamin
kurangnya ATP dan terjadinya penimbunan
laki-laki lebih berisiko mengalami autisme.
asam laktat akan mempercepat proses
Berdasarkan hasil analisis bivariat
kerusakan sel-sel otak dan juga menyebabkan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
kerusakan pompa ion sehingga terjadi
signifikan antara riwayat pemberian makanan
depolarisasi anoksik yang mengakibatkan
pendamping ASI dengan kejadian autisme di
keluarnya ion K+ dan masuknya ion Na+ dan
Kota Semarang dengan p value = 0,003
Ca2+ ke dalam sel bersamaan dengan masuknya
(p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian juga
ion Na+ dan Ca2+ air juga ikut masuk dan akan
diketahui bahwa anak yang diberi makanan
menimbulkan edema kemudian mengakibatkan
pendamping ASI sebelum berusia 6 bulan
kerusakan sel otak pada janin. Hasil penelitian
berisiko 4,054 kali lebih besar mengalami
tersebut sejalan dengan penelitian yang
autisme dari pada anak yang diberikan
dilakukan oleh Muhartomo (2004) yang
makanan pendamping ASI setelah berusia 6
mengemukakan bahwa riwayat pendarahan
bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
maternal berhubungan dengan kejadian
anak yang sudah diberikan makanan
autisme dengan p value = 0,014. Penelitian ini
pendamping ASI sebelum berusia 6 bulan
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
sebagian besar diberi susu formula, susu kedelai
oleh Dodds (2010) yang meyatakan bahwa
dan juga madu. Pemberian Makanan
pendarahan maternal berhubungan dengan
pendamping ASI terlalu dini pada anak atau
kejadian autisme dengan RR = 2,00 (95% CI =
sebelum anak berusia 6 bulan akan
1,16-3,47).
mengakibatkan tidak seimbangnya nutrisi (lebih
Berdasarkan hasil analisis bivariat
atau kurang) yang masuk ke dalam tubuh anak.
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
Selain itu, pemberian makanan pada anak
signifikan antara riwayat infeksi selama masa
dengan jumlah vitamin yang tinggi seperti pada
kehamilan dengan kejadian autisme di Kota
susu formula akan meningkatkan risiko
Semarang dengan p value = 0,006 (p<0,05).
kelebihan vitamin. Pemberian vitamin
Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui
tambahan dalam bentuk susu formula maupun
bahwa Ibu yang mempunyai riwayat infeksi saat
makanan lainnya pada bayi secara dini atau
hamil berisiko 3,647 kali lebih besar untuk
sebelum anak berusia 6 bulan akan berujung
anaknya mengalami autisme dari pada Ibu yang
pada neurotoksisitas dan terganggunya
tidak mempunyai riwayat infeksi saat hamil. Ibu
metabolisme monoamino neurotransmitter
yang mengalami infeksi pada trimester pertama
seperti serotonin dalam sistem saraf pusat dan
kehamilannya akan meningkatkan risiko
menganggu perkembangan otak sehingga
autisme. Penelitian yang telah dilakukan
menyebabkan autisme (Zhou, 2013).
sebelumnya menduga bahwa peningkatan risiko
Berdasarkan hasil analisis bivariat
autisme dapat terjadi secara langsung, yaitu
masuknya organisme infeksius melalui plasenta
dan kemudian memasuki janin atau secara tidak

langsung yaitu melalui aktifnya sistem imun ibu. Aktifnya sistem imun ibu hamil akan meningkatkan
jumlah sitokine yang kemudian dapat
pada aktivitas neurotransmitter, serta
menyebabkan perkembangan yang tidak normal
meningkatkan jumlah testosterone uintrauterin
pada otak seperti autisme (Ousseny,
(Lyall, 2014). Hasil penelitian ini tidak sesuai
2013).Penelitian ini sejalan dengan penelitian
dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhang
yang dilakukan oleh Zhang (2010) yang
(2010) yang menyatakan bahwa riwayat paparan
mengemukakan bahwa infeksi pada ibu hamil
asap rokok pada ibu hamil berhubungan dengan
berhubungan dengan kejadian autisme dengan
kejadian autisme dengan p value = 0,01.
OR = 3,29 (95% CI = 1,02-10,60).
Perbedaan hasil penelitian ini dapat terjadi
Berdasarkan hasil analisis bivariat
karena sudah tingginya kesadaran ibu dan ayah
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
mengenai buruknya asap rokok bagi ibu hamil
signifikan antara metode persalinan dengan
terutama bagi tumbuh kembang janin yang
kejadian autisme di Kota Semarang dengan p
sedang dikandung. Maka dari itu para ibu hamil
value = 0,094 (p>0,05). Persalinan sesar
akan menghindari paparan asap rokok baik dari
berpengaruh pada kehamilan meskipun hanyak
suami, keluarga maupun rekan kerja, sedangkan
sedikit, persalinan sesar dapat mengakibatkan
bagi ayah juga sudah memiliki kesadaran untuk
stress pada ibu maupun anak, terutama jika
tidak merokok di sekitar ibu hamil.
dilakukan secara spontan (Brimacombe, 2007).
Berdasarkan hasil analisis bivariat
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
oleh Zhang (2010) yang mengemukakan bahwa
signifikan antara ras ibu dengan kejadian autisme
metode persalinan tidak berhubungan dengan
di Kota Semarang dengan p value = 0,063
kejadian autisme dengan p value = 0.050 (95%
(p>0,05). Pada wanita hamil yang merupakan
CI
ras kulit hitam tingkat testosterone lebih tinggi
= 0,99-3,25). Hasil dari penelitian ini tidak
dari pada ibu hamil ras kulit putih. Tingginya
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
risiko autisme pada anak wanita ras hitam
Dodds (2010) yang menyebutkan bahwa metode
disebabkan karena tingginya jumlah
persalinan sesar berhubungan dengan kejadian
testosterone tersebut (James, 2012). Dalam
autisme dengan RR (Relative Risk) = 1,23 (95%
penelitian ini dapat diketahui bahwa orang
CI = 1,06-1,44). Perbedaan tersebut dapat terjadi
dengan kulit lebih gelap (ras melayu) tidak
karena selama beberapa tahun terakhir di
mempunyai risiko yang lebih tinggi
Indonesia termasuk di kota Semarang, jumlah
dibandingkan kulit putih (ras china).
persalinan sesar sangat meningkat hal tersebut
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
dikarenakan banyak ibu yang lebih memilih
yang dilakukan oleh Croen (2011) yang
persalinan sesar karena dianggap tidak terlalu
menyebutkan bahwa ras berhubungan dengan
sakit dan luka cepat sembuh sehingga
kejadian autisme dengan p value = 0,04.
memudahkan untuk tetap beraktivitas setelah
Perbedaan dalam hasil penelitian ini dapat
proses persalinan.
terjadi karena dalam penelitiannya, Croen
Berdasarkan hasil analisis bivariat
membandingkan antara ras/etnis Asia dengan
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
Eropa sedangkan dalam penelitian ini
signifikan antara riwayat paparan asap rokok
membandingkan antara ras China dan Melayu,
pada ibu hamil dengan kejadian autisme di Kota
serta dapat diketahui bahwa ras asli Indonesia
Semarang dengan p value = 0,833 (p>0,05).
adalah ras Melayu yang menyebabkan jumlah
Paparan asap rokok pada ibu hamil dapat
orang yang merupakan ras Melayu jauh lebih
meningkatkan risiko autisme melalaui berbagai
banyak dibandingkan dengan ras China.
mekanisme, seperti insufisiensi plasenta,
menurunkan jumlah aliran darah dan oksigen ke
PENUTUP
otak, mengubah ekspresi gen di otak janin,
altered reseptor nikotin, perubahan persisten
Faktor risiko kejadian autisme di Kota
Semarang pada tahun 2016 yaitu, mempunyai
riwayat asfiksia, usia ibu >30 tahun, usia ayah
>35 tahun, pernah menggunakan obat
Lyall, K., Schmidt, R. J. dan Hertz-Picciotto, I.
antidepresan, mengalami stres tinggi saat hamil,
2014. Maternal Lifestyle and Environmental
kehamilan kedua/seterusnya, anak berjenis
Risk Factors for Autism Spectrum
kelamin laki-laki, diberi MP-ASI sebelum usia 6
Disorders. International Journal of Epidemiology,
bulan, mengalami pendarahan maternal dan 43(2): 443-
mengalami infeksi saat hamil. Perlu dilakukan 464
penelitian lebih lanjut mengenai faktor risiko Muhartomo, H. 2004. Faktor-Faktor yang Berpengaruh
autisme dengan jumlah sampel yang lebih besar Terhadap Kejadian Autisme (The Risk Factors
dan variabel-variabel lain di luar penelitian ini of Autism). Tesis. Semarang: Pasca Sarjana
yang diduga juga berpengaruh dengan kejadian Universitas Diponegoro
autisme seperti tingkat ekonomi dan riwayat Notoatmodjo, S. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta
penyakit psikiatrik pada orang tua.
Zerbo, O., Qian, Y., Yoshida, C., Grether, J.K., dan
de Water, J.V. 2015. Maternal Infection
DAFTAR PUSTAKA During Pregnancy and Autism Spectrum
Disorders, Journal of Autism and Developmental
BP-DIKSUS. 2016. Informasi tentang Anak Disorders, 45(12): 4015-4025
Berkebutuhan Khusus. Semarang: Balai Zhang, X., Cong-Chao Lv, Tian, J., Miao, R., Xi, W.,
Pengembangan Pendidikan Khusus Hertz-Picciotto, I., dan Qi, L. 2010. Prenatal
Brimacombe, M., Ming,X., dan Lamendola,M. and Perinatal Risk Factors for Autism in
2007. Prenatal and Birth Complications in China. Journal of Autism and Developmental
Autism. Maternal and Child Health Journal, Disorders, 40(11): 1311-1321
11(1): 73-79 Zhou, S., Zhou, Y., Li, D. dan Ma, Q. 2013. Early
Croen, L. A., Grether, J.K., Yoshida, C.K., Odouli, Infant Exposure to Excess Multivitamin: A
R., dan Hendrick, V. 2011. Antidepressant Use Risk Factor for Autism?. Autism Research and
During Prenancy and Childhood Autism Treatment, 2013(2013): 1-8
Spectrum Disorders. Arch Gen Psychiatry,
68(11): 1104-1112
Glasson, E.J., dkk. 2004. Perinatal Factors and the
Development of Autism. Arch Gen Psychiatry,
61(6): 618-627
Idring, S., Rai, D., Dal, H., Dalman, C., Sturm, H.,
Zander, E., Lee, B.K., Serlachius, E., dan
Magnusson, C. 2014. Parental Age and The
Risk of Autisme Spectrum Disorders: Findings
from a Swedish Population-based Cohort.
International Journal of Epidemiology, 43(1):
107-
115
James, W.H. 2012. A Potential Explanation of
Some Established Major Risk Factors for
Autism. Developmental medicine & Child
Neurology, 54(4): 301-305
Johnson, C. P., dan Myers, S. M. 2007. Identification
and Evaluation of Children with Autism
Spectrum Disorders. PEDIATRICS, 120(5):
1183-1215
Kolevzon, A., Gross, R. Dan Reichenberg, A. 2007.
Prenatal and Perinatal Risk Factors for
Autism. Archieves of pediatrics & adolescent
medicine, 161(4): 326-333
Laila, F. dan Sugiharto. 2017. Keluhan Dermatosis
pada Pekerja Pengupas Singkong. HIGEIA,
1(1): 65-72

Anda mungkin juga menyukai