Anda di halaman 1dari 16

APLIKASI TINDAKAN KOMPRES DINGIN

TERHADAP INTENSITAS NYERI LUKA


PERINEUM PADA IBU POSTPARTUM NORMAL
DI RUANG DELIMA RSUD SAYANG CIANJUR
Riana Septiani
34403515097
PENDAHULUAN

Menurut WHO (2012) hampir 90% proses persalinan normal mengalami luka robekan pada perineum. Luka robekan
perineum di Asia juga merupakan masalah yang cukup banyak terjadi dalam masyarakat, 50% dari kejadian ruptur
perineum di dunia terjadi di Asia. Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat angka kematian ibu
(AKI) yang tinggi. Menurut survei demografi kesehatan Indonesia pada tahun 2015 AKI mencapai 305 /100.000
kelahiran hidup. Salah satu penyebab tingginya AKI adalah 30% perdarahan yang kebanyakan diakibatkan karena
dilakukannya episiotomi. Menurut Ruang Delima RSUD Sayang Cianjur (2018) jumlah post partum yang di rawat di
Ruang Delima RSUD Sayang Cianjur berjumlah 50 orang, rata-rata 1-23 orang mengeluh nyeri luka perineum akibat
dari robekan perineum atau episiotomi.

Mengingat permasalahan yang dapat timbul sebagai akibat robekan perineum pada saat melahirkan, maka
penanganan setiap kejadian robekan perineum harus segera dilakukan secara berkualitas, guna meminimalkan
kemungkinan penyulit yang bisa menyertai robekan perineum tersebut. Ada beberapa cara penanggulangan
nyeri pada luka robekan perineum adalah dengan teknik kompres dingin, kompres dingin bekerja dengan
menstimulasi permukaan kulit untuk mengontrol nyeri. (Mohamed, 2012 p.54).
TINJAUAN PUSTAKA
Postpartum Nyeri
Masa nifas/post partum adalah masa sesudah
persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta Nyeri dalah suatu sensori subjektif dan pengalaman
selaput yang diperlukan untuk memulihkan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kembali organ kandungan seperti sebelum hamil kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang dirasakan
dengan waktu kurang lebih enam minggu (Saleha, dalam kejadian-kejadian di mana terjadi kerusakan. (Potter
2009 as cited in Intan Kumalasari 2015 p.155) dan Perry, 2006 as cited in Wahid Iqbal Mubarok, 2015 p.3).

Luka Perineum kompres dingin


Luka perineum adalah robekan jaringan yang terjadi
antara pembukaan vagina dan rektum, luka jahitan suatu
suatu metode
metode dalam
dalam penggunaan
penggunaan suhu
suhu rendah
rendah setempat
setempat yang
yang
perineum bisa disebabkan oleh rusaknya jaringan dapat
dapat menimbulkan
menimbulkan beberapa
beberapa efek
efek fisiologis.
fisiologis. Aplikasi
Aplikasi
secara alamiah karena proses desakan kepala janin kompres
kompres dingin
dingin bertujuan
bertujuan untuk
untuk mengurangi
mengurangi aliran
aliran darah
darah ke
ke
atau bahu pada saat proses persalinan maupun suatu
suatu bagian
bagian dan
dan mengurangi
mengurangi perdarahan
perdarahan serta
serta edema.
edema. (Wahid
(Wahid
tindakan episiotomi. Iqbal
Iqbal Mubarok
Mubarok 2015,
2015, p.275).
p.275).
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan

Menurut NANDA (2015) p.186, Diagnosa keperawatan yang


Pengkajian
dapat muncul pada klien dengan postpartum normal adalah:
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
Menurut Intan Kumalasari (2015, p.165) pengkajian 2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan panurunan
pada ibu nifas merupakan pengumpulan data dasar tonus otot
yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu. 3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
Genitalia : Ada tidaknya tanda REEDA (redness, 4. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan
echimosis, edema, discharge, approximation), ansietas ibu.
memeriksa kebersihan vulva/ perineum, perdarahan 5. Resiko tingi perdarahan berhubungan dengan kegagalan
karakteristik lochea, warna, bau, konsistensi, myometrium dan mekanisme homeostatic
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
keluaran normal/tidak, laserasi serviks, introitus
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal
vagina, perineum dan vulva edema, inflamasi, dan psikologis, nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan,
hematoma, pus, luka bekas episiotomi, jahitan, dan kelahiran melelahkan.
memar, dan hemoroid.
METODE PENELITIAN

Desain penelitian : Metode Pengumpulan


Data :
Pendekatan penelitian kualitatif dan studi kasus
Studi kepustakaan, wawancara, observasi
Subjek Penelitian : partisipatif, studi dokumentasi

2 ibu postpartum normal dengan kriteria


inklusi dan eklusi
Lokasi dan waktu penelitian:
Metode Analisa Data :
Di Ruang Delima RSUD Sayang Cianjur pada
bulan februari sampai dengan juni 2018 Menggunakan analisis berbasi PICOT

Metode Uji Keabsahan Data :

Triangulasi sumber/metode
Setting Penelitian : Etika Penelitian :

Responden I berada di kamar 1A dan Informed concent, Anonimity,


responden II di kamar IIIB Confidentiality.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pengkajian Pengkajian
Kasus I : Kasus 2 :
Ny.N P1A0 berumur 24 tahun, mengeluh nyeri Ny.S G2P2A0 berumur 27 tahun, mengeluh nyeri
pada bagian genitalia (perineum) karena robekan pada bagian genitalia (perineum) karena robekan
jalan lahir akibat episotomi, nyeri dirasakan seperti jalan lahir akibat episiotomi, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan terus menerus ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan terus menerus dengan
dengan skala nyeri 4 (0-5). Timbulnya keluhan skala nyeri 3 (0-5). Timbulnya keluhan yang klien
yang klien rasakan bertahap, lamanya yaitu rasakan bertahap, lamanya yaitu langsung terasa
langsung terasa nyeri setelah 2 jam klien nyeri setelah 2 jam klien mengalami persalinan.
mengalami persalinan. Hasil dari pengkajian fisik di temukan pada
Hasil dari pengkajian fisik di temukan payudara genitalia, terdapat luka jahitan perineum
bengkak, klien mengatakan ASI nya belum keluar,
klien tampak cemas dan kurang mengerti tentang
bagaimana teknik menyusui dengan benar, pada
genitalia, terdapat luka jahitan perineum.
Lanjutan... Intervensi
1.Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (luka perineum) peneliti
Diagnosis Keperawatan menyusun perencanaan yaitu kaji skala nyeri dengan skala (0-5),
pantau TTV, berikan posisi nyaman, berikan kompres dingin pada
Kasus I :
daerah genitalia (perineum) dan kolaborasi dengan dokter untuk
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik pemberian obat analgetik (keterolac 2 ml, via IV).
(luka perineum) 2.Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan ansietas ibu,
2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan peneliti menyusun perencanaan antara lain pantau keterampilan ibu
dengan ansietas ibu dalam menempelkan bayi pada puting, pantau integritas kulit putting,
3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma demonstrasikan perawatan payudara sesuai dengan kebutuhan
mekanis (brestcare), intruksikan kepada ibu tentang teknik memompa
payudara, ajarkan teknik menyusui yang meningkatkan keterampilan
Kasus II
dalam meyusui bayinya.
4. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
3.Resiko infeksi berhubungan dengan trauma mekanis, peneliti
(luka perineum)
menyusun perencanaan antara lain, kaji adanya infeksi, kaji leukosit
5. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma klien, pantau TTV, lakukan perawatan luka vulva hygient, ajarkan
mekanis
pasien dan keluarga untuk mengetahui tanda-tanda infeksi, ajarkan
klien untuk mencegah infeksi.
Lanjutan...
Implementasi
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (luka perineum) Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan
yang pertama yaitu mengkaji skala nyeri dengan skala (0-5), memantau TTV, memberikan posisi nyaman,
memberikan kompres dingin pada daerah genitalia (perineum) dan memberikan obat analgetik (keterolac 2 ml, via
IV) . Dan mengevaluasi hasil tindakan.
2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan ansietas ibu Implementasi dilakukan pada diagnosa
keperawatan kedua yaitu memantau keterampilan ibu dalam menempelkan bayi pada putting, memantau integritas
kulit putting, demonstrasikan perawatan payudara sesuai dengan kebutuhan (brestcare), mengintruksikan kepada
ibu tentang teknik memompa payudara, mengajarkan teknik menyusui yang meningkatkan keterampilan dalam
meyusui bayinya. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma mekanis. Implementasi dilakukan pada diagnosa keperawatan ketiga
yaitu mengkaji adanya infeksi, mengkaji leukosit klien, memantau TTV, melakukan perawatan luka vulva hygient,
mengajarkan pasien dan keluarga untuk mengetahui tanda-tanda infeksi, mengajarkan klien untuk mencegah
infeksi. Dan mengevaluasi hasil tindakan.
Lanjutan... klien mengatakan mengerti tentang bagaimana teknik menyusui
dengan benar, ASI tampak keluar, payudara masih bengkak, klien
Evaluasi
paham tentang bagaimana teknik menyusui dengan benar, intervensi
Kasus I
di lanjutkan. Hari ketiga klien mengatakan ASI nya sudah banyak
1.Evaluasi dilakukan pada diagnosa pertama hari pertama klien
keluar, klien mengatakan sudah mengerti tentang bagaimana teknik
mengatakan masih merasakan nyeri, tampak meringis
menyusui dengan benar ASI klien keluar banyak, payudara tidak
kesakitan, skala nyeri 3 (0-5), intervensi di lanjutkan. hari
bengkak, klien paham bagaimana teknik menyusui dengan benar
kedua klien mengatakan nyeri berkurang, tidak meringis
masalah teratasi intervensi di hentikan.
kesakitan, skala nyeri 2 (0-5), intervensi di lanjutkan. Hari
ketiga klien mengatakan tidak merasa nyeri, tidak meringis 3. Evaluasi dilakukan pada diagnosa ketiga hari pertama klien
kesakitan, skala nyeri 1 (0-5) masalah teratasi intervensi di mengatakan terdapat luka di bagian genitalia (perineum) terdapat
hentikan. luka jahitan di perineum, tidak ada tanda-tanda infeksi masalah
2.Evaluasi dilakukan pada diagnose kedua hari pertama klien belum teratasi intervensi di lanjutkan. Hari kedua klien mengatakan
mengatakan ASI nya belum keluar, klien mengatakan kurang luka di bagian genitalia (perineum) sudah mulai mengering tidak ada
mengerti tentang bagaimana teknik menyusui dengan benar tanda-tanda infeksi masalah belum teratasi intervensi di lanjutkan.
ASI klien belum keluar, payudara bengkak, klien tampak Hari ketiga klien mengatakan luka di bagian genitalia (perineum)
kurang paham tentang bagaimana teknik menyusui dengan sudah kering tidak ada tanda-tanda infeksi masalah teratasi
benar, intervensi di lanjutkan. Hari kedua klien mengatakan intervensi di hentikan.
ASI nya sudah keluar sedikit,
Lanjutan...

Evaluasi
Kasus II
1.Evaluasi dilakukan pada diagnosa pertama hari pertama klien mengatakan masih merasakan nyeri pada perineum
klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 3 (0-5) masalah belum teratasi intervensi di lanjutkan. Hari kedua klien
mengatakan nyeri berkurang klien tidak meringis kesakitan, skala nyeri 2 (0-5) masalah belum teratasi intervensi di
lanjutkan. Hari ketiga klien mengatakan tidak merasa nyeri klien tidak meringis kesakitan, skala nyeri 1 (0-5)
masalah teratasi intervensi di hentikan.

2. Evaluasi yang dilakukan pada diagnosa kedua hari pertama klien mengatakan terdapat luka di bagian
genitalia (perineum) terdapat luka jahitan di perineum, tidak ada tanda-tanda infeksi masalah belum
teratasi intervensi di lanjutkan. Hari kedua klien mengatakan luka di bagian genitalia (perineum) sudah
mulai mengering tidak ada tanda-tanda infeksi masalah belum teratasi intervensi di lanjutkan. Hari
ketiga klien mengatakan luka di bagian genitalia (perineum) sudah kering tidak ada tanda-tanda infeksi
masalah teratasi intervensi di hentikan.
Aplikasi Tindakan Utama

Kasus I dan Kasus II


Pada kasus I tanggal 24 april 2018, 25 april 2018 dan 26 april 2018 dan pada kasus II pada pada tanggal 26 april 2018, 27 april 2018 dan 28
april 2018 melakukan penelitian pada Ny.N dan Ny.S didapatkan bahwa Ny.N DAN Ny.S marasakan nyeri akibat dari luka perineum saat
melahirkan. Ny.N disarankan untuk melakukan kompres dingin saat terasa nyeri, dengan cara memasukkan es batu ke dalam kantung plastik
lalu membungkusnya dengan kassa steril dan meletakkan es tersebut di daerah perineum yang terasa nyeri selama 10-15 menit.

Pembahasan
Pengkajian Diagnosa

Dari uraian diatas, tidak terdapat kesenjangan antara teori yang Terdapat kesesuaian antara teori dan diagnosa yang muncul dari
ada dengan kasus. Tetapi ada kesenjangan antara kasus I dan kedua kasus diatas. Tetapi ada kesenjangan antara kasus I dan kasus
kasus II yaitu dari skala nyeri klien pertama dengan skala 4 (0-5) II yaitu pada diagnosa ketidakefektifan ASI berhubungan dengan
dan klien kedua 3(0-5) dan pada kasus I payudara bengkak dan ansietas ibu di kasus I muncul diagnosa tersebut karena faktor
ASI nya belum keluar sedangkan kasus II payudara tidak bengkak sedangkan di kasus II tidak muncul.
dan ASI nya sudah keluar.
Lanjutan...
Intervensi Implementasi

 Intervensi pada diagnosa nyeri berhubungan dengan agen cedera Pada diagnosa nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik dan
fisik dan resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dilakukan
dilakukan pada kasus I dan kasus II tetapi pada diagnosa implementasi klien pertama dan kedua sedangkan untuk
ketidakefektifan ASI berhubungan dengan ansietas ibu intervensi diagnosa ketidakefektifan ASI berhubungan dengan ansietas ibu
hanya dilakukan pada kasus I saja karena hanya klien pertama dilakukan implementasi pada klien pertama saja. Didapatkan
yang mengalami ketidakefektifan pemberian ASI. Dilihat dari hasil kesenjangan antara kasus pertama dan kasus kedua.
intervensi adanya kesenjangan antara kasus I dan kasus II.

Evaluasi

Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti selama 3 hari pada kasus I dan kasus II diagnosa nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik
  dan resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan yaitu dengan data subjektif klien mengatakan tidak nyeri, data objektif klien tidak
meringis kesakitan, tampak rileks, skala nyeri 1 (0-5). Analisa masalah teratasi. Planning pada evaluasi Anjurkan untuk melakukan tindakan
kompres dingin pada perineum bila nyeri terasa. Evaluasi yang dilakukan pada kasus I dengan diagnosa ketidakaefektifan ASI berhubungan
dengan ansietas ibu yaitu, data subjektif klien mengatakan ASI nya sudah keluar, klien mengatakan mengerti tentang bagaimana teknik
menyusui dengan benar, data objektif ASI klien sudah keluar, klien memahami tentang bagaimana menyusui anaknya. Analisa masalah
teratasi. Anjurkan klien untuk tetap menyusui anaknya dan memprogramkan ASI ekslusif.
Simpulan

Aplikasi tindakan kompres dingin dilakukan selama 3 hari


pada kasus I dan kasus II didapatkan hasil skala nyeri pada
kasus I 4(0-5) dan kasus II 3(0-5). Setelah dilakukan
tindakan kompres dingin selama 3 hari mengalami
penurunan skala nyeri pada kasus I dan kasus II menjadi
1(0-5)
TERIMAKASIH...

Anda mungkin juga menyukai