2) Suplai lemak subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang
besar dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah
menghantarkan panas pada lingkungan.
3) Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi
melalui konduksi, konveksi, radiasi, evaporasi.
4) Trauma dingin (hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungannya
dengan asidosis metabolic dapat bersifat mematikan, bahkan pada bayi
cukup bulan yang sehat.
Sesaat sesudah bayi lahir, bayi akan berada ditempat yang suhunya
lebih rendah dari dalam kandungan dan salam keadaan basah. Bila bayi
dibiarkan dalam suhu kamar 25C, maka bayi akan kehilangan panas
melalui evaprasi, konveksi, konduksi, dan radiasi sebanyak 200
kalori/kgBB/menit. Sementara itu, pembentukanpanas yang dapat
diproduksi hanya sepersepuluh dari pada yang tersebut diatas dalam waktu
yang bersamaan. Hal ini akan menyebabkan bayi menderita hipotermi
atau trauma dingin (cold injury). Bayi baru lahir dapat mempertahankan
suhu tubuhnya dengan mengurangi konsumsi energi, serta merawatnya di
dalam Natural Thermal Environment (NTE), yaitu lingkungan rata-rata
dimana produksi panas, pemakaian okseigen, dan kebutuhan nutrisi untuk
pertmbuhan adalah minimal agar suhu tubuh menjadi normal. Cara
mencegah kehilangan panas pada pada bayi dengan upaya antara lain:
a) Keringkan bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan
ketuban pada tubuh bayi, keringkan bayi dengan handuk atau kain
yang telah disiapkan di atas perut ibu. Mengeringkan dengan
menyeka tubuh bayi juga merupakan rangsangan taktil untuk
memulai bayi, memulai pernafasannya.
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
6
Rooting dan Bayi baru lahir menolehkan Respons yang lemah atau
menghisap kepala kea rah stimulus, tidak ada respons
membuka mulut dan terjadi pada prematuritas,
memulai menghisap bila penurunan atau cedera
pipi, bibir atau sudut mulut neurologis, atau depresi
bayi disentuh dengan jari system syaraf pusat ( SSP)
atau putting.
Menelan Bayi baru lahir menelan Muntah, batuk dan
berkooordinasi dengan regurgitasi cairan dapat
menghisap bila cairan terjadi, kemungkinan
ditaruh di belakang lidah. berhubungan dengan
sianosis sekunder karena
prematuritas, deficit
neurologis, atau cedera
terutama terlihat setelah
laringoskopi.
Ekstrusi Bayi baru lahir Ekstrusi lidah secara
menjulurkan lidah keluar kontinu atau menjulurkan
bila ujung lidah disentuh lidah yangb berulang-
dengan jari atau ulng
putting. terjadi pada kelainan
SSP
8
Eksensi silang Kaki bayi yang berlawanan Respon yang lemah atau
akan fleksi dan kemudian tidak ada refpon yang
akan ekstensi dengan cepat terlihat pada cedera saraf
seolah olah akan porifera atau fraktur tulang
memindahkan stimulus ke panjang.
kaki yang lain bila
diletakkan terlentang, bayi
akan mengekstensikan satu
kaki sebagai respons
terhadap stimulus pada
telapak kaki
4. Partway
saat usia seharusnya, menetap atau muncul kembali pada usia yang tidak
seharusnya, dan muncul asimetris adalah penanda klinis penting dari berbagai
gangguan neurologi dan perkembangan bayi. Pemeriksaan refleks primitif
penting dilakukan pada neonatus dan infant untuk mendeteksi secara dini
adanya gangguan neurologis dan gangguan perkembangan (Vargiami &
Zafeiriou, 2020).
Refleks primitif adalah respons motorik involunter yang berasal dari
batang otak yang mulai muncul saat usia kehamilan 25 minggu dan
sepenuhnya terbentuk setelah lahir pada bayi aterm. Refleks primitif adalah
refleks dasar yang penting dalam memfasilitasi kelangsungan hidup. Respons
motorik involunter ini akan digantikan dengan refleks motorik volunter saat
otak mengalami maturasi di usia 4–6 bulan. Refleks primitif yang tidak muncul
saat usia seharusnya, menetap atau muncul kembali pada usia yang tidak
seharusnya, dan muncul asimetris adalah penanda klinis penting dari berbagai
gangguan neurologi dan perkembangan bay (Vargiami & Zafeiriou, 2020).
Teknik pemeriksaan refleks primitif adalah dengan mencoba
mencetuskan respon motorik involunter yang normal ada pada neonatus dan
bayi hingga usia 4-6 bulan. Berikut pemeriksaan refleks menurut Vargiami &
Zafeiriou (2020) yaitu :
a. Refleks Moro
Refleks Moro atau refleks terkejut merupakan respons protektif
terhadap gangguan keseimbangan tubuh yang terjadi secara
mendadak. Refleks ini muncul saat dilakukan manuver pull-to-sit,
yaitu lengan dilepaskan ketika terdapat sedikit celah antara leher dan
tempat tidur bayi sehingga bayi seolah-olah mendapatkan sensasi
“terjatuh” secara tiba-tiba.
Pemeriksaan refleks moro juga dapat dilakukan dengan cara
mengangkat bayi sepenuhnya dari tempat tidur, dengan menyangga
bagian kepala dan trunkus menggunakan kedua tangan saat bayi
dalam posisi supinasi. Kemudian, diikuti dengan menurunkan bayi
secara cepat. Manuver ini akan menyebabkan abduksi simetris kedua
19
lengan dan ekstensi jari–jari tangan diikuti dengan fleksi dan adduksi
lengan. Respons ini juga dapat muncul saat terdapat suara yang
muncul secara tiba–tiba.
Refleks Moro lemah pada bayi prematur dibandingkan dengan
bayi aterm karena tonus otot dan resistensi terhadap pergerakkan
pasif yang buruk. Refleks Moro muncul sejak usia gestasi 28 minggu
dan akan hilang ketika bayi berusia 6 bulan
b. Grasping Reflex
Pemeriksaan grasping reflex atau refleks menggenggam
dilakukan dengan cara meletakkan tangan atau objek pada bagian
palmar. Manuver ini akan menyebabkan fleksi jari-jari tangan bayi,
sehingga akan menggenggam tangan atau objek. Refleks ini selain
muncul pada bagian tangan juga muncul pada bagian kaki. Grasping
reflex pada bagian kaki dapat muncul bila dilakukan goresan pada
bagian tengah kaki dan respons yang terjadi adalah jari-jari kaki
fleksi seolah akan menggenggam. Grasping reflex atau refleks
menggenggam sudah muncul sejak usia gestasi 28 minggu dan akan
hilang ketika bayi berusia 6 bulan.
c. Snout Reflex
Pemeriksaan dilakukan dengan mengetuk ringan bagian atas
bibir dengan menggunakan jari atau palu refleks. Manuver ini akan
menyebabkan kontraksi bilateral otot sekitar mulut, seolah bibir
mencucu.
d. Rooting Reflex
Pemeriksaan dilakukan dengan menggoreskan jari secara ringan
pada bagian pipi, atau dengan membawa suatu objek ke lapang
pandang bayi. Manuver ini akan menyebabkan bayi menoleh ke arah
tersebut dan membuka mulut. Rooting reflex akan dimulai sejak usia
kehamilan 32 minggu dan menghilang ketika bayi berusia 1 bulan.
20
e. Refleks Menghisap
Pemeriksaan refleks menghisap atau sucking reflex dilakukan
dengan cara menstimulasi area oral, atau dengan memasukkan objek
ke dalam mulut. Refleks ini mulai muncul pada usia gestasi 14
minggu dan akan menghilang saat usia bayi 3-4 bulan.
f. Asymmetric Tonic Neck Reflex
Pemeriksaan asymmetric tonic neck reflex dilakukan dengan
merotasi kepala bayi 90 derajat ke satu sisi selama 15 detik saat bayi
berada dalam posisi supinasi. Respons yang ditimbulkan akibat
manuver ini adalah lengan dan kaki pada sisi yang searah dengan
arah rotasi wajah akan mengalami ekstensi, sedangkan lengan dan
kaki kontralateral akan mengalami fleksi. Respons ini akan
memberikan gambaran postur “fencing”. Pemeriksaan ini diulang
dengan melakukan rotasi kepala ke sisi lainnya. Refleks ini muncul
sejak usia kehamilan 35 minggu dan menghilang di usia bayi 3
bulan.
g. Refleks Glabellar
Refleks glabellar muncul sebagai respons pengetukkan berulang
pada regio wajah di antara kedua alis bayi. Respons yang muncul
akibat stimulasi ini adalah bayi akan mengedipkan mata, dan respons
ini akan menghilang setelah 4 sampai 5 ketukan. Pemeriksaan
dilakukan dari atas dan belakang bayi untuk mengilangkan stimulus
visual. Refleks glabellar merupakan respons untuk melindungi mata
bayi dari cedera.
h. Refleks Babinski
Refleks Babinski positif bila terdapat dorsofleksi bagian ibu jari
kaki dan mekarnya jari kaki lain bila diberikan rangsangan goresan
pada bagian lateral telapak kaki. Refleks ini bisa menetap hingga
usia 2 tahun, dan dapat mulai menghilang pada usia 1 tahun.
i. Stepping Reflex
21
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Huda et al. (2015) pemeriksaan penunjang pada bayi BBLR
adalah sebagai berikut :
a. Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat
sampai 23.000 – 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun
bila ada sepsis)
b. Hematokrit (Ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisetmia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic perinatal).
c. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis berlebih).
d. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari,
dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata – rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga.
f. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya
g. Pemeriksaan analisa gas darah
8. Penatalaksanaan BBL
Menurut Kemeskes RI (2013) penalaksanaan untuk BBLN adalah
sebagai berikut :
a. Membersihkan Jalan Napas
Kemudian kedua kelopak matanya dibersihkan dengan kapas
atau kain kasa steril satu demi satu,dimulai dari luar
kedalam.Sesudah bayi lahir lengkap,saat lahir segera dicatat dengan
jam waktu (stopwatch). Kemudian kedua kaki bayi dipegang dengan
satu tangan,sedangkan tangan yang lain memegang kepala bayi yang
lebih rendah dengan sudut ± 300 daripada kaki dengan posisinya
23
i) Penyakit kehamilan :
j) Imunisasi TT :
k) Pemeriksaan kehamilan : dr ( ) bidan ( ) frekuensi....
l) Penggunaan obat-obatan ( ), alkohol ( ), rokok ( ), terpapar radiasi (
)
2) Natal
a) Tempat melahirkan :
b) Jenis persalinan :
c) Lama persalinan :
d) Penolong persalinan :
e) BB waktu lahir :
f) TB waktu lahir :
g) Posisi janin waktu lahir :
h) Cara untuk memudahkan persalinan :
i) Komplikasi waktu lahir :
3) Posnatal (Neonatal)
a) Kondisi bayi : menangis ( ), tidak menangis ( )
b) APGAR score : 1 menit...... 5 menit.........
c) Pengeluaran mekonium :
d. Riwayat Kesehatan Keluarga (genogram)
e. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
a) Bentuknya (lonjong, bundar/tidak )
b) Besarnya (normal, mikrocepalus, hydrocephalus / tidak )
c) Ubun-ubun besar/kecil, sudah menutup/belum
d) Bila belum menutup teraba cekung, datar, cembung, tegang/tidak
e) sutura-sutura teraba tidak
2) Rambut
a) Warnanya (hitam, merah jagung, putih)
b) Kesuburannya (lebat, tipis/tidak )
c) Mudah rontok/tidak, botak/tidak
19
3) Muka
a) Pucat, cemas, kuning, merah, biru (sianosis)
b) Kulit wajah : halus, kasar, jerawatan / tidak
c) Hiperpigmentasi melantonik ada atau tidak
4) Mata
a) Simetris/tidak, juling, buta/tidak (kelopak mata / bulu mata lengkap
/tidak )
b) Selaput lender mata pucat / tidak
c) Bintik bitot ada / tidak
d) Penyakit mata akut / kronis, tumor / tidak
5) Hidung
a) Bersih / tidak
b) Pilek / tidak, polip / tumor ada / tidak
c) Dapat membedakan bau-bauan atau tidak
6) Mulut
a) bersih / tidak, berbau / tidak
b) Bibir pucat / tidak, stomatitis / tidak
c) Gusi bersih
d) Lidah kotor, tenggorokan bersih / tidak, pharynx membesar / tidak,
tonsil membesar / tidak
7) Telinga
a) Bersih / tidak
b) Pernah keluar cairan / tidak
c) Dapat mendengar dengan baik / tidak
8) Leher
a) Bentuknya : pendek, sedang, panjang
b) Pembesaran kelenjar thyroid ada / tidak, pembesaran kelenjar
lymphe
ada / tidak
c) Hiperpigmentasi pada kulit leher / tidak
20
menururn
- Kapasitas vital
menurun
2. Gejala dan Tanda Mayor Bayi baru lahir Bersihan jalan
DS : ↓ napas tidak
- Perubahan fisiologis efektif (D.0149)
DO : ↓
- Batuk tidak efektif Sistem respirasi
- Tidak mampu batuk ↓
- Sputum berlebih Hipoksia, tekanan
- Mengi, wheezing pada rongga dada,
dan/atau ronkhi kering penumpukan CO₂,
- Meoknium di jalan perubahan suhu
napas (pada neonatus) ↓
Merangsang saraf
Gejala dan Tanda Minor pernapasan
DS : ↓
- Dispnea Pernapasan pertama
- Ortopnea bayi
DO : ↓
- Sianosis Pengeluaran cairan
- Bunyi napas menurun paru
- Frekuensi napas ↓
berubah Cairan pada jalan
- Pola napas berubah napas
Bersihan jalan napas
tidak efektif
3. Gejala dan Tanda Mayor Bayi baru lahir Defisit Nutrisi
DS : ↓ (D. 0019)
- Perubahan fisiologis
DO : ↓
- Berat badan menurun Sistem GI
minimal 10% dibawah ↓
rentang ideal Asam lambung ↓
↓
Gejala dan Tanda Minor Kolik
DS : ↓
- Nafsu makan menurun Distress diantara
DO : waktu makan
- Bising usus hiperaktif ↓
- Membran mukosa Defisit nutrisi
pucat
- Diare
- peningkatan panas
DO : ↓
- Akrosianosis Hipotermia
- Bradikardi
- Hipoksia
- Pengisian kapiler > 3 s
- Konsumsi oksigen
menurun
- Ventilasi menurun
- Kutis memorata (pada
neonatus)
3. Diagnosa Keperawatan
Berikut diagnosa keperawatan menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) :
a. Pola napas tidak efektif
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Hambatan upaya napas (mis. kelemahan otot pernapasan)
2) Penurunan energi
b. Bersihan jalan napas tidak efektif
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Sekresi yang tertahan
2) Infeksi saluran napas
c. Defisit Nutrisi
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Ketidakmampuan menelan makanan
d. Perfusi perifer tidak efektif
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Penurunan aliran arteri dan/atau vena
2) Gagal jantung kongestif
3) Kelaianan jantung kongenital
4) Trombosis arteri
5) Trombosis vena dalam
e. Risiko infeksi
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Efek prosedur invasif
25
tetap apneu
- Berikan ventilasi dengan frekuensi napas 40-60 kali
per menit untuk mencapai dan mempertahankan
frekuensi denyut jantung lebih dari 100 per menit
- Lakukan kompresi dada dan ventilasi dengan rasio
1:3 jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60
per menit setelah ventilasi adekuat dengan oksigen
selama 30 detik
- Berikan 90 kompresi dan 30 ventilasi per menit
- Berikan epinefrin dan/atau cairan penambah
volume sesuai protokol
- Hentikan resusitasi jika tidak terdektesi detak
jantung selama 10 menit
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur kepada orang tua
dengan metode komunikasi terapeutik
Kolaborasi
- Kolaborasi intubasi endotrajeak jika ventilasi
dengan balon-sungkup tidak efektif atau
memerlukan waktu lama
5. Risiko infeksi Observasi (I.12419)
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada ibu untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan manfaat perawatan bayi
- Ajarkan perawatan tali pusat
- Ajarkan memandikan bayi dengan memperhatikan
suhu ruangan 21-24ºC dan dalam waktu 5-10
menit, sehari 2 kali
- Anjurkan untuk menjemur bayi sebelum jam 9 pagi
- Anjurkan segera mengganti popok jika basah
C. Daftar Pustaka