PENDAHULUAN
ISPA adalah singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang merupakan
infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan
saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ISPA disebabkan oleh virus, jamur
yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai
meninggal setiap tahun, dimana ISPA menjadi salah satu penyebab utama
kematian dengan membunuh lebih kurang 4 juta balita. Menurut WHO pada
tahun 2015 jumlah balita meninggal dunia lebih kurang sebanyak 6 juta
balita, dimana 16% dari jumlah kematian tersebut disebabkan oleh ISPA yang
Statistic, 2016)
1
2
terjadi pada usia balita 1-4 tahun dengan persentasi sebanyak 17,9 %,
tahun dengan persentasi 16,2 % dan kejadian terendah pada usia <1 tahun
Data kejadian ISPA di Kalimantan selatan dari 1 tahun terakhir, yaitu tahun
2018 tercatat bahwa ada 376.589 angka kejadian ISPA yang terjadi di
angka kejadian ISPA pada balita yang tertinggi yaitu terletak diwilayah kerja
yaitu dari tahun 2018 hingga November 2019 tercatat kejadian ISPA pada
semakin baik pengetahuan dan sikap orang tua, maka semakin baik juga
Menurut Indah (2018) bahwa tingginya angka penyakit ISPA pada balita,
tidak hanya disebabkan karena kondisi kesehatan anak secara kongenital dan
faktor lingkungan yang tidak sehat, faktor yang juga dapat mempengaruhi
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
dan raba. Orang tua yang memiliki pengetahuan yang baik tentang ISPA akan
membawa dampak positif bagi kesehatan anak karena resiko kejadian ISPA
Pengetahuan adalah hal yang diketahui oleh orang atau responden terkait
dengan sehat dan sakit atau kesehatan, misal: tentang penyakit (penyebab,
2012).
bagaimana cara orang tua menangani penyakit ISPA itu. Hal ini sejalan
dengan penelitian Ferry Muhammad, dkk pada tahun 2017. Dimana hasil
value yaitu 0,007. Dimana ibu yang pengetahuannya baik tentang perawatan
ISPA maka berpeluang 3,782 kali lebih baik dalam merawat anaknya yang
terkena ISPA. Penelitian lain oleh Ana Mariza dkk pada tahun 2015
hubungan dengan kejadian ISPA pada anak dengan p value 0.038. Dimana
ISPA.
atau penilaian orang atau responden terhadap hal yang terkait dengan
kesehatan, sehat-sakit dan faktor yang terkait dengan faktor risiko kesehatan.
Selain itu, Notoatmodjo (2010: 140) dalam Mariaty D, dkk (2016), sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau objek dan manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
terhadap suatu hal, maka semakin baik juga setiap orang dalam menghadapi
masalah kesehatan.
Menurut Ayu (2013) sikap merupakan respon terhadap suatu yang hasilnya
bisa positif atau negatif. Dimana sikap terhadap ISPA yaitu respon yang
dan penanganan anak dengan ISPA. Dimana semakin positif sikap seseorang
pencegahan ISPA pada anak dilakukan. Hal ini sejalan dengan penelitian
Adolfina Gamaresa dkk tahun 2017 dengan judul Perilaku Orang Tua Balita
Timur, dimana hasil penelitian didapatkan bahwa orang tua balita memiliki
sikap yang cukup dan kurang terbukti dengan kejadian ISPA yang cukup
tinggi. Menurut pendapat peneliti bahwa sikap yang cukup dan kurang
Dari hasil wawancara terhadap orang tua yang memiliki anak balita,
didapatkan bahwa masih banyak yang belum mengetahui dengan baik tentang
ISPA. Dimana dari 15 orang tua yang diwawancara, ada 9 orang tua (60%)
yang belum memahami dengan baik tentang ISPA dan terbukti bahwa anak
nya sering terkena ISPA. Sedangkan 6 orang tua (40%) lainnya lumayan
Selain itu, dari hasil wawancara, didapatkan juga dari 15 orang tua ada 8
orang tua (53%) yang sikapnya negatif dalam menghadapi ISPA pada
anaknya, dan 7 orang (47%) lainnya bersikap positif dalam menghadapi ISPA
pada anaknya.
Dari uraian latar belakang, fenomena serta fakta dilapangan tersebut, maka
Orang Tua Dengan Angka Kejadian ISPA pada Anak Usia Balita”.
yaitu “ Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap orang tua dengan angka
1.3 Tujuan
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, orang tua yang memiliki anak
Tua Tentang Ispa dengan Kejadian Ispa pada Balita, dengan metode
memiliki balita usia 1-5 tahun di Desa Dawung Sari dengan teknik
kuesioner yang kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Analisis data
penelitian menggunakan uji chi square, diperoleh nilai ρ value 0,031 (<0,05).
Sehingga ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan orang tua tentang
Adapun perbedaan penelitian terkait dengan penelitian ini yaitu terletak pada
tempat penelitian, dimana tempat penelitian terkait ini yaitu terletak di Desa
9
terlihat dari waktu, dimana penelitian terkait dilakukan pada tahun 2018.
Perilaku Orang Tua Balita Tentang Penyakit ISPA di Puskesmas Nggaha Ori
Puskesmas Nggaha Ori Angu. Metode penelitian ini yaitu dengan metode
Hasil dari penelitian ini didapatkan yaitu pengetahuan orang tua terhadap
sikap cukup 55%, sikap kurang 45%, tindakan cukup 70% dan tindakan
kurang 30%.
Adapun perbedaan penelitian terkait dengan penelitian ini yaitu terletak pada
juga terlihat dari waktu, dimana penelitian terkait dilakukan pada tahun 2017,
juga dari variabel yang digunakan penelitian terkait ini yaitu perilaku.
10
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak balita yang
Populasi 874 ibu mempunyai anak balita. Sampel penelitian ini adalah 90 ibu
hasil dari penelitian ini didaptkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara pengetahuan dan sikap ibu terhadap kejadian ISPA pada anak dengan
Adapun perbedaan penelitian terkait dengan penelitian ini yaitu terletak pada