Anda di halaman 1dari 93

SKRIPSI

PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DALAM PRAKTEK


KEPERAWATAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH LABUANG BAJI MAKASSAR

OLEH :

ABIDIN MUHAMMAD ALI

14.071.014.098

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar


Sarjana Keperawatan Pada Fakultas Ilmu Kesehatan
UIM Universitas Islam Makassr

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2018
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya


Nama : Abidin Muhammad Ali
Nim : 14.071.014.098
Program Studi : Keperawatan
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Judul Skripsi : Penerapan Keselamatan Pasien Dalam Praktek
Keperawatan Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah
Labuang Baji Makassar
Menyatakan bahwa skripsi saya ini asli dan belum diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik Sarjana keperawatan baik di Universitas Islam

Makassar maupun di perguruan tinggi lain. Dalam skripsi ini adalah tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali

secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar rujukan.

Apabila dikemudian hari ada klaim dari pihak lain maka akan menjadi

tanggung jawab saya sendiri, bukan tanggung jawab dosen pembimbing atau

pengelolah Program Studi Ilmu Keperawatan UIM dan saya bersedia menerima

sangsi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku, termasuk pencabutan

gelar sarjana yang telah saya peroleh.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada

paksaan dari pihak manapun

Makassar, 20 Desember 2018

Yang menyatakan,

(Abidin Muhammad Ali)


ABSTRAK

Abidin Muhammad Ali, “Penerapan Keselamatan Pasien Dalam Peraktek


Keperawatan Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji
Makassar”, (Dibimbing Oleh Muh. Tabran dan Badaruddin).
Keselamatan pasien merupakan hasil interaksi antara komponen
struktur dan proses. Mutu pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari
segi aspek - aspek sebagai berikut : aspek klinis (pelayanan dokter, perawat
dan terkait teknis medis), aspek efisiensi dan esfektifitas pelayanan,
keselamatan pasien dan kepuasaan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Penerapan Keselamatan Pasien Dalam Peraktek Keperawatan
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Oktober sampai 15 Novermber
2018. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, dengan metode cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat pada Ruangan Perawatan
Baji Kamase, Baji Ada, dan Baji Dakka yaitu 36 orang. Sampel yang di ambil
sejumlah 36 perawat, yang diperoleh dengan menggunakan teknik total sampling.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan aplikasi
SPSS.
Dari uji analisis data diperoleh hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat gamabaran Identifikasi Pasien responden yang Tercapai Penuh sebanyak
34 responden (94,4%), Peningkatan Keamanan Obat (high Alert) Tercapai Penuh
yaitu 35 responden (83,3%), Kepastian Tepat-lokasi, Tepat Prosedur, Tepat-
pasien operasi yang Tercapai Penuh yaitu 30 responden (83,3%), Pengurangan
Risiko Infeksi Tercapai Penuh yaitu 34 responden (87,9%),dan Penerapan
Keselamatan Pasien Sakit Tercapai Penuh yaitu 27 responden (75,0%).
Diharapkan kepada perawat agar memberikan pelayanan yang propesional yang
menunjang keselamatan pasien saat di rawat di rumah sakit.

Kata Kunci : Perawat, Identifikasi, Peningkatan, Pengurangan Risiko


Infeksi, Keselamatan Pasien.

Kepustakaan : Tahun 2011 - 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, yang merupakan salah satu

persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana pada Program Studi S1 Keperawatan di

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Makassar.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, mungkin masih banyak kekurangan atau kelemahan baik dari segi

penyusunan maupun dari pandangan pengetahuan. Oleh karena itu penulis

mengharapkan adanya saran, pendapat atau kritik yang bersifat konstruktif dari

semua demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Selama proses penyelesaian skripsi ini banyak kesulitan dan hambatan

yang penulis hadapi, namun atas bantuan bimbingan dan kerja sama dari semua

pihak yang terlibat di dalamnya sehingga hambatan dan kesulitan itu dapat teratasi

dengan baik. Khusus kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Muhammad Ali

dan Ibunda Rasina dengan segala pengorbanannya dan rasa cinta kasih yang

tulus, serta do’anya yang tulus sehingga penulis dapat merasakan dan melewati

momentum perjuangan hidup ini. Untuk itu perkenankanlah penulis dengan segala

hormat dan kerendahan hati mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak Ns. H. Muh. Tabran, S.Kep, S.Km, MARS. selaku

pembimbing pertama dan Bapak Ns. H. Badaruddin, S.Kep, M.Kes. selaku


pembimbing kedua dengan penuh kesadaran dan keikhlasan meluangkan waktu,

tenaga dan pikirannya untuk memberikan perhatian, bimbingan, petunjuk,

dorongan dan nasehat serta saran pada penulis sejak awal persiapan rencana

penelitian sampai terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Bapak Prof. DR. Ir. H. Iskandar Idy, M.Ag selaku Ketua Yayasan

Universitas Islam Makassar.

2. Ibu Dr. Ir. Hj. A. Majdah M. Zain, M.Si. selaku Rektor Universitas

Islam Makassar.

3. Bapak dr. H. Andi Rifai Pakki, DPDK selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Makassar.

4. Ibu Ns. Nurul Fuady F, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam makassar.

5. Bapak dan Ibu dosen serta staf Fakultas Ilmu Kesehatan UIM yang

telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan

pendidikan selama menjalani perkuliahan.

6. Teman-teman dekat ku yang telah memberikan semangat dan bantuanya

dalam proses pengurusan skripsi

7. Rekan-rekan seperjuangan, Mahasiswa/i angkatan ‘014’, adik-adik

angkatan ‘015’, angkatan ‘016’, angkatan ‘017’ serta seluruh

Mahasiswa Fakultas Ilmu kesehatan yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.
Akhirnya semua amal baik dan bantuan semua pihak mendapatkan pahala

yang sebesar-besarnya dari Allah SWT, dan hasil penulis ini menjadi bacaan yang

bermanfaat. Amin..!

Makassar, Oktober, 2018

Abidin Muhammad Ali


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. vi

ABSTRAK .................................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL....................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Keselamatan Pasien .......................................... 7

B. Tinjauan Umum Tentang Akreditasi Rumah Sakit ................................... 10

C. Tinjauan Umum Tentang Penerapan Keselamatan Pasien Rumah Sakit 15

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Pikir ............................................................................................... 28

B. Kerangka Konsep ........................................................................................... 30

C. Defenisi Operasional Dan Kriteria Objektif .................................................. 31

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ........................................................................................... 33


B. Populasi Dan Sampel ..................................................................................... 33
C. Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................................ 34

D. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 34

E. Pedoman Penlaian .......................................................................................... 35

F. Jenis dan Sumber Penelitian .......................................................................... 36

G. Pegolahan data dan Analisa Data ................................................................... 37

H. Etika Penelitian .............................................................................................. 39


BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................. 40

B. Hasil ............................................................................................................... 46

C. Pembahasan ................................................................................................... 50

D. Keterbatasan Peneliti ..................................................................................... 56

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 57

B. Saran .............................................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Data karakteristik menurut jenis kelamin responden di RSUD


Labuang Baji Makassar .............................................................. 44

Tabel 5.2. Data karakteristik menurut Umur responden di RSUD Labuang


Baji Makassar ............................................................................. 45

Tabel 4.3. Data karakteristik menurut pendidikan responden di RSUD


Labuang Baji Makassar .............................................................. 45

Tabel 5.5. Data karakteristik menurut Ketepatan Identifikasi Pasien


responden di RSUD Labuang Baji Makassar............................... 46

Tabel 5.6. Data karakteristik menurut Peningkatan Keamanan Obat (high


Alert) responden di RSUD Labuang Baji Makassar .................... 46

Tabel 5.7. Data karakteristik menurut Kepastian Tepat-lokasi, Tepat


Prosedur, Tepat-pasien operasi responden di RSUD Labuang
Baji Makassar ............................................................................. 47

Tabel 5.8. Data karakteristik menurut Pengurangan Risiko Infeksi


responden di RSUD Labuang Baji Makassar............................... 47

Tabel 5.9. Data karakteristik menurut Penerapan Keselamatan Pasien Sakit


responden di RSUD Labuang Baji Makassar............................... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2 Lembar Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Master Tabel Penelitian
Lampiran 5 Hasil Olah Data Statistik
Lampiran 6 Surat Rekomendasi Penelitian dari ketua Prodi Fakultas
Kesehatan Universitas Islam Makassar
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Dari Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Penyelenggaraan
Pelayanan Perizizan
Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Di RSUD
Labuang Baji Makassar
Lampiran 9 Riwayat Hidup Peneliti
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan layanan jaya yang memiliki peran penting

dalam kehidupan masyarakat. Rumah sakit merupakan tempat yang

sangat kompleks, terdapat ratusan macam obat, ratusan test dan

prosedur, banyak terdapat alat dan teknologi, bermacam profesi dan non

profesi yang memberikan pelayanan pasien selama 24 jam secara terus

menerus, dimana keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila

tidak dikelola dengan baik dapat terjadi, Kejadian Tidak Diharapkan

(KTD). (Depkes, 2013).

Rumah sakit sebagai instansi pelayanan kesehatan yang

berhubungan langsung dengan pasien harus mengutamakan pelayanan

kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif dengan

mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan

rumah sakit (Undang - undang tentang kesehatan dan Rumah Sakit

Pasal 29 b UU No.44/2013). Pasien sebagai pengguna pelayanan kesehatan

berhak memperoleh keamanan dan keselamtan dirinya selama dalam

perawatan di rumah sakit (Undang - Undang tentang kesehatan dan

Rumah Sakit Pasal 32 UU No.44/2013). (Agustina, 2013).

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana

rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen

risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan

1
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari

insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang

disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Peraturan Menteri

Kesehatan No. 1691 Tahun 2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah

Sakit Bab 1 Pasal 1 No. 1), (Depkes, 2013)

Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Utarini,

dkk 2012 Kejadian yang Tidak Diharapkan (KTD ) Terhadap 4500

dokumen medik pasien rawat inap pada 15 rumah sakit, diperoleh

hasil bahwa angka, Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang bervariasi

antara 8,0 % sampai 8,0 % sampai 98,2 % juga mengungkapkan bahwa

angka, Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang berupa infeksi luka

pasca operasi berkisar antara 11,5 % hingga 47,7 %.

Sejak berlakunya UU No. 8/2016 tentang Perlindungan Konsumen

dan UU No. 29 tentang praktik kedokteran, munculah berbagai

tuntutan hukum kepada Dokter dan Rumah Sakit. Hal ini hanya

dapat ditangkal apabila Rumah Sakit menerapkan Sistem Keselamatan

pasien. Sehingga perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)

membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKP-RS) pada

tanggal 1 juni 2011. Selanjutnya Gerakan Keselamatan Pasien

Rumah Sakit ini kemudian dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI

pada Seminar Nasional PERSI pada tanggal 21 Agustus 2013, di


Jakarta Convention Center Jakarta. (PERSI – KARS, KKP-RS, 2016).

Keselamtan pasien merupakan tanggung jawab semua pihak yang

berkaitan dengan pemberi pelayanan kesehatan. Stakeholder mempunyai

tanggung jawab memastikan tidak ada tindakan yang membahayakan

pasien. Masyarakat, pasien, dokter, tenaga perawat, tenaga kesehatan,

peneliti, kalangan profesional, lembaga akreditasi rumah sakit dan

pemerintah memiliki tanggung jawab bersama dalam upaya keselamatan

pasien. Pasien safety menjadi prioritas utama dalam layanan kesehatan

dan merupakan langkah kritis pertama untuk memperbaiki kualitas

pelayanan serta berkaitan dengan mutu dan citra rumah sakit

(Depkes RI 2013).

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) meupakan insiden yang

mengakibatkan cidera pada pasien (UU. No.1691/MENKES/PERVIII/2011

tentang keselamatan pasien). Besarnya kasus, Kejadian Tidak Diharapkan

(KTD) yang terjadi di rumah sakit sebagaimana disebutkan diatas

mengharuskan pihak rumah sakit harus melakukan langkah - langkah

yang lebih mengutamakan keselamatan pasien. ketidak pedulian akibat

keselamatan pasien akan menyebabkan kerugian bagi pasien dan pihak

rumah sakit, seperti biaya harus ditanggung pasien menjadi lebih besar,

pasien semakin lama dirawat di rumah sakit dan terjadinya resistensi

obat. Kerugian bagi rumah sakit yang harus dikeluarkan menjadi lebih

besar yaitu pada upaya tindakan pencegahan terhadap kejadian luka

tekan, infeksi nosokomial, pasien jatuh dengan cidera, kesalahan obat


yang mengakibatkan cidera, (Setiowati, 2013).

Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar adalah

Rumah Sakit Umum Daerah yang terletak di Pusat Kota Makassar,

milik pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang juga menjadi salah satu

rujukan rumah sakit kawasan provinsi sulawesi selatan. Sejak diterapkan

Program Jaminan Kesehatan Nasional pada tanggal 1 januari 2014,

jumlah pasien di RSUD Labuang Baji Makassar meningkat pesat.

Khususnya pasien pada pelayanan Rawat Inap Kelas III yang mengalami

peningkatan drastis dikarenakan adanya program Jaminan Kesehatan

Daerah menambah beban kerja tenaga medis yang bertugas. Banyaknya

pasien yang harus ditangani menambah tugas, prosedur, dan alat yang

harus digunakan. Banyaknya prosedur yang harus dilakukan pada

pasien akan meningkatkan risiko terjadinya kesalahan pada

pelayanan.

Dari hasil survey pendahuluan dan wawancara menurut

ketua tim keselamatan pasien rumah sakit, sudah dilakukan program

keselamatan pasien namun masih ada keluhan terkait komunikasi

perawat, masih ada perawat yang belum mengidentifikasi pasien

menggunakan dua identitas pasien, masih didapatkan pasien meminta

obat oral untuk diletakkan di meja sehingga ada kemungkinan obat

terlambat diminum dari waktu yang ditentukan. Terkait dengan

jumlah insiden keselamatan pasien, peneliti tidak mendapat ijin

menampilkan data tersebut, namun pada saat calon peneliti melakukan


survey awal di rumah sakit terjadi suatu insiden dimana seorang pasien

terjatuh pada saat mengambil obat oral di meja sisi tempat tidurnya. Hal

ini mengilustrasikan bahwa penyelenggaraan program keselamatan

pasien di RSUD masih menghadapi sejumlah hambatan sehingga

pelaksanaannya belum optimal

Berbagai upaya telah diusahakan untuk mengurangi dampak

insiden keselamatan pasien. Salah satu cara dengan menerapkan sistem

keselamatan pasien di rumah sakit dan pelatihan atau sosialisasi terkait

keselamatan pasien. Di ruang rawat inap, perawat harus menerapkan

6 penerapan keselamatan pasien berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan No. 1691 Tahun 2011 Tentang Keselamatan Pasien,

peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan obat

yang perlu diwaspadai, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat

pasien operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan,

pengurangan pasien jatuh, (Peraturan Menteri Kesehatan, 2012).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian

“Bagaimana penerapan keselamatan pasien dalam peraktek keperawatan

Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar.


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah diketahui

penerapan keselamatan pasien dalam praktek keperawatan di

Ruangan Perawatan Baji Kamase, Baji Ada dan Baji Dakka.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui gambaran Ketepatan identifikasi pasien Rawat Inap.

b. Diketahui gambaran peningkatan keamanan obat yang perlu

diwaspadai di Rawat Inap

c. Diketahui gambaran kepastian tepat - lokasi, tepat - prosedur, dan

tepat - pasien operasi di Unit Rawat Inap.

d. Diketahui gambaran pengurangan risiko infeksi di Unit Rawat

Inap.

e. Diketahui gambaran Penerapan Keselamatan Pasien Sakit di Unit

Rawat Inap.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :

1. Bagi Rumah Sakit dapat sebagai rujukan pelaksanaan program

keselamatan pasien dan dapat menjadi acuan untuk evaluasi dan

perencanaan program di masa yang akan datang.

2. Bagi pemerintah daerah dan Dinas Kesehatan dalam pengambilan

kebijakan untuk perbaikan pelayanan dan pembangunan bidang

kesehatan
3. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman baru yang

berkenaan dengan penerapan keselamatan pasien rumah sakit.

4. Untuk ilmu pengetauan akan memperkaya wawasan keilmuan tentang

ilmu Kesehatan masyarakat, khususnya yang berkenaan dengan

kesehatan dan keselamatan kerja.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Keselamatan Pasien

Program mengenai keselamatan pasien (patient safety) sudah ada

sejak dulu, namun program tersebut masih dipandang sebelah mata dan

tidak dijalankan dengan baik oleh rumah rakit maupun pemerintah. Ini

membuat siestem pelayanan terhadap keselamatan pasien (patient safety)

pun sangat buruk, (Depkes, 2013).

the American Hospital Asosiation (AHA) Board of Trustees

mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien

(patient Safety) merupakan sebuah prioritas strategis. Mereka juga

menetapkan capaian - peningkatan yang terukur untuk medication safety

sebagai target utamanya. Tahun 2012, Institute of Medicine, Amerika

Serikat dalam “To Err Is Human: Building a safer Healt System”

melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap dirumah sakit

ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Menindak

lanjuti penemuan ini, tahun 2013 Word Health Organization (WHO)

mencanangkan Word Alliance for Patient Safety, program bersama

dengan berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien (patient

safety) di rumah sakit, (Cintya, Bawelle, 2013).

Pada tahun 2013 di Indonesia telah dikeluarkan pula Keputusan

Menteri No. 496/Menkes/SK/IV/2011 tentang Pedoman Audit Medis di

Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya


pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error

dan memberikan keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti

oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesi (PERSI) yang

berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua stakeholder

rumah sakit untuk lebih memperhatikan keselamatan pasien (patient

safety) di rumah sakit, (Prihatin, 2013).

Hal ini yang menjadi awal mula kesadaran akan keselamatan

pasien (patient safety) mulai terbentuk dan didasari juga bahwa

keselamatan pasien (patient safety) itu sangat penting, karena ini

sudah menyangkut nyawa seorang pasien. Semua pasien di rumah

sakit tidak hanya diberikan pengobatan saja, tetapi mereka harus

dilindungi dari tindakan pihak rumah sakit yang tidak sesuai dengan

ketentuan dan dapat membahayakan keselamatan serta nyawa pasien

tersebut, (Fadhilah, 2013).

Setiap orang hendaknya berbuat baik dan lemah lembut kesesama

manusia karena kedua hal tersebut termasuk ibadah. Salah satu

bentuk interpretasi perbuatan baik kepada sesama manusia sebagaimana

yang dimaksud dalam hadist tersebut yaitu memperlakukan pasien

dengan lemah lembut dan selalu tersenyum saat berinteraksi menjadikan

pasien nyaman dalam berkomunikasi dengan perawat.

Keselamatan pasien merupakan hasil interaksi antara komponen

struktur dan proses. Mutu pelayanan rumah sakit dapat dilihat

dari segi aspek - aspek sebagai berikut : aspek klinis (pelayanan


dokter, perawat dan terkait teknis medis), aspek efisiensi dan

esfektifitas pelayanan, keselamatan pasien dan kepuasaan pasien

(Cahyono, 2013).

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana

rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen

risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan

risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari

insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk

meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang

disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan

atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Permenkes

No. 1691 Tahun 2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit).

Dengan demikian keselamatan pasien (patient safety) memiliki arti

yaitu rumah sakit membuat suatu aturan yang melindungi pasien

dari tindakan medis tidak sesuai dan dapat membahayakan nyawa

pasien itu, agar dapat membuat pasien merasa lebih nyaman dan

aman dalam melakukan pengobatan di rumah sakit, (Cahyono, B. 2012).

Hubungannya K3 dengan Islam adalah sama-sama mengingatkan umat

manusia agar senantiasa berperilaku (berpikir dan bertindak) yang aman dan

sehat dalam bekerja di tempat kerja (di kantor, di pabrik, di tambang, dan

dimana tempat anda bekerja). Dengan berperilaku aman dan sehat akan

tercipta suatu kondisi atau lingkungan yang aman dan sehat. Dengan bekerja

yang aman ditempat kerja, akan membawa keuntungan bagi diri sendiri
maupun perusahaan tempat kerja. Perusahaan sehat pekerja pun akan tenang

dalam bekerja. Karena di situ tempat pekerja mencari nafkah. Pekerja bekerja

untuk mencari nafkah, bukan bekerja untuk mendapat kecelakaan, penyakit

dan masalah, dan adapun ayat yang terkait dengan K3 yaitu:

QS. AR RA'D AYAT 11

‫ﷲَ ال يُ َغيﱢ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتﱠى يُ َغيﱢرُ وا َما‬ ‫ات ِم ْن بَي ِْن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن خَ ْلفِ ِه يَحْ فَظُونَهُ ِم ْن أَ ْم ِر ﱠ‬
‫ﷲِ إِ ﱠن ﱠ‬ ٌ َ‫لَهُ ُم َعقﱢب‬

‫بِأ َ ْنفُ ِس ِھ ْم َوإِ َذا أَ َرا َد ﱠ‬


ٍ ‫ﷲُ بِقَوْ ٍم سُو ًءا فَال َم َر ﱠد لَهُ َو َما لَھُ ْم ِم ْن دُونِ ِه ِم ْن َو‬
‫ال‬

Artinya :

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,

dimuka dan di belakang, mereka menjaganya atas perintah Allah.

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah

menghendaki keburukan terhadap kaum maka tidak ada yang dapat

menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia“

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah tidak akan merubah keadaan

manusia kecuali mereka mau merubah keadaan mereka sendiri, hal ini berarti

jika ingin maju dan sukses maka manusia harus mau bekerja untuk

mencukupi kebutuhan hidupnya. Allah tidak akan memberikan rejeki secara

cuma-cuma, Allah tidak akan memberi kesuksesan tanpa usaha. Kemudian

pada kalimat selanjutnya disebutkan bahwa manusia tidak memiliki

pelindung terhadap keburukan yang dikehendaki Allah, artinya bahwa

manusia tidak bisa menghindar dari keburukan yang telah ditakdirkan oleh

Allah untuk terjadi dalam hidup manusia. Tapi manusia berhak untuk
menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dari ancaman yang terjadi dalam

pekerjaannya, manusia harus tetap berusaha untuk menyelamatkan diri dari

berbagai bahaya yang mengintai di lingkungan sekitarnya. Masalah selamat

atau tidak, hal itulah yang kemudian menjadi kuasa Allah untuk menentukan

garis hidup manusia. Yang perlu digaris bawahi dari ayat ini adalah manusia

harus mau berusaha untuk merubah keadaannya (ziarasyid 2012).

B. Tinjauan Umum Tentang Akreditasi Rumah Sakit

Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi

Nomor 983. MENKES/SK/XI/2013, mengenai Organisasi Rumah Sakit

dan Pedoman Rumah Sakit Umum, yang menyatakan bahwa rumah sakit

umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang

bersifat mendasar, spesialistik dan pendidikan tenaga kesehatan dan

pelatihan, beberapa tugas dan fungsi dari rumah sakit adalah

melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,

melaksanakan pelayanan rawat jalan dan rawat darurat dan rawat

tinggal, melaksanakan pelayanan tawat inap, melaksanakan pelayanan

administratif dan membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,

(Prihatin, 2013).

Hal tersebut senada dengan definisi dan fungsi rumah sakit seperti

yang tertera dalam UU No. 44 Tahun 2013 Pasal 7 tentang rumah

sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggara kan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,


dan gawat darurat dengan memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,

prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Lebih rinci

pada pasal 12 dalam UU yang sama, menyatakan bahwa rumah sakit

harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis, tenaga

keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen rumah sakit, dan

tenaga non kesehatan, (Undang- Undang, 2012).

Kewajiban rumah sakit diatur dalam pasal 29 UU No. 44 ditahun

yang sama dengan menyatakan bahwa rumah sakit salah satunya

adalah membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan

kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien. Hak

pasien juga diatur dalam Pasal 32 UU No. 44 tahun 2013 yang

menegaskan bahwa pasien memperoleh layanan kesehatan yang bermutu

sesuai dengan standar prosedur operasional dan memperoleh layanan

yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik

dan materi. (Undang – Undang, 2012).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 147/MENKES/PER/I/2011 tentang perizinan rumah sakit

disebutkan bahwa izin operasional rumah sakit adalah izin yang

diberikan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan setelah

memenuhi persyaratan dan standar - standar dalam hal ini adalah

akreditasi rumah sakit. Sumber yang sama menyebutkan, akreditasi

adalah pengakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada manajemen

rumah sakit yang telah memenuhi standar yang ditetapkan.( Peraturan


Menteri Kesehatan, 2011).

Peraturan – peraturan tersebut menjelaskan tentang perpanjangan

ijin operasional rumah sakit yang kemudian memaksa rumah sakit

untuk mengikuti akreditasi agar memperoleh perpanjangan ijin

operasional. Mengikuti proses akreditasi sendiri bagi rumah sakit

tidak beararti menyelesaikan masalah, karena kegiatan akreditasi ini juga

membawa masalah baru dalam proses persiapannya. Hal ini ditandai

dengan terbatasnya jumlah rumah sakit yang telah melalui proses

akreditasi ini, dari 1667 rumah sakit di seluruh Indonesi yang telah

melakukan standar akreditasi hanya 51 % itupun lebih dari separuhnya

hanya terakreditasi pada tingkat dasar lima jenis pelayanan (Depkes RI,

2013).

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 012 Tahun 2012

tentang akreditasi rumah sakit, yang dimaksud dengan akreditasi

rumah sakit, selanjutnya disebut sebagai akreditasi, adalah pengakuan

terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga independen

penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai

bahwa Rumah Sakit itu memenuhi standar pelayanan Rumah Sakit

yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit

secara berkesinambungan (Komite Akreditasi Rumah Sakit, 2012).

Standar Pelayanan Rumah Sakit adalah semua standar pelayanan

yang berlaku di rumah sakit antara lain standar prosedur operasional,

standar pelayanan medis, dan standar asuhan keperawatan. Dalam


melakukan penilaian akreditasi, lembaga independen penyelenggara

Akreditasi yang menjadi alat ukur untuk menilai Rumah Sakit dalam

memenuhui Standar Pelayanan Rumah Sakit (Sekartini, 2014).

Saat ini, standar akreditasi rumah sakit yang digunakan adalah

vesi 2012 yang mengacu pada :

1. Prinsip – prinsip Internasional untuk standar kesehaatan kerangka

persyaratan untuk edisi standar Desember 2011 masyarakat

Internasional untuk kualitas kesehatan atau ISQua.

2. Standar akreditasi internasional komisi bersama untuk rumah sakit 4

edisi, 2011.

3. akunting Akreditasi Rumah Sakit, Edisi 2012, Komisi Akreditasi

Rumah Sakit atau KARS.

4. Standar-standar spesifik lainnya.

Standar Akreditasi Versi 2012 yang dilakukan survey terdiri dari :

a. Kelompok Standar Berfokus Pada Pasien

1) BAB 1 : Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan

(APK)

2) BAB 2 : Hak Pasien dan Keluarga (HPK)

3) BAB 3 : Asesmen Pasien (AP)

4) BAB 4 : Pelayanan Pasien (PP)

5) BAB 5 : Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)

6) BAB 6 : Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO)

7) BAB 7 : Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)


b. Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit

1) BAB 1 : Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)

2) BAB 2 : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

3) BAB 3 : Tata Kelola Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP)

4) BAB 4 : Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

5) BAB 5 : Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)

6) BAB 6 : Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)

c. Penerapan Keselamatan Pasien Rumah Sakit

1) Penerapan I : Ketepatan Identifikasi Pasien

2) Penerapan II : Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu

Diwaspadai (High-Alert)

3) Penerapan III : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-

pasien operasi

4) Penerapan IV : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait

Pelayanan Kesehatan

C. Tinjauan Umum Tentang Penerapan Keselamatan Pasien Rumah

Sakit

Dalam Permenkes No. 1691 Tahun 2011 tentang keselamatan

pasien rumah sakit pada bab IV menerapkan bahwa setiap rumah sakit

wajib mengupayakan pemenuhan penerapan keselamatan pasien.

Penerapan yang dimaksud meliputi tercapainy hal - hal sebagai berikut :

1. Ketepatan identitas pasien

2. Peningkatan Keamanan obat yang perlu diwaspadai


3. Kepastian tepat - lokasi, tepat - prosedur, dan tepat-pasien operasi

4. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Penyusunan penerapan ini mengacu pada sembilan solisi

keselamatan pasien keselamatan hidup dari WHO Patient Safety (2012)

yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit

PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Join Commission International

(JCI).

Sembilan solisi keselamatan pasien dari WHO Patient Safety

(2012) Yaitu :

1. Perhatikan nama obat, terdengar atau terlihat mirip

2. Identifikasi pasien

3. Komunikasi saat serah terima atau operan pasien

4. Prosedur benar, posisi tubuh benar

5. Kendalikan cairan elektrolit konsentrat

6. Pastikan akurasi pemberian obat

7. Penggunaan jarum suntik sekali pakai

8. Hindari salah pasang kateter dan salah pasang slang

9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk mencegah infeksi nosokomial

Penerapan keselamatan pasien internasional 2012 JCI :

1. Mengidentifikasi pasien dengan benar

2. Meningkatkan komunikasi yang efektif

3. Meningkatkan keamanan obat waspada tinggi

4. Hilangkan prosedur salah tempat, prosedur yang salah


5. Mengurangi risiko infeksi terkait perawatan kesehatan

6. Mengurangi risiko cidera pasien akibat jatuh

Maksud dari Penerapan Keselamatan Pasien adalah mendorong

perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Penerapan menyoroti

bagian - bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan

menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan

kaeahlian atas permasalahan ini. Diakui bahwa desain sistem yang

baik secara intrinsik adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan

yang aman dan bermutu tinggi, sedapat mungkin sasaran secara umum

difokuskan pada solusi - solusi yang menyeluruh (Mustikawati, 2011).

Enam elemen penerapan keselamatan pasien di rumah sakit yaitu :

1. Penerapan I : Ketepatan Identifikasi Pasien

a. Standar SKP I

Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki atau

meningkatkan ketelitian identifikasi pasien.

b. Maksud dan Tujuan Penerapan I

Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat

terjadi dihampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan

pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien

yang dalam keadaan terbius atau tersedasi, mengalami

disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur atau kamar atau

lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat


situasi lain. Maksud penerapan ini adalah untuk melakukan dua

kali pengecekan yaitu : pertama, untuk identifikasi pasien sebagai

individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan, dan

kedua, untuk kesesuian pelayanan atau pengobatan terhadap

individu tersebut, (Mustikawati, 2011).

Kebijakan dan atau prosedur yang secara kolaboratif

dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi,

khususnya pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika

pemberian obat, darah, atu produk darah, pengambilan darah

dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis, atau pemberian

pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan dan atau posedur

memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang

pasien, seperti nama pasien, nomor rekam medis, tanggal

lahir, gelang identitas pasien dengan bar-code, dan lain - lain.

Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk

identifikasi, (Mustikawati, 2011).

Kebijakan dan atau prosedur juga menjelaskan

penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di

rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan, unit gawat

darurat, atau ruang operasi termasuk identifikasi pada pasien

koma tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif digunakan

untuk mengembangkan kebijakan dan atau prosedur agar dapat

memasti kan semua kemungkinan situasi untuk dapat


diidentifikasi.

c. Elemen Penilaian Penerapan I

1) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien,

tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau

produk darah.

3) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen

lain untuk pemeriksaan klinis.

4) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobata dan

tindakan atau Prosedur.

5) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi

yang Konsisten pada semua situasi dan lokasi.

2. Penerapan II : Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai

(High-Alert)

a. Standar SKP II

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk

memeperbaiki keamanan obat - obat yang perlu diwaspadai,

peringatan keras (high- alert).

b. Maksud dan Tujuan Penerapan II

Bila obat - obat menjadi bagian dari rencana

pengobatan pasien, harus berperan secara kritis untuk

memastikan keselamatan pasien. Obat – obatan yang perlu

diwaspadai (high - alert medications) adalah obat yang sering


menyebabkan terjadi kesalahan atau kesalahan serius (sentinel

event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang

tidak diinginkan, hasil buruk (adverce outcome) seperti obat –

obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat

Rupa dan Ucapan Mirip atau NORUM, atau Look Alike Sound

Alike atau LASSA). Obat - obatan yang sering disebutkan dalam

isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat

secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida 2meq/ml atau

yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat

dari 0,9%, dan magnesium sulfat = 50% atau lebih pekat).

Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak mendapatkan

orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila

perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum

ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat.

Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau

mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan

proses pengelolaan obat - obat yang perlu diwaspadai termasuk

memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien

ke farmasi. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan

suatu kebijakan dan atau prosedur untuk membuat daftar obat

- obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di

rumah sakit. Kebijakan dan atau prosedur juga

mengidentifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit


konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian

label secara benar pada elektrolit dan bagaimana

penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses,

untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja atau kurang hati -

hati.

c. Elemen Penilaian Penerapan II

1) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan agar memuat

proses identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan

penyimpanan elektrolit konsentrat.

2) Implementasi kebijakan dan prosedur.

3) Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien

kecuali jika di butuhkan secara klinis dan tindakan diambil

untuk mencegah pemberian yang kurang hati - hati di area

tersebut sesuai kebijakan.

4) Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan

pasien harus diberi label yang jelas, dan disimpan pada

area yang dibatasi ketat (restricted).

3. Penerapan III : Kepastian Tepat - Lokasi, Tepat – Prosedur, Tepat

- Pasien Operasi

a. Standar SKP III

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan

tepat - lokasi, tepat - prosedur, dan tepat - pasien operasi.

b. Maksud dan Tujuan Penerapan III


Salah lokasi, salah prosedur, pasien salah pada operasi,

adalah sesuatu yang mengkhawatirkan dan tidak jarang

terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari

komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara

anggota tim bedah, kurang atau tidak melibatkan pasien di

dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur

untuk verifikasi lokasi operasi,( Agustina, 2013).

Di samping itu, asesmen pasien yang tidak adekut,

penelaahan ulang cacatan medis tidak adekuat, budaya yang

tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah,

permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang

tidak terbaca (illegible handwritting) dan pemakaian singkatan

adalah faktor - faktor kontribusi yang sering terjadi (Astuti,

2013).

Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif

mengembangkan suatu kebijakan dan atau prosedur yang

efektif di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan

ini. Digunakan juga praktek berbasis bukti, seperti yang

digambar kan di Surgical Safety Checklist dari WHO Patient

Safety (2012), juga di The Joint Commission’s Universal

Protocol for Preventing wrong Site, Wrong Procedure,Wrong

Person Surgery. Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan

pasien dan dilakukan atas satu pada tanda yang dapat


dikenali. (Cintya,2013).

Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah

sakit dan harus dibuat oleh operator atau orang yang akan

melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar

jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat.

Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus

termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari

kaki, lesi) atau multipel level (tulang belakang). (Cintya,2013).

Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk :

1) Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar.

2) Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil

pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik,

dan dipampang dan.

3) Melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan /

atau implant yang dibutuhkan.

Tahap “sebelum insisi” (Time out) memungkinkan semua

pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan. Time out dilakukan

di tempat, dimana tindakan akan di lakukan, tepat sebelum

tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi.

Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu

didokumentasikan secara ringkas, misalnya menggunakan

checklist.

c. Elemen Penilaian Penerapan III


1) Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan di

mengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan

pasien di dalam proses penandaan.

2) Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain

untuk memverifi kasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat

prosedur, dan tepat pasien operasi, dan semua dokumen

serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan

fungsional.

3) Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat

prosedur “sebelum insisi atau time out” tepat sebelum

dimulainya suatu prosedur atau tindakan pembedahan.

4) Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk

mendukung proses yang seragam untuk memastikan

tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk

prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar

kamar operasi.

4. Penerapan IV : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan

Kesehatan

a. Standar SKP IV

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk

mengurangi infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

b. Maksud dan Tujuan Penerapan IV

Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan


terbesar dalam pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya

untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan

kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun

para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya

dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk

infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood stream

infections) dan pneumenia (sering kali dihubungkan dengan

ventilasi mekanis). Astutina,(2013).

Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi - infeksi

lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Pedoman

hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan berbagai

organisasi nasional dan internasional. Rumah sakit mempunyai

proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan atau

prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand

hygiene yang diterima secara umum dan untuk implementasi

petunjuk itu di rumah sakit.(KKP-RS, 2013).

c. Elemen Penilaian Penerapan IV

1) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand

hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara

umum (WHO Patient Safety).

2) Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.


3) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan

pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang

terkait pelayanan kesehatan.

d. Elemen Penilaian Penerapan V

1) Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand

hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara

umum (WHO Patient Safety).

2) Rumah sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif.

3) Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan

pengurangan secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang

terkait pelayanan kesehatan.

5. Penerapan VI : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh

a. Standar SKP VI

Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk

mengurangi risiko pasien dari cedera karena jatuh.

b. Maksud dan Tujuan Penerapan VI

Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera

bagi pasien rawat inap. Dalam konteks populasi atau masyarakat

yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan fasilitasnya, rumah

sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil

tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.

Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telah terhadap

konsumsi alkohol, gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu


berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus

diterapkan rumah sakit. (KKP-RS, 2013).

c. Elemen Penilaian Penerapan VI

1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien

terhadap risiko jatuh dan melakukan asesmen ulang pasien

bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan,

dan lain - lain.

2. Langkah - langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh

bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.

3. Langkah - langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan

pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak

diharapkan.

4. Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan

pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di

rumah sakit. (KKP-RS, 2013).


BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka Pikir

Penyusunan Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 mengacu

pada:

1. Prinsip - prinsip internasional untuk standar kesehatan suatu

kerangka kerja persyaratan.

2. Untuk standar edisi 3 desember 2012 masyarakat internasional

untuk kulitas dalam perawatan kesehatan.

3. Standar akreditasi internasional komisi bersama untuk rumah sakit

4 Edisi 2011.

4. Instrumen Akreditasi Rumah Sakit, Edisi 2012, Komisi

Akreditasi Rumah Sakit.

5. Standar - standar spesifik lainnya.

Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 ini digunakan

sebagai acuan untuk melaksanakan survei akreditasi rumah sakit,

sebagai acuan untuk mempersiapkan akreditasi rumah sakit,

sebagai acuan dalam melakukan pelatihan surveior akreditasi,

dan sebagai acuan dalam melakukan pelatihan - pelatihan

akreditasi rumah sakit.


I. Kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien
1. Akses pelayanan dan kontunuitas pelayanan (APK)
2. Hak pasien dan keluarga (HPK)
3. Asesmen pasien (AP)
4. Pelayanan pasien (PP)
5. Pelayanan anestesi dan bedah (PAB)
6. Manajemen dan penggunaan obat (MPO)
7. Pendidikan pasien dan keluarga (PPK)

II. Kelompok standar manajemen rumah sakit


1. Peningkatan mutu dan keselamatan pasien (PMKP)
2. Pencegahan dan pengendalian infeksim(PPI)
3. Tata kelola kepempimpinan dan pengarahan (TKP)
4. Manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK)
5. Kualifikasi dan pendidikan staf (KPS)
Standar Akreditasi
6. Manajemen komunikasi dan informasi (MKI)
Rumah Sakit
Versi 2012
III. Sasaran Keselamatan Pasien
1. Ketepatan identifikasi pasien.
2. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
(high alert)
3. Kepastian tepat - lokasi, tepat-prosedur, tepat pasien
operasi
4. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
B. Kerangka Konsep

Varianbel Independen Variabel Dependen

Ketepatan Identifikasi
Pasien

Keamanan Obat yang


perlu diwaspadai

Kepastian Tepat-lokasi,
Tepat Prosedur, Tepat-
pasien operasi

Berkurangnya Resiko
Infeksi Terkait Pelayanan
Kesehatan

Gambar: Bagan Kerangka Konsep


C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Ketepatan Identifikasi Pasien

Yang dimaksud dalam penelitian ini ketepatan identifikasi pasien adalah

pelaksanaan pemberian tanda pengenal pasien oleh perawat baik pada

saat pasien akan menerima atau menyesuaikan pelayanan pengobatan.

Kriteria Objektif :

a. Tercapai Penuh (TP) : jika nilai yang di dapat ≥ 12.

b. Tercapai Sebagian (TS) : jika nilai yang di dapat < 12.

2. Peningkatan Keamanan Obat

Yang dimaksud dalam penelitian ini peningkatan keamanan obat

yang perlu diwaspadai adalah penanganan obat yang tepat terkait

identitas dan lokasi penyimpanannya.

Kriteria Objektif :

a. Tercapai Penuh (TP) : jika nilai yang di dapat ≥ 10

b. Tercapai Sebagian (TS) : jika nilai yang di dapat < 10.

3. Kepastian Tepat - Lokasi, Tepat - Prosedur, Tepat - Pasien Operasi

Yang dimaksud dalam penelitian ini kepastian tepat - lokasi, tepat -

prosedur, tepat - pasien operasi adalah kemampuan perawat untuk

meminimalkan risiko kesalahan dalam menyesuaikan lokasi, prosedur,

dan pasien sebelum pelaksanaan operasi.

Kriteria Objektif :

a. Tercapai Penuh (TP) : jika nilai yang di dapat ≥ 10.

b. Tercapai Sebagian (TS) : jika nilai yang di dapat ≥ 10.


4. Kurangnya resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan adalah

pencegahan dan pengendalian risiko infeksi seperti infeksi saluran

kemih, infeksi pada aliran darah, serta infeksi - infeksi lain dengan

cara cuci tangan yang tepat.

Kriteria Objektif :

a. Tercapai Penuh (TP) : jika nilai yang di dapat ≥ 8.

b. Tercapai Sebagian (TS) : jika nilai yang di dapat < 8.

5. Penerapan Keselamatan Pasien Sakit

Yang dimaksud dengan dalam penelitian ini penerapan

keselamatan pasien sakit adalah terlaksananya hal - hal berikut yaitu

ketepatan identifikasi pasien, peningkatan keamanan obat yang perlu

diwaspadai, kepastian tepat - lokasi, tepat - prosedur, dan tepat –

pasien operasi, berkurangnya resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.

Kriteria Objektif :

a. Diterapkan jika semua variabel menunjukkan hasil “tercapai

penuh”

b. Tidak terlaksanakan jika sebagian atau seluruh variabel menunjukkan

hasil “tercapai sebagian”


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu

penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskritif. Penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui penerapan keselamatan pasien rumah

sakit oleh perawat pelaksana di Unit Rawat Inap. Notoatmajo. S (2013)

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau objek

yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat

pelaksana pada Ruangan Perawatan Baji Kamase 15 orang, Baji Ada

10 orang, dan Baji Dakka 11 orang, Notoatmajo. S (2013)

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan

objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Metode

penarikan sampel yang digunakan yaitu total sampling yang bearti

jumlah sampel pada penelitian ini sebesar 36 Perawat, Notoatmajo. S

(2013)
C. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Unit Rawat Inap Baji Ada, Baji Kamase

dan Baji Dakka RSUD Labuang Baji Makassar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada,15 Oktober Sampai 15 November 2018.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam

kegiatan Penelitian, metode pengumpulan data ditentukan pula oleh

pemecahan masalah Yang ingin dicapai. Jadi pengumpulan data

merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh seorang

peneliti. Penggunaan teknik pengumpulan data sifatnya lebih disesuaikan

dengan analisis data, kebutuhan dan kemampuan peneliti, olehnya itu

dapat dipilih sesuai kebutuhan.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara

Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi

terkait pemenuhan parameter dan kriteria setiap standar

keselamatan pasien rumah sakit.

2. Pemeriksaan dokumen dan arsip

Pemeriksaan dokumen dan arsip di rumah sakit dimaksudkan untuk

Mendapatkan informasi mengenai surat keputusan rumah sakit, SOP

rencana pelayanan, berkas rekam medis pasien, profil rumah sakit, dan
data - data lain mendukung penelitian.

E. Pedoman Penilaian

Penilaian suatu standar dilaksanakan melalui terpenuhinya Elemen

Penilaian (EP) yang menghasilkan nilai persentase bagi standar tersebut.

1. Penilaian suatu Elemen Penilaian (EP) dinyatakan sebagai :

a. Tercapai Penuh (TP) diberikan skor 10

b. Tercapai Sebagian (TS) diberikan skor 5

c. Tidak Tercapai (TT) diberikan skor 0

d. Tidak Dapat Diterapkan (TDD) tidak masuk dalam proses

penilaian dan perhitungan.

2. Penentuan skor 10 (Sepuluh) :

a. Sebuah standar dinilai “tercapai penuh” apabila jawabannya “ya”

atau” “selalu” dari persyaratan yang diminta di Elemen Penilaian.

b. Nilai 80% - 100% dari temuan atau yang dicatat dalam

wawancara, Observasi, dan dokumen (misalnya, 8- 10 dipenuhi).

3. Penentuan skor 5 (lima) :

a. Sebuah standar dinilai “tercapai sebagian” apabila jawabannya

“tidak Selalu” atau “kadang - kadang” dari persyaratan yang

diminta di Elemen Penelitian.

b. Nilai 20% - 79% dari temuan atau yang dicatat dalam

wawancara, observasi, dan dokumen (misalnya, 2 sampai 7 dari

10 dipenuhi.

c. Regulasi tidak dilaksanakan secara lengkap


d. Kebijakan atau proses sudah ditetapkan dan dilaksanakan tetap

tidak dapat dipertahankan.

4. Penentuan skor 0 (Nol) :

a. Sebuah standar dinilai “tidak tercapai” jika jawabannya adalah

“jarang” atau “tidak pernah” dari persyaratan yang diminta

Elemen Penilaian.

b. Nilai < 19% dari temuan atau yang dicatat dalam wawancara,

observasi, dan dokumen.

c. Regulasi tidak dilaksanakan.

d. Kebijakan atau proses tidak dilaksanakan.

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Beberapa jenis dan sumber data penelitian yang digunakan peneliti dalam

melakukan penelitian ini yaitu :

1. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan adalah :

a. Data kualitatif yang dari kumpulan data non - angka yang

sifatnya deskriptif antara lain : gambaran umum rumah sakit,

sejarah singkat rumah sakit, SOP pelayanan, berkas - berkas

rekam medis, srtruktur organisasi rumah sakit, daftar nama

tenaga medis dan staf rumah sakit serta data - data lain yang

relevan dengan objek penelitian ini.

b. Data kuantitatif, yang terdiri dari data yang berupa angka - angka,

antara lain : hasil analisis data kejadian tidak diharapkan, laporan


KTD atau insiden yang terjdadi di rumah sakit, data jumlah

tenaga medis dan staf rumah sakit, serta semua data yang

relevan dengan objek penelitian.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah :

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

sumber lokasi penelitian atau sumber asli tanpa melalui pihak

perantara. Data primer untuk responden dokter dan perawat

pelaksana diperoleh secara langsung melalui wawancara yang

dilakukan langsung oleh peneliti.

b. Data sekunder, berupa catatan dan dokumen - dokumen di rumah

sakit yang dengan penelitian.

G. Pengolahan Data Dan Teknik Analisa Data

1. Pengolahan Data

Data primer dikumpulkan dalam penelitian ini akan diolah dengan

menggunakan fasilitas komputer SPSS melalui prosedur sebagai

berikut :

a. Coding, untuk memudahkan proses analisis maka dilakukan

pemberian kode pada setiap data. Yaitu memberi kode nomor

jawaban yang diisi oleh responden yang ada dalam daftar

pertanyaan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses

tabulasi data atau entry data.


b. Editing, setelah data didapatkan dan sebelum diolah

terlebih dahulu Pengecekan ulang (edit) pada data untuk

memeriksa adanya kesalahan atau kekurangan lengkapan data

yang diisi oleh responden

c. Data entry, merupakan proses pemasukan data ke dalam sistem

perangkat lunak computer untuk pengolahan lebih lanjut.

d. Data cleaning, merupakan proses pengecekan kembali data

yang telah dimasukkan (entry) untuk memastikan bahwa data

tersebut telah dimasuka dengan benar. Hal ini dilakukan untuk

melihat dan menumukan apabila terdapat kesalahan yang

dilakukan oleh peneliti pada saat memasukkan data.

Notoatmajo. S (2013)

2. Teknik Analisa Data

Setelah melakukan editing, koding dan tabulasi maka selanjutnya

dilakukan analisis dengan beberapa cara, yaitu :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan setiap variabel dan hasil penelitian

analisis ini menghasilkan distribusi prevalansi dan peresentase dari

setiap variabel yang diteliti.

b. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat untuk melihat hubungan tiap - tiap variabel

bebas dan variabel terikat dengan uji statistik. Uji statistik yang

digunakan adalah chi square, dengan menggunakan jasa komputer


program SPSS.

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak lain dengan mengajukan permohonan izin

kepada instansi tempat penelitian. Setelah memperoleh izin dari instansi

terkait, penelitian dilakukan dengan menekankan masalah etika, meliputi :

1. Informed consent (Lembar Persetujuan)

Lembaran persetujuan diberikan kepada setiap calon responden yang

diteliti Adalah yang memenuhi kriteria inklusi. Bila calon responden

menolak, maka peniliti tidak dapat memaksaa dan tetap menghormati

hak - hak yang bersangkutan.

2. Anonymity ( Tampa Nama )

Untuk menjaga kerahasian, maka peneliti tidak akan mencatumkan nama

responden, tetapi lembar tersebut diberi kode.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden maupun masalah - masalah lainnya,

dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan sebagai hasil penelitian Notoatmajo. S (2013)


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji terletak di bagian

selatan Kecamatan Mamajang Kota Makassar tepatnya di Jalan Dr. Ratulangi

No. 81 Makassar.

Adapun batas-batas geografis RSUD Labuang Baji adalah

sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Landak Lama

b. Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Tupai

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Perumahan Pendeta Ekss

d. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Dr. Ratulangi

1. Sejarah Singkat RSUD Labuang Baji Makassar

RSUD Labuang Baji Makassar didirikan pada tahun 1938 oleh

Zending Gereja Genoformaf Surabaya, Malang dan Semarang sebagai

rumah sakit Zending. RSUD Labuang Baji diresmikan pada tanggal 12

Juni1938. Pada masa perang dunia ke II, rumah sakit ini digunakan oleh

pemerintah Kotapraja Makassar untuk menampung penderita korban

perang. Pada tahun 1946-1948, RSUD Labuang Baji mendapat

bantuan dari pemerintah Negara Indonesia Timur (NIT) dengan

merehabilitasi gedung-gedung yang hancur akibat perang.

Kapasitas tempat tidur yang tersedia pada saat diresmikan adalah

25 tempat tidur. Pada tahun 1949- 1951, Zending mendirikan


bangunan permanen sehingga kapasitas tempat tidur menjadi 170 tempat

tidur (TT). Pada tahun 1952-1955, oleh pemerintah daerah Kotapraja

Makassar diberikan tambahan beberapa bangunan ruangan, sehingga

kapasitas tempat tidur bertambah menjadi 190 TT. Sejak saat itulah

(1955) RSUD Labuang Baji dibiayai oleh pemerintah daerah tingkat I

Sulawesi Selatan.

Pada tahun 1960, oleh Zending RSUD Labuang Baji diserahkan

kepada pemerintah daerah tingkat I Sulawesi Selatan dan dikelola oleh

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan akreditasi rumah

sakit tipe C. Terhitung mulai tanggal 16 januari 1996, melalui Peraturan

Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No. 2 Tahun 1996, kelas

rumah sakit ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas B.

2. Visi dan Misi RSUD Labuang Baji Makassar

Visi RSUD Labuang Baji Makassar yaitu menjadi “rumah sakit

unggulan di Sulawesi Selatan ”

Dan adapun misi dari RSUD Labuang Baji Makassar adalah:

a. Mewujudkan profesionalisme SDM

b. Meningkatkan sarana dan prasarana rumah sakit

c. Memberikan pelayanan prima

d. Efisiensi biaya rumah sakit

e. Meningkatkan kesejahteraan karyawan


3. Tugas Pokok RSUD Labuang Baji Makassar

Tugas pokok RSUD Labuang Baji adalah pelayanan kesehatan

dan penyembuhan penderita serta pemulihan keadaan cacat badan

dan jiwa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Untuk menyelenggarakan tugas pokoknya tersebut maka dilakukan

usaha-usaha sebagai berikut:

a. Melaksanakan usaha pelayanan medis

b. Melaksanakan usaha rehabilitasi medic

c. Melaksanakan usaha pencegahan penyakit dan peningkatan

kesehatan

d. Melaksanakan usaha perawatan

e. Melaksanakan system rujukan

f. Melaksanakan usaha pendidikan serta latihan medis dan paramedic

g. Sebagai tempat penelitian

4. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

a. Direktur Rumah Sakit

1) Direktur mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang

penyelenggaraan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan

yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan

dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan serta

melaksanakan upaya rujukan dan menyelenggarakan

pendidikan, pelatihan dan penelitian berdasarkan asas

desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.


2) Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Direktur mempunyai

fungsi:

a) Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan medic,

pelayanan keperawatan, fasilitas medic dan keperawatan,

umum, sumber daya manusia, pendidikan dan penelitian,

perencanaan dan anggaran, perbendaharaan dan mobilisasi

dana dan akuntasi

b) Penyelenggaraan urusan pelayanan medic, pelayanan

keperawatan, fasilitas medic dan keperawatan, umum,

sumber daya manusia, pendidikan dan penelitian,

perencanaan dan anggaran, perbendaharaan dan mobilisasi

dana dan akuntasi

c) Pembinaan dan penyelenggaraan di bidang pelayanan

medic, pelayanan keperawatan, fasilitas medic dan

keperawatan, umum, sumber daya manusia, pendidikan dan

penelitian, perencanaan dan anggaran, perbendaharaan dan

mobilisasi dana dan akuntasi

d) Penyelenggaraan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang

tugasnya

b. Bidang Pelayanan Keperawatan

1) Kepala bidang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan

kegiatan perencanaan dan pengembangan, monitoring dan

evaluasi di bidang pelayanan keperawatan


2) Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, kepala bidang

pelayanan keperawatan mempunyai fungsi:

a) Penyusunan perencanaan dan pengembangan pelayanan

keperawatan

b) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan palayanan

keperawatan

c) Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang

tugasnya.

3) Tugas pokok dan fungsi dirinci sebagai berikut:

a) Menyusun rencana kegiatan Bidang Pelayanan Keperawatan

sebagai pedoman pelaksanaan tugas

b) Mendistribusikan dan member petunjuk pelaksanaan tugas

kepada bawahan sehingga pelaksanaan tugas berjalan lancar

c) Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan

tugas dan kegiatan bawahan untuk mengetahui tugas-tugas

yang telah dan belum dilaksanakan

d) Membuat konsep, mengoreksi, memaraf dan/atau

menandatangani naskah dinas

e) Mengikuti rapat-rapat sesuai dengan bidang tugasnya

f) Merumuskan kebijakan teknis bidang pelayanan

keperawatan
g) Mengoordinasikan program perencanaan dan

pengembangan pelayanan keperawatan dalam rangka

sinkronisasi

h) Melaksanakan pengelolaan pelayanan keperawatan

i) Melaksanakan administrasi pengelolaan pelayanan

keperawatan

j) Melaksanakan penyusunan standar-standar pelayanan

medic sebagai pedoman pelaksanaan dan pengawasan

pelayanan keperawatan

k) Memfasilitasi pengusulan peserta pendidikan dan pelatihan

bidang keperawatan

l) Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait serta

pihak lainnya dalam rangka pelaksanaan kegiatan pelayanan

keperawatan

m) Menyusun instrument serta melaksanakan monitoring

dan evaluasi pelaksanaan pelayanan keperawatan

n) Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas bidang

pelayanan keperawatan dan memberikan saran

pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan

kebijakan

o) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh

atasan sesuai bidang tugasnya untuk mendukung kelancaran

pelaksanaan tugas
B. Hasil

Penelitian dilaksanakan pada perawat di RSUD Labuang Baji

Makassar dengan proses pengumpulan data dilakukan dengan

membagikan kuesioner kepada seluruh responden yang ada di RSUD

Labuang Baji Makassar . Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan

yaitu mulai dari tanggal 15 Oktober – 15 November 2018.

Berdasarkan hasil pengolahan data maka, berikut ini peneliti akan

menyajikan karakteristik responden, analisi data univariat setiap

variabel untuk menghasilkan distribusi dan persentase serta analisis

bivariat untuk melihat gambaran antara variabel independen dan

variabel dependen dengan menggunakan uji statistik deskriptif. Hasil

analisis data di sajikan dalam bentuk tabel yang diTercapai Penuh i

dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Data Karakteristik Umum Responden

Tabel 5.1.
Data karakteristik menurut jenis kelamin responden
di RSUD Labuang Baji Makassar

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Porsen (%)


Laki-Laki 5 13,9
Perempuan 31 86,1
Total 36 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 di ketahui bahwa jenis kelamin laki-

laki sebanyak 5 responden (13,9%), dan sedangkan jenis kelamin

perempuan sebanyak 31 responden (86,1%).


Tabel 5.2.
Data karakteristik menurut Umur responden
di RSUD Labuang Baji Makassar

Umur Frekuensi (n) Porsen (%)


26-35 Tahun 27 75,0
36-45 Tahun 8 22,2
46-55 Tahun 1 2,8
Total 36 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 di ketahui bahwa umur 26-35 tahun

sebanyak 27 responden (75,0%), umur 36-45 tahun sebanyak 8

responden (22,2%), dan umur 46-55 tahun sebanyak 1 responden

(2,8%),

Tabel 5.3
Data karakteristik menurut pendidikan responden
di RSUD Labuang Baji Makassar

Pendidikan Frekuensi (n) Porsen (%)


D3 Keperawatan 10 27,8
S1 Keperawatan/Ners 25 69,4
S2 Keperawatan 1 2,8
Total 36 100
Sumber: Data Primer 2016

Dari tabel 5.3 di ketahui bahwa perawat yang paling sedikit

adalah berpendidikan S2 Keperawatan yaitu 1 responden (2,8%),

dibandingkan yang berpendidikan S1 Keperawatan/Nurse sebanyak

25 responden (69,4%).
2. Analisis Univariat

a. Ketepatan Identifikasi Pasien

Tabel 5.4
Data karakteristik menurut Ketepatan Identifikasi Pasien
responden di RSUD Labuang Baji Makassar

Ketepatan Identifikasi
Frekuensi (n) Porsen (%)
Pasien
Tercapai Penuh 34 94,4
Tercapai Sebagian 2 5,6
Total 36 100.0

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa ketepatan

identifikasi pasien yang tercapai penuh sebanyak 34 responden

(94,4%), dan ketepatan identifikasi pasien yang tercapai sebagian

sebanyak 2 responden (5,6%).

b. Peningkatan Keamanan Obat (high Alert)

Tabel 5.5
Data karakteristik menurut Peningkatan Keamanan Obat (high
Alert) responden di RSUD Labuang Baji Makassar

Peningkatan Keamanan
Frekuensi (n) Porsen (%)
Obat (high Alert)
Tercapai Penuh 30 83,3
Tercapai Sebagian 6 16,7
Total 36 100

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa Peningkatan

Keamanan Obat (high Alert) Tercapai Penuh yaitu 35 responden

(83,3%), dan kurang kan Peningkatan Keamanan Obat (high Alert)

Tercapai Sebagian sebanyak 6 responden (16,7%).


c. Kepastian Tepat-lokasi, Tepat Prosedur, Tepat-pasien operasi

Tabel 5.6
Data karakteristik menurut Kepastian Tepat-lokasi, Tepat
Prosedur, Tepat-pasien operasi responden di
RSUD Labuang Baji Makassar

Kepastian Tepat-lokasi,
Tepat Prosedur, Tepat- Frekuensi (n) Porsen (%)
pasien operasi
Tercapai Penuh 30 83,3
Tercapai Sebagian 6 16,7
Total 36 100

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa Kepastian Tepat-

lokasi, Tepat Prosedur, Tepat-pasien operasi yang Tercapai Penuh

yaitu 30 responden (83,3%), dan sedangkan Kepastian Tepat-

lokasi, Tepat Prosedur, Tepat-pasien operasi yang Tercapai

Sebagian sebanyak 6 responden (16,7%).

d. Menurut Pengurangan Risiko Infeksi

Tabel 5.7
Data karakteristik menurut Pengurangan Risiko Infeksi
responden di RSUD Labuang Baji Makassar

Pengurangan Risiko Infeksi Frekuensi (n) Porsen (%)


Tercapai Penuh 34 87,9
Tercapai Sebagian 5 12,8
Total 36 100

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa Pengurangan Risiko

Infeksi Tercapai Penuh yaitu 34 responden (87,9%), dan

sedangkan Pengurangan Risiko Infeksi Tercapai Sebagian

sebanyak 5 responden (12,8%).


e. Penerapan Keselamatan Pasien Sakit

Tabel 5.8
Data karakteristik menurut Penerapan Keselamatan Pasien Sakit
responden di RSUD Labuang Baji Makassar

Penerapan Keselamatan
Frekuensi (n) Porsen (%)
Pasien Sakit
Tercapai Penuh 27 75,0
Tercapai Sebagian 6 25,0
Total 36 100

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa Penerapan

Keselamatan Pasien Sakit Tercapai Penuh yaitu 27 responden

(75,0%), dan sedangkan Penerapan Keselamatan Pasien Sakit

Tercapai Sebagian sebanyak 6 responden (25,0%).

C. Pembahasan

1. Ketepatan Identifikasi Pasien

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Ketepatan

Identifikasi Pasien yang Tercapai Penuh sebanyak 31 responden

(79,5%). Hal ini karena perawat mengidentifikasi pasien sebelum

dilakukan tindakan pemberian obat, pengambilan sampel darah, dan

tindakan keperawatan lainnya seperti memberikan makanan.

Sedangkan Ketepatan Identifikasi Pasien yang Tercapai Sebagian

sebanyak 2 responden (5,6%). Hal ini karena perawat sosialisasi

kebijakan atau tentang pelaksanaan identifikasi pasien dank arena

adanya 2 penggunaan identifikasi pada pasien.

Berdasarkan gambaran di atas dapat di simpulkan bahwa

identifikasi pasien merupakan tindakan memastikan pasien yang akan


dilakukan pelayanan agar tidak terjadi kesalahan pelayan perawatan

yang professional.

Hal ini sejalan dengan teori bahwa Kesalahan karena keliru

dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi dihampir semua aspek

atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi

pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius atau

tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat

tidur atau kamar atau lokasi di rumah sakit, adanya kelainan

sensori, atau akibat situasi lain. Maksud penerapan ini adalah

untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu : pertama, untuk

identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan

atau pengobatan, dan kedua, untuk kesesuian pelayanan atau

pengobatan terhadap individu tersebut, (Mustikawati, 2011).

2. Peningkatan Keamanan Obat (high Alert)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Peningkatan

Keamanan Obat (high Alert) Tercapai Penuh yaitu 35 responden

(83,3%). Hal ini karena perawat mewaspadai dengan meberikan

pelabelan terhadap obat, cairan dan gelang pada pasien sebelem

dilakukan tindakan keperawatan dan menyimpannya di tempat yang

aman.

Sedangakan Peningkatan Keamanan Obat (high Alert) Tercapai

Sebagian sebanyak 6 responden (16,7%). Hal ini karena perawat

jarang memberikan pelabelan pada obat dan cairan serta kurangnya


sosialisai terkait implementasi keperawatan pada pasien dan keluarga

pasien.

Berdasarkan gambaran di atas dapat di simpulkan bahwa

keamanan obat sangatlah penting dalam mempertahankan reaksi obat

yang akan mempengaruhi kesehatan pasien serta label yang di berikan

kepada pasien tentang obat yang di berikan

Hal ini sejalan dengan teori bahwa Bila obat - obat menjadi

bagian dari rencana pengobatan pasien, harus berperan secara

kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat – obatan yang

perlu diwaspadai (high - alert medications) adalah obat yang

sering menyebabkan terjadi kesalahan atau kesalahan serius

(sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak

yang tidak diinginkan, hasil buruk (adverce outcome) seperti

obat – obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama

Obat Rupa dan Ucapan Mirip atau NORUM, atau Look Alike

Sound Alike atau LASSA). Obat - obatan yang sering disebutkan

dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit

konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium klorida

2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida

lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat = 50% atau

lebih pekat). Kesalahan ini bisa terjadi bila perawat tidak

mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau

bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum


ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat.

3. Kepastian Tepat-lokasi, Tepat Prosedur, Tepat-pasien operasi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Kepastian Tepat-

lokasi, Tepat Prosedur, Tepat-pasien operasi yang Tercapai Penuh

yaitu 30 responden (83,3%). Hal ini karena perawat dan dokter

berkolaborasi mengenai kapan harus di berikan obat yang benar seperti

benar obat, benar dosis, benar klien, benar rute pemberian dan benar

waktu sehingga tepat pemberian pada pasien sehingga pasien dapat

melawan penyakitnya dengan baik.

Sedangkan Kepastian Tepat-lokasi, Tepat Prosedur, Tepat-

pasien operasi yang Tercapai Sebagian sebanyak 6 responden

(16,7%). Hal ini karena perawat kurang memperhatikan mengenai

waktu pemberian obat dan kurang menyampaikan mengenai fungsi dan

efeksamping dari obat yang di berikan serta adanya mis komunikasi

dari dokter ke perawat atau sebaliknya.

Berdasarkan gambaran di atas dapat di simpulkan bahwa

ketetapan pemberian obat harus di lakukan dengan teliti dan tepat

sehingga tujuan yang ingin di capai dapat terlaksanakan dengan baik.

Hal ini sejalan dengan teori bahwa Salah lokasi, salah

prosedur, pasien salah pada operasi, adalah sesuatu yang

mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit.

Kesalahan ini adalah akibat dari komunikasi yang tidak efektif

atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang atau
tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking),

dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi,( Agustina,

2013).

4. Pengurangan Resiko Infeksi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Pengurangan

Risiko Infeksi Tercapai Penuh yaitu 34 responden (87,9%). Hal ini

karena perawat memperhatikan kebersihan ruangan dan pasien selama

di rawat di rumah sakit dan perawat memperhatikan mengenai

kebersihan alat dan bahan yang di pake dalam tindakan keperawatan.

Sedangkan Pengurangan Risiko Infeksi Tercapai Sebagian

sebanyak 5 responden (12,8%). Hal ini karena perawat kurang

memperhatikan kebersihan klien sesuai standar pelayanan keperawatan

seperti, kebersihan linen atau kasur, dan kebersihan WC yang di

gunakan secara umum.

Berdasarkan gambaran di atas dapat di simpulkan bahwa resiko

infeksi dapat terjadi dari berbagai hal baik dari kesalahan pelayanan

maupun dari kesalahan pasien saat di rawat di rumah sakit.

Hal ini sejalan dengan teori bahwa Pencegahan dan

pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam pelayanan

kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang

berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan

besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan.

Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan


termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood

stream infections) dan pneumenia (sering kali dihubungkan dengan

ventilasi mekanis), (Astutina, 2013).

5. Penerapan Keselamatan Pasien Sakit di RSUD Labuang Baji

Makassar

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Penerapan

Keselamatan Pasien Sakit Tercapai Penuh yaitu 27 responden

(75,0%). Hal ini karena perawat melakukan peranan perawat secara

menyeluruh atau holistic kepada pasien baik mengidentifikasi pasien

dengan benar, menjaga keamanan obat, benar obat, dan mengurangi

resiko infeksi pada pasien sehingga mampu menjaga pasien selama di

rawat di rumah sakit.

Sedangkan Penerapan Keselamatan Pasien Sakit Tercapai

Sebagian sebanyak 6 responden (25,0%). Hal ini karena sebagian

perawat kurang menjalankan pengurangan resiko infeksi, peningkatan

keamanan obat seperti menyimpan obat yang bukan pada tempatnya,

dan kurangnya perawat dalam memperhatikan waktu pemberian obat

dengan tepat.

Berdasarkan gambaran di atas dapat di simpulkan bahwa

sebagian banyak perawat dapat melakukan peranya dengan baik yaitu

dapat menrapkan Ketepatan identitas pasien, Peningkatan Keamanan

obat yang perlu diwaspadai, Kepastian tepat - lokasi, tepat -

prosedur, dan tepat-pasien operasi, Pengurangan risiko infeksi terkait


pelayanan kesehatan yang mampu menunjang keselamatan pasien

selama di rawat di rumah sakit.

Hal ini sejalan dengan teori bahwa menurut Permenkes No.

1691 Tahun 2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit pada bab

IV menerapkan bahwa setiap rumah sakit wajib mengupayakan

pemenuhan penerapan keselamatan pasien. Penerapan yang dimaksud

meliputi tercapainy hal – hal sebagai berikut : Ketepatan identitas

pasien, Peningkatan Keamanan obat yang perlu diwaspadai, Kepastian

tepat - lokasi, tepat - prosedur, dan tepat-pasien operasi, Pengurangan

risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan. Penyusunan penerapan ini

mengacu pada sembilan solisi keselamatan pasien keselamatan hidup

dari WHO Patient Safety (2012) yang digunakan juga oleh Komite

Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan

dari Join Commission International (JCI).

D. Keterbatasan Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti kesulitan dalam membagikan

kuesioner karena kebanyakan responden harus menunggu jadwal

dinas perawat yang harus di lihat mengenai tindakan apa yang

dilakukan perawat serta kurangnya kesempatan peneliti untuk

melihat lansung mengenai oriantasi perawat dalam memberikan

tindakan keperawatan.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Labuang Baji

Makassar, maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut:

a. Terdapatnya Ketepatan Identifikasi Pasien yang Tercapai Penuh

sebanyak 31 responden (79,5%).

b. Terdapatnya Peningkatan Keamanan Obat (high Alert) Tercapai Penuh

yaitu 35 responden (83,3%).

c. Terdapatnya Kepastian Tepat-lokasi, Tepat Prosedur, Tepat-pasien

operasi yang Tercapai Penuh yaitu 30 responden (83,3%) .

d. Terdapatnya Pengurangan Risiko Infeksi Tercapai Penuh yaitu 34

responden (87,9%).

e. Terdapatnya Penerapan Keselamatan Pasien Sakit Tercapai Penuh yaitu

27 responden (75,0%).

B. Saran

1. Untuk Perawat di RSUD Labuang Baji Makassar:

Diharapkan kepada Perawat di RSUD Labuang Baji Makassar agar

memberikan pelayanan yang propesional yang menunjang keselamatan

pasien saat di rawat di rumah sakit.


2. Bagi Intitusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan kajian

untuk memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik lagi agar tidak

adanya masalah kesehatan yang lebih buruk kepada pasien.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan

referensi penelitian selanjutnya untuk di kembangkan dan melihat lebih

detail mengenai hal-hal yang membahayakan kesehatan pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Adi Utarini, Kompetensi manajer rumah sakit dalam pengembangan patient


centered Care, disampaikan dalam seminar ilmiah 20 tahun MMR
UGM dan Forum mutu IHQN VIII, Yogyakarta 10-13 Oktober 2012.

Astutina,(2013) Penerapan Manajemen Pasien Safety Dalam Rangka Peningkatan


Mutu Pelayanan di Rumah Sakit KPU Muhammadiyah Surakarta Tahun
2013”, Naskah Publikasi, Surakarta : Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Berita Negara Republik Indonesia Kementerian Kesehatan,“Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 Tentang Akreditasi
Rumah Sakit”, Kementerian Kesehatan, 2012.

Cahyono, B. 2012 Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktik


Kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Cintya,2013 “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dengan Pelaksanaan


Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun
Kendage Tahuna”, ejournal Keperawatan, Manado : Program Studi Ilmu
Keperawaan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Depkes RI. 2013. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.


Jakarta : Depkes RI.

Depkes RI. 2013. Upaya Peningkatan Mutu pelayanan Rumah Sakit. (konsep
dasar dan prinsip). Jakarta: Depkes RI.

Fadhilah, Gambaran Budaya Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Universitas


Hasanuddin Tahun 2013”, Makassar : Manajemen Rumah Sakit
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, 2013.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, “Standar Akreditasi Rumah Sakit”


Edisi I, 2011.

Komisi Akreditasi Rumah Sakit, “Pedoman Tata Laksana Survei Akreditasi


Rumah Sakit” Edisi-III, 2014.

Komite Akreditasi Rumah Sakit, “Instrumen Akreditasi Rumah Sakit Stadar


Akreditasi Versi 2012” Edisi-I, 2012.

KKP-RS. 2013. Pedoman Pelaporan Keselamatan Pasien. Jakarta:KKP-RS.


Mustikawati, Yully H. 2011. Tesis (Analisis Determinan Kejadian Nyaris
Cedera dan Kejadian Tidak Diharapkan di Unit Perawatan Rumah
Sakit Pondok Indah Jakarta). Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Depok. Diakses Tanggal 28 Juli 2018

Notoatmajo. S (2013) Metodologi Penelitian Kesehatan pasien. Jakarta : KKP-RS

Octaria, “Analisis Kesiapan Rumah Sakit Yang Telah Terakreditasi 12 Pelayanan


Terhadap Pemenuhan Standar Akreditasi Versi 2012 (Studi Kasus
RSUD DR. R Soetijono Blora)”, ejournal, 2014. (di askes 01 agustus
2018)

Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 Tahun 2012 Tentang Keselamatan


Pasien Rumah Sakit, 2012.

Peraturan Menteri Kesehatan 1691 / MENKES / PER/ VIII / 2011 Tentang


Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

PERSI - KARS, KKP-RS. 2016. Membangun Budaya Keselamatan Pasien


Rumah Sakit.nLokakarya program KP-RS. 17 Nopember 2016.

Prihatin, “Evaluasi Penyelenggaraan Rekam Medis Pasien Dalam Pemenuhan


Standar Akreditasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Muhammadiyah
Selogiri”, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.

Nina, “Kebijakan Standar Akreditasi Rumah Sakit (Versi 2012) dan Cara
Penilaiannya”, Semiloka Peran Tehnik Perumahsakitan Dalam Memenuhi
Standar Akreditasi Rumah Sakit di Bidang Manajemen Fasilitas
dan Keselamatan Dirjen Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan
Nasional, 2014.

Setiowati, D. 2013. Hubungan Kepimimpinan Efektif Head Nurse Dengan


Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana di RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tesis : Universitas Indonesia.

Shofiyah, S., D. Susanti dan ETN. Laili, “Manusia Sebagai Khalifah”


Makalah, Jakarta : Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2012.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2012 Tentang


Rumah Sakit, 2012.

Undang - Undang tentang Kesehatan dan Rumah Sakit Pasal 32n UU


No.44/2012. diakses 16 Juni 2018.

Pedoman Penulisan SKRIPSI Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam


Makassar 2018
Ziarasyid. 2012. Ayat Al-Qur’an Yang Tentang Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja. http://ziarasyid-fkm11.web.unair.ac.id/artikel_detail-67303-Umum-
Ayat%20AlQur%27an%20kaitannya%20dengan%20K3.html. Diakses pada
tanggal 12 November 2018.
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Bapak/Ibu Calon Responden
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini mahasiswa Program Studi
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Makassar, dengan :
Nama : Abidin Muhammad Ali
Nim : 14.071. 014.098
Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan Km.9 Hartako Jaya

Hendak melaksanakan penelitian dengan judul “penerapan keselamatan


pasien dalam peraktek keperawatan Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Labuang Baji Makassar”.
Bahwa penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi
responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika Bapak/Ibu tidak bersedia menjadi
responden tidak ada ancaman maupun sanksi bagi Bapak/Ibu.
Jika Bapak/Ibu telah menjadi responden dan terjadi hal merugikan, boleh
mengundurkan diri dan tidak berpartisipasi dalam penelitian.
Saya sebagai peneliti mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan
Bapak/Ibu menjadi responden dalam penelitian ini.

Peneliti

Abidin Muhammad Ali


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya bertanda tangan dibawah ini, bersedia untuk berpartisipasi dalam

penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Keperawatan Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Makassar, dengan :

Saya berharap penelitian ini tidak mempunyai dampak negatif serta

merugikan bagi saya, sehingga pertanyaan yang akan saya jawab benar-benar

dapat dirahasiakan.

Demikian lembar persetujuan ini saya tanda tangani dan kiranya

dipergunakan sebagaimana mestinya.

Makassar,..................2018

Responden

(....................................)
KUESIONER PENELITIAN
PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DALAM PRAKTEK
KEPERAWATAN RAWAT INAP

Data Responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Pendidikan :
5. Jenis Kelamin :

Petunjuk Pengisian
1. Kuesioner ini semata - mata untuk keperluan akademis, mohon
dijawab dengan jujur !
2. Bacalah dan jawablah semua pertanyaan dengan teliti tanpa ada yang
terlewatkan !
3. Berilah tanda (√) pada jawaban yang menurut anda benar !

PERTANYAAN TENTANG KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN

No. Pertanyaan Ada Tidak Ada


1. Apakah anda mengidentifikasi pasien dengan
menggunakan dua identitas pasien yang bukan
merupakan nomor kamar ataupun lokasi pasien
?
2. Apakah anda mengidentifikasi pasien sebelum
pemberian obat, darah, atau produk darah ?
3. Apakah anda mengidendifikasi pasien sebelum
mengambil darah atau specimen lain untuk
pemeriksaan klinis ?
4. Apakah anda mengidentifikasi pasien sebelum
pemberian pengobatan dan tindakan / prosedur
?
5. Apakah anda sosialisasi kebijakan atau SOP
tentang pelaksanaan identifikasi pasien ?
PERTANYAAN TENTANG PENINGKATAN KEAMANAN OBAT
YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH ALERT)

No. Pertanyaan Ada Tidak Ada


1. Apakah ada kebijakan atau SOP identifikasi,
lokasi, pelabelan,dan penyimpanan obat-obat
yang perlu diwaspadai ?
2. Apakah ada sosialisasi dan implementasi
kebijakan atau SOP tersebut ?
3. Apakah sering dilakukan inspeksi di unit
pelayanan terkait penggunaan cairan
konsentrat di area tersebut ?
4. Apakah dilakukan pelabelan elektrolit
konsentrat secara jelas dan penyimpanan di
area yang dibatasi ketat ?

PERTANYAAN TENTANG PENINGKATAN KEPASTIAN TEPAT-


LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-PASIEN OPERASI

No. Pertanyaan Ada Tidak Ada


1. Apakah ada anda identifikasi yang jelas dan
melibatkan pasien dalam proses penandaan
lokasi operasi ?
2. Apakah ada checklist untuk verifikasi
praoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan
tepat pasien, tepat dokumen, dan ketersediaan
serta ketepatan alat ?
3. Apakah Anda menerapkan dan mencatat
prosedur “time out” sebelum dimulainya
tindakan pembedahan ?
4. Apakah ada kebijakan atau SOP untuk
kebijakan diatas ?
PERTANYAAN TENTANG PENGURANGAN RISIKO INFEKSI
TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN

No. Pertanyaan Ada Tidak Ada


1. Apakah sudah adaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang sudah diterima secara umum
(misalnya WHO Patient Safety) ?
2. Apakah sudah diterapakn program Hand
Hygiene secara efektif ?
3. Apakah sudah ada kebijakan untuk mengurangi
risiko infeksi yang terkait dengan pelayanan
kesehatan secara berkelanjutan ?

KUESIONER TENTANG KESELAMATAN PASIEN SAKIT TERKAIT


PELAYANAN KESEHATAN

No. Pernyataan Terlaksana Tidak


Terlaksana
1 Identifikasi Pasien
2 Tentang Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu
Diwaspadai (High Alert)
3 Peningkatan Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-
Prosedur, Tepat-Pasien Operasi
4 Pengurangan Risiko Infeksi
DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN

Membagikan Kuesioner Kepada Perawat

Membagikan Kuesioner Kepada Perawat


Frequencies

Notes
Output Created 21-OCT-2018 20:30:02
Comments
Input Data D:\buku baru\SKRIPSI
BARU\UIM\proposal abidin muh
ali\OLAH DATA.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 36
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases
with valid data.
Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=Nama Umur
jeniskelamin Pendidikan
Ketepatan Peningkatan Tepat
Infeksi
Penerapan
/STATISTICS=MEAN MEDIAN
MODE SUM
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00.02
Elapsed Time 00:00:00.03
Statistics
Ketepatan Peningkatan
Identifikasi Keamanan Obat
Nama Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pasien (High Alert)
N Valid 36 36 36 36 36 36
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 2.28 1.14 1.75 1.06 1.17
Median 2.00 1.00 2.00 1.00 1.00
Mode 2 1 2 1 1
Sum 82 41 63 38 42

Statistics
Peningkatan Kepastian 5 Pengurangan Risiko Penerapan Keselamatan
Tepat Infeksi Pasien Sakit
N Valid 36 36 36
Missing 0 0 0
Mean 1.11 1.17 1.25
Median 1.00 1.00 1.00
Mode 1 1 1
Sum 40 42 45

Frequency Table

Nama
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid NY A 3 8.3 8.3 8.3
NY AF 1 2.8 2.8 11.1
NY AR 1 2.8 2.8 13.9
NY B 1 2.8 2.8 16.7
NY E 2 5.6 5.6 22.2
NY F 1 2.8 2.8 25.0
NY H 3 8.3 8.3 33.3
NY I 1 2.8 2.8 36.1
NY J 3 8.3 8.3 44.4
NY M 3 8.3 8.3 52.8
NY N 2 5.6 5.6 58.3
NY NR 1 2.8 2.8 61.1
NY R 4 11.1 11.1 72.2
NY S 2 5.6 5.6 77.8
NY SY 1 2.8 2.8 80.6
NY U 1 2.8 2.8 83.3
NY W 1 2.8 2.8 86.1
TN A 2 5.6 5.6 91.7
TN H 1 2.8 2.8 94.4
TN HS 1 2.8 2.8 97.2
TN I 1 2.8 2.8 100.0
Total 36 100.0 100.0

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 26-35 Tahun 27 75.0 75.0 75.0
36-45 Tahun 8 22.2 22.2 97.2
46-55 Tahun 1 2.8 2.8 100.0
Total 36 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 31 86.1 86.1 86.1
Laki-Laki 5 13.9 13.9 100.0
Total 36 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid D3 Keperawatan 10 27.8 27.8 27.8
S1 Keperawatan/Ners 25 69.4 69.4 97.2
S2 Keperawatan 1 2.8 2.8 100.0
Total 36 100.0 100.0

Ketepatan Identifikasi Pasien


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tercapai Penuh 34 94.4 94.4 94.4
Tercapai Sebagian 2 5.6 5.6 100.0
Total 36 100.0 100.0
Peningkatan Keamanan Obat (High Alert)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tercapai Penuh 30 83.3 83.3 83.3
Tercapai Sebagian 6 16.7 16.7 100.0
Total 36 100.0 100.0

Peningkatan Kepastian 5 Tepat


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tercapai Penuh 32 88.9 88.9 88.9
Tercapai Sebagian 4 11.1 11.1 100.0
Total 36 100.0 100.0

Pengurangan Risiko Infeksi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tercapai Penuh 30 83.3 83.3 83.3
Tercapai Sebagian 6 16.7 16.7 100.0
Total 36 100.0 100.0

Penerapan Keselamatan Pasien Sakit


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Diterapkan 27 75.0 75.0 75.0
Tidak erlaksanakan 9 25.0 25.0 100.0
Total 36 100.0 100.0
CURICULUM VITAE

Nama : Abidin Muhammad Ali


Jenis Kelamin : Laki - Laki
Tempat / Tgl Lahir : Sawang Akar 10 Juli 1991
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Makeang / Indonesia
Alamat : Jl. Printis Kemerdekaan 7
No. Telp/HP : 082188846024

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Inpres Sawang Akar, Tahun 2005

2. SMPN Alkairat Labuha, Tahun 2008

3. SMK Misbahul Aulad Labuha, Tahun 2011

4. Universitas Islam Makassar Tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai