Anda di halaman 1dari 96

KELELAHAN KERJA SHIFT PADA PERAWAT DI RUANG PENYAKIT

BEDAH RSUD SUMEDANG

SKRIPSI

MUHAMMAD CANDRA PRATAMA


M16010010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2020
KELELAHAN KERJA SHIFT PADA PERAWAT DI RUANG PENYAKIT
BEDAH RSUD SUMEDANG

SKRIPSI

MUHAMMAD CANDRA PRATAMA


M16010010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2020

i
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Candra Pratama

NIM : M16010006

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Kelelahan Kerja Shift Pada Perawat di
Ruang Penyakit Bedah RSUD Sumedang” secara keseluruhan benar-benar bebas
dari plagiasi, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan
yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan yang saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila
tidak, saya bersedia mendapatkan sanksi.
Yogyakarta, 5 Oktober 2020

Saya Yang Menyatakan

MATERAI

MUHAMMAD CANDRA PRATAMA


M16.01.0006

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Skripsi berjudul “Kelelahan Kerja Shift Pada Perawat di Ruang Penyakit
Bedah RSUD Sumedang” ini telah mendapatkan persetujuan
pada bulan Februari 2020

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Errick Endra Cita, M.Kep. CWCS Ns. Faisal Sangadji, M.Kep.
NIK. 01.150184.09.0002 NIK. 01.290380.16.0022

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Madani Yogyakarta

Ns. Rahmah Widyaningrum, M.Kep.


NIK. 01.050188.13.0019

iii
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

KELELAHAN KERJA SHIFT PADA PERAWAT DI RUANG PENYAKIT


BEDAH RSUD SUMEDANG

Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal :


5 Oktober 2020

Oleh :
Muhammad Candra Pratama
M16010006

Panitia Penguji :

Pembimbing I
Ns. Errick Endra Cita, M.Kep. CWCS (.......................................)
NIK. 01.150184.09.0002

Pembimbing II
Ns. Faisal Sangadji, M.Kep (.......................................)
NIK. 01.290380.16.0022

Penguji
Ns. Isti Antari, M.Med. Ed (.......................................)
NIK. 01.260682.12.0016

Mengetahui,

Ketua STIKes Madani Ketua Prodi Ilmu Keperawatan

Ns. Faisal Sangadji, M.Kep Ns. Rahmah Widyaningrum, M.Kep


NIK. 01.290380.16.0022 NIK. 01.050188.13.0019

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Berdoalah biar ga capek sendiri

Dari Abu Hurairah ‫ رضي الله عنه‬, Rasulullah ‫ صلى الله عليه وسلم‬bersabda,

Seorang Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada
Mukmin yang lemah, dan ada yang baik dalam diri setiap orang. Hendaklah engkau
bersemangat terhadap apa yang bermanfaat (untuk akhirat) bagimu, mohonlah
pertolongan kepada Allah, dan janganlah lemah, dan jika sesuatu (kesulitan) datang
kepadamu, maka janganlah engkau mengatakan: “Jika (seandainya) aku
melakukan, niscaya terjadi begini dan begitu.” Tetapi katakanlah, “Qadarullah (Ini
adalah takdir Allah), dan apa yang Dia kehendaki, Dia lakukan.” Sesungguhnya,
kata “jika (/seandainya)” akan membuka (pintu) untuk syaithan (/akan membuka
perbuatan syaithan).” – Sahih Muslim
Mencapai titik ini merupakan jalan yang sudah dilalui, naik turun hidup yang
di jalani menjadi pembelajaran. Intinya aku bukan apa apa tanpa Allah, saya
bersyukur di berikan kemudahan dalam hidup, dengan terlahir keluarga yang
mengerti sunnah, teman teman yang bikin aku ngerti pahit dan manisnya hidup, dan
bisa bertemu seseorang yang cantik yang bikin aku mau menjadi better people,
makasih ya ♥

iv
KATA PENGANTAR

‫اارحٍِم‬ َّ ‫ــــــــــــــــــم االلها‬


َّ ‫ِىزحْ َم ِه‬ ِ ‫س‬
ْ ِ‫ب‬

Puji dan Syukur peneliti haturkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala


Yang Maha Kuasa. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, serta
orang-orang yang mengikuti risalah-Nya hingga akhir zaman. Alhamdulillah,
dengan karunia dan izin-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Kelelahan Kerja Shift Pada Perawat di Ruang Penyakit Bedah RSUD Sumedang”.
Penyusunan skripsi ini terwujud atas bimbingan, arahan dan dukungan dari
berbagai pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, oleh karena itu pada
kesempatan ini peneliti menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang
mendalam kepada :
1. Dr. dr. H Aceng Solehudin selaku direktur umum RSUD Sumedang.
2. Ns. Faisal Sangadji, M.Kep. Selaku Ketua STIKes Madani Yogyakarta
dan selaku pembimbing II yang telah memberikan masukan dan arahan
kepada peneliti.
3. Ns. Rahmah Widyaningrum, M.Kep. Selaku Ketua Program Studi S1
Ilmu Keperawatan STIKes Madani Yogyakarta.
4. Ns. Errick Endra Cita, M.Kep., CWCS Selaku pembimbing I yang telah
memberikan masukan dan arahan kepada peneliti.
5. Ns. Isti Antari, M.Ed. Selaku dosen penguji yang telah bersedia
memberikan masukan berharga dalam penyelesaian
Dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengalaman, peneliti
menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan sudah barang tentu masih
banyak kesalahan yang luput dari pengamatan peneliti. Oleh karena itu kritik serta
saran yang konstruktif dari semua pihak untuk perbaikan dan penyempurnaan
sangat peneliti harapkan. Semoga semua bantuan dan dukungan yang telah
diberikan kepada peneliti mendapat balasan dari Allah Subhanahu wa ta’ala dan
dicatat sebagai amal kebaikan. Jazakumullahu khoiron.

Yogyakarta, 02 September 2020

Penulis

(Muhammad Candra Pratama )

v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
INTISARI........................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
D. Manfaat penelitian ....................................................................... 5
E. Keaslian penelitian ........................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori .............................................................................. 9
B. Kerangka Teori ............................................................................. 30
C. Kerangka Konsep ......................................................................... 31
D. Hipotesis ....................................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian ......................................................... 33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 33
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 33
D. Variabel Penelitian ...................................................................... 34
E. Definisi Operasional Variabel ...................................................... 34
F. Instrumen Penelitian ................................................................... 35
G. Prosedur Jalannya Penelitian ...................................................... 37
H. Etika Penelitian ........................................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Lokasi Penelitian ............................................................... 43
B. Hasil Penelitian ............................................................................ 44
C. Pembahasan.................................................................................. 54
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................... 66
B. Saran ............................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ..................................................................


Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................... 34
Tabel 3.2 Komponen dan nomer kuesioner SOFI ................................... 36
Tabel 4.1 Karakter Responden ................................................................ 44
Tabel 4.2 Skor kelelahan pada Shift Pagi ............................................... 47
Tabel 4.3 Tingkat Kelelahan pada Shift Pagi.......................................... 47
Tabel 4.4 Skor Kelelahan pada Shift Sore .............................................. 48
Tabel 4.5 Tingkat Kelelahan pada Shift Sore ......................................... 49
Tabel 4.6 Skor Kelelahan pada Shift Malam .......................................... 50
Tabel 4.7 Tingkat Kelelahan pada Shift Malam ..................................... 50
Tabel 4.8 Independent T test kelelahan shift pagi dan shift sore ............ 51
Tabel 4.9 Deskriptif kelelahan shift pagi dan shift sore ......................... 52
Tabel 4.10 Independent T test kelelahan shift pagi dan shift malam ...... 52
Tabel 4.11 Deskriptif kelelahan shift pagi dan shift malam ................... 53
Tabel 4.12 Independent T test kelelahan shift sore dan shift malam ...... 54
Tabel 4.13 Deskriptif kelelahan shift sore dan shift malam.................... 54

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori .................................................................... 30


Gambar 2.2 Kerangka Konsep ................................................................ 31

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 Surat Studi Pendahuluan


Lampiran 02 Kuesioner SOFI
Lampiran 03 Informed consest
Lampiran 04 Surat Izin Peneltian
Lampiran 05 SOP Shift RSUD Sumedang
Lampiran 06 Normalitas data

ix
Kelelahan Kerja Shift Pada Perawat di Ruang Penyakit Bedah
RSUD Sumedang

Muahammad Candra Pratama¹, Errick Endra Cita², Faisal Sangaji²

INTISARI
Latar Belakang: Kelelahan kerja pada perawat yaitu dimana kondisi tubuh seorang
perawat mengalami penurunan dalam fungsi untuk bekerja, Kelelahan ini menimbulkan
gejala-gejala baik secara fisik, sosial maupun psikologis. Di Indonesia kelelahan perawat
diperkirakan mencapai 877 kasus dalam rentang waktu 2006-2011. Banyak pemicu
munculnya kelelahan pada perawat baik itu dari faktor internal maupun eksternal, salah
satunya penyebab nya adalah sistem kerja shift.
Tujuan Penelitian: Mengidentifikasi perbedaan kelelahan kerja perawat antara shift
pagi dan sore terhadap shift malam di ruang penyakit bedah RSUD Sumedang.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah metode observasional analitik dengan
pendekatan Cross-Sectional. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis
rancangan deskriptif analitik komparatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat
pelaksana di ruang penyakit bedah di RSUD Sumedang dengan jumlah 41 perawat
pelaksana dengan menggunakan metode total sampling. orang.
Hasil Analisis: kelelahan shift pagi dengan shift sore, shift pagi dan shift malam, shift
sore dan shift malam dan semuanya mendapatkan hasil nilai sig P > 0,05 Kesimpulan:
shift malam menjadi shift dengan nilai kelalahan terginggi, namun perbedaan skor pada
setiap shift tidak terlalu besar, dibuktin dengan hasil analisis yang menunjukan bahwa
tidak ada perbedaan signifikan pada setiap shift.
Kata Kunci: Kelelahan, perawat, shift

¹ Muhammad Candra Pratama : Mahasiswa Keperawatan di Stikes Madani Yogyakarta


² Ns. Erick Endra Cita, M. Kep,. CWCS : Dosen Keperawatan di Stikes Madani Yogyakarta
² Ns. Faisal Sangaji, M. Kep : Dosen Keperawatan di Stikes Madani Yogyakarta

x
Fatigue Shift Work on Nurses in the Surgical Disease Room
Sumedang Hospital

Muahammad Candra Pratama¹, Errick Endra Cita², Faisal Sangaji²

ABSTRACT
Background: Nurse fatigue is where the condition of a nurse's body decreases in
function to work. This fatigue causes symptoms, such as physical, social and
psychological symptoms. In Indonesia, nurse fatigue is estimated to have reached 877
cases in the 2006-2011 period. Many triggers for the emergence of nurse fatigue, both
internal and external, one of which is the shift work system. Purpose: Identifying
differences in the work fatigue of nurses between morning and evening shifts against
night shifts in the surgical disease room of Sumedang Hospital.
Method: This type of research is analytic observational method with a crosssectional
approach. This research is a quantitative study with a comparative analytic descriptive
design. The population in this study were the nurses in the surgical disease room at
Sumedang Hospital with a total of 41 nurses using the total sampling method.
Analytic Result: fatigue of morning shift with afternoon shift, morning shift and night
shift, afternoon shift and night shift and all of them get a sig value of P> 0,05.
Conclusion: The night shift becomes the shift with the highest score of error, but the
difference in scores for each shift is not too big, as evidenced by the analysis which
shows that there is no significant difference in each shift.
Keyword: Fatigue, Nurse, Shift

¹ Muhammad Candra Pratama : Mahasiswa Keperawatan di Stikes Madani Yogyakarta


² Ns. Erick Endra Cita, M. Kep,. CWCS : Dosen Keperawatan di Stikes Madani Yogyakarta
² Ns. Faisal Sangaji, M. Kep : Dosen Keperawatan di Stikes Madani Yogyakarta

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Burnout merupakan kondisi kelelahan kerja yang dialami oleh perawat,

yang disebabkan oleh faktor individu dan lingkungan kerja (Perrewe, 2002).

Penelitian pada perawat di panti jompo dalam jaringan layanan kesehatan

Perancis ditemukan keluhan burnout sebanyak 40% dari subyek yang di survey

(Kandelman, Mazars and Levy, 2017). Nguyen et al (2018) pada penelitiannya

menemukan persentase burnout sebesar 33,7%, burnout berat 0,7%, burnout

sedang adalah 15,8%, dan 17,2% burnout ringan pada perawat klinik di tiga

rumah sakit di Vietnam.

Data dari Komite Keselamatan Kesehatan kerja (K3) RSUD Bangkinang

menyatakan bahwa terjadinya kelelahan kerja pada perawat tahun 2016

sebanyak 38%, meningkat di tahun 2017 sebanyak 42% dan tahun 2018

sebanyak 45%, dari keterangan tersebut terjadinya peningkatan persentase

terhadap kelelahan pada perawat dibandingkan tahun sebelumnya di RSUD

Bangkinang (Rahmawati and Afandi, 2019). Kelelahan dapat disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain rotasi shift kerja, faktor individu (kesehatan/

penyakit, jenis kelamin, umur, pendidikan, beban kerja, masa kerja dan status

gizi) dan faktor lingkungan fisik (kebisingan, penerangan, suhu dan tekanan

panas, dan ventilasi) (Pramitasari, 2016).

Beberapa dampak dari kelelahan kerja bisa terlihat pada individu dalam

bentuk munculnya penyakit, ketidakhadiran di tempat kerja, performa kerja

1
2

yang menurun, kelelahan juga mempengaruhi aspek-aspek psikologis seperti

perasaan tegang, mudah marah, lemas, sulit berkonsentrasi hingga sulit berpikir

(Etikariena, 2014). Dampak akibat kelelahan kerja perawat juga dapat

berdampak terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasien, komisi

akreditasi rumah sakit membagi dampak negatif akibat kelalaian pelayanan

menjadi 3 kategori, antara lain kejadian nyaris cidera (KNC), kejadian tidak

diinginkan (KTD) dan kejadian sentinel (Wijaya, 2016). 63% pekerja

menderita kelelahan akibat pengaruh shift kerja yang dapat menyebabkan

terjadinya kecelakaan kerja (Tarwaka, 2013).

Di negara Amerika Serikat kesalahan medis terjadi tepat di seluruh

lingkup, insiden kesalahan medis yang paling umum terkait dengan prosedur

bedah (27%), kesalahan pengobatan (18,3%) dan infeksi terkait perawatan

kesehatan (12,2%) (Smith, 2017). National Patient Safety Agency 2017

melaporkan dalam rentang waktu Januari – Desember 2016 angka kejadian

keselamatan pasien yang dilaporkan dari negara inggris sebanyak 1.879.822

kejadian, Ministry Of Health Malaysia 2013 melaporkan angka insiden

keselamatan pasien dalam rentang waktu Januari – Desember 2013 sebanyak

2.769 kejadian dan untuk negara Indonesia dalam rentang waktu 2006 – 2011

KKPRS melaporkan terdapat 877 kejadian keselamatan pasien (RSUDZA,

2017).

Di Indonesia Laporan Insiden Keselamatan Pasien menemukan adanya

pelaporan kasus KTD (14,41%) dan KNC (18,53%) yang disebabkan karena

proses atau prosedur klinik, medikasi, dan pasien jatuh menurut KKPRS pada
3

(Najihah, 2018). Data dari tim K3 RSUD Sumedang mendapat laporan insiden

keselamatan pasien pada tahun 2019, mendapatkan total 147 laporan, yang

terdiri dari 1 kasus KPC, 117 kasus KNC, 9 kasus KTC, dan 20 kasus KTD.

Dalam penelitian yang dilakukan di RSUP PROF DR. R. D. Kandou

Manado menyatakan jika perawat dengan kerja shift dapat berdampak pada

kesehatan perawat itu sendiri, diantaranya aspek biologis, psikologis, dan

sosialnya (Konoralma, Moningka and Palamani, 2013). Dijelaskan dalam

penelitian Patmoko (2015) dan Fatona (2015), jika setiap shift itu memiliki

perbandingan tingkat kelelahan yang berbeda, dan dalam kedua penelitian

menunjukan hasil yang sama yaitu saat perawat melaksanakan shift malam

memiliki tingkat kelelahan yang lebih tinggi di banding dengan saat perawat

melaksanakan shift pagi dan sore. Sedangkan pada penelitian Angouw et al

(2016) menyatakan, yang memiliki tingkat kelelahan yang tinggi adalah shift

pagi, di banding dengan tingkat kelelahan shift sore dan shift malam.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 10

Januari 2020 di RSUD Sumedang, pada 10 perawat yang di wawancarai

semuanya mengalami kelelahan kerja. Kelelahan kerja yang dialami oleh

perawat berbeda beda dalam kriteria nya, 6 perawat mengarah ke kekurangan

energi, 3 perawat mengarah ke rasa kantuk, dan 1 perawat mengarah ke

kekurangan motivasi, mengenai shift kerja yang dijalani, semuanya

berpendapat mereka kurang nyaman karena harus bergantian, dan pada shift

malam memiliki jam kerja paling lama di banding dengan shift pagi dan sore

yakni 10 jam, mereka mengatakan jika system shift kerja memiliki pengaruh
4

pada kelelahan yang mereka alami. Data BOR (Bed Occupancy Ratio) pada

ruang bedah di tahun 2019 mencapai nilai 63,11%, total perawat pada setiap

shift berbeda untuk shift pagi 8 perawat, shift siang 5 perawat dan shift malam

4 perawat. Telah di paparkan di atas adanya kelelahan pada perawat, dan salah

satu faktor yang berpengaruh pada kelelahan perawat adalah shift kerja. Oleh

karena itu peneliti tertarik untuk mengangkat judul mengenai perbedaan

kelelahan kerja perawat pada shift pagi dan shift sore terhadap shift malam.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari penelitian-penelitian sebelumnya didapatkan adanya kelelahan pada

perawat, kelelahan ini bisa berdampak pada keselamatan kerja, salah satu

penyebabnya adalah shift kerja, dan setiap shift terdapat kelelahan yang

berbeda, berbagai studi mengenai perbedaan kelelahan kerja setiap shift telah

dilakukan untuk mengetahui shift mana yang terdapat kelelahan yang paling

tinggi, tetapi penelitian mengenai kelelahan akan mendapat hasil berbeda pada

setiap waktu maupun tempat, dengan demikian rumusan masalah pada

penelitian ini “Adakah perbedaan tingkat kelelahan kerja perawat pelaksana

pada shift pagi, shift sore dan shift malam di ruang penyakit bedah RSUD

Sumedang?”

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi perbedaan kelelahan kerja perawat pelaksana antara shift

pagi, shift sore dan shift malam di ruang penyakit bedah RSUD Sumedang.
5

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya skor rerata kelelahan kerja perawat pada shift pagi di

ruang penyakit bedah RSUD Sumedang

b. Diketahuinya skor rerata kelelahan kerja perawat pada shift sore di

ruang penyakit bedah RSUD Sumedang

c. Diketahuinya skor rerata kelelahan kerja perawat pada shift malam di

ruang penyakit bedah RSUD Sumedang.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Perawat

Manfaat bagi perawat diharapkan hasil penelitian bisa menjadi sumber

informasi mengenai shift manakah yang memiliki kelelahan paling tinggi.

2. Bagi Manajemen Rumah Sakit

Manajemen rumah sakit bisa mengatur jadwal shift yang bisa

meminimalisir kelelahan pada perawat.

3. Bagi Ilmu Manajemen Keperawatan

Sebagai tambahan ilmu mengenai bagaimana keadaan kelelahan perawat,

mengenai adanya pengaruh shift kerja terhadap kelelahan dan tiap shift

memiliki skor kelelahan yang berbeda.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai hasil perbandingan bagi

peneliti dan sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian selanjutnya

tentang perbandingan kelelahan shift pagi, sore dan malam pada perawat

pelaksana.
E. KEASLIAN PENELITIAN

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Peneliti Tempat Desain dan Populasi dan Instrumen Hasil


(Tahun) Analisis Data Teknik Sample Penelitian
1 Bagus Patmoko Di Rsui Yakssi Metode penelitian yang Perawat yang bekerja di Hasil penelitian
(2015) Gemolong digunakan observasional Di Rsui Yakssi menunjukkan
analitis dengan Gemolong sebanyak 52 bahwa tingkat
Perbedaan orang dan diambil kelelahan kerja
pendekatan cross
Tingkat sample sebanyak 47 perawat tertinggi
sectional. Analisis data orang, dengan Teknik adalah pada shift
Kelelahan yang digunakan Kruskal purposive sampling. malam.
Kerja Perawat wallis.
Antara Shift
Pagi, Sore Dan
Malam Di Rsui
Yakssi
Gemolong

Perbedaan : Di RSUD Sumedang, Uji T berpasangan, Perawat Pelaksana di ruang penyakit bedah dan dalam sebanyak 41 orang
perawat, menggunakan Teknik total sampling, kuesioner Swedish Occupational Fatigue Index (SOFI).

6
No Peneliti Tempat Desain dan Populasi dan Instrumen Hasil
(Tahun) Analisis Data Teknik Sample Penelitian
2 Lusi Fatona Di RS PKU Metode penelitian yang Perawat yang bekerja di Lembar Hasil penelitian
(2015) Aisyiyah digunakan observasional RS PKU Aisiyah Kuesioner menunjukkan
Perbedaan Boyolali analitik dengan Boyolali sebanyak 48 KAUPK2 bahwa tingkat
Tingkat pendekatan cross orang dan diambil kelelahan kerja
Kelelahan Kerja sectional. Analisis data sample sebanyak 48 perawat tertinggi
Perawat Antara yang digunakan Kruskal orang, dengan Teknik adalah pada shift
Shift Pagi, Sore malam.
wallis. total sampling.
Dan Malam Di
RS PKU
Aisyiyah
Boyolali

Perbedaan : Di RSUD Sumedang, Uji T berpasangan, Perawat Pelaksana di ruang penyakit bedah dan dalam sebanyak 41 orang perawat,
menggunakan Teknik total sampling, kuisioner Swedish Occupational Fatigue Index (SOFI).

7
No Peneliti Tempat Desain dan Populasi dan Instrumen Hasil
(Tahun) Analisis Data Teknik Sample Penelitian
3 Toar A. Di RSU GMIM Metode penelitian yang Perawat yang bekerja di Alat pengukur Hasil penelitian
Angouw, Johan Bethesda digunakan survei analitik ruang rawat inap tingkat kelelahan menunjukkan
Josephus, Tomohon dengan pendekatan cross sebanyak 123 perawat. kerja atau waktu bahwa tingkat
Sulaeman sectional. Analisis data yang reaksi (reaction kelelahan kerja
Engkeng. digunakan uji Chi Squere. time) tipe perawat tertinggi
(2016) Lakassidaya adalah pada shift
Perbedaan pagi.
Tingkat
Kelelahan Kerja
Perawat Antara
Shift Pagi, Sore
Dan Malam Di
ruangan rawat
inap RSU
GMIM Bethesda
tomohon
Perbedaan : Di RSUD Sumedang, Uji T berpasangan, Perawat Pelaksana di ruang penyakit bedah dan dalam sebanyak 41 orang perawat,
menggunakan Teknik total sampling, kuesioner Swedish Occupational Fatigue Index (SOFI).

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kelelahan

a. Definisi Kelelahan

Kelelahan adalah proses yang mengakibatkan penurunan kesejahteraan,

kapasitas atau kinerja sebagai akibat dari aktivitas kerja (Yung and

Wells, 2016). Kelelahan adalah keadaan di mana seseorang merasa

sangat lelah, kelelahan dapat disebabkan oleh jam kerja yang terlalu

panjang, melakukan kegiatan fisik dan mental yang terlalu lama,

istirahat yang tidak cukup, stress yang berlebihan, dan kombinasi

faktorfaktor tersebut (Alberta Government, 2016).

b. Kelelahan Kerja

Kelelahan kerja yaitu dimana kondisi tubuh mengalami penurunan

dalam fungsi untuk bekerja, seperti efisiensi dan performa, yang mana

saat tubuh melakukan aktivitas/pekerjaan itu akan berdampak pada

menurunnya ketahanan fisik tubuh untuk melakukan aktifitas/pekerjaan

tersebut (Mariyam and Pertiwi, 2015).

c. Jenis-Jenis Kelelahan

Kelelahan menurut Silaban dapat dikategorikan menjadi beberapa

macam yaitu (Febriyana, 2017) :

9
10

1) Berdasarkan proses dalam otot, terdapat beberapa jenis kelelahan,

antara lain sebagai berikut :

a) Kelelahan otot

Kelelahan otot yaitu keadaan dimana seseorang mengalami

nyeri otot akibat kegagalan otot untuk berkontraksi dan

bermetabolisme. Kelelahan ini terjadi saat batas otot sudah

melampaui batas. Waktu ketahanan otot tiap individu berbeda,

semakin individu melatih maka jumlah tenaga yang di

kembangkan oleh otot akan menjadi besar, tenaga ini lah yang

berpengaruh terhadap waktu ketahanan otot, apabila tenaga

habis maka itu menjadi batas waktu maksimum bagi otot,

selanjutnya apabali telah mencapai batas waktu dan otot sudah

tidak bisa memenuhi kebutuhan metabolisme nya untuk

melanjutkan aktivitas, maka di saat itulah terjadi kelelahan pada

seluruh anggota badan.

b) Kelelahan umum

Kelelahan umum biasanya terjadi jika individu mengalami

penurunan rasa kemauan untuk bekerja. Kelelahan ini terjadi

akibat pekerjaan yang bersifat monoton, masa kerja, lamanya

mental dan fisik untuk selalu bekerja, dan keadaan lingkungan.

Kelelahan ini biasanya ditandai dengan berbagai kondisi antara

lain, kelelahan visual (kelelahan pada organ mata), kelelahan


11

mental (proses berpikir), kelelahan syaraf (psikomotor), dan

kelelahan circadian.

2) Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan, dibagi menjadi beberapa

kelelahan, antara lain :

a) Kelelahan akut

Kelelahan yang disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh

organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba tiba.

b) Kelelahan kronis

Kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka waktu yang

sangat lama dan kadang - kadang terjadi sebelum melakukan

pekerjaan. Selain itu kelelahan ini berakibat pada kesehatan

individu itu sendiri, baik kesehatan mental atau fisik. Seperti

ketidakstabilan jiwa, mengalami sakit kepala, sulit tidur, irama

jantung tidak stabil, dan lain - lain.

3) Berdasarkan penyebab, kelelahan dibagi dalam beberapa macam,

antara lain yaitu :

a) Kelelahan fisiologis

Kelelahan yang diakibatkan oleh adanya faktor - faktor seperti

lingkungan fisik seperti penerangan yang berlebihan, factor ini

yang berpengaruh pada fisiologis manusia dan membuat

manusia mengalami kelelahan.


12

b) Kelelahan Psikologis

Kelelahan ini terjadi karena apabila adanya faktor faktor yang

mengganggu pada aspek psikologis individu seperti suasana

kerja, interaksi saat bekerja

d. Faktor yang mempengaruhi kelelahan

Terdapat beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab munculnya

kelelahan pada individu, antara lain :

1) Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang menentukan

tingkat kelelahan kerja individu itu sendiri. Biasanya jenis kelamin

wanita lebih lelah di banding dengan pria. Hal ini dikarenakan

kekuatan otot pada wanita itu lebih lemah dibanding dengan pria,

tidak hanya itu wanita mudah Lelah karena wanita mengalami fase

haid, kehamilan dan ménopause, teorinya adalah bahwa perempuan

akan lebih mudah merasakan lelah karena keterbatasan tenaga yang

dimiliki dan pada penelitian ini menunjukkan bahwa kelelahan

sedang paling banyak dialami oleh perempuan sementara kelelahan

berat justru dialami laki-laki (Arini and Dwiyanti, 2013).

2) Umur

Faktor umur merupakan salah satu faktor yang juga

menyebabkan terjadinya kelelahan pada seseorang. Saat manusia


13

semakin menua maka semakin melemahnya kemampuan manusia

untuk bekerja, hal tersebut dikarenakan perubahan fungsi organ

dalam tubuh manusia, seperti pada organ kardiovaskuler, organ

pernafasan, dan organ lainnya pada usia tua. Tingkat kemampuan

orang untuk bekerja akan menurun karena melemahnya keadaan

fisik individu itu sendiri, hal ini yang bisa menjadi munculnya

kelelahan seseorang saat bekerja, dan menjadi faktor yang bisa

mempengaruhi tingkat kelelahan pekerja (Suma‟mur, 2009).

Pada penelitian lain menyebutkan bahwa persentase individu

pada usia diatas 45 tahun lebih mudah mengalami kelelahan

dibandingkan dengan individu pada usia dibawah 45 tahun

(Kusgiyanto and Ekawati, 2017).

3) Masa kerja

Seseorang yang bekerja dengan masa kerja yang lama lebih

banyak memiliki pengalaman dibandingkan dengan yang bekerja

dengan masa kerja yang tidak terlalu lama, orang yang bekerja

lama sudah terbiasa dengan pekerjaan yang dilakukannya sehingga

tidak menimbulkan kelelahan kerja bagi dirinya (Maurits, 2010).

4) Shift Kerja

Salah satu penyebab kelelahan adalah kekurangan waktu

tidur dan terjadi gangguan pada irama sikandrian akibat shift kerja.

Irama Sikandrian berfungsi dalam mengatur tidur, kesiapan untuk

bekerja, metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung dan


14

tekanan darah, fungsi tersebut dinamakan siklus harian yang teratur

(Maurits, 2010).

Perawat rawat inap shift pagi mengalami kelelahan disebabkan

banyak melakukan aktivitas fisik, pada perawat rawat inap shift sore

kelelahan disebabkan karena pekerjaan perawat shift pagi yang

belum selesai, dan biasanya jumlah perawat yang berjaga lebih

sedikit., sedangkan pada perawat shift malam banyak mengalami

gangguan tidur, kurang istirahat sehingga menyebabkan cepat

mengalami kelelahan, terutama yang sudah berkeluarga dan

memiliki anak, serta jam shift malam yang lebih panjang

dibandingkan shift pagi dan shift sore (Nuraini, 2019).

5) Beban Kerja

Menurut Budiono beban kerja yang terlalu berat dan tidak

sebanding dengan kapasitas kerja yang dimiliki setiap individu itu

akan memicu munculnya kelelahan, hal ini dikarenakan beban kerja

yang berlebihan (Febriyana, 2017).

Pekerjaan yang sifatnya berat membutuhkan istirahat yang

sering dan waktu kerja yang pendek. Jika waktu kerja ditambah

maka melebihi kemampuan tenaga kerja dan akan menimbulkan

kelelahan seseorang menurut Suma‟mur pada (Safitri, 2017).

6) Status gizi

Status gizi berperan penting dalam membantu seorang pekerja

untuk melaksanakan kegiatan nya saat bekerja, karena bila status


15

gizi kurang maka energi yang terdapat di dalam tubuh kurang untuk

mensuplai aktivitas/pekerjaan seseorang (Suma‟mur, 2009).

Status gizi yang buruk atau tidak optimal menyebabkan

terganggu nya aktivitas pekerja dalam melakukan setiap

pekerjaannya karena adanya penurunan daya kerja serta terjadinya

perlambatan gerak (Sari dan Muniroh, 2017).

7) Penerangan

Sebetulnya penerangan sangat berperan penting dalam

membantu seseorang bekerja, penerangan yang baik itu jika

penerangan yang membantu tenaga kerja melihat lebih cepat lebih

teliti dan bisa menciptakan lingkungan yang aman. Tapi lain halnya

jika penerangan nya berlebihan atau tidak maksimal, malah akan

menjadi faktor mudahnya individu mengalami gangguan pada organ

penglihatan yaitu lelah nya dan merasa silau yang berdampak bisa

memicu kelelahan (Tarwaka and Bakri, 2004).

Pencahayaan baik yang tinggi, rendah, maupun yang

menyilaukan berpengaruh terhadap kelelahan mata maupun

ketegangan syaraf para pekerja yang pencahayaan tempat kerjanya

tidak memadai atau tidak sesuai standar (Barleanty, 2016).

8) Psikis

Menurut Budiono tenaga kerja yang mempunyai masalah

psikologis sangat mudah mengalami suatu bentuk kelelahan kronis.

Salah satu penyebab dari reaksi psikologis adalah pekerjaan yang


16

monoton yaitu suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama

dalam periode atau waktu tertentu dan dalam jangka waktu yang

lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar (Vilia,

2014)

e. Gejala kelelahan kerja


Menurut Budiono gambaran mengenai gejala kelelahan ( fatigue

symptom ) secara subjektif dan objektif antara lain : perasaan lesu,

mengantuk dan pusing, berkurangnya konsentrasi, berkurangnya

tingkat kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat, tidak

ada/berkurangnya gairah untuk bekerja, menurunnya kinerja jasmani

dan rohani (Vilia, 2014).

f. Mekanisme Kelelahan
Menurut Grandjean kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada

susunan sistem syaraf pusat, terjadi sistem aktivasi (penggerak) dan

inhibisi (penghambat), kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi

kadang-kadang salah satu di antaranya lebih dominan sesuai dengan

keperluan, sistem aktivasi bersifat simpatik, sedangkan inhibisi adalah

parasimpatis, agar tenaga kerja berada pada keseimbangan, kedua

sistem tersebut harus berada pada kondisi yang memberikan stabilitas

tubuh, sistem inhibisi terdapat dalam thalamus yang mampu

menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan

kecenderungan untuk tidur, sedangkan sistem aktivasi terdapat

formation reticular yang dapat merangsang pusat vegetatif untuk tubuh


17

untuk bekerja, berkelahi, melarikan diri, dan lainnya, keadaan

seseorang sangat tergantung kepada hasil kerja di antara dua sistem

dimaksud, apabila sistem penghambat lebih kuat, maka seseorang

dalam keadaan lelah, sebaliknya manakala sistem aktivasi lebih kuat

maka seseorang dalam keadaan segar untuk bekerja (Eriza, 2012).

g. Dampak Kelelahan Kerja


Menurut Budiono kelelahan kerja dapat mengakibatkan penurunan

produktivitas. Jadi kelelahan kerja dapat berakibat menurunnya

perhatian, perlambatan dan hambatan persepsi, lambat dan sukar

berfikir, penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja,

menurunnya efisiensi dan kegiatan-kegiatan fisik serta mental yang

pada akhirnya menyebabkan kecelakaan kerja dan terjadi penurunan

produktivitas kerja (Faiz, 2014).

Kelelahan kerja tidak hanya berpangaruh pada aktivitas kejra tetapi

kelelahan kerja juga bisa mempengaruhi aspek aspek yang ada dalam

diri manusia, ada beberapa dampak yang di tulis oleh Edu.au dan

Trasnport Canada dampak kelelahan kerja anatara lain (Eriza, 2012) :

1) Fisik

Kelelahan dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang. Misalnya

tidur secara tidak sengaja selama beberapa detik, atau yang sering

disebut dengan microsleep.


18

2) Mental

Konsekuensi mental merupakan kelelahan yang berupa kecemasan

dan ketegangan, komunikasi tidak efektif, mengasingkan diri,

ketidakpuasan kerja, serta menurunnya fungsi intelektual.

3) Emosional

Emosi terdapat di dalam komponen afektif manusia. Apabila

seseorang mengalami kelelahan maka akan berdampak pada

keadaan emosinya, misalnya : mudah lupa, sulit berkonsentrasi,

mengalami kebosanan dan mudah marah.

h. Upaya Pencegahan Kelelahan Kerja

Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh seorang

pekerja untuk mencegah terjadinya kelelahan bekerja, upaya tersebut

antara lain adalah sebagai berikut (Ambarwati, 2018).

1) Lingkungan kerja bebas dari zat berbahaya, penerangan memadai,

pengaturan udara yang adekuat, bebas dari kebisingan, getaran, serta

ketidaknyamanan.

2) Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan.

3) Kesehatan umum dijaga dan dimonitor.

4) Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan

dan beban kerja.

5) Beban kerja berat tidak berlangsung terlalu lama.


19

6) Tempat tinggal diusahakan sedekat mungkin dengan tempat kerja,

kalau perlu perusahaan dapat menyediakan transportasi untuk para

pekerja dengan tempat tinggal yang jauh dari tempat kerja.

7) Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas

kerja dan kehidupannya.

8) Disediakan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat

dilaksanakan secara baik.

2. Shift kerja

a. Definisi
Menurut (Suma‟mur, 2013) shift kerja merupakan pola waktu

kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh

perusahaan atau institusi. Biasanya shift kerja dibagi atas shift pagi, sore

dan malam. Menurut Nurmianto shift kerja berbeda dengan hari kerja

biasa, dimana pada hari kerja biasa, pekerjaan dilakukan secara teratur

pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan shift kerja

dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24 jam/hari,

biasanya perusahaan yang berjalan secara berkelanjutan, yang

menerapkan aturan shift kerja (Susanti, 2017).

b. Sistem shift kerja


Menurut William sistem shift kerja dapat berbeda antar instansi

atau perusahaan, walaupun biasanya menggunakan tiga shift setiap hari

dengan delapan jam kerja setiap shift, ada dua macam system shift kerja

yang terdiri dari (Syafar and Fiatno, 2018) :


20

1) Shift Permanen
Tenaga kerja bekerja pada shift yang tetap setiap harinya. Misalnya

tenaga kerja yang bekerja pada shift malam yang tetap adalah orang –

orang yang bersedia bekerja pada malam hari dan tidur pada siang

hari.

2) Sistem Rotasi
Tenaga kerja bekerja tidak terus – menerus di tempatkan pada shift

yang tetap. Sistem shift ini yang paling mengganggu terhadap irama

circadian dibandingkan dengan shift permanen bila berlangsung

dalam jangka waktu panjang.

c. Faktor Penting Dalam Shift kerja


Knauth dalam jurnal nya yang berjudul The Design of Shift System

(Susanti, 2017).

1) Jenis shift (pagi, sore, malam)

2) Panjang waktu tiap shift

3) Waktu dimulai dan diakhirinya satu shift

4) Distribusi waktu istirahat

5) Arah transisi shift.

d. Kriteria untuk membuat jadwal shift


Kriteria perlu ditetapkan untuk mendapatkan sistem shift kerja yang

disetujui banyak pihak. Kritrea yang dibutuhkan adalah sebagai berikut

(Taufik, 2019) :

1) Waktu kerja tiap hari tidak boleh lebih dari 8 jam.


21

2) Jumlah shift kerja malam yang berurutan untuk seorang pekerja, harus
ditekan sekecil mungkin
3) Setiap shift malam harus diikuti dengan waktu libur setidaknya 24
jam
4) Tiap perencanaan shift kerja mesti meliputi akhir pekan, paling tidak
2 hari berurutan.
e. Dampak Shift kerja
Menurut Grandjean sebagaimana kita ketahui, sejak dini tubuh kita sudah

ter pola mengikuti siklus alam. Pada siang hari seluruh bagian tubuh kita

aktif bekerja dan pada malam hari dalam keadaan istirahat. Untuk

mengatur pola kerja dan istirahat ini, secara alamiah tubuh kita memiliki

pengatur waktu (internal timekeeper) yang sering disebut dengan istilah

irama sirkandian. Irama sirkandian inilah yang mengatur berbagai

aktivitas tubuh kita seperti bekerja, tidur dan proses pencernaan

makanan. Peningkatan aktivitas pada siang hari mendorong adanya

peningkatan denyut nadi dan tekanan darah. Pada malam hari, semua

fungsi tubuh akan menurun dan timbullah rasa kantuk. Hal ini didukung

oleh kondisi alam seperti adanya siang dan malam. Kondisi tubuh yang

sudah terpola ini tentunya sulit untuk diubah. Oleh karena itu apabila

tubuh dituntut untuk bekerja pada malam hari, tentunya perlu

penyesuaian dan pengaturan jadwal kerja yang tepat sehingga pekerja

tetap dapat berprestasi (Purwanto, 2010)

Menurut Cooper dan Payne mengemukakan bahwa efek Shift kerja yang

dapat dirasakan antara lain (Satrio, 2015) :


22

1) Dampak terhadap fisiologis


a) Kualitas tidur : tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus
kurang tidur selama kerja malam.
b) Menurunnya kapasitas kerja fisik akibat timbulnya perasaan
mengantuk dan lelah.
c) Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
2) Dampak terhadap psikososial
Dampak psikososial menunjukkan adanya masalah, antara lain

adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil

kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan menggangu

aktivitas kelompok dalam masyarakat.

3) Dampak terhadap kinerja


4) Kinerja menurun selama kerja Shift malam yang diakibatkan oleh

efek fisiologis dan psikososial. Menurunnya kinerja dapat

mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh

terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan

pemantauan. Shift kerja di periode malam hari akan memaksa para

pekerja atau karyawan tidak bisa istirahat, mata terpaksa terus

membuka di saat jam biologis menghendaki tubuh mendapat istirahat.

Akibatnya karyawan akan merasa mengantuk sehingga

mempengaruhi semua aspek kinerja. Dengan demikian tugastugas

yang menuntut kewaspadaan visual sudah pasti akan terpengaruh,

demikian juga pekerjaan yang membutuhkan kecermatan seperti

pengolahan informasi dan memori. Tugas yang membutuhkan

kegiatan fisik tidak terpengaruh oleh keadaan mengantuk.


23

3. Perawat
a. Definisi perawat
Perawat merupakan tenaga kerja yang bekerja secara professional

dan memiliki skill yang mumpuni, bertanggung jawab dalam

melaksanakan asuhan keperawatan, dan memiliki kewenangan (Wardah,

Febtrina and Dewi, 2017). Sedangkan menurut kemenkes seseorang

dapat dikatakan sebagai perawat dan mempunyai tanggung jawab

sebagai perawat manakala yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa

dirinya telah menyelesaikan pendidikan perawat baik di luar maupun di

dalam negeri yang biasanya dibuktikan dengan ijazah atau surat tanda

tamat belajar (Nuraini, 2019).

b. Peran Perawat
Peran perawat diartikan sebagai prilaku dan sikap seorang perawat

yang sesuai dengan sistem dalam kedudukan seperti yang diharapkan

oleh orang lain, sikap dan prilaku tersebut dapat terpengaruh oleh

keadaan social di dalam maupun di luar profesi perawat yang bersifat

berkelanjutan. Peran perawat diantaranya (Potter and Perry, 2010):

1) Pemberi Perawatan
Perawat membantu klien untuk memenuhi kebutuhan dasarnya untuk

membantu recovery kondisi klien melalui proses penyembuhan

melalui pemberian asuhan keperawatan.

2) Pembuat keputusan klinis


Perawat membuat keputusan sebelum mengambil tindakan

keperawatan dan menyusun intervensi yang berhubungan dengan

assesment, pemberian tindakan keperawatan, evaluasi hasil, dengan


24

menggunakan pendekatan terapeutik terhadap pasien. Pembuatan

keputusan dapat dilakukan secara mandiri, ataupun kolaborasi dengan

tenaga kesehatan lain dan keluarga klien.

3) Pelindung dan Advokat klien


Perawat bertugas mempertahankan lingkungan agar menjadi

lingkungan yang aman, tidak terjadinya kecelakaan dan hal yang

membuat pasien mengalami kerugian. Sebagai advokat, perawat

membantu klien mengutarakan hak-haknya, melindungi hak-hak klien

sebagai manusia dan agar terpenuhi hak haknya secara hukum.

4) Manajer kasus
Perawat berperan mengkoordinasi kegiatan anggota tim, mengatur

waktu kerja serta sumber yang tersedia di lingkungan kerjanya.

5) Rehabilitator
Perawat dengan segenap kemampuan membantu klien

mengembalikan dan meningkatkan fungsi maksimal dirinya setelah

mengalami kejadian atau peristiwa yang mengakibatkan hilangnya

kemampuan klien dan menyebabkan ketidakberdayaan.

6) Pemberi kenyamanan
Kenyamanan serta dukungan emosional yang diberikan perawat

selama melaksanakan asuhan keperawatan secara penuh terhadap

klien, dapat memeberikan dampak yang baik berupa semangat dan

kekuatan agar dapat kembali dalam keadaan sehat.

7) Komunikator
Perawat bertugas sebagai komunikator yang menjadi penghubung

atau perantara klien dan keluarga, terhadap perawat maupun tenaga


25

kesehatan lainnya. Faktor terpenting dalam memenuhi kebutuhan

klien, keluarga dan komunitas adalah kualitas komunikasi yang baik.

8) Penyuluh
Dalam hal ini perawat memberikan promosi kesehatan kepada klien

mengenai pentingnya kesehatan, memberi contoh metode perawatan

dasar yang bisa digunakan klien untuk mebantu meningkatkan derajat

kesehatannya, melakukan penilaian mengenai apakah klien

memahami penjelasan yang diberikan dan melakukan evaluasi untuk

melihat perkembangan dalam pembelajaran klien

9) Peran karier
Perawat berkarier dan mendapatkan jabatan tertentu, hal ini

memberikan perawat kesempatan kerja lebih banyak baik sebagai

seorang perawat pendidik, perawat pelaksana tingkat lanjut, dan tim

perawatan kesehatan.

c. Hak dan Kewajiban perawat


Kewajiban perawat berdasarkan Undang-Undang nomor 44 tahun 2009

tentang Rumah Sakit pasal 32 yaitu (RSSOEDONO, 2019)

1) Perawat wajib dalam pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada


tanggung jawab yang bersumber dari kebutuhan akan keperawatan
individu, keluarga & masyarakat.
2) Perawat wajib melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai budaya, adat
istiadat & kelangsungan hidup beragama
3) Perawat wajib melaksanakan tugasnya bagi individu, keluarga,
masyarakat & dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai martabat &
tradisi luhur keperawatan
26

4) Perawat wajib memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi


disertai kejujuran
5) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya
6) Perawat wajib menghindarkan diri untuk tujuan yang bertentangan
dengan norma agama dan etika profesi
7) Perawat wajib dalam menunaikan tugas tidak terpengaruh oleh
kebangsaan, kesukuan, aliran politik dan agama serta kedudukan
sosial pasien.
8) Perawat wajib mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien
dalam melaksanakan tugas keperawatan
9) Perawat wajib menjalin/memelihara hubungan baik antar sesama
perawat dan tenaga kesehatan lain dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan
10) Perawat wajib menyebarluaskan pengetahuan, ketrampilan dan
pengalaman kepada sesama perawat
11) Perawat wajib meningkatkan kemampuan profesional dengan jalan
menambah ilmu pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang
bermanfaat bagi perkembangan keperawatan
12) Perawat wajib menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan menunjukkan perilaku dan sifat – sifat pribadi yang luhur
13) Perawat wajib berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan
dan pelayanan keperawatan guna meningkatkan mutu pelayanan dan
pendidikan keperawatan
14) Perawat wajib bersama – sama membina dan memelihara mutu
organisasi profesi keperawatan sebagai sarana pengabdian
15) Perawat wajib mematuhi ketentuan – ketentuan sebagai
kebijaksanaan yang digariskan oleh instansi atau pemerintah dalam
bidang kesehatan dan keperawatan
27

16) Perawat wajib berperan secara aktif dalam menyumbangkan


pikiran kepada institusi dan pemerintah dalam upaya meningkatkan
pelayanan kesehatan dan keperawatan
17) Perawat wajib mendokumentasikan asuhan keperawatan secara
berkesinambungan
18) Perawat wajib menginformasikan setiap tindakan keperawatan
yang diberikan kepada pasien
19) Perawat wajib merujuk pasien kepada perawat yang lebih senior
atau perawat lain apabila dia tidak mampu melakukan tindakan
Keperawatan yang ditetapkan
20) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk
bertemu dengan keluarga dan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.

Hak perawat berdasarkan Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang

Rumah Sakit pasal 32 yaitu :

1) Perawat berhak mendapatkan perlindungan hukum dalam


melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya
2) Perawat berhak untuk bekerja menurut standar profesi Keperawatan
serta berdasarkan hak otonomi
3) Perawat berhak untuk menolak keinginan pasien atau profesi lain yag
bertentangan dengan peraturan perundangan dan etika profesi
4) Perawat berhak atas privacy (berhak menuntut, apabila nama baiknya
dicemarkan oleh pasien atau profesi lain dengan ucapan atau tindakan
yang melecehkan profesi)
5) Perawat berhak mendapat informasi lengkap dari pasien atau
keluarga untuk menetapkan Askep yang tepat
6) Perawat berhak atas informasi/pemberitahuan pasien yang tidak puas
terhadap pelayanan keperawatan
28

7) Perawat berhak untuk diperlakukan secara adil dan jujur. Baik oleh
rumah sakit maupun oleh pasien
8) Perawat berhak untuk mendapatkan imbalan atas jasa profesi
berdasarkan peraturan yang berlaku di rumah sakit
9) Perawat berhak menetapkan standar mutu keperawatan
10) Perawat berhak turut serta dalam penyusunan kebijaksanaan
institusi yang mempengaruhi bidang keperawatan
11) Perawat berhak memperoleh lingkungan kerja yang manusiawi
yang menekan serendah mungkin stres fisik serta emosi da resiko
kesehatan
12) Perawat berhak ikut serta memberikan penjelasan tentang
keperawatan yang berkaitan dengan informasi consent sebatas
wewenang tanggung jawab
d. Shift kerja perawat
Shift kerja perawat di rumah sakit yang di ada di Indonesia secara

umum terdiri dari tiga shift yaitu: Shift pagi bekerja selama 7 jam mulai

jam 7.00-14.00, shift sore bekerja 7 jam mulai jam 14.00-21.00, dan shift

malam bekrja selama 10 jam mulai 21.00-07.00, dari keadaan tersebut

memperlihatkan bahwa shift malam mempunyai waktu yang paling lama

bekerjannya (Seguh, Kolibu and Kawatu, 2019). Rumah sakit

merupakan instansi yang kesibukan kerjanya yang sangat tinggi yaitu,

terkhusus pada ruangan yang bersifat gawat darurat, dimana ruangan

ingin setiap tenaga kesehatan satu sama lain saling membutuhkan.

Dalam menjalankan sistem kerja shift perawat sangat dibutuhkan sekali

dalam seluruh shift, dila in sisi pembuatan jadwal shift memiliki batasan

yang hamper sama sekali tidak ada solusi untuk menangani batasan ini.

Dalam praktiknya pasti terdapat satu atau peraturan yang dilanggar. Oleh
29

karena itu, batasan model dibagi ke dalam dua jenis yaitu (Hasan, 2013)

1) Kendala utama

Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan -

peraturan kerja yang tidak boleh dilanggar. Contoh kendala utama

adalah :

a) Seorang perawat tidak dapat bekerja pada shift pagi, sore dan
malam secara berturut turut.
b) Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada lebih dari empat hari
aktif kerja berturut turut.
2) Kendala tambahan

Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan -

peraturan kerja yang sewaktu waktu boleh dilanggar. Contoh kendala

tambahan adalah :

a) Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada dua shift malam


berturut turut.

b) Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada tiga shift sore berturut
turut.
30

B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka teori
Shift kerja

Rotasi Permanen

Shift Pagi Shift Sore Shift Malam

Irama Sikardian terganggu

Fisiologis Terganggu Psikososial Terganggu Kinerja Terganggu

Faktor yang mempengaruhi:


1. Jenis Kelamin Dampak kelelahan:
2. Usia
3. Lama Kerja 1. Fisik
4. Shift Kerja 2. Mental
5. Beban kerja Kelelahan pada 3. Emosional
6. Status gizi perawat 4. Kecelakaan Kerja
7. Penerangan
8. Psikis

Tanda dan gejala : Upaya pencegahan :


1. Perasaan Lesu 1. Lingkungan kerja yang sehat
2. Mengantuk 2. Istirahat
3. Pusing 3. Jaga Kesehatan
4. Kosentrasi  4. Gizi seimbang
5. Kewaspadaan  5. Beban kerja seimbang
6. Persepsi buruk 6. Jarak ke kantor dekat
7. Tidak ada gairah untuk 7. Pembinaan mental
bekerja 8. Liburan
8. Kinerja menurun

Keterangan : - Diteliti
: Tidak diteliti
Sumber : (Eriza, 2012; Vilia, 2014; Febriyana, 2017; Susanti, 2017; Ambarwati,
2018; Syafar and Fiatno, 2018)
31

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka konsep

Variabel bebas/Independen Variabel terikat/Dependen

Shift Kerja Kelelahan kerja

D. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

Ha1 : Adanya perbedaan signifikan antara kelelahan pada shift pagi dengan

shift sore

Ha2 : Adanya perbedaan signifikan antara kelelahan pada shift pagi dengan

shift malam

Ha3 : Adanya perbedaan signifikan antara kelelahan pada shift sore dengan

shift malam
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode observational analitik

dengan pendekatan Cross-Sectional. Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan jenis rancangan deskriptif analitik komparatif. Pada

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan skor rerata kelelahan

kerja pada shift pagi, shift sore dan shift malam.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Sumedang

pada tanggal 3 Agustus 2020 – 12 Agustus 2020

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di ruang penyakit

bedah di RSUD Sumedang, dengan jumlah perawat pelaksana 41 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi, teknik yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan

mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel, pada

penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh perawat pelaksana di

ruang penyakit bedah RSUD Sumedang dengan jumlah 41 orang.

32
33

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas pada penelitian ini adalah shift kerja.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kelelahan kerja.

E. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Kelelahan Kelelahan kerja Kuesioner Skor : 0-150 Rasio
Kerja perawat Swedish
merupakan Occupationa
keadaan dimana l Fatigue
kondisi tubuh Inventory
mengalami (SOFI), yang
penurunan terdiri dari
efisiensi, 25
performa kerja, pertanyaan
dan juga dengan skala
mengalami 0-6
penurunan baik
dalam hal
kekuatan maupun
ketahanan fisik
tubuh untuk terus
melakukan suatu.
Yang meliputi
aspek
kekurangan
energi,
mengerahkan
tenaga fisik,
ketidaknyamanan
fisik, kekurangan
motivasi, kantuk
pada shift pagi,
sore dan malam.
34

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Shift Kerja Shift kerja Standar 1 : Ya Nominal
perawat kriteria shift 0 : Tidak
merupakan kerja RSUD
sistem kerja Sumedang
dimana perawat
saling bergantian
melakukan
pekerjaan pada
shift pagi, shift
siang dan shift
malam agar
proses
operasional
rumah sakit terus
berjalan pada
shift pagi, sore
dan malam

F. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Swedish Occupational Fatigue Index (SOFI)

Kuesioner untuk mengukur tingkat kelelahan yang digunakan adalah

kuesioner Swedish Occupational Fatigue Index (SOFI).Kuesioner SOFI

digunakan untuk mengukur kelelahan akibat kerja dari sisi subjektif.

Kuesioner SOFI ini terdiri dari 5 dimensi kelelahan, yakni kekurangan

energi, mengerahkan tenaga fisik, ketidaknyamanan fisik, kurang motivasi

dan mengantuk. Total pertanyaan yang ada di kuesioner ini yaitu 25

pertanyaan, yang terdiri dari 5 pertanyaan dari setiap dimensi. Penilaian

pada kuesioner ini yaitu dengan menggunakan skala 0-6 dengan interpretasi

nilai 0 berarti pernyataan tersebut tidak dirasakan sama sekali, sedangkan 6

menunjukan pernyataan tersebut sangat dirasakan oleh responden. Cara

penghitungan skor total yaitu dengan menjumlah skor yang ada pada setiap
35

pertanyaan. Jadi skor minimal adalah 0 yang mana menunjukan bahwa

responden tidak merasakan kelelahan sama sekali dan skor maksimal yaitu

150 yang berarti responden sangat merasakan kelelahan akibat kerja.

Kuisioer ini telah dilakukan uji validasi dan reliabilitas oleh (Zuraida,

Irisdiastadi and Puspasari, 2015), Hasil dari uji validitas kuesioner tersebut

menunjukan bahwa t hitung untuk setiap pertanyaan lebih besar dari t-tabel

atau > 1,975 pada hasi dari uji reliabilitas menunjukan bahwa instrumen ini

memiliki nilai Alpha Croncbach sebesar 0,9 sehingga dapat dinyatakan

reliabel karena nilai Alpha Croncbach >0,8.

Komponen dan Nomor Pertanyaan Kuesioner SOFI

Tabel 3.2 Komponen dan Nomor Kuesioner SOFI


Nomor Komponen Nomor
Pertanyaan

1. Kekurangan energi 1-5


2. Mengerahkan tenaga fisik 6-10
3. Ketidaknyamanan fisik 11-15
4. Kekurangan motivasi 16-20
5. Kantuk 21-25

2. Standar kriteria shift kerja RSUD Sumedang

Pembuatan jadwal shift kerja di rawat inap RSUD Sumedang, memilki

kriteria yang telah di tetapkan oleh rumah sakit, antara lain :

a. Setiap perawat memiliki 40 jam kerja pada satu pekan


36

b. shift pagi dimulai dari jam 07.00-14.00, shift sore dimulai dari jam

14.00-21.00, sedangkan shift malam dimulai dari jam 21.00-07.00

c. Jika adanya perawat yang mengajukan pergantian jadwal, harus ada

persetujuan kepala ruang, dan harus tetap 40 jam dalam satu pekan.

G. Prosedur jalannya penelitian

Prosedur penelitian dapat diartikan sebagai langkah yang dilakukan dalam

penelitian, berikut langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti :

1. Persiapan

a. Studi pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk melihat masalah perawat yang ada

di rumah sakit yang berkaitan dengan penelitian.

b. Pengurusan surat izin penelitian

Mengajukan surat izin kepada pihak rumah sakit untuk melakukan izin

penelitian.

c. Uji etik

Mengajukan uji etik kepada komite etik sebelum dilakukan penelitian

2. Tahap pelaksanaan

a. Mempersiapkan instrumen penelitian

b. Peneliti melakukan pendekatan kepada perawat kemudian melakukan

edukasi mengenai instrument penelitian.

c. Peneliti mengambil seluruh populasi perawat untuk dijadikan

responden penelitian.
37

1) Tahap pertama

Pelaksanaan penelitian didahului dengan cara peneliti datang

langsung mengunjungi perawat di Rumah Sakit Umum Daerah

Sumedang, kemudian bertemu langsung dengan perawat pada jam

akhir shift kerja, selanjutnya peneliti memperkenalkan diri dan

menjelaskan tujuan, selanjutnya peneliti menjelaskan tentang

lembar informed consent kemudian memberikan kepada responden

untuk mengisinya.

2) Tahap kedua

Responden yang bersedia menjadi subjek penelitian

menandatangani lembar informed consent yang telah diberikan,

dan apa bila terdapat responden yang tidak bersedia

menandatangani, maka peneliti tidak menjadikan responden

tersebut sebagai subjek penelitian.

3) Tahap ketiga

Kemudian peneliti menjelaskan tentang pengisian kuesioner yang

benar kepada responden yang bersedia, lalu meminta kepada

subjek penelitian untuk mengisi kuesioner penelitian kelelahan

kerja, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan pengisian

kuesioner, bila terdapat kuesioner yang belum lengkap diisi oleh

responden, maka akan dikembalikan untuk melengkapi kembali.


38

4) Tahap keempat

Kuesioner kelelahan kerja yang sudah diisi, selanjutnya akan

dilakukan pengolahan data, analisis data dan membuat hasil

laporan penelitian.

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini telah dilaksanakan pada Bulan Maret -

April 2019 dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Editing

Dilakukan untuk meneliti setiap pertanyaan yang sudah diisi, dan

dilakukan sesegera mungkin, karna apabila terdapat keselahan data dapat

segera di perbaiki, dengan cara mengklarifikasi kepada responden

mengenai beberapa item pertanyaan yang tidak diisi dan memberi

kesempatan sekali lagi kepada responden untuk mengisi kuesioner yang

belum terisi tersebut. Setelah itu, peneliti mengumpulkan hasil jawaban

kuesioner yang telah diisi oleh responden seperti apa adanya.

b. Coding

Memberikan kode pada masing-masing jawaban dengan kode berupa

angka, kemudian dimasukkan ke dalam lembaran tabel kerja untuk

mempermudah pengolahan.
39

c. Data Entry

Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

program atau “software” komputer.

d. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan -

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini

disebut pembersihan data (data cleaning) (Nugroho, 2012).

e. Tabulating

Memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai

dengan kebutuhan analisis.

2. Analisa Data

a. Univariat

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data dari kelelahan

kerja pada perawat, umur, jenis kelamin, masa kerja, beban kerja, dan

status gizi. Data di sajikan dalam bentuk frekuensi, mean, median, dan

simpang baku.
40

b. Bivariat

Uji hipotesis menggunakan Independet T test dengan syarat sebaran

data dapat nilai normal menggunakan uji Shapiro Wilk dengan nilai

yang di dapat p = >0,05, apabila tidak memenuhi syarat akan di

lakukan uji alternative yaitu uji Mann Whitney. Analisis ini dilakukan

untuk melihat perbedaan kelelahan kerja perawat antara shift pagi dan

sore dan shift malam.

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan etika

penelitian dengan empat prinsip yang harus di pegang teguh dalam penelitian

(Notoatmojo, 2010) yakni:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Menghormati harkat dan martabat subyek penelitian, peneliti

mempersiapkan formulir persetujuan responden (inform consent). Lembar

persetujuan disampaikan kepada responden dan dijelaskan maksud dan

tujuan penelitian, setelah responden menyetujui untuk menjadi

responden, kemudian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan

yang telah disiapkan.

2. Menghormati privasi dan keberhasilan subyek penelitian

Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik nama

maupun alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk

menjaga anomi tas dan kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat

menggunakan coding (inisial) sebagai pengganti identitas responden.


41

3. Keadilan (justice)

Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian. Prinsip

keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh

perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, etnis dan

sebagainya.

4. Manfaat dan kerugian (harms and benefits)

Peneliti melakukan penelitian mengenai perbedaan kelelahan kerja perawat

antara shift pagi dan sore dengan shift malam, penelitian ini memberikan

manfaat yaitu perbedaan kelelahan kerja pada setiap shift. Peneliti sudah

melakukan penelitian sesuai dengan prosedur oleh karena itu tidak

merugikan responden yang diteliti.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Lokasi Penelitian

RSUD Kabupaten Sumedang merupakan rumah sakit milik Pemerintah

Kabupaten Daerah Kabupaten Sumedang, terletak di jantung kota Kabupaten

Sumedang antara 6º44‟-70º83‟ Lintang selatan dan 107º21‟-108º21‟ Bujur

Timur,dengan batas wilayah administratif sebagai berikut:Sebelah Utara

Kabupaten Indramayu Sebelah Selatan Kabupaten Garut Sebelah Barat

Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang Sebelah Timur Kabupaten

Majalengka. RSUD Kabupaten Sumedang merupakan Rumah Sakit Tipe B

NON Pendidikan sejak Tanggal 27-10-2004 DENGAN NO SK

1501/MENKES/SK/X/2003, berdiri diatas tanah seluas 18.512,90 m².

Berawal dari RSUD unit swadana pada 1 Juli 1993, Pada tanggal 1 April

2009 RSU Daerah Kabupaten Sumedang ditetapkan sebagai satuan kerja yang

menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-

BLUD) Status Penuh berdasarkan Peraturan Bupati Sumedang nomor 47

Tahun 2009. pada tangga 11 Desember 2015 RSU Daerah Kabupaten

Sumedang telah lulus Akreditasi versi 2012 Lulus Tingkat Paripurna dan pada

tahun 2018 lulus Akreditasi versi SNARS edisi 1.

RSUD Sumedang memiliki 16 ruang rawat inap, salah satunya adalah

ruang penyakit bedah, di ruang penyakit bedah ini di bagi menjadi dua ruangan

yaitu ruangan Tulip untuk pasien kelas 1 dan 2, dan ruangan Angkrek untuk

pasien kelas 3. total perawat di kedua ruangan ini yaitu 50 perawat.

42
43

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini berjumlah 41 orang, di mana semua


responden disini semua merupakan perawat pelaksana. Karakteristik
responden meliputi: jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir,masa kerja,
lama kerja, pergantian shift, beban kerja, berat badan, indeks masa tubuh,
lama tidur.
Tabel 4.1
karakteristik responden

No Variabel F % Mean
1. Jenis Kelamin
Laki laki 14 34.1 123.39
Perempuan 27 65.9 160.31
2 Usia
24-34 20 50.8 137.45
35-48 21 51.2 156.10
3 Pendidikan terakhir
S1 10 24.4 142.50
D3 31 75.6 148.45
4 Beban kerja
8 Pasien 8 19.5 132.00
10 Pasien 27 65.9 144.94
12 Pasien 6 14.6 186.00
5 IMT
Normal 15 36.6 134.87
Overweight 8 19.5 168.00
Obesitas 18 43.9 147.78
6 Lama tidur
44

No Variabel F % Mean
5 jam 1 2.4 186.00
6 jam 12 29.3 152.75
7 jam 15 36.5 147.40
8 jam 12 29.3 145.00
9 jam 1 2.4 57.00
7 Masa Kerja
Lebih dari 1 tahun 37 90.2 151.05
Kurang dari 1 tahun 4 9.8 109.50
Sumber : Data Primer (2020)

Dari tabel 4.1 menunjukan data Jenis kelamin sampel yang terdiri dari

perempuan sebanyak 27 responden atau 65,9% meliki rata rata skor

kelelahan d 123.93 dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 14 responden atau

34,1% rata rata skor kelelahan 160.31. Usia responden berkisar antara 24-48

tahun, responden dengan usia 24-34 ada 20 orang atau 48.8% memiliki rata

rata skor kelelahan 137,45, dan usia 35-48 ada 21 orang atau 51.2%

memiliki rata rata skor kelelahan 156.10. Responden dengan lulusan S1

sebanyak 10 orang atau 24,4% memiliki rata rata skor kelelahan 142.50, dan

lulusan D3 sebanyak 31 atau 75,6% memiliki rata rata skor kelelahan

148,45. Responden dengan masa kerja lebih dari 1 tahun berjumlah 37

orang atau 90.2 memiliki rata rata skor kelelahan 151.05, sedangkan 4

responden lainnya baru bekerja kurang dari 1 tahun atau 9.8% memiliki rata

rata skor kelelahan 109.50. Seluruh responden bekerja lebih dari 35 jam

dalam satu minggu, sesuai dengan kebijakan jam kerja yang telah di atur

oleh rumah sakit. Dalam sistem shift yang di gunakan oleh RSUD
45

Sumedang, pergantian jadwal shift di ubah setiap satu bulan sekali.

Perhitungan beban kerja pada responden, dilakukan dengan cara

menghitung beban tanggung jawab setiap responden dalam berapa banyak

menangani pasien, 8 responden bertanggung jawab atas 8 pasien memiliki

rata rata skor kelelahan 132.00, 35 responden bertanggung jawab 10 pasien

memiliki rata rata skor kelelahan 144.94, 3 responden bertanggung jawab

atas 12 pasien memiliki rata rata skor kelelahan 186.00. Perhitungan status

gizi dilakukan dengan cara menghitung Indeks Masa Tubuh dari setiap

responden, kriteria normal sebanyak 15 responden memiliki rata rata skor

kelelahan 134.87, overweight sebanyak 8 responden memiliki rata rata skor

kelelahan 168.00, obesitas sebanyak 18 responden memiliki rata rata skor

kelelahan 147.78. Perhitungan lama tidur dilakukan dengan cara

menghitung lama nya tidur pada satu hari dengan hitungan jam. 1 responden

tidur selama 5 jam per hari memiliki rata rata skor kelelahan 186,00, 12

responden tidur selama 6 jam per hari nya memiliki rata rata skor kelelahan

15275, 15 responden tidur selama 7 jam per harinya memiliki rata rata skor

kelelahan 147,40, 12 responden tidur selama 8 jam per harinya memiliki

rata rata skor kelelahan 145.00, 1 responden tidur selama 9 jam per harinya

memiliki rata rata skor kelelahan 57.00.


46

2. Deskripsi Kelelahan pada shift kerja Perawat di RSUD Sumedang

a) Shift Pagi

Shift pagi di mulai dari pukul 07.00 sampai 14.00. setiap responden di

berikan kuesioner untuk mengukur kelelahan pada shift pagi, kuesioner

di isi pada akhir dari shift pagi.

Tabel 4.2
Skor kelelahan pada shift pagi

N Minimum Maximum Mean Sum Std. Deviation


Kelelahan Responden
Pada Shift Pagi 41 11 91 47.83 1961 18.543

Sumber : Data primer (2020)

Skor kelelahan terendah pada shift pagi yaitu 11 dan skor tertinggi yaitu

91, rata rata kelelahan shift pagi yaitu 47,83 jumlah skor kelelahan pada

shift pagi 1961 dan standar deviasinya 18,543.

Tabel 4.3
Tingkat kelelahan pada shift pagi

Tingkat Kelelahan N % Rumus


Rendah 8 17,1 X < 29,287
P
Sedang 26 63,4 29,287 < X < 66,373
a
Tinggi 7 19,5 X > 66,373
Data primer (2020)
d
Note : Mean + Standar Deviasi = 66,373
P Mean – Standar Deviasi = 29,287

Pada shift pagi responden yang mengalami kelalahan dengan tingkatan

rendah ada 8 orang, tingkatan sedang 26, dan tingkatan tinggi ada 7

orang. kriteri kelelahan dengan kekurangan energi meiliki total skor 757
47

dengan skor terkecil 139 dan terbesar 165, untuk kirteria mengerahkan

tenaga fisik memiliki total skor 309 dengan skor terkecil 30 dan tertinggi

141, untuk kriteria ketidaknyamanan fisik memiliki total skor 284 dengan

skor terkecil 50 dan tertinggi 68, untuk kriteria kekurangan motivasi

memiliki total skor 242 dengan skor terkecil 33 dan skor terkecil 63,

untuk kriteria kantuk memiliki total skor 369 dengan skor terkecil 65 dan

skor tertinggi 81.

b) Kelelahan Kerja shift sore

Shift sore di mulai dari pukul 14.00 sampai 21.00. setiap responden di

berikan kuesioner untuk mengukur kelelahan pada shift sore, kuesioner

di isi pada akhir dari shift sore.

Tabel 4.4
Skor Kelelahan pada shift sore

N Minimum Maximum Mean Sum Std. Deviation


Kelelahan Responden
Pada Shift Sore 41 14 96 46.34 1900 20,806

Sumber : Data primer (2020)

Skor kelelahan terendah pada shift sore yaitu 14 dan skor tertinggi yaitu

96, rata rata kelelahan shift sore yaitu 46,34 jumlah skor kelelahan pada

shift sore 1900 dan standar deviasinya 20,806.


48

Tabel 4.5
Tingkat kelelahan pada shift sore

Tingkat Kelelahan N % Rumus


Rendah 6 14,6 X < 25,534
p
Sedang 29 70,7 25,534 < X < 67.146
a
Tinggi 6 14,6 X > 67.146
Data primer (2020)
d
Note : Mean + Standar Deviasi = 67,146
a Mean – Standar Deviasi = 25,534

Pada shift sore responden yang mengalami kelalahan dengan tingkatan

rendah ada 6 orang, tingkatan sedang 29, dan tingkatan tinggi ada 6

orang. kelalahan dengan kriteria kekurangan energi meiliki total skor 715

dengan skor terkecil 131 dan terbesar 152, untuk kirteria mengerahkan

tenaga fisik memiliki total skor 311 dengan skor terkecil 36 dan tertinggi

141, untuk kriteria ketidaknyamanan fisik memiliki total skor 264 dengan

skor terkecil 48 dan tertinggi 57, untuk kriteria kekurangan motivasi

memiliki total skor 241 dengan skor terkecil 40 dan skor terkecil 52,

untuk kriteria kantuk memiliki total skor 369 dengan skor terkecil 61 dan

skor tertinggi 80.

c) Kelelahan Kerja shift Malam

Shift malam di mulai dari pukul 21.00 sampai 07.00. setiap responden di

berikan kuesioner untuk mengukur kelelahan pada shift malam,

kuesioner di isi pada akhir dari shift malam.


49

Tabel 4.6
Skor Kelelahan pada shift malam

N Minimum Maximum Mean Sum Std. Deviation


Kelelahan Responden
Pada Shift Malam 41 15 96 52,83 2166 19,701

Sumber : Data primer (2020)

Skor kelelahan terendah pada shift malam yaitu 15 dan skor tertinggi

yaitu 96, rata rata kelelahan shift pagi yaitu 52,83 jumlah skor kelelahan

pada shift malam 2166 dan standar deviasinya 19,701.

Tabel 4.7
Tingkat kelelahan pada shift malam

Tingkat Kelelahan N % Rumus


Rendah 7 17,1 X < 33,129
Sedang 26 63,4 33,129 < X < 72,531
Tinggi 8 19,5 X > 72,531
Data primer (2020)
Note : Mean + Standar Deviasi = 72,531
Mean – Standar Deviasi = 33,129

Pada shift malam responden yang mengalami kelalahan dengan tingkatan

rendah ada 7 orang, tingkatan sedang 26, dan tingkatan tinggi ada 8

orang. kelalahan dengan kriteria kekurangan energi meiliki total skor 710

dengan skor terkecil 115 dan terbesar 158, untuk kirteria mengerahkan

tenaga fisik memiliki total skor 308 dengan skor terkecil 39 dan tertinggi

118, untuk kriteria ketidaknyamanan fisik memiliki total skor 266 dengan

skor terkecil 44 dan tertinggi 63, untuk kriteria kekurangan motivasi

memiliki total skor 224 dengan skor terkecil 39 dan skor terkecil 53,
50

untuk kriteria kantuk memiliki total skor 658 dengan skor terkecil 99 dan

skor tertinggi 153.

3. Perbedaan kelelahan kerja pada shift kerja perawat di RSUD Sumedang

a) Kelelahan shift pagi dan sore

Tabel 4.8
Independent T test kelelahan pada shift pagi dan sore
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. Interval of the
(2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T df tailed) Difference Difference Lower Upper
Kelelaha Equal
n variances .322 .572 .342 80 .733 1.488 4.353 -7.174 10.150
assumed
Equal
variances .342 78.962 .733 1.488 4.353 -7.176 10.151
not assumed
Sumber : Data primer (2020)

Dilihat dari hasil di atas, data ini termasuk data homogen karena nilai Sig:

0,572 > 0,05, bisa di katakan tidak ada perbedaan varians pada data

kelelahan shift pagi dan shift sore. karna data sudah di tentukan homogen

maka merujuk pada lajur atas (Equal variances assumed). Terlihat bahwa

Sig: 0,733 >0,05 maka memiliki arti tidak ada beda kelelahan antara shift

pagi dan shift sore.


51

Tabel 4.9
Deskriptif kelelahan pada shift pagi dan sore
Std. Std. Error
Shift N Mean Deviation Mean
Kelelahan Pagi 41 47.83 18.543 2.896
Sore 41 46.34 20.806 3.249
Sumber : Data primer (2020)
Terlihat bahwa skor kelelahan pada shift pagi lebih tinggi di banding shift

sore (47.83 >46.34).

b) Kelelahan shift pagi dan malam

Tabel 4.10
Independet t test Kelelahan pada shift pagi dan malam

Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. Interval of the
(2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T Df tailed) Difference Difference Lower Upper
Kelelaha Equal
n variances .152 .697 -1.183 80 .240 -5.000 4.225 -13.409 3.409
assumed
Equal
variances -1.183 79.708 .240 -5.000 4.225 -13.409 3.409
not assumed
Sumber : Data primer (2020)
Dilihat dari hasil di atas, data ini termasuk data homogen karena nilai Sig:

0.697 > 0,05, bisa di katakan tidak ada perbedaan varians pada data

kelelahan shift pagi dan shift malam. karna data sudah di tentukan homogen

maka merujuk pada lajur atas (Equal variances assumed). Terlihat bahwa

Sig: 0.240 > 0.05 maka memiliki arti tidak ada perbedaan signifikan

kelelahan antara shift pagi dan shift malam.


52

Tabel 4.11
Deskriftip Kelelahan Shift Pagi dan Malam
Std. Std. Error
Shift N Mean Deviation Mean
Kelelahan Pagi 41 47.83 18.543 2.896
Mala
41 52.83 19.701 3.077
m
Sumber : Data primer (2020)

Terlihat bahwa skor kelelahan pada shift pagi lebih rendah di banding shift

malam (47.83 < 52.83).

c) Kelelahan shift sore dan malam

Tabel 4.12
Independent t test Kelelahan Shift Sore dan Malam
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Sig. Interval of the
(2- Mean Std. Error Difference
F Sig. T Df tailed) Difference Difference Lower Upper
Kelelaha Equal
n variances .037 .848 -1.450 80 .151 -6.488 4.475 -15.393 2.418
assumed
Equal
variances -1.450 79.763 .151 -6.488 4.475 -15.393 2.418
not assumed
Sumber : Data primer (2020)

Dilihat dari hasil di atas, data ini termasuk data homogen karena nilai Sig:

0.848 > 0,05, bisa di katakan tidak ada perbedaan varians pada data

kelelahan shift sore dan shift malam. karna data sudah di tentukan homogen

maka merujuk pada lajur atas (Equal variances assumed). Terlihat bahwa

Sig: 0.151 > 0.05 maka memiliki arti tidak ada beda kelelahan antara shift

sore dan shift malam.


53

Tabel 4.13
Deskriftip Kelelahan Shift Sore dan Malam
Std. Std. Error
Shift N Mean Deviation Mean
Kelelahan Sore 41 46.34 20.806 3.249
Mala
41 52.83 19.701 3.077
m
Sumber : Data primer (2020)

Terlihat bahwa skor kelelahan pada shift sore lebih rendah di banding shift

malam (46.34 < 52.83).

C. Pembahasan

1. Gambaran distribusi karakteristik Responden

Dalam penelitian ini karakteristik perawat pelaksana yang menjadi

variabel adalah jenis kelamin, umur, pendidikan terkahir, masa kerja, beban

kerja, lama tidur, dan status gizi.

Berdasarkan hasil analisa peneliti berpendapat bahwa jenis kelamin, umur,

pendidikan terkahir, masa kerja, beban kerja, lama tidur, dan status gizi bisa

mempengaruhi skor kelelahan.

a. Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan jika rata rata skor kelelahan

pada perempuan lebih tinggi di banding laki laki. Pada tenaga kerja

wanita akan terjadi siklus biologi setiap bulan didalam mekanisme

tubuhnya, sehingga akan mempengaruhi kondisi fisiknya. Hal ini

menyebabkan tingkat kelelahan wanita lebih besar dari pada laki-laki

menurut suma‟mur dalam (Saputro, 2011)


54

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizki

Lestari dan Afandi (2019) dengan judul Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat di RSUD Bangkinang, yang

mengatakan ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan

kelelahan kerja pada perawat.

b. Usia

Berdasarkan tabel 4.1 Skor rata rata kelelahan pada usia 24-34,

skor ini lebih kecil di bandingkan dengan skor rata rata kelelahan pada

usia 35-48. Pekerja yang berumur lanjut akan merasa cepat lelah dan

tidak dapat bergerak dengan leluasa ketika melakukan tugasnya oleh

karena itu akan berpengaruh terhadap kinerjanya (Suma‟mur, 2009).

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Hijriahni (2017)

dengan judul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kelelahan

Kerja Perawat di Ruang UGD RSP UNHAS dan RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar, yang mengatakan jika ada hubungan signifikan

antara usia dengan kelelahan.

c. Beban Kerja

Berdasarkan tabel 4.1 semakin tingginya jumlah tanggung jawab

pasien semakin besar tingkat skor kelelahan yang di alami oleh

responden. Menurut Tarwaka dan Bakri (2010), bahwa salah satu

penyebab kelelahan kerja adalah aktivitas kerja. Adanya aktivitas kerja

menyebabkan timbulnya beban kerja dari aktivitas yang dilakukan


55

tersebut. Beban kerja merupakan suatu beban atau tanggungan yang

diperoleh dari aktivitas kerja yang dilakukan.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Maharja (2015)

dengan judul Analisi tingkat kelelahan kerja berdasarkan beban kerja

fisik perawar di instalasi rawat inap RSU Haji Surabaya, yang

mengatakan jika ada hubungan signifikan antara beban kerja dengan

kelelahan.

d. Status gizi

Berdasarkan tabel 4.1 status gizi responden di ukur dengan cara

menghitung imt, menunjukan jika nilai imt lebih dari normal akan

mempengaruhi skor kelelahan, dalam penelitian ini menunjukan jika

status gizi tidak normal akan meningkatkan kelelahan responden.

Menurut Almatsier (2003) bahwa lemak dalam jumlah yang banyak

dapat menumpuk di pembuluh darah. Penumpukan lemak di pembuluh

darah berpotensi menghambat aliran darah, sehingga tubuh dan otot akan

kekurangan suplai oksigen, oksigen yang terbatas menyebabkan asam

laktat menumpuk, sehingga menimbulkan rasa lelah dan sakit.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Retnosari dan

Dwiyanti (2017) dengan hubungan antara beban kerja dan status gizi

dengan keluhan kelelahan kerja pada perawat instalasi rawat jalan di RSI

Jemusari, yang mengatakan jika ada hubungan signifikan antara status

gizi dengan kelelahan.


56

e. Lama tidur

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan semakin sedikitnya jam tidur

responden per hari akan semakin lelah yang dialami oleh responden.

Menurut Gutiérrez et al., (2005) semakin lama waktu tidur, maka

kelelahan yang terjadi semakin rendah.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh (Yogisutanti,

Kusnanto and Maurits, 2014) dengan judul Hubungan antara Lama Tidur

dengan Akumulasi Kelelahan Kerja pada Dosen, yang mengatakan jika

ada hubungan signifikan antara lama tidur dengan kelelahan.

f. Masa kerja

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan responden yang masa kerja

kurang dari satu tahun memiliki skor rata rata kelelahan lebih kecil di

bandingkan responden yang masa kerja nya lebih dari satu tahun.

menurut Tarwaka (2014) masa kerja akan mempengaruhi stamina tubuh

pekerja, sehingga akan menurunkan ketahanan tubuh.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Narulita et al.,

(2018) dengan judul faktor yang berhubungan dengan kelelahan pada

pekerja dipo lokomotif PT. Kereta api Indonesia (PERSERO), yang

mengatakan jika ada hubungan signifikan antara masa kerja dengan

kelelahan.

2. Kelelahan kerja pada shift pagi

Kelelahan pada shift pagi di dominasi oleh kelelahan dengan kriteria

kekurangan energi dimana kekurangan energi ini di sebabkan oleh kerja


57

berlebihan, energi terkuras setelah kerja, sangat lelah, tenaga terkuras untuk

hal lain dan energi banyak berkurang, itu sangat mungkin terjadi karena

menurut sop kegiatan shift yang telah di tentukan oleh rumah sakit kegiatan

di shift pagi terbilang sangat padat dimana di mulai meraphikan bed pasien,

melakuakn implementasi dan montoring setiap pasin, penerimaan pasien

baru dan ada kunjungan keluarga pasien dimana itu akan menjadu beban

tambahan bagi perawat.

menurut tabel 4.3 kelelahan di shift pagi di dominasi oleh tingkat

kelelahan sedang. sejalan dengan hasil penelitian pada penelitian yang di

lakukan Angouw et al, (2016) berdasarkan data distribusi kelelahan paling

banyak dan paling besar tingkat kelelahan sedang di RSU GMIM Bethesda

Tomohon berada pada shift kerja pagi.

dalam penelitian yang di lakukan oleh Dwi Bestari dan Hariyono (2019)

mendapatkan hasil berbeda, pada shift pagi perawat hampir 90% mengalami

perasaan kelelahan tingkat rendah, hal ini disebabkan perawat setelah

bekerja pada shift pagi setelah sampai dirumah dapat langsung istirahat

untuk sekedar tidur siang dan tidur cukup selama 7-8 jam pada malam hari,

dan dapat melakukan aktivitas seperti bersosial dan menikmati waktu

bersama keluarga.

Menurut Rusdi dan Warsito, (2014) dalam penelitianya yang berjudul

“shift kerja dan beban kerja berpengaruh terhadap terjadinya kelelahn kerja

perawat di ruang rawat di rumah sakit pemerintah” mengatakan shift pagi

merupakan shift yang paling mempengaruhi terjadinya kelelahan pada


58

perawat dikarenakan banyaknya kegiatan keperawatan di tambah dengan

jumlah keluar (pulang ) dan masuknya pasien yang cukup banyak pada

waktu pagi.

3. Kelelahan kerja pada shift sore

Kriteria kelelahan pada shift sore sama halnya dengan shift pagi kriteria

kekurangan energi yang memeilki skor kelelahan yang paling tinggi di

bandingkan dengan kriteria lainnya. pada tabel 4.5 menunjukan kelelahan

dengan tingkatan sedang mendominasi sama hal nya pada shift pagi, tetapi

pada shift ini tingkatan kelelahan tinggi lebih sedikit di bandingkan shift

pagi.

Pada penelitian Nuraini, (2019) Pada hasil uji statistik chi-square dapat

diketahui pada shift sore terdapat tingkat kelelahan dalam kategori tidak

lelah tidak ada, dalam kategori kurang lelah sebanyak 12 orang (63,2%),

dalam kategori lelah sebanyak 6 orang ( 31,6%) dan dalam kategori sangat

lelah sebanyak 1 orang (5,3%), di karenakan pada shift sore semua perawat

mengalami kelelahan di karenakan tugas perawat melanjutkan pekerjaan

perawat shift pagi yaitu mengobservasi kembali pasien, mengurus berkas

administrasi yang belum siap, mengganti infus pasien menunggu dokter

yang belum datang, memberi obat pasien dan mengantar pasien yang akan

melakukan pemeriksaan laboratorium, fisiologi, radiologi dan mengantarkan

pasien yang akan di operasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh (Panjaitan, 2018)

rerata tingkat kelelahan sebelum bekerja (pre) adalah 50.8 (tingkat rendah)
59

dan sesudah menjalankan kerja shift menjadi 58.7 atau dengan tingkat

kelelahan sedang. Perbedaan rata-rata nilai total kelelahan sebelum

menjalankan kerja shift dan sesudah menjalankan kerja shift siang diketahui

bahwa α Sig. (2-tailed) = 0.010, artinya lebih kecil dari 0.05 yang artinya

tidak ada perbedaan rerata kelelahan pada perawat sebelum dan sesudah

bekerja shift siang, perawat shift dengan lama kerja 8 jam, seharusnya

kelelahan yang tinggi, Hal ini mungkin disebabkan angka ketergantungan

kebutuhan pasien akan pertolongan perawat adalah kondisi pasien dengan

ketergantungan minimal rendah.

4. Kelelahan kerja pada shift malam

Kekurangan energi memiliki nilai yang paling tinggi, tetapi tidak hanya

itu pada shift malam juga kriteria kelalah kantuk juga memiliki skor yang

tinggi. pada sop kegiatan shift RSUD Sumedang shift malam di mulai dari

jam 20.00 sampai jam 08.00 setiap perawat di haruskan tetap memontiring

pasien, perawat hanya boleh beristiahan bergantian setaip 1 atau 2 jam

sekali, tidak hanya memonitoring ada juga implementasi yang di lakukan,

seperti pemeberian terapi injeksi pada tengah malam.

Berdasarkan tabel 4,7 tingkatan kelelahan sedang pada shift malam

memilki nilai yang paling tinggi, berbeda dengan penelitian yang i lakukan

oleh (Patmoko, 2015) mengatakan malam mempunyai kelelahan kerja

ringan (78,6%) dan sedang sebesar (21,4%).

Pada penelitian Fatona, (2015) mengatakan kelelahan dengan tingkat

berat lebih banyak terdapat pada shift malam di bandingkan dengan shift
60

pagi maupun shift sore, karena pada umumnya shift malam pada bagian

rawat inap RS PKU Aisyiyah Boyolali mengalami gangguan tidur,

kebanyakan dari tenaga kerja mengantuk, sehingga menyebabkan cepat

mengalami kelelahan. Selain itu, perawat pada shift malam kurang istirahat,

karena kebanyakan dari tenaga kerja perempuan melakukan aktivitas di

siang hari, apalagi yang sudah berkeluarga dan memiliki anak serta jam shift

malam yang lebih panjang dibandingkan shift pagi dan sore, tidak

tersedianya makanan ringan dan jumlah perawat shift malam yang lebih

sedikit.

Hal ini berhubungan dengan teori yang dikemukakan oleh Supomo,

(2014) bahwa bekerja shift menyebabkan gangguan pada cycardian rhytm

dan metabolisme tubuh, karena hal tersebutlah yang sering membuat orang

yang bekerja pada shift malam sering merasa ngantuk dan kelelahan saat

bekerja. Jadi kelelahan kerja yang terjadi pada perawat yang bekerja pada

shift malam kemungkinan disebabkan oleh gangguan pada cycardian rhytm.

5. Perbedaan Kelelahan kerja pada shift pagi, shift sore dan shift malam

Di RSUD Sumedang jadwal kegiatan shift menggunakan metode mpkp,

dimana perawat pelaksana bertugas melakukan implentasi yang di berikan

kepada pasien, dalam tabel sop kegiatan rsud sumedang setiap shift telah di

atur menganenai kegiatan kegiatan yang harus di lakukan pada shift

tersebut.

Pada penelitian yang di lakukan oleh Suryani dan Wulandari (2009) yang

berjudul “hubungan antara beban kerja, stress kerja dan tingkat konflik
61

dengan kelelahan kerja perawat di RSI PDHI Yogyakarta” mengatakan

Beban kerja yang berlebihan dapat menyebabkan menurunnya moral dan

motivasi perawat sehingga hal ini menjadi salah satu penyebab kelelahan

kerja. Studi tentang faktor – faktor penyebab kelelahan kerja yang dilakukan

pada beberapa ribu pria dan wanita dari ratusan perusahaan selama 20 tahun

menunjukkan adanya 6 faktor yang berpengaruh dalam kelelahan, salah

satunya adalah beban kerja yang berlebihan. 80% perawat mengalami

kelelahan pada shiaft kerja nya, terutama pada shift malam yang memiliki

tingkat kelelahan di bandingkan dengan shift pagi (Mayasari, 2011).

Pada penelitian ini skor kelelahan pada shift pagi, shift sore dan shift

malam memiliki skor yang berbeda beda dengan shift malam memiliki

jumlah skor tertinggi, dilanjutkan shift pagi, dan shift sore yang memiliki

skor terendah.

Namun saat di lakukan uji indpendet t test dengan membandingkan

kelelahan shift pagi dengan shift sore, shift pagi dan shift malam, shift sore

dan shift malam dan semuanya mendapatkan hasil nila sig P > 0,05 yang

berartikan tidak ada perbedaan signifikan antara kelelahan pada shift pagi

dengan shift sore, shift pagi dengan shift malam dan shift sore dengan shift

malam.

Penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh

Bagus patmoko (2015) dengan judul “perbedaan tingkat kelelahan kerja

perawat antara shift pagi, sore dan amalm di RSUI Yakssi Gemolong”, dan

penelitian yang dilakukan oleh Fatona, (2015) yang berjudul “perbedaan


62

tingkat kelelahan kerja perawat antara shift pagi, sore dan malam Di RS

PKU Aisyiyah Boyolali” yang sama sama mendapatkan hasil ada perbedaan

signifikan antara shift pagi, shift sore dan shift siang, dan kelelehan tertinggi

terdapat pada shift malam.

Penelitian ini juga berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan

oleh Angouw dkk, (2016) yang berjudul “perbedaan tingkat kelelahan kerja

pada perawat shift kerja pagi, shift kerja sore dan shift kerja malam di

ruangan rawat inap RSU GMIM Bethesda Tomohon” yang mengatakan ada

perbedaan signifikan antara shift pagi, shift sore dan shift malam, dengan

kelelahan yang tertinggi yaitu pada shift pagi.

Pelaksanaan shift kerja yang tidak baik menimbulkan kelelahan kerja

yang harus dikendalikan sebaik mungkin mengingat kelelahan dapat

menimbulkan kecelakaan kerja. Sebagian besar kecelakaan kerja ada

kaitannya dengan kelelahan kerja, sehingga harus mengupayakan

pengendalian kelelahan kerja (Angouw, Josephus and Engkeng, 2016)

Kelelahan tekanan terhadap Covid berdampak pada kelelahan perawat,

dari faktor lingkungan semenjak di terapkan nya protokol covid kebanyakan

keluarga pasien masih awam mengenai hal ini, masih sulitnya di atur seperti

beramai ramai menjenguk pasien dan masih berkerumun tidak mau

mematuhi tata tertib rumah sakit, dalam segi prasarana masih belum

memadai seperti minimnya APD dan tempat cuci tangan, ini menjadi

tambahan beban bagi setiap perawat bukan hanya harus memikirkan

pekerjaan tetapi perawat harus menjalani protokol yang harus di lakukan,


63

dan tekenan karna takut tertular nya virus covid menjadi beban pikiran bagi

para perawat. Oleh karna itu.kelelahan pada shif pagi, shift sore maupun

malam skornya hampir sama.

krieria kelelahan yang dialami oleh perawat bisa berkaitan langsung

dengan keadaan ini seperti kekurangan energi berhubungan dengan

susahnya para perawat untuk makan dan minum saat menggunakan APD,

mengerahkan tenaga fisik berhubungan dengan bertambagnya beban kerja

perawat, ketidaknyamanan fisik berhubungan dengan saat menggunakan

APD perawat menjadi terbatas pergerakannya dan kepanasan, kekurangan

motivasi berhubungan dengan banyaknya stigma buruk dari masyarkat

terhadap para perawat, dan kantuk berhubungan dengan sulitnya beristihat

saat menggunakan APD terutama pada shift malam.

Sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Handayani (2020) yang

berjudul “faktor penyebab stres pada tenaga kesehatan dan masyarakat saat

pandemic covid-19” mendapatkan hasil kondisi psikologis tenaga kesehatan

dan masyarakat selama pandemic Covid-19, mayoritas masyarakat

mengalami gejala stres ringan dan mayoritas perawat mengalami stres

akibat beban pekerjaan, stigma dan kekhawatiran terinfeksi.

pada penelitian yang di lakukan oleh Agustin (2020) mengatakan jika

relawan yang turun langsung mengatasi pasien covid mengakibatkan

munculnya perasaan depresi, kecemasan dan stress. penyebab munculnya

masalah psikologi ini di karenakan rendahnya faktor dukungan orang

terdekat dan keluarga mereka selama menjalani tugas, hal ini terjadi karena
64

dikhawatirkan tertularnya virus covid, kasus ini sejalan dengan penelitian

tentang relawan virus ebola, yang 50% keluarga melaporkan kekhawatiran

akan tertularnya oleh virus tersebut (Belfroid et al, 2018).

Dari pernyataan di atas bisa kita ketahui adanya penerapan protokol

covid menjadi salah satu penyebab beban kerja baik pada shift pagi, shift

sore dan shift malam tidak ada perbedaan signifikan.

6. Keterbatasan peneliti

a. Peneliti mengalami kendala saat proses pemberian kuisioner dan tidak


bisa secara langsung mengawasi responden saat pengisian kuisioner
dikarenakan pandemi Covid-19.
b. Ada beberapa responden yang mengisi kurang jelas sehingga peneliti
meminta responden untuk mengulang kembali dalam mengisi kuisoner.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya dari penelitian yang
dilakukan mengenai perbedaan kelelahan kerja perawat pelaksana pada
shift pagi, shift sore dan shift malam di RSUD Sumedang dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Tidak ada perbedaan signifakn antara shift pagi dan shift sore dengan
nilai sig > 0,05 yaitu 0,733 maka 1 diterima dan di tolak.
2. Tidak ada perbedaan signifakn antara shift pagi dan shift malam
dengan nilai sig > 0,05 yaitu 0,240 maka diterima dan di
tolak.
3. Tidak ada perbedaan signifakn antara shift sore dan shift malam
dengan nilai sig > 0,05 yaitu 0,151 maka diterima dan di
tolak.
4. Skor kelelahan terbesar terdapat pada shift malam, di karenakan pada
shift malam perawat melakukan pekerjaan dimana semestinya di
gunakan untuk beristirahat, oleh karena itu berakibat pada berubahnya
irama sirkandian yang berdampak pada keadaan perawat baik dalam
segi fisik, psikis maupun sosial yang mempengaruhi kelelahan seorang
perawat.
B. Saran
1. Bagi Perawat
Saran bagi perawat diharapkan hasil penelitian bisa menjadi sumber

informasi mengenai shift manakah yang memiliki kelelahan paling

tinggi.

65
66

2. Bagi Manajemen Rumah Sakit


Saran bagi Manajemen rumah sakit diharapkan bisa mengatur jadwal

shift yang bisa meminimalisir kelelahan pada perawat.

3. Bagi Ilmu Manajemen Keperawatan


Saran Bagi Ilmu Manajemen Keperawatan diharapkan Sebagai

tambahan ilmu mengenai bagaimana keadaan kelelahan perawat,

mengenai adanya pengaruh shift kerja terhadap kelelahan dan tiap shift

memiliki skor kelelahan yang berbeda.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


Saran Bagi Peneliti Selanjutnya diharapkan Hasil dari penelitian ini

dapat dijadikan sebagai hasil perbandingan bagi peneliti dan sebagai

referensi untuk mengembangkan penelitian selanjutnya tentang

perbandingan kelelahan shift pagi, sore dan malam pada perawat

pelaksana.
DAFTAR PUSTAKA

Alberta Government (2016) „Fatigue and Safety at the Workplace - Quick Facts
OHS information for workers and employers‟. Available at:
https://open.alberta.ca/dataset/f7470b4b-cbaa-46af-88e2-
16065400ad78/resource/99c50bc9-beb3-4d85-abff-
20dd51e16936/download/ohs-bulletin-erg015-1-fatigue-safety-
workplace.pdf.

Almatsier, S. (2003) „Prinsip-prinsip dasar ilmu gizi‟, Gramedia Pustaka Utama


Jakarta. Jakarta.

Ambarwati, A. (2018) Gambaran Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pengemudi Ojek


Online Di Wilayah Tembalang Semarang. Universitas Diponegoro. Available
at: http://eprints.undip.ac.id/62697/.

Angouw, T. a, Josephus, J. and Engkeng, S. (2016) „Perbedaan Tingkat Kelelahan


Kerja Pada Perawat Shift Kerja Pagi, Shift Kerja Sore Dan Shift Kerja Malam
di Ruangan Rawat Inap RSU GMIM Bethesda Tomohon‟, Jurnal Ilmiah
Farmasi, 5(2), pp. 158–165.

Arini, S. Y. and Dwiyanti, E. (2013) „Analisis faktor yang berhubungan dengan


terjadinya kelelahan kerja pada pengumpul tol di perusahaan pengembang
jalan tol surabaya‟, The Indonesian journal oF Occupational Safety and
Health, 4(2), pp. 113–122.

Barleanty, D. I. (2016) Hubungan Intensitas Penerangan Dengan Kelelahan Mata


Padapekerja Shift Malam Bagian Daily Check di PT. Kereta Api Daerah
Operasi Vi Yogyakarta Dipo Kereta Solo Balapan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Dwi Bestari, D. and Hariyono, W. (2019) „HUBUNGAN MASA KERJA DAN


SHIFT KERJA DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA
PERAWAT DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING KABUPATEN SLEMAN‟. Universitas
Ahmad Dahlan.

Eriza, K. (2012) Analisis Tingkat Risiko Kelelahan Pada Pengemudi Truk PT X


Plant Lenteng Agung Tahun 2012. Universitas Indonesia. Available at:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://lib.ui.ac.id/
file%3Ffile%3Ddigital/20319741-S-PDF-
Eriza%2520Putri%2520Kenanti.pdf&ved=2ahUKEwjqxImJlqHnAhVygUsF
HdDXDRoQFjAAegQIBhAC&usg=AOvVaw0x9LHmdk0asvFHPNCic5ik.

Etikariena, A. (2014) „Perbedaan Kelelahan Kerja Berdasarkan Makna Kerja Pada


Karyawan‟, Jurnal Psikogenesis, 2(2), pp. 169–179.

Faiz, N. (2014) Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada
Pekerja Operator SPBU Di Kecamatan Ciputat. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Available at:
repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/26124.

Fatona, L. (2015) Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Perawat Antara Shift Pagi,
Sore dan Malam Di RS PKU Aisyiyah Boyolali. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Available at:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ums
.ac.id/34325/1/Naskah%2520Publikasi.pdf&ved=2ahUKEwi36uyb9KDnAh
WExzgGHQpqDmMQFjABegQIBxAC&usg=AOvVaw1dBP8M64OFKhrf7-
luoIpH.

Febriyana, O. (2017) Faktor Penyebab Kelelahan Kerja Pada Perawat Di Rumah


Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau Tahun 2017. Universitas Sumatera Utara.
Available at: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/65858.

Gutiérrez, J. L. G. et al. (2005) „Spanish version of the Swedish Occupational


Fatigue Inventory (SOFI): Factorial replication, reliability and validity‟,
International Journal of Industrial Ergonomics. Elsevier, 35(8), pp. 737–746.

Hasan, D. N. (2013) Hubungan Antara Penjadwalan Shift, Beban Kerja dan


Manajemen Waktu Dengan Kelelahan Kerja Di Ruang Rawat Khusus RSUD
Banyumas. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. doi:
https://doi.org/10.35790/ebm.7.2.2019.24753.

Hijriahni, N. (2017) „Analisis Tingkat Kelelahan Kerja Perawat di Ruang UGD


RSP Universitas Hasanuddin dan RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo
Makassar‟. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Kandelman, N., Mazars, T. and Levy, A. (2017) „Risk Factors For Burnout
Among Caregivers Working In Nursing Homes‟, Journal Of Clinical
Nursing, 27(1–2). doi: https://doi.org/10.1111/jocn.13891.

Konoralma, K., Moningka, L. and Palamani, S. (2013) „Hubungan Shift Kerja


Perawat Dengan Stres Kerja Di Ruang IRDM BLU RSUP Prof Dr. R. D.
Kandou Manado‟, Jurnal Ilmiah Perawat Manado, 2(1), pp. 16–24. Available
at: https://www.neliti.com/publications/92499/hubungan-shift-kerja-perawat-
dengan-stres-kerja-di-ruang-irdm-blu-rsup-prof-dr-r.

Kusgiyanto, W. and Ekawati, S. (2017) „Analisis Hubungan Beban Kerja Fisik,


Masa Kerja, Usia, Dan Jenis Kelamin Terhadap Tingkat Kelelahan Kerja
Pada Pekerja Bagian Pembuatan Kulit Lumpia Di Kelurahan Kranggan
Kecamatan Semarang Tengah‟, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(5), pp. 413–
423. Available at: http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm.

Lestari, R. R. and Afandi, S. A. (2019) „FAKTOR-FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT DI
RSUD BANGKINANG TAHUN 2019‟, PREPOTIF: Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 3(2), pp. 41–45.

Maharja, R. (2015) „Analisis tingkat kelelahan kerja berdasarkan beban kerja fisik
perawat di Instalasi Rawat Inap RSU Haji Surabaya‟, The Indonesian Journal
of Occupational Safety and Health, 4(1), pp. 93–102.

Mariyam, S. and Pertiwi, R. (2015) „Faktor Determinan Tingkat Stres Dan


Kelelahan Kerja Karyawan Universitas Negeri Yogyakarta Factors
Influencing Job Fatigue and Stress Among Employees of Yogyakarta State
University Ion Column Technic‟, 4(2), pp. 114–121. Available at:
https://pdfs.semanticscholar.org/0a53/2c5b439c2353cb7960845e0e941eecc90
5e7.pdf.

Maurits, L. S. K. (2010) Selintas tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara


Books.

Mayasari, A. (2011) „Perbedaan Tingkat Kelelahan Perawat Wanita‟, KEMAS:


Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7(1), pp. 28–34.

Najihah (2018) „Budaya Keselamatan Dan Insiden Keselamatan Pasien Di Rumah


Sakit : Literaturereview‟, Jurnal of islamic nursing, 3(1), p. 1. Available at:
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/join/article/view/5469/4836.

Narulita, S., Ningsih, P. and Nilamsari, N. (2018) „Faktor Yang Berhubungan


Dengan Kelelahan Pada Pekerja Dipo Lokomotif PT. Kereta Api Indonesia
(Persero)‟, Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health
http://ejournal. unida. gontor. ac. id/index. php/JIHOH DOI: http://dx. doi.
org/10.21111/jihoh. v3i1, 2439(3), p. 1.

Nguyen, H. T. T. et al. (2018) „Burnout Study of Clinical Nurses in Vietnam :


Development of Job Burnout Model Based on Leiter and Maslach ‟ s
Theory‟, Asian Nursing Research. Elsevier, 12(1), pp. 42–49. doi:
10.1016/j.anr.2018.01.003.

Notoatmojo (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta.

Nugroho (2012) Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 3rd edn. Jakarta: EGC.
Nuraini (2019) „Hubungan Shift Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat Di
Instalasi Rawat Inap Di RS Erna Medan Tahun 2018‟, Jurnal Ilmiah
Penelitian Kesehatan, 4(1), pp. 5–10. doi:
http://dx.doi.org/10.30829/jumantik.v4i1.4061.

Panjaitan, N. (2018) „PENGARUH KERJA SHIFT TERHADAP KELELAHAN


PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUP HAJI ADAM MALIK
MEDAN‟, Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition,
Midwivery, Environment, Dentist), 13(2), pp. 84–93.

Patmoko, B. (2015) Perbedaan Tingkat Kelelahankerja Perawat Antara Shift


Pagi , Sore dan Malam. Universitas Muhammadiyah Surakrta. Available at:
http://eprints.ums.ac.id/37729/.

Perrewe, P. L. (2002) „Are work stress relationships universal ? A nine-region


examination of role stressors , general self-efficacy , and burnout‟, Journal of
International Management, 8(423), p. 7848.

Potter, P. A. and Perry, A. G. (2010) Fundamental Of Nursing: Consep, Proses


and Pratice. 7th edn. Jakarta: Salemba Medika.

Pramitasari, R. M. (2016) Pengaruh Masa Kerja Dan Shift Kerja Terhadap


Kelelahan Kerja Pada Perawat Inap Di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available at:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://core.ac.uk
/download/pdf/148614545.pdf&ved=2ahUKEwitqrC66aDnAhVBXn0KHWb
fCkcQFjABegQIAhAB&usg=AOvVaw3QZTOdrD7mchsENc5ifjgR&cshid=
1580026627303.

Purwanto, A. (2010) Perbedaan Tingkat Kelelahan Pekerja Antara Shift Pagi,


Shift Sore Dan Shift Malam Di Ruang Pusat Pengendali Kilang (RPPK) PT.
Pertamina Ru Vi Balongan Indramayu, Jawa Barat. Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Available at: https://eprints.uns.ac.id/9639/.
Rahmawati, R. and Afandi, S. (2019) „Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan
Kelelahan Kerja pada Perawat di RSUD Bangkinang Tahun 2019‟, Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 3(2), pp. 41–45. Available at:
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/prepotif/article/view/478/
404.

Retnosari, D. F. and Dwiyanti, E. (2017) „HUBUNGAN ANTARA BEBAN


KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN KELUHAN KELELAHAN KERJA
PADA PERAWAT INSTALASI RAWAT JALAN DI RSI JEMURSARI:
Relation Between Workload and Nutritional Status With Fatigue Working of
Outpatient Installation Nurses in RSI Jemursari‟, Jurnal Ilmiah Keperawatan
(Scientific Journal of Nursing), 3(1), pp. 8–17.

RSSOEDONO (2019) Hak dan Kewajiban Perawat. Available at:


rssoedono.jatimprov.go.id/hak-dan-kewajiban-perawat/ (Accessed: 26
January 2020).

RSUDZA (2017) Pentingnya Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien di Rumah


Sakit. Available at:
https://rsudza.acehprov.go.id/tabloid/2017/12/29/pentingnya-pelaporan-
insiden-keselamatan-pasien-di-rumah-sakit/ (Accessed: 26 January 2020).

Rusdi, R. and Warsito, B. E. (2014) „Shift Kerja Dan Beban Kerja Berpengaruh
Terhadap Terjadinya Kelelahan Kerja Perawat Di Ruang Rawat Di Rumah
Sakit Pemerintah‟, Jurnal Manajemen Keperawatan, 2(1), pp. 1–12.

Safitri, M. (2017) Hubungan Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja
Industri Rumah Tangga Rambak Kering Desa Doplang Kecamatan Teras
Boyolali. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Saputro, P. G. (2011) „Pengaruh kebisingan terhadap kelelahan umum pada tenaga


kerja penggilingan padi di Desa Kagokan Sukoharjo Prawida Galih Saputro‟.
UNS (Sebelas Maret University).
Sari, A. R. and Muniroh, L. (2017) „Hubungan Kecukupan Asupan Energi dan
Status Gizi dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pekerja Bagian Produksi ( Studi
di PT . Multi Aneka Pangan Nusantara Surabaya )‟, Jurnal Amerta Nutritiom,
1(4), pp. 275–281. doi: 10.20473/amnt.v1.i4.2017.275-281.

Satrio, P. (2015) Pengaruh Shift Kerja Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja
Pramuniaga Di Pt Circleka Indonesia Utama Cabang Yogyakarta.
Universitas Yogyakarta. Available at:
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.uny.
ac.id/23035/1/PramanosSatrio_11408141018.pdf&ved=2ahUKEwjv6P3ZvaH
nAhWXYysKHcmLDGkQFjABegQIARAB&usg=AOvVaw0HdYjT7A7Ma
L0NF1_U4uaL&cshid=1580049190300.

Seguh, F., Kolibu, F. K. and Kawatu, P. A. T. (2019) „Hubungan Shift Kerja dan
Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III
Manado‟, eBiomedik, 7(2). doi: 10.35790/ebm.7.2.2019.24753.

Smith, D. S. (2017) „Patient Safety‟, Case Manager, 16(3), pp. 74–79. doi:
10.1016/j.casemgr.2005.03.001.

Suma‟mur (2009) Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta:


CV. Sagung Seto.

Suma‟mur (2013) Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). 2nd edn.
Jakarta: CV. Sagung Seto.

Supomo, T. M. (2014) „Shift Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Satuan Polisi


Pamong Praja Kota Tarakan‟, Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 2(1), pp. 75–
88.

Suryani, D. and Wulandari, Y. (2009) „Hubungan antara beban kerja, stres kerja
dan tingkat konflik dengan kelelahan kerja perawat di rumah sakit islam
Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta‟, Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Ahmad Daulan. Universitas Ahmad Dahlan, 3(3), p.
24895.

Susanti, W. (2017) Hubungan Shift Kerja Dengan Kelelahan Pada Perawat


Rawat Inap di RSU Haji Medan Tahun 2017. Universitas Sumatera Utara.
Available at: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/64887.

Syafar, S. and Fiatno, A. (2018) „Pengaruh Shift Kerja Terhadap Kelelahan


Pekerja Pabrik Sawit Di PTPN V SEI Galuh‟, Jrunal Teknik Industri
Terintegerasi, 1(2), pp. 88–97.

Tarwaka (2013) Ergonomi Industri. Surakarta: Harapan Press.

Tarwaka, K. (2014) „Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi K3 di


Tempat Kerja‟. Harapan Press, Surakarta.

Tarwaka, P. and Bakri, L. S. (2010) „Ergonomi Industri Dasar-dasar pengetahuan


ergonomi dan aplikasi di tempat kerja‟. Surakarta: Harapan Press.

Tarwaka, S. H. and Bakri, L. S. (2004) Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan


kerja, dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.

Taufik, A. (2019) „Penjadwalan Shift Kerja Menggunakan Metode Algoritma


Tibrewala, Philippe, Dan Browne Di Bagian Assy Inspection Pt. Hi-Lex Parts
Indonesia‟, Jurnal iImiah Teknik dan Manajemen Industri, 2(1). doi:
http://dx.doi.org/10.32493/jitmi.v2i1.y2019.p61-67.

Vilia, A. (2014) Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada
Perawat DI Instalasi Rawat Inap RSUD DR. H Abdul Moeleok Bandar
Lampung. Universitas Lampung. Available at: digilib.unila.ac.id/2288.

Wardah, Febtrina, R. and Dewi, E. (2017) „Pengaruh Pengetahuan Perawat


Terhadap Pemenuhan Perawatan Spiritual Pasien Di Ruang Intensif‟,
Endurance, 2(October), pp. 436–443. doi:
https://doi.org/10.22216/jen.v2i3.2503.
Wijaya, C. P. (2016) „Pengaruh Burnout Syndrome Terhadap Proses Asuhan
Keperawatan (Studi Pada Perawat Rumah Sakit Medika Utama Blitar)‟,
Jurnal Ilmu Manajemen, 5(3), pp. 23–36.

Yogisutanti, G., Kusnanto, H. and Maurits, L. S. (2014) „Hubungan antara Lama


Tidur dengan Akumulasi Kelelahan Kerja pada Dosen‟, Jurnal Keperawatan
Padjadjaran, 2(1).

Yung, M. and Wells, R. (2016) How Do We Measure Neuromuscular Fatigue at


the Workplace ? The Toronto CRE-MSD Workshop. Ontario. doi:
10.1080/00140139.2014.934299.Position.

Zuraida, R., Irisdiastadi, H. and Puspasari, M. A. (2015) „Perbandingan Kuisioner


Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI) dan Fatigue Assessment
Scale (FAS) sebagai Alat Pengukuran Persepsi Kelelahan.‟, in Dewi, L. T.,
Wigati, S. S., and Nugroho, K. A. (eds) Proceeding Seminar Nasional dan
Kongres PEI. Yogyakrta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Available at:
http://repository.unpas.ac.id/12014/1/NO 12 - Seminar Nasional Sustainable
Ergonomics for Better Human Well Being.pdf.
LAMPIRAN

Lampiran 01

SURAT IZIN STUDI PENDAHULUAN


Lampiran 02
LAMPIRAN GAMBARAN KELELAHAN KERJA PADA PERAWAT
Nomor Responden (diisi oleh peneliti) : ………………..

A. Karakteristik Responden
Petunjuk :
1. Bapak/Ibu/Saudara/i tidak perlu mencantumkan nama untuk menjamin
kerahasiaan data
2. Mohon jawab pertanyaan berikut dengan apa adanya dan sejujur-jujurnya
3. Berikan tanda ceklis () pada untuk jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i pilih

Nama : …… (inisial)
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Pendidikan Terakhir : S1 D3
Usia : ………… Tahun
Masa kerja : > 1 tahun < 1 tahun
Lama Kerja : ≥ 35 ≤ 35
Jam/Minggu Jam/Minggu
Pergantian shift : > 1 bulan < 1 bulan
Beban Kerja : Bertanggung jawab terhadap ………. Pasien
Status Gizi : ……. Kg ………. Cm
IMT : ………
Penerangan :
Lama Tidur : …….. Jam per Hari
B. Gambaran Kelelahan Kerja
Petunjuk pengisian: Berilah tanda ceklis () di dalam kolom jawaban yang

tersedia sesuai dengan kondisi yang Bapak/Ibu/Saudara/i rasakan. Skala 0

menunjukan pernyataan yang dibacakan tidak Anda rasakan sama

sekali, sedangkan skala 6 menunjukan pernyataan yang dibacakan sangat

sesuai dengan keadaan yang Anda rasakan saat ini.

Skala
No Kriteria
0 1 2 3 4 5 6
A. Kekurangan energi
1. Kerja berlebihan
2. Energi terkuras setelah kerja
3. Sangat lelah
4. Tenaga terkuras untuk hal lain
5. Energi banyak berkurang
B. Mengerahkan tenaga fisik
6. Berkeringat
7. Agak sesak
8. Jantung berdebar-debar
9. Tubuh terasa hangat
10. Nafas tersengal-sengal
C. Ketidaknyamanan fisik
11. Otot menegang
12. Merasa kaku dipersendian
13. Merasa keram dibeberapa titik
tubuh
14. Tubuh kesakitan
15. Merasa nyeri
D. Kekurangan Motivasi
16. Tidak tertarik keadaan sekitar
17. Tidak banyak bergerak
18. Lesu, tidak bersemangat
19. Acuh tak acuh
20. Merasa kurang peduli
E. Kantuk
21. Mengantuk
22. Ingin segera tidur secepatnya
23. Pandangan buyar karena
mengantuk
24. Sering menguap
25. Merasa malas
Lampiran 03
INFORMED CONCENT

Dengan ini,Saya yang bertanda tangan di bawah ini;


Nama : .........................................................
Usia : ..........................................................
Alamat : .........................................................

Saya telah membaca atau dibacakan informasi di atas dan


menerima salinan formulir informed concent ini. Saya memiliki
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan saya telah mendapat
jawaban yang memuaskan, saya menyetujui secara sukarela untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini.

Yogyakarta, / _/ 2020

Peneliti Responden

Muhammad Candra Pratama ( )


M16010006 Tanda tangan/cap jempol
Lampiran 04
SURAT IZIN PENELITIAN
Lampiran 05
Lampiran 06

HASIL NORMALITAS DATA

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Total Nilai Kelelahan Per *


.106 41 .200 .962 41 .189
Responden Pada Shift Pagi

Total Nilai Kelelahan Per *


.113 41 .200 .954 41 .100
Responden Pada Shift Siang

Total Nilai Kelelahan Per


Responden Pada Shift .115 41 .196 .976 41 .513
Malam

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Anda mungkin juga menyukai