Anda di halaman 1dari 59

Pengaruh Terapi Genggam Jari Terhadap Nyeri Pada Pasien Post

Op Appendictomy Di Ruang Salak


Rumah Sakit Dustira Cimahi

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar


Sarjana Keperawata

OLEH:
Neng Tika Yulia 213219021
Rita Rizky Setiyani 213219006
Eva Santika 213219029
Ressy Khalvia Frahmie 213219010
Mohammad Khoirul Anam 213219022
Dimas Tanu Wijaya 213219028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020
Pengaruh Terapi Genggam Jari Terhadap Nyeri Pada Pasien Post
Op Appendictomy Di Ruang Salak
Rumah Sakit Dustira Cimahi

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar


Sarjana Keperawatan

OLEH:
Neng Tika Yulia 213219021
Rita Rizky Setiyani 213219006
Eva Santika 213219029
Ressy Khalvia Frahmie 213219010
Mohammad Khoirul Anam 213219022
Dimas Tanu Wijaya 213219028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Terapi


Genggam Jari Terhadap Nyeri Pada Pasien Post Op Appendictomy Di
Ruang Salak Rumah Sakit Dustira Cimahi” ini, sepenuhnya karya saya sendiri.
Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan
saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuwan yang berlaku dalam masyarakat keilmuwan.
Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuwan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.

Cimahi, ... ………….2020


Yang membuat pernyataan

Neng Tika Yulia


NPM. 213219026

i
PENGESAHAN

PROPOSAL SKRIPSI ini telah dipertahankan dan telah diperbaiki


sesuai dengan masukan
Dewan Penguji SKRIPSI Program Studi Ilmu Keperawatan (S1)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani
Pada Tanggal ... ……… 2020
Nama : Neng Tika Yulia
NPM : 213219021

Mengesahkan
Program Studi Ilmu Keperawatan (S1)
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi
Pembimbing I Pembimbing II

Juju Juhairiyah, S.Kp.,M.Kes Budi Santoso, S.Kep.,Ns., M.Kep

Penguji I Penguji II

…………………………… ……………………………

Mengetahui,
Program Studi Ilmu Keperawatan (S1)
Ketua,

Ahmad Setya Roswendi, S.Kp., M.P.H

ii
KATA PENGANTAR

Bismillaahir rahmaanir rahiim.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan

judul “Pengaruh Terapi Genggam Jari Terhadap Nyeri Pada Pasien Post Op

Appendictomy Di Ruang Salak Rumah Sakit Dustira Cimahi”. Penulisan

proposal skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi prasyarat untuk

menyelesaikan studi program Sarjana Ilmu Keperawatan (S-1) di Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak terlepas

dari segala saran, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada

yang terhormat:

1. Bapak Gunawan Irianto, d., M.Kes (MARS), selaku Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi.

2. Ahmad Setya Roswendi, S.Kp., M.P.H, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan (S1) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani

Cimahi.

3. Juju Juhairiyah, S.Kp., M.Kes, selaku dosen pembimbing 1 yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran

sehingga laporan proposal skripsi ini dapat selesai.

iii
4. Budi Santoso, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing 2 yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran

sehingga laporan proposal skripsi ini selesai.

5. Lilis Rohayani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku koordinator mata ajar skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan (S1) Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi.

6. Seluruh dosen, staf dan pengelola perpustakaan di STIKES jenderal Achmad

Yani Cimahi serta seluruh pihak yang terkait dengan penyusunan proposal

skripsi ini.

Terakhir peneliti ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang tidak

dapat Peneliti sebutkan satu persatu. Semoga Allah Subhanahu Wata’ala

melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Amiin ya Rabbal

Alamiin. Dalam penyelesaian proposal skripsi ini peneliti mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan selanjutnya.

Cimahi, Juni 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

PERNYATAAN.......................................................................................................i
PENGESAHAN.....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
BAB I.................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..................................................................................5
BAB II................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................7
A. LANDASAN TEORI....................................................................................7
B. KERANGKA TEORI.................................................................................23
C. KERANGKA KONSEP.........................................................................24
D. HIPOTESIS PENELITIAN.....................................................................25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................................26
A. Metode Penelitian....................................................................................26
B. Populasi dan Sampel Penelitian...............................................................32
C. Pengumpulan Data...............................................................................34
D. Prosedur Penelitian..............................................................................36
E. Pengolahan dan Analisis Data.................................................................37
F. Etika Penelitian........................................................................................38
G. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................vi

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Desain Penelitian Pre-Post Test With Control Group............................................... 28


Tabel 2.2 Definisi Operasional “Pengaruh Pemberian Terapi Relaksasi Genggam Jari
Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post Operasi Appendictomi di Rumah
Sakit Dustira Tahun 2020” ....................................................................................................... 30

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Numeric Rating Scale (NRS) ................................................................................ 15


Gambar 2.2 Kerangka konsep kenyamanan.............................................................................. 22
Gambar 2.3 Kerangka teori penelitian adaptasi teori Kolcaba.................................................. 23
Gambar 2.4 Kerangka konsep penelitian.................................................................................. 24
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Penelitian “Pengaruh Terapi Relaksasi Genggam Jari
Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post Operasi Appendictomi di Rumah
Sakit Dustira” ........................................................................................................................... 28

vii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 JADWAL KEGIATAN

LAMPIRAN 2 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LAMPIRAN 3 LEMBAR PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

LAMPIRAN 4 SATUAN ACARA KERJA

viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Insiden terjadi appendisitis akut di negara maju lebih


tinggi dibandingkan dengan negara berkembang. Di Amerika
Serikat appendisitis merupakan kedaruratan bedah abdomen
paling sering dilakukan dengan jumlah penderita pada tahun 2008
sebanyak 734.138 orang dan meningkat pada tahun 2009 menjadi
739.177 (Santacrore dan Craigh, 2012).

Di Amerika Serikat kejadian appendisitis dikatakan 7% dari


seluruh populasi dengan insiden 1,1 kasus per 1000 penduduk per
tahun. Dari segi usia 20-20 tahun adalah usia yang paling sering
mengalami appendisitis. Laki-laki 1,4 kali lebih sering daripada
wanita. Angka kematian secara keseluruhan adalah 0,2-0,8% dan
lebih sering oleh karena komplikasi yang terjadi dari akibat
tindakan pembedahan yang dilakukan. Insiden perforasi lebih
tinggi terkait keterlambatan diagnosis yang kemudian
meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas.

Sementara untuk Indonesia sendiri appendisitis merupakan


penyakit dengan urutan keempat terbanyak pada tahun 2006. Data
yang dirilis oleh departemen kesehatan RI pada tahun 2008
jumlah penderita appendisitis di indonesia mencapai 591.819
orang dan meningkat pada tahun 2009 sebesar 596.132 orang.
Kelompok usia yang umumnya mengalami appendisitis yaitu pada
usia antara 10-30 tahun. Dimana insiden laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan (Wylin, 2009).

1
2

Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus


buntu atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya
adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan
akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk
mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya (Win de jong et
al, 2005).

Appendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai


cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi
banyak kasus memerlukan appendictomi untuk meyingkirkan
umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian
cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis ketika umbai cacing
yang terinfeksi hancur (Seymour, 2000).

Apendiktomi adalah pembedahan atau operasi pengangkatan


apendiks (Haryono, 2012). Apendiktomi merupakan pengobatan
melalui prosedur tindakan operasi hanya untuk penyakit
apendisitis atau penyingkiran/pengangkatan usus buntu yang
terinfeksi. Apendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk
menurunkan risiko perforasi lebih lanjut seperti peritonitis atau
abses (Marijata dalam Pristahayuningtyas, 2015).

Hampir semua pembedahan mengakibatkan rasa nyeri. Nyeri


terjadi akibat luka, penarikan, atau manipulasi jaringan serta
organ. Nyeri pasca operasi hebat dirasakan pada pembedahan
intratoraks, intra-abdomen, dan pembedahan ortopedik mayor.
(Bradero dkk, 2008).

Pasca pembedahan, pasien akan merasakan nyeri hebat dan


75% penderita mempunyai pengalaman yang kurang
menyenangkan akibat nyeri yang tidak adekuat (Novarizki, 2009).
Hal ini yang kemudian sering menjadi suatu masalah dalam proses
penyembuhan pasien pasca pembedahan, untuk itu kita harus
3

melakukan beberapa intervensi dalam upaya menangani nyeri


yang dirasakan oleh pasien pasca pembedahan baik secara teeknik
farmakologi maupun non farmakologi.

Teknik farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk


menghilangkan nyeri terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang
berlangsung selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari
(Smeltzer and Bare, 2002). Teknik farmakologi yang biasanya
diberikan yaitu dengan memeberikan analgesic.

Pemberian analgesic biasanya dilakukan untuk mengurangi


nyeri. Selain itu, untuk mengurangi nyeri umumnya dilakukan
dengan memakai obat tidur. Namun pemakaian yang berlebihan
membawa efek samping kecanduan, bila overdosis dapat
membahayakan pemakainya (Pinandita 2012). Intervensi
farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien pasca
pembedahan tidak dapat diberikan secara terus menerus karena
terdapat efek samping yang membahayakan. Maka sebagai
alternative kita dapat memberikan terapi non farmakologi seperti
teknik relaksasi.

Beberapa penelitian, telah menunjukkan bahwa relaksasi


efektif dalam menurunkan nyeri pasca pembedahan. Periode
relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan
dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang
meningkatkan nyeri (Smeltzer and Bare 2001).

Terdapat banyak jenis teknik relaksasi yang dapat digunakan


namun menurut Chanif, Petpichetchian & Chongchaeron, (2013)
salah satu jenis relaksasi yang digunakan dalam menurunkan
intensitas nyeri pasca pembedahan adalah dengan relaksasi
genggam jari yang mudah dilakukan oleh siapapun yang
berhubungan dengan jari tangan dan aliran energi di dalam tubuh
4

kita. Teknik genggam jari disebut juga finger hold (Liana 2008:
Andika 2006).

Teknik relaksasi genggam jari merupakan relaksasi dengan


menggenggam jari sambil mengatur napas yang dilakukan selama
kurang lebih 3-5 menit dapat mengurangi ketegangan fisik dan
emosi, karena genggaman jari akan menghangatkan titik- titik
keluar dan masuknya energi meridian (energy channel) yang
terletak pada jari tangan kita. Titik-titik refleksi pada tangan akan
memberikan rangsangan secara refleks (spontan) pada saat
genggaman. Rangsangan tersebut akan mengalirkan gelombang
listrik menuju otak yang akan diterima dan diproses dengan cepat,
lalu diteruskan menuju saraf pada organ tubuh yang mengalami
gangguan, sehingga sumbatan di jalur energi menjadi lancar
(Puwahang, 2011)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pinandita


(2012) yang berjudul pemberian tehnik relaksasi genggam jari
terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi
laparatomi. Hasil penelitian tersebut bahwa tehnik relaksasi
genggam jari mampu menurunkan intensitas nyeri pada pasien
post operasi laparatomi.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada klien Tn.A di


Ruang Salak RS Dustira, dengan post operasi appendiktomi di
dapatkan hasil bahwa pasien mengatakan nyeri pada bagian luka
post operasi appendictomi, nyeri dirasakan saat bergerak, skala
nyeri 7, nyeri hilang timbul selama 5-10 menit. Untuk mengatasi
nyeri dapat dilakukan cara teknik relaksasi genggam jari untuk
penurunan nyeri.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk


mengaplikasikan jurnal penelitian Pinandita (2012) yang berjudul
5

Pemberian Tehnik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan


Intensitas Nyeri pada Tn.A dengan Post Operasi Appendisitis
Laparatomi di Ruang Salak RS Dustira.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumuan masalah dalam penelitian
ini adalah “Apakah Terdapat Pengaruh Pemberian Terapi Relaksasi
Genggam Jari terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post Op
Appendictomi Di Ruang Salak Rumah Sakit Dustira?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Pengaruh Pemberian Terapi Relaksasi Genggam Jari
terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post Op Appendictomi Di
Ruang Salak Rumah Sakit Dustira

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Skala Nyeri pada kelompok yang tidak diberikan
teknik relaksasi genggam jari
b. Mengetahui Skala Nyeri pada kelompok yang diberikan teknik
relaksasi genggam jari
c. Mengetahui perbedaan Skala Nyeri pada kelompok sebelum dan
sesudah diberikan teknik relaksasi genggam jari
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Hasil penelitian ini, secara teoritik diharapkan dapat memberikan
sumbangan informasi berupa publikasi jurnal dan jurnal bagi ilmu
keperawatan dan dapat dijadikan data dasar untuk melakukan
pengembangan ilmu keperawatan terkait dengan penerapan teknik
relaksasi.
6

2. Manfaat praktis
a. Bagi Perawat
Memberikan informasi dan evaluasi bagi perawat dalam
menjalankan perannya sebagai care giver dalam memberikan
pelayanan keperawatan atau intervensi keperawatan berupa publikasi
jurnal terkait dengan penelitian ini tentang Pemberian Terapi
Relaksasi Genggam Jari .

b. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan praktik keperawatan
medikal bedah khususnya pada penerapan tehnik relaksasi
genggam jari.

c. Bagi Institusi Rumah Sakit


Bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada
pemberian tehnik relaksasi genggam jari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Teknik Relaksasi Genggam Jari


Menurut Tamsuri (2007) dalam Zees (2012), relaksasi adalah
tindakan relaksasi otot rangka yang dipercaya dapat menurunkan nyeri
dengan merileksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri.
Menurut Liana (2008) dalam Pinandita (2011), teknik relaksasi
genggam jari (finger hold) merupakan teknik relaksasi dengan jari tangan
serta aliran energi didalam tubuh.
Relaksasi genggam jari menghasilkan impuls yang dikirim melalui
serabut saraf aferen non-nosiseptor. Serabut saraf non- nosiseptor
mengakibatkan “gerbang” tertutup sehingga stimulus pada kortek serebri
dihambat atau dikurangi akibat counter stimulasi relaksasi dan
mengenggam jari. Sehingga intensitas nyeri akan berubah atau
mengalami modulasi akibat stimulasi relaksasi genggam jari yang lebih
dahulu dan lebih banyak mencapai otak (Pinandita, 2012).

Relaksasi genggam jari dapat mengendalikan dan mengembalikan


emosi yang akan membuat tubuh menjadi rileks. Adanya stimulasi pada
luka bedah menyebabkan keluarnya mediator nyeri yang akan
menstimulasi transmisi impuls disepanjang serabut aferen nosiseptor ke
substansi gelatinosa (pintu gerbang) di medula spinalis untuk selanjutnya
melewati thalamus kemudian disampaikan ke kortek serebri dan di
interpretasikan sebagai nyeri (Pinandita, 2012).
Penelitian Sofiyah (2014) mengenai pengaruh teknik relaksasi
genggam jari terhadap perubahan skala nyeri pada pasien post operasi
appendictomi, menunjukkan hasil nilai p value 0.000, ada perbedaan

7
8

yang signifikan skala nyeri sesudah diberikan teknik relaksasi


genggam jari antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Menurut Wong (2011), prosedur penatalaksanaan teknik relaksasi
genggam jari dilakukan selama 15 menit dengan tahapan antara lain:

a. Duduk atau baring dengan tenang.


b. Genggam ibu jari tangan dengan telapak tangan sebelahnya apabila
merasa khawatir yang berlebihan, genggam jari telunjuk dengan
telapak tangan sebelahnya apabila merasa takut yang berlebihan,
dan genggam jari kelingking dengan telapak tangan sebelahnya
apabila merasa stress berlebihan.
c. Tutup mata, fokus, dan tarik nafas perlahan dari hidung,
hembuskan perlahan dengan mulut. Lakukan berkali-kali.
d. Katakan, “semakin rileks, semakin rileks, semakin rileks, semakin
rileks”, dan seterusnya sampai benar-benar rileks.
e. Apabila sudah dalam keadaan rileks, lakukan hipnopuntur yang
diinginkan seperti, “ saya ingin sakit saya segera hilang”. Gunakan
perintah sebaliknya untuk menormalkan pikiran bawah sadar.
Contohnya, “ saya akan terbangun dalam keadaan lebih baik “, “
mata saya perintah untuk normal kembali dan dapat dengan mudah
untuk dibuka “.
f. Lepas genggaman jari dan usahakan rileks.
2. Nyeri
a. Pengertian
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik
secara ringan maupun berat karena terjadinya kerusakan jaringan
(International Association for the Study of Pain, 2011). Nyeri
didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya
(Tamsuri, 2007).
9

b. Efek
Menurut Smeltzer dan Bare (2008) efek membahayakan dari
nyeri dibedakan berdasarkan klasifikasi nyeri, yaitu nyeri akut dan
nyeri kronis. Nyeri akut mempunyai efek yang membahayakn di
luar ketidaknyamanan yang disebabkannya, selain merasa
ketidaknyamanan dan mengganggu, nyeri akut yang tidak reda
dapat mempengaruhi sistem pulmonari, kardiovaskular,
gastrointestinal, endokrin, dan imunologik. Pasien dengan nyeri
hebat dan stress yang berkaitan dengan nyeri tidak mampu untuk
nafas dalam dan mengalami peningkatan nyeri dan mobilitas
menurun. Nyeri kronis mempunyai efek yang membahayakan
seperti penurunan fungsi imun yang berkaitan dengan nyeri kronis.
Nyeri kronis juga sering mengakibatkan depresi dan
ketidakmampuan.

c. Respon
Usia mempengaruhi respon seseorang terhadap nyeri, anak
belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus
mengkaji respon nyeri pada anak. Orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan
fungsi, lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena
mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani
dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal
jika nyeri diperiksakan (Potter & Perry, 2010).
Kultur mempengaruhi seseorang berespon terhadap nyeri,
Orang belajar dari budaya bagaimana seharusnya mereka berespon
terhadap nyeri, contoh suatu daerah menganut kepercayaan bahwa
nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan
kesalahan, mereka tidak mengeluh jika ada nyeri (Potter & Perry,
2010).
10

Makna nyeri mempengaruhi seseorang berespon terhadap


nyeri, makna nyeri berhubungan dengan bagaimana pengalaman
seseorang terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya.Tingkat
seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Gill (1990) cit Mulyadi (2011)
menyebutkan bahwa perhatian yang meningkat dihubungkan
dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi
dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi,
guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri. Ansietas,
cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa
menyebabkan seseorang cemas. Pengalaman masa lalu juga
mempengaruhi seseorang berespons terhadap nyeri, Seseorang
yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, saat ini nyeri
yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya
(Potter & Perry, 2010).

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri


Nyeri merupakan pengalaman yang subyektif, sehingga setiap
orang dapat merasakan sensasi yang berbeda. Menurut Potter dan
Perry (2010), nyeri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan, merusak, dan lain- lain. Keadaan ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, latar belakang
sosial budaya, lingkungan dan pengalaman.
Toleransi nyeri erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang
dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menahan nyeri.
Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri
antara lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan,
pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya.
Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan,
11

rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit
dan lain- lain.
Reaksi terhadap nyeri, reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk
respons seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas,
menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons nyeri
yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti arti nyeri,
tingkat persepsi nyeri, pengalaman masalalu, nilai budaya, harapan
sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-
lain.
Etika dan nilai budaya, latar belakang etnik dan budaya
merupakan faktor yang mempengaruhi reaksi terhadap nyeri dan
ekspresi nyeri. Sebagai contoh, individu dari budaya tertentu
cenderung ekspresif dalam mengungkapkan nyeri, sedangkan
individu dari budaya lain justru lebih menahan perasaan mereka
dan tidak ingin merepotkan orang lain.
Tahap perkembangan, usia dan tahap perkembangan seseorang
merupakan variable penting yang akan mempengaruhi reaksi dan
ekspresi terhadap nyeri.
Dalam hal ini, anak-anak cenderung kurang mampu
mengungkapkan nyeri yang mereka rasakan dibandingkan orang
dewasa, dan kondisi inidapat mwnghambat penanganan nyeri untuk
mereka. Disisi lain, prefalensi nyeri pada individu lansia lebih
tinggi karena penyakit akut atau kronis yang mereka derita.
Walaupun ambang batas nyeri tidak berubah karena penuaan, tetapi
efek analgesic yang diberikan menurun karena perubahan fisiologis
yang terjadi.
Lingkungan dan individu pendukung yaitu lingkungan yang
asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan, dan aktivitas
yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memperberat nyeri. Selain
itu, dukungan dari keluarga dan orang terdekat menjadi salah satu
faktor penting yang mempengaruhi persepsi nyeri individu. Sebagai
12

contoh, individu yang sedang sendirian, tanpa keluarga atau teman-


teman yang mendukungnya, cenderung merasakan nyeri yang lebih
berat dibandingkan mereka yang mendapat dukungan dari keluarga
dan orang-orang terdekat.
Pengalaman nyeri sebelumnya, pengalaman masa lalu juga
berpengaruh pada persepsi induvidu dan kepekaanya terhadap
nyeri. Individu yang pernah mengalami nyeri atau menyaksikan
penderitaan orang terdekatnya saat mengalami nyeri cenderung
terasa terancam dengan peristiwa nyeri yang akan terjadi
dibandingkan individu lain yang belum pernah mengalaminya.
Selain itu, keberhasilan atau kegagalan metode penanganan nyeri
sebelumnya juga berpengaruh terhadap penanganan nyeri saat ini.
Ansietas dan stres, ansietas sering kali menyertai peristiwa
yang terjadi. Ancaman yang tidak jelas alasanya dan ketidak
mampuan mengontrol nyeri atau peristiwa disekelilingnya dapat
memperberat persepsi nyeri. Sebaliknya individu yang percaya
bahwa mereka mampu mengontrol nyeri yang mereka rasakan akan
mengalami penurunan rasa takut dan kecemasan yang akan
menurunkan persepsi nyeri mereka.
Usia mempengaruhi respon seseorang terhadap nyeri, anak
belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus
mengkaji respon nyeri pada anak. Orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan
fungsi, lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena
mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani
dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal
jika nyeri diperiksakan
Faktor spiritual, spiritual membuat seseorang mencari tahu
makna atau arti dari nyeri yang dirasakannya, seperti mengapa
nyeri ini terjadi pada dirinya, apa yang telah dia lakukan selama ini,
dan lain-lain.
13

e. Fisiologi nyeri
Stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan
menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin,
bradikinin, kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor
bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan
timbul impuls saraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer.
Serabut saraf perifer yang akan membawa impuls saraf ada dua
jenis, yaitu serabut A - delta dan serabut C. Impuls saraf akan
dibawa sepanjang serabut saraf sampai ke kornu dorsalis medula
spinalis. Impuls saraf tersebut akan menyebabkan kornu dorsalis
melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini
menyebabkan transmisi sinapsis dari saraf perifer ke saraf traktus
spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls saraf ditransmisikan
lebih jauh ke dalam sistem saraf pusat. Setelah impuls saraf sampai
di otak, otak mengolah impuls saraf kemudian akan timbul persepsi
dari nyeri juga respon reflek protektif terhadap nyeri (Potter &
Perry, 2010).

f. Penatalaksanaan
Nyeri post operasi akan terus dirasakan sampai pemberian obat
analgesik berikutnya, pada waktu inilah diperlukan terapi
komplementer. Selama dan setelah operasi akan mengakibatkan
sensitisasi susunan saraf sensorik menjadi meningkat (Tanra,
2007). Perubahan ini dirasakan pasien sebagai stimulus noksius
yang normal menjadi sangat nyeri. Pada periode ini pengelolaan
nyeri paska bedah sudah menggunakan obat, tetapi masih belum
optimal (Black & Hawks, 2011; Lewis et al., 2011).
Adapun bentuk nyeri yang dialami oleh klien pasca operasi
adalah nyeri akut yang terjadi karena luka insisi bekas pembedahan
14

(Perry & Potter, 2010). Tujuan dari manajemen nyeri pasca operasi
adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit dan
ketidaknyamanan pasien dengan efek samping seminimal mungkin.
Ada dua pendekatan yang digunakan dalam manajemen nyeri
yaitu pendekatan farmakologi dan non farmakologi.
Pengkombinasian antara teknik non farmakologi dan teknik
farmakologi adalah cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri
(Smeltzer & Bare, 2010). Terapi Non farmakologi membantu
pengobatan farmakologi standar manajemen nyeri. Obat medis
yang digunakan untuk mengobati somatik (fisiologis &
emosional). Penggunaan terapi nonfarmakologi yang menjadi
pilihan menurut Perry dan Potter (2006) adalah yang
pendekatannya noninvasif, resikonya rendah, tidak mengeluarkan
biaya yang banyak, mudah dilakukan, berada pada lingkup
keperawatan.

g. Pengukuran skala nyeri


Intensitas nyeri adalah laporan mandiri tentang nyeri. Perawat bisa
mendapatkan laporan mandiri ini dengan meminta klien untuk
mengukur nyeri pada skala yang harus mereka bayangkan atau
menunjukkan skala yang ada pada klien. Individu yang mengalami
nyeri mungkin mendapatkan kesulitan untuk berkonsentrasi pada tugas
mental dan merasa kesulitan untuk berespons terhadap skala yang harus
mereka bayangkan. Di beberapa rumah sakit sangat menguntungkan
jika disediakan salinan skala intensitas nyeri di tempat yang dapat
dilihat dengan jelas oleh tiap klien, biasanya ditempelkan di dinding
sebelah tempat tidur (Black & Hawks, 2014). Intensitas nyeri
merupakan suatu gambaran untuk mendeskripsikan seberapa parah
nyeri yang dirasakan oleh klien, pengukuran nyeri sangat subyektif dan
bersifat individual sehingga intensitas nyeri yang dirasakan akan
berbeda dengan individu lainnya (Tamsuri, 2007 dalam (Wiarto, 2017).
Penilaian dan pengukuran derajat nyeri sangatlah penting dalam
proses diagnosis penyebab nyeri, sehingga dapat dilakukan tindakan
15

selanjutnya yang tepat meliputi tindakan farmakologi dan tindakan non


farmakologi. Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin menggunakan
metode pengukuran skala nyeri meliputi Numeric Rating Scale (NRS).
Numeric Rating Scale (NRS) ini didasari pada skala angka 1-10
untuk menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS
diklaim lebih mudah dipahami, lebih sensitif terhadap jenis kelamin,
etnis, hingga dosis. NRS juga lebih efektif untuk mendeteksi penyebab
nyeri akut ketimbang VAS dan VRS. Namun, kekurangannya adalah
keterbatasan pilihan kata untuk menggambarkan rasa nyeri, tidak
memungkinkan untuk membedakan tingkat nyeri dengan lebih teliti dan
dianggap terdapat jarak yang sama antar kata yang menggambarkan
efek analgesik. Skala numerik dari 0 hingga 10, di bawah, nol (0)
merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh (10),
suatu nyeri yang sangat hebat.

GAMBAR 2. 1 Numeric Rating Scale (NRS)

Sumber : (Yudiyanta, Khoirunnisa, & Novitasari, 2015)

3. Appendisitis
a. Definisi Appendisitis
Appendisitis adalah kasus gawat bedah abdomen yang paling
sering terjadi. Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada
apendiks vermiformis dan merupakan penyebab akut yang paling
sering. Apendiks disebut juga umbai cacing. Istilah usus buntu
yang selama ini dikenal dan digunakan di masyarakat kurang tepat,
karena yang merupakan usus buntu yang selama ini dikenal dan di
masyarakat kurang tepat, karena merupakan usus buntu sebenarnya
adalah sekum (monica, 2002).
16

Appendisitis adalah suatu proses obstruksi (hiperplasi limpo


nodi submukosa, fecolith, beda asing, tumor), kemudian di ikuti
proses infeksi dan disusul oleh peradangan dari apendiks
vermiformis (Nugroho, 2011). Apendiktomy adalah pengakatan
apendiks terinflamasi dapat dilakukan pada pasien dengan
menggunakan pendeketan endoskopi, namun adanya perlengkapan
multiple posisi retroperitoneal dari apendiks atau robek perlu
dilakukan prosedur pembukaan. Apendiktomy adalah pengangkatan
secara bedah apendiks vermiformis (Saferi, 2013).
Appendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai
cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi
banyak kasus memerlukan laparatomi dengan penyingkiran umbai
cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup
tinggi, dikarenakan oleh peritonitis ketika umbai cacing yang
terinfeksi hancur (Seymour, 2000).
Laparatomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus
akibat terjadinya perlekatan usus dan biasanya terjadinya usus
halus. Laparatomi dibutuhkan ketika ada kedaruratan perut.
Operasi laparatomi dilakukan apabila terjadi masalah kesehatan
yang berat pada area abdomen, misalnya trauma abdomen
( Mansjoer, 2000).
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan
yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi
pembedahan perut. Pasien pasca operasi pada umumnya mengalami
nyeri, nyeri pasca bedah disebabkan oleh rangsangan mekanik luka
yang menyebabkan tubuh menghasilkan mediator-mediator nyeri
(Jitowiyono, 2012).

b. Klasifikasi Appendisitis
Klasifikasi appendisitis terbagi atas 3 yakni :

1) Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamansi


17

akut pada kuadrat bawah kanan rongga abdomen, penyebab


paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
2) Apendisitis kronis adalah nyeri perut kanan bawah lebih dari 2
minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan
mikroskopik dan keluhan menghilang setelah apendiktomy.
3) Kriteria mikroskopik apendiks kronik adalah fibrosis
menyeluruh dinding apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus
lama di mukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik (Pieter,
2005).
4) Apendisitis rekrens adalah ada riwayat nyeri berulang diperut
kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomy.
Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis tidak pernah
kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan
parut (Huda, 2013).
c. Etiologi
Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi
bakteri. Namun apendiks menghasilkan lender 1-2 ml per hari
yang normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya
mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender ke muara apendiks
tampaknya berperan pada pathogenesis. Selain itu hiperplasi
limfe, tumor apendiks dan cacing aksaris dapat menyebabkan
penyumbatan.

1) Ulserasi pada mukosa


2) Obstruksi pada colon oleh fecalit (feses yang keras)
3) Pemberian barium
4) Berbagai macam penyakit cacing
5) Tumor
6) Struktur karena fibrosis pada dinding usus (Saferi, 2013)

d. Manifestasi Apendisitis
18

Tanda awal : nyeri mulai di epigastrium/ region umbilikus disertai


mual dan anoreksia.

1) Nyeri pindah ke kanan bawah (yang akan menetap dan


diperberat bila berjalan atau batuk) dan menunjukkan tanda
rangsangan peritoneum lokal di titik Mc. Burney : nyeri
tekan, nyeri lepas, defans muskuler.
2) Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung.
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah
ditekan (Rovsing Sign).
4) Nafsu makan menurun.
5) Demam yang tidak terlalu tinggi.
6) Nyeri kanan bawah bila tekanan disebelah kiri dilepas
(blumberg).
7) Biasanya terdapat kontipasi, tapi kadang – kadang terjadi
diare.
Gejala–gejala permulaan pada apendisitis yaitu nyeri satau
perasaan tidak enak disekitar umbilikus di ikuti oleh anoreksia
dan muntah, gejala ini umumnya berlangsung lebih dari 1 atau 2
hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah
dan mungkin terdapat nyeri tekan sekitar titik Mc.Burney,
kemudian dapat timbul spasme otot dan nyeri lepas. Biasanya
ditemukan demam ringan dan leukosit meningkat bila rupture
apendiks terjadi nyeri sering sekali hilang secara dramatis untuk
sementara. (Saferi, 2013)

e. Patofisiologi Appendisitis
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbangan lumen
apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing,
struktur karena fikosis akibat peradangan sebelumnya atau
neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus di produksi
mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut
19

makin banyak, namun elastisitis dinding apendiks mempunyai


keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan yang
meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema. Diaforesis bakteri dan ulserasi mukosa
pada saat inilah terjadi apendiksitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrum.
Sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat
hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah
dan bakteri akan menebus dinding apendiks. Peradangan yang
timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga
menimbulkan nyeri abdomen kanan bawah, keadaan ini disebut
dengan apendisitis sukuratif akut. Aliran arteri terganggu akan
terjadi infark dinding apendiks yang di ikuti dengan gangree
stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding
yang telah rapuh ini pecah akan terjadi apendisitis perforasi.
Semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus
yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul
suatu massa lokal yang disebut infiltrate apendukularis,
peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau
menghilang.
Anak – anak karena omentum lebih pendek dan apendiks
lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis, keadaan tersebut
ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua
perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh
darah (Mansjoer, 2003).
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang Apendisitis menurut (Saferi, 2013)

1) USG untuk mengetahui letak apendiksitis


2) Thorax foto
3) Laboratorium
20

Ditemukan leukositosis 10.000 s/d 18.000/mm 3, kadang – kadang


dengan pergeseran ke kiri leukositosis lebih dari 18.000/ mm 3
disertai keluhan atau gejala apendisitis lebih dari empat jam
mencurigakan perforasi sehingga diduga bahwa tingginya
leukositosis sebanding dengan hebatnya peradangan.

4) Radiologi
Pemeriksaan radiologi akan sangat berguna pada kasus atipikal.
Pada 55% kasus apendisitis stadium awal akan ditemukan
gambaran foto polos abdomen yang abnormal, gambaran yang
lebih spesifik adanya masa jaringan lunak di perut kanan bawah
dan mengandung gelembung- gelembung udara.
5) Pemeriksaan penunjang lainnya :

a) Pada copy fluoro sekum dan ileum terminasi tampak


irritable.
b) Pemeriksaan colok dubur : menyebabkan nyeri bila di
daerah infeksi, bila dicapai dengan jari telunjuk.
c) Uji soas dan uji obturator.
h. Penatalaksanaan apendisitis
Penatalaksanaan apendisitis menurut (saferi, 2013) yaitu :

1) Apendiktomi.
Apendiks di buang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,
maka abdomen dicuci dengan garam fisiologi dan antibiotika.

2) Pasca operasi
Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernapasan,
angkat sonde lambung bila pasien sudah sadar, sehingga aspirasi
cairan lambung dapat dicegah, baringkan pasien dalam posisi
fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi
gangguan, selama itu pasien di puasakan, bila tindakan operasi
lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa
diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Satu hari pasca
21

operasi pasien di anjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur


selama 2 x 30 menit. Hari kedua dapat di anjurkan untuk duduk
diluar kamar. Hari ke tujuh jahitan dapat diangkat dan pasien di
perbolehkan pulang (Mansjoer, 2003).

4. Teori Kenyamanan Katherine Kolcaba


Teori kenyamanan dari Kolcaba menekankan pada beberapa
konsep utama beserta definisinya, antara lain: 1) Health Care Needs
adalah kebutuhan pelayanan kesehatan untuk pemenuhan kenyamanan
pasien. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial dan
lingkungan, 2) Comfort diartikan sebagai suatu pengalaman langsung
yang menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan akan relief, ease, dan
transcedence yang dapat terpenuhi dalam empat kontek pengalaman
yang meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan, 3)
Comfort Measures diartikan suatu intervensi keperawatan yang didesain
untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang spesifik dibutuhkan oleh
penerima jasa, seperti fisiologis, sosial, financial, psikologis, spiritual,
lingkungan, dan intervensi fisik, 4) Enhanced Comfort sebuah outcome
yang langsung diharapkan pada pelayanan keperawatan, mengacu pada
teori kenyamanan ini, 5) Intervening variables didefinisikan sebagai
keadaan yang mempengaruhi persepsi penerima dari kenyamanan secara
keseluruhan, 6) Health Seeking Behavior merupakan sebuah kategori
yang luas dari outcome berikutnya yang berhubungan dengan pencarian
kesehatan yang didefinisikan oleh penerima saat konsultasi dengan
perawat, 7) Institusional integrity didefinisikan sebagai nilai-nilai,
stabilitas financial, dan keseluruhan dari organisasi pelayanan kesehatan
pada area lokal, regional dan nasional (Kolcaba, 2010; Tomey &
Alligood, 2007; Sitzman, 2011).
Keperawatan adalah penilaian kebutuhan akan kenyamanan,
perancangan kenyamanan digunakan untuk mengukur suatu kebutuhan,
dan penilaian kembali digunakan untuk mengukur kenyamanan setelah
dilakukan implementasi. Pengkajian dan evaluasi dapat dinilai secara
22

subjektif, misalnya observasi terhadap penyembuhan luka, perubahan


nilai laboratorium, atau perubahan perilaku. Penilaian juga dapat
dilakukan melalui rangkaian penilaian skala VAS (Tomey, & Alligood,
2007; Kolcaba, 2010).
Teori Kolcaba menyatakan bahwa perawatan untuk kenyamanan
memerlukan sekurangnya tiga tipe intervensi comfort yaitu intervensi
teknikal merupakan intervensi yang dibuat untuk mempertahankan
homeostasis dan mengontrol nyeri yang ada, seperti memantau tanda-
tanda vital, hasil kimia darah, juga termasuk managemen nyeri.
Coaching meliputi intervensi yang didesain untuk menurunkan
kecemasan, memberikan informasi, harapan, mendengarkan dan
membantu perencanaan pemulihan dan integrasi secara realistis atau
dalam menghadapi kematian dengan cara yang sesuai dengan budayanya.
Comfort food untuk jiwa, meliputi intervensi yang menjadikan penguatan
dalam sesuatu hal yang tidak dapat dirasakan. Terapi untuk kenyamanan
psikologis meliputi pemijatan, adaptasi lingkungan yang meningkatkan
kedamaian dan ketenangan, guided imagery, terapi musik, mengenang,
dan lain-lain (Kolcaba, 2010; Tomey, & Alligood, 2007).

GAMBAR 2. 2 Kerangka konsep kenyamanan Sumber: Kolcaba (2010)


23

B. KERANGKA TEORI

GAMBAR 2. 3 Kerangka teori penelitian adaptasi teori Kolcaba

C. KERANGKA KONSEP
24

GAMBAR 2. 4 Kerangka konsep penilitian

Penjelasan kerangka konsep:

Masalah nyeri akibat pembedahan pada pasien dengan appendictomi diatasi


dengan managemen nyeri yang terdiri dari farmakologi dan nonfarmakologi.
Penelitian ini memberikan intervensi teknikal managemen nyeri
nonfarmakologi dengan menggunakan teknik relaksasi genggam jari.
Managemen nyeri nonfarmakologi diharapkan bisa menurunkan persepsi
nyeri. Dimana proses dari perubahan persepsi nyeri dapat dipengaruhi dari
beberapa faktor, antara lain: arti nyeri, toleransi nyeri, reaksi terh adap nyeri,
tahap perkembangan, pengalaman sebelumnya, ansietas dan stress, usia,
faktor spiritual, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan sosial budaya.

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Ada pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap perubahan persepsi


nyeri pada pasien pasca operasi appendiktomi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Pasien pasca pembedahan, akan merasakan nyeri hebat dan 75% penderita

mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan akibat nyeri yang tidak

adekuat (Novarizki, 2009).

Nyeri yang dirasakan pasien pasca pembedahan ini dapat diatasi

dengan relaksasi.yang dianggap efektif dalam menurunkan nyeri pasca

pembedahan. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan

keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang

meningkatkan nyeri (Smeltzer and Bare 2001).

Terdapat banyak jenis teknik relaksasi yang dapat digunakan namun

menurut Chanif, Petpichetchian & Chongchaeron, (2013) salah satu jenis

relaksasi yang digunakan dalam menurunkan intensitas nyeri pasca

pembedahan adalah dengan relaksasi genggam jari yang mudah dilakukan oleh

siapapun yang berhubungan dengan jari tangan dan aliran energi di dalam

tubuh kita. Teknik genggam jari disebut juga finger hold (Liana 2008: Andika

2006).

Dalam penelitian ini lebih di fokuskan pada pengaruh relaksasi

genggam jari yang diberikan terhadap pasien pasca pembedahan.

25
26

Berdasarkan uraian peneliti mencoba memfokuskan penelitian ini

dengan lebih menitikberatkan pada kelompok intervensi untuk melihat ada

tidaknya pengaruh terapi relaksasi terhadap penurunan skala nyeri yang

diberikan pada pasien pasca pembedahan appendictomi.

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan

atau kaitan antara konsep- konsep atau variabel- variabel yang akan diamati

atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).

Adapun kerangka konsep penelitian ini, yaitu :

Kerangka Pemikiran Penelitian “Pengaruh Terapi Relaksasi Genggam Jari

Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post Operasi Appendictomi di

Rumah Sakit Dustira”.

Variable independen Variabel Dependen

Nyeri pada Pasien


Terapi Genggam Jari
Post Op Appendictomi

Faktor yang mempengaruhi nyeri :

1. Arti nyeri
2. Toleransi nyeri
3. Reaksi terhadap nyeri
4. Tahap perkembangan
5. Pengalaman sebelumnya
6. Ansietas dan stress
7. Usia
8. Factor spiritual
9. Tingkat pendidikan
10. Tingkat pengetahuan
11. Sosial budaya
27

Keterangan :

: variable yang diteliti

: variable yang tidak diteliti

GAMBAR 3.5

2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode quasy

experiment menggunakan pendekatan pre dan post test design with control

group.

Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true


experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai
kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pre-experimental design.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan
melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperiment yang
mendapatkan perlakuan, yaitu nyeri pada pasien post operasi Appendictomi
dengan Terapi Genggam Jari. Bentuk rancangannya dapat digambarkan
sebagai berikut:

TABEL 3.1 Desain Penelitian Pre-Post Test With Control Group

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test


Penelitian
Kelompok 1 X 2
Eksperimen
Kelompok Kontrol 3 O 3
28

Keterangan:

1 = Pre-test kelompok eksperimen (Pengukuran persepsi nyeri sebelum diberikan


teknik relaksasi genggam jari digunakan sebagai data pre-test.)

2 = Post-test kelompok eksperimen (Pengukuran persepsi nyeri setelah diberikan


teknik relaksasi genggam jari digunakan sebagai data post-test.)

3 = Pre-test kelompok kontrol (Pengukuran persepsi nyeri tanpa diberikan


teknik relaksasi genggam jari)

X = Perlakuan/ intervensi (Pemberian teknik relaksasi genggam jari)

O = Tidak diberi perlakuan/ intervensi

3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian yang


dilakukan yang dirumuskan dalam bentuk hubungan anatara dua variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Adapun hipotesis dalam penelitian ini
adalah : (Notoatmodjo, 2010)

a. Ha (Hipotesis alternatif) : Ada pengaruh terapi

relaksasi genggam jari terhadap penurunan skala nyeri pada pasien

post operasi appendictomi di Ruang Salak Rumah Sakit Dustira.

b. Ho (Hipotesis nol) : Tidak ada pengaruh terapi

relaksasi genggam jari terhadap penurunan skala nyeri pada pasien

post operasi appendictomi di Ruang Salak Rumah Sakit Dustira.

4. Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang menunjukkan nilai dari konsep
yang dimilki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang
dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2010).
29

a. Variabel bebas (Independent Variable), yaitu


variabel sebab atau yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh terapi genggam jari.

b. Variabel terikat (Dependent Variable), yaitu


variabel yang terpengaruhi atau menjadi akibat dari variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah skala nyeri pada pasien post
operasi Appendictomi.

5. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena (Hidayat,2013). Definisi operasional untuk penelitian

dapat diketahui melalui tabel dibawah ini yaitu:

TABEL 3. 1 Definisi Operasional “Pengaruh Pemberian Terapi Relaksasi Genggam Jari


Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post Operasi Appendictomi di Rumah
Sakit Dustira Tahun 2020”.

Variable Definisi Definisi Alat ukur Skala Kategori


Konseptual Operasional ukur

Nyeri Nyeri adalah Presepsi Numeric Ordinal Interpretasi skor


pengalaman responden Rating Scale untuk kriteria
snsori dan mengenai tingkat (NRS) hasil, antara
emosional yang nyeri yang lain :
tidak dirasakan 1. 0 = tidak
menyenangkan sebelum dan nyeri
akibat dari sesudah 2. 1-3 = nyeri
kerusakan dilakukan tidakan ringan
jaringan yang yang ditujukan 3. 4-6 = nyeri
actual atau dengan cara sedang
30

potensial responden 4. 7-10= nyeri


(Smeltzer and melaporkan berat
Bare, 2012) tingkat nyeri yang
sebelumnya telah
dijelaskan oleh
peneliti dengan
skala nyeri dari 0-
10 (kategori tidak
nyeri - nyeri
berat)
Relaksasi Relaksasi Suatu usaha Observasi Ordinal 0 : tidak
Genggam Genggam Jari relaks dengan dengan dilakukan
Jari adalah sebuah menggenggap jari menggunakan 1 : dilakukan
tehnik relaksasi sambil menarik SOP teknik
yang sangat nafas dalam relaksasi
sederhana dan selama 15 menit genggam jari
mudah dilakukan sehingga aliran
oleh siapapun energy akan
yang masuk ke tubuh.
berhubungan
dengan jari
tangan serta
aliran energy
didalam tubuh
kita. Tehnik
genggam jari
disebut juga
finger hold
(Liana,2008)

B. Populasi dan Sampel Penelitian


31

1. Populasi

Populasi adalah keselurahan jumlah yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sujarweni, 2014).

Populasi pada penelitian ini adalah pasien post operasi appedictomi di

Rumah Sakit Dustira Tahun 2020. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, populasi

berjumlah 105 pasien dalam 5 bulan terhitung dari bulan Oktober, November dan

Desember 2019.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki

oleh populasi tersebut (Sugiyono,2013).

Sampel dalam penelitian ini dengan perhitungan rumus (Nursalam,

2008) jika besarpopulasi ≤ 1000 maka besar sampel bisa diambil 20%-

30%. Besar sampel dalam penelitian ini 30% dari 105 yaitu 32

responden terbagi menjadi 2 kelompok yaitu 16 responden sebagai

kelompok eksperimen dan 16 responden sebagai kelompok kontrol.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental

sampling.

Accidental Sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan

ketidaksengajaan atau accidental yang terjadi karena berbagai faktor,

seperti kemudahan dan situasi kondisi yang terjadi. Pada penelitian ini

situasi yang dimaksud adalah ketika peneliti bertemu dengan pasien

post operasi appendictomi saat itu, pasien tersebutlah yang dijadikan


32

sampel penelitian. 64 Simple Random Sampling adalah pengambilan

seluruh sampel dalam populasi yang dipilih secara random atau acak

sederhana yang mempunyai peluang atau probabilitas yang sama.

Untuk memilah sampel menjadi kelompok intervensi dan kelompok

kontrol, digunakan Simple Random Sampling. Peneliti mengambil

sampel sebanyak 16 kelompok intervensi dan 16 kelompok kontrol

yang diambil secara acak yang memenuhi kriteria inklusi.

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1) Pasien dengan dengan post op apendictomi yang mengalami nyeri


post op apendictomi pada 12-24 jam pertama.
2) Pasien dengan nyeri sedang (skala 4-6) hingga nyeri berat (skala
7-9).
3) Pasien yang mendapatkan analgesik dengan jenis dan dosis yang
sama.
4) Bersedia menjadi responden penelitian.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pasien yang mengalami

komplikasi post operasi Appendictomi


33

C. Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan data

Menurut Nursalam, (2011) pengumpulan data adalah suatu proses

pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik

subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Pengumpulan data

pada penelitian ini menggunakan alat ukur lembar observasi skala

nyeri Numeric Rating Scale (NRS) dan Standar Operasional Prosedur

(SOP) tehnik relaksasi genggam jari.

Sebelum pengumpulan data dimulai, calon responden diberi

penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan dan diberikan


34

kesempatan bertanya serta menyatakan kesediaan berpartisipasi atau

tidak.

Pengumpulan data dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari

sumber data dengan melakukan observasi menggunakan lembar

observasi Numeric Rating Scale (NRS) kepada responden, yaitu pasien

post operasi appendictomi di ruangan Rumah Sakit Dustira.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan data agar

kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

Pembuatan instrumen harus mengacu pada variabel penelitian, definisi

operasional dan skala pengukurannya (Surjaweni, 2014). Adapun

instrument yang digunakan dalam penelitian ini merupakan lembar

observasi skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS) dan . Standar

Operasional Prosedur (SOP) tehnik relaksasi genggam jari.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

Data diperoleh secara langsung dari responden dengan memberikan

lembar observasi skala nyeri Numeric Rating Scale pada pasien post

operasi appendictomi.

Setelah peneliti menemukan pasien sesuai dengan kriteria


penelitian maka peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian,
memberikan lembar informed consent meminta responden untuk
menandatanganinya. Peneliti memberikan lembar observasi skala nyeri
35

numeric rating scale pada kedua kelompok sebelum diberikan teknik


relaksasi genggam jari, kelompok eksperimen diberi perlakuan teknik
relaksasi genggam jari ± 30 menit dan kelompok kontrol tidak diberi
perlakuan teknik relaksasi genggam jari dan memberikan lembar
observasi skala nyeri numeric rating scale kembali pada kedua
kelompok sesudah diberikan teknik relaksasi genggam jari.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang

valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaiknya, instrumen

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari

variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2013).

Instrumen pengukuran skala nyeri NRS (Numeric Rating Scales)

telah dilakukan uji validitas dan reliabititas sebelumnya. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Li, Liu & Herr dalam Swarihadiyanti

(2014), penelitian ini membandingkan empat skala nyeri yaitu NRS,

Face Pain Scale Revised (FPS-R), VRS pada klien pasca bedah

menunjukan bahwa keempat skala nyeri menunjukan validitas dan

reabilitas yang baik. Pada validitasnya skala nyeri NRS menunjukan

r=0,90.

b. Uji Reliabilitas
36

Uji Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan fakta atau kenyataan hidup tadi dapat diukur atau diamati

berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2016). Setelah

semua pertanyaan sudah valid, analisis selanjutnya dengan uji

reliabilitas.

Angka uji reliabilitas NRS berdasarkan penelitian yang dilakukan Li,

Liu & Herr dalam Swarihadiyanti (2014), bahwa skala nyeri NRS

menunjukan reliabilitas lebih dari 0,95.

D. Prosedur Penelitian

Langkah- langkah yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Tahap persiapan yang meliputi kegiatan :


a. Menentukan lokasi penelitian
b. Mengurus suratizin penelitian
c. Melakukan observasi lapangan sebelum melakukan penelitian
d. Menentukan kelompok sampel penelitian, waktu pelaksanaan dan

materi yang akan diajarkan saat penelitian

e. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.


2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pre-test pada kelompok eksperimen
b. Memberikan intervensi berupa terapi relaksasi genggam jari
c. Memberikan post-test setelah selesai intervensi
3. Tahap Akhir
a. Mengelompokan hasil pre-test dan post test dari masing- masing
responden
37

b. Membandingkan hasil pre-test dan post-test


c. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang didapatkan

E. Pengolahan dan Analisis Data

Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu

langkah yang penting karena data yang diperoleh langsung dari penelitian

masih mentah, belim memberikan informasi apa-apa, dan belum siap

untuk disajikan (Notoatmodjo, 2018).

a. Editing (edit)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dikumpulkan pada

tahap pengum pulan data atau setelah data terkumpul.

b. Coding (kode)

Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat

penting karena cpengolahan data analisis data menggunakan

komputer.

c. Entri Data (Data entry)

Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer,

kemudian membuat distribusi ftrekuensi sederhana. Dalam

penelitian ini data yang sudah dilakukan pengodean tahap

selanjutnya melakukan entry data dan dimasukkan kedalam

program Microsoft Excel 2013.


38

d. Processing

Setelah semua kuesioner telah terisi penuh dan serta telah melewati

pengkodean maka langkah selanjutnya memproses data atau memasukan

kuesioner ke dalam program komputer.

F. Etika Penelitian

Menueut Hidayat, (2013) Dalam melaksanakan penelitian

khususnya jika yang menjadi subjek penelitian adalah manusia, maka

penelitian harus memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki

kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian yang akan

dilaksanakan bener-bener menjungjun tinggi kebebasan manusia. Setelah

mendapatkan persetujuan berulah melakukan penelitian dengan

menekankan masalah etika keperawtan yang meliputi :

1. Lembar persetujuan ( Informed Consent)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dan responden penelitian, dengan memberikan lembar persetujuan.

Jika responden bersedia, maka mereka baru mendatangani lembar

persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormati hak responden.

2. Tanpa nama (anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek peneliti dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat


39

ukur dan hanya menuliskan kepada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang disajikan.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah etika dengan

memberikan jaminan kerahasiaan hasil peneliti, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok

dan tertentu yang dilaporkan pada hasil riset.

G. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruangan rawat pasca operasi di Rumah Sakit

Dustira yaitu di ruangan

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan selama 2 bulan yaitu pada bulan Juli

Agustus 2020.
40
DAFTAR PUSTAKA

Andarmayo, S. 2013. Konsep dan Keperawatan Nyeri. Ar-Ruzz Media.:


Yogyakarta

Brunner & Suddarth. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, vol 2 Edisi
8.Jakarta : EGC.

Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berfikir Kritis. Jakarta : Salemba


Medika.

Elli Kosasih, dkk. 2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan
Maternitas. Bandung : PT. Refika Aditama.

Emmy Liana Dewi. 2008. Pemerhati dan Praktisi Kesehatan Holistik. Jakarta.

Hidayat dan Uliyan. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC.

ISO. 2010. Informasi Spesialite Obat. Jakarta : PT. ISFI. Jakarta.

Jitowiyono, dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta. Nuha


Medika.

Lismidar, 2003. Buku Ajar Kedokteran. Jakarta : EGC.

Mansjoer A. Etal (2003). Kapita Selektaa Kedokteran. Jilid 2, Edisi 3. Hal 510-
512. Penerbit media aesculapius. Jakarta : FKUI.

Mohhamad Judha. 2011. Keperawatan Perioperatif.

Yogyakarta. Gosyen Publishing.

Monica. 2002. Http : II Perawatheri Blogspot. Com I di ambil 3 januari.

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.

Nanda. 2012. Buku Saku Gangguan Muskoloskeletal. Jakarta : EGC.

vi
Nanda. 2009. Aplikasi Asuhan Keparawatan Berdasarkan Nanda. Jakarta : EGC.

Nurhafizah, E. 2012. Strategi Koping dan Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi.

Medan : Fakultas Keperawatan USU. Jurnal. Diakses pada tanggal 15 April 2014
jam 21.00 WIB

Nurhay, dkk. 2005. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : FKUI

Pinandita, dkk. 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, vol 8,


No.1.Gombong.

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia dan Wilson Lorraine, M. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit.Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.

Puwahang. 2011. Pijat Tangan untuk Relaksasi.www.jarijaritangan.


wordpress.com

Rohmah dan Walid. 2012. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta.Ar-Ruzz media.

Saferi, A. 2013. Buku Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika

Smeltzer,S.C.,& Bare,B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :


EGC.

Tamsuri, Anas. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

Win de Jong et al. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

vii
Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN
Bulan
No. Jadwal Kegiatan Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pemilihan lokasi
1.
penelitian
2 Mengurus surat izin
penelitian
3 Melakukan
observasi lapangan
4 Menentukan
kelompok sampel
penelitian
5 Memberikan pre-test
pada kelompok
eksperimen
6 Memberikan
intervensi terapi
relaksasi genggam
jari
7 Memberikan post
test setelah selesai
intervensi
8 Mengelompokan
hasil pre-test dan
post test
9 Membandingkan
hasil pre-test dan
post test
10 Menarik kesimpulan
dari hasil penelitian
yang didapatkan
Lampiran 2

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Bapak / Ibu Calon Responden

Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini mahasiswa Program
Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani.

Nama : Neng Tika Yulia

Nim : 213219021

Alamat : Kp. Panday RT.02 RW.07 No.25 Desa. Cicalengka Kulon

Hendak melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi Genggam


Jari Terhadap Nyeri Pada Pasien Post Op Appendictomy Di Ruang Salak
Rumah Sakit Dustira Cimahi”

Bahwa penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi responden.
Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian. Jika Bapak/Ibu tidak bersedia menjadi responden
tidak ada ancaman maupun sanksi bagi Bapak/Ibu. Jika Bapak/Ibu telah menjadi
responden dan terjadi hal merugikan, boleh mengundurkan diri dan tidak
berpartisipasi dalam penelitian. Saya sebagai peneliti mengucapkan banyak
terima kasih atas kesediaan Bapak menjadi responden dalam penelitian ini.

Peneliti

Neng Tika Yulia


Lampiran 3

LEMBAR PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

Judul : Pengaruh Terapi Genggam Jari Terhadap Nyeri Pada Pasien


Post Op Appendictomy Di Ruang Salak Rumah Sakit Dustira
Cimahi
Peneliti : Neng Tika Yulia
NIM : 213219021

Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam skripsi ini sebagai responden
dengan mengisi angket yang telah disediakan oleh penulis.
Sebelumnya saya telah diberikan penjelasan tujuan skripsi ini dan saya telah
mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan identitas, data maupun informasi
yang saya berikan. Apabila ada pernyataan yang diajukan menimbulkan ketidak
nyamanan bagi saya, peneliti akan menghentikan pada saat ini dan saya berhak
mengundurkan diri.
Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan sukarela, tanpa ada unsur
pemaksaan dari siapapun, saya menyatakan:

Bersedia

Menjadi Responden dalam Skripsi

Cimahi……………………………

Peneliti Responden
Lampiran 4

SATUAN ACARA KERJA

Topik : Relaksasi Genggam Jari Terhadap Skala


Nyeri

Sasaran : Pasien Post Operasi Appendictomy

Hari/Tangga :
l

Waktu : 15 menit

A. Tujuan
Setelah diberikan relaksasi genggam jari kecemasan pada pasien post operasi
appendectomy akan menurun.

B. Metode
Perlakuan

C. Kegiatan Satuan Acara Kerja


Kegiatan
No Waktu Kegiatan Metode Media
peserta
1 5 Pembukaan Mendengarkan Diskusi
menit a) Membuka kegiatan
dengan
mengucapkan salam
b) Memperkenalkan
diri
c) Menjelaskan tujuan
dari satuan acara
kerja ini
d) Menyampaikan
kontrak waktu
e) Meminta
persetujuan menjadi
responden
f) Memberikan
kuesioner alat ukur
kecemasan sebelum
dilakukan relaksasi
genggam jari
2 8 Pelaksanaan pemberian Konsetrasi dan
menit relaksasi genggam jari mengikuti
instruksi
peneliti
3 2 Penutup Menjawab
menit a) Memberikan salam
kuesioner alat ukur
pasien setelah
dilakukan relaksasi
genggam jari
b) Ucapan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai