Anda di halaman 1dari 17

Kata Pengantar

Ketua Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi


Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP Sanglah Denpasar

Om Swastyastu, Salam sejahtera untuk kita semua

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha


Esa, karena atas anugerah-Nya kami dapat merampungkan
penyusunan buku prosiding dalam rangka Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan (PKB) Obstetri dan Ginekologi ke-8. Ilmu kedokteran
merupakan ilmu yang dinamis dan senantiasa berkembang pesat.
Untuk itu, adalah kewajiban bagi para klinisi untuk terus mengikuti
perkembangan tersebut dan meningkatkan pengetahuan. Kami
berharap, acara PKB ini dapat menjadi sarana bagi para ahli untuk
berbagi pengetahuan terkini, serta menjadi ajang berbagi pengalaman
antar praktisi kesehatan di bidang obstetri dan ginekologi.
Demi mendukung hal tersebut, kami dengan bangga
mempersembahkan buku prosiding Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan Obstetri dan Ginekologi ke-8 ini. Buku ini disusun oleh
para ahli di bidangnya, dan memuat materi terkini pada topik masing-
masing. Kami berharap buku ini dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi para peserta khususnya, dan tentunya bagi
masyarakat luas. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya atas dukungan berbagai pihak yang telah berperan
dalam terlaksananya acara dan terbitnya buku prosiding ini. Kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat kesalahan yang
tentunya tidak kami sengaja.
Om Shanti Shanti Shanti Om

Denpasar, 4 Desember 2017

Tjokorda Gde Agung Suwardewa


i
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................. i


Daftar Isi ............................................................................. ii
Kuliah Utama Fetomaternal ............................................. 1
Simposium I
Tata Laksana Endometrioma................................... 8
Tatalaksana Nyeri pada Endometriosis Usia
Remaja ..................................................................... 20
Simposium II
Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks yang
Dirawat di Ruang Cempaka Ginekologi RSUP
Sanglah Denpasar ................................................... 32
Profil Ponek Rumah Sakit Umum Daerah di
Provinsi Bali ............................................................. 61
Simposium III
Disfungsi Seksual Wanita pada Kehamilan
dan Pasca Persalinan .............................................. 97
Vaginoplasti dari Perspektif Uroginekologi
Rekonstruksi ............................................................ 109
Simposium IV
Pelayanan Kelainan Bawaan Terintegrasi
Sanglah Birth Defect Integrated Centre (SIDIC) ..... 114
Deteksi Kelainan Bawaan Trimester 1 dan
2 Pada Faskes Primer dan Sekunder...................... 137
Simposium V
Kanker Serviks : Misdiagnosis dan Pitfall dalam
Praktik Sehari-Hari ................................................... 152
Vaksinasi Human Papiloma Virus:
Perkembangan Terbaru ........................................... 170
Kuliah Utama Onkologi ..................................................... 183
Simposium VI
Tips dan Trik Mengatasi Kesulitan
Operasi Ginekologi .................................................. 205
Operasi Ginekologi: Masalah dan Komplikasi......... 224
Simposium VII
Kolpokleisis Total ..................................................... 243
ii
Penanganan Operatif Inkontinensia Urine
Tipe Stres ................................................................. 251
Simposium VIII
Penggunaan Klomifen Sitrat dalam Induksi
Ovulasi ..................................................................... 268
Ketika Memilih Inseminasi Intra Uterine sebagai
Upaya Membantu Kehamilan .................................. 282
Tatalaksana Infertilitas pada Sindrom Ovarium
Polikistik ................................................................... 299
Simposium IX
Perdarahan Pasca Persalinan sebagai
Penyebab Utama Kematian Maternal (Kasus
Obstetri Langsung) di Provinsi Bali Tahun 2016 ..... 322
Breaking Medical Bad News: Application
to the Patient with Gynecologic Malignancies ......... 338
Simposium X
Pertumbuhan Janin Terhambat (Dari A-Z0 ............. 352
Pengaruh Maternal Metabolic Disorders
terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Fetus ........................................................................ 367
Skrining Diabetes Mellitus Gestasional ................... 375

iii
SIMPOSIUM I
TATA LAKSANA ENDOMETRIOMA
Dr. Putu Doster Mahayasa, SpOG (K)
Divisi Fertilitas Endokrinologi Reproduksi

PENDAHULUAN
Endometrioma atau kista coklat ovarium merupakan salah satu
sub tipe endometriosis dengan angka kejadian sekitar 17-44 %
pada wanita dengan endometriosis. Endometrioma bisa
didapatkan unilateral atau bilateral dan kurang lebih 28% kasus
endometrioma dijumpai bilateral. Secara klinis keluhan
penderita sama seperti endometriosis pada umumnya yaitu
dismenorea, dispareuni dan atau infertilitas. 1,2,3
Patogenesa endometrioma masih kontroversi tetapi
setidaknya ada 3 teori yang bisa menjelaskan terjadinya
endometrioma : invaginasi korteks ovarium yang terjadi akibat
perdarahan pada permukaan lesi endometriosis ; invaginasi
korteks ovarium akibat metaplasia epitel coelomic korteks dan
transformasi endometriotik dari kista fungsional. Teori ini
disampaikan oleh Hughesdon tahun 1957, diduga bahwa sel sel
ektopik endometrium yang berimplantasi pada permukaan
ovarium bisa menimbulkan endometrioma. Reflux darah haid
yang mengandung sel endometrium yang memiliki kemampuan
berimplantasi secara gradual berinvaginasi kedalam korteks
ovarium dan mengakibatkan terjadinya pseudocyst. Teori ini
mesti dipahami ketika dokter melakukan kistektomi pada kasus
endometrioma, karena korteks merupakan lapisan lebih dalam
sehingga ketika melakukan eksisi maka sebagian dari jaringan
korteks akan ikut terangkat. 4
Teori kedua disampaikan oleh Donnez dkk tahun 1996 ;
endometrioma bukan disebabkan oleh invaginasi darah haid
yang mengandung jaringan ektopik endometrium tetapi oleh
8
metaplasia epitel coelomic yang mengalami invaginasi ke
dalam korteks ovarium. Rekurensi endometrioma yang terjadi
setelah eksisi atau vaporasi kemungkinan besar disebabkan
oleh invaginasi jaringan endometriosis kedalam korteks
ovarium, oleh karena itu Donnez menganjurkan melakukan
vaporasi lesi lesi endometriosis pada dinding kista. 5,6 Teori
ketiga disampaikan oleh Nezhat dkk (1992) yang menyatakan
bahwa endometrioma disebabkan oleh transformasi
endometriotik dari kista fungsional. 7
Gold standar untuk menegakkan diagnosis
endometrioma adalah laparoskopi. Namun demikian
tranvaginal USG sangat membantu menegakkan diagnosis
endometrioma dan membedakan dengan tumor kistik ovarium
yang lain. Endometrioma tampak sebagai massa yang
homogen dengan internal hipoechoik dan dinding kista yang
tebal. 8
Salah satu topik penting tentang penatalaksanaan
endometrioma adalah adanya lesi endometriosis yang lain di
daerah pelvis. Sebuah studi mendapatkan bahwa hanya 19 dari
1785 pasien (1,06%) dengan endometrioma yang tidak
dijumpai adanya lesi endometriosis di daerah pelvis. Menurut
Fauconnier dkk, nyeri pelvis tidak disebabkan oleh
endometrioma tetapi oleh adanya deep infiltrating
endometriosis (DIE). Oleh karena itu ketika membuat rencana
penanganan pasien endometrioma dengan nyeri pelvis harus
dipertimbangkan kemungkinan adanya DIE yang juga harus
mendapat penanganan yang optimal. 2

ENDOMETRIOMA DAN INFERTILITAS


Hingga saat ini belum diketahui dengan jelas bagaimana
mekanisme terjadinya infertilitas pada pasien dengan
endometrioma. Pada kasus endometriosis berat infertilitas
berkaitan dengan adhesi, distorsi anatomis dan oklusi pada
tuba falopi. Milingos dkk melaporkan bawa pasien dengan
endometrioma kemungkinan mengalami infertilitas berkaitan
9
dengan nyeri pelvis kronis yg juga disertai dispareuni. Namun
demikian pada wanita dengan endometrioma tanpa disertai
nyeri pelvis kemungkinan infertilitasnya terjadi karena
penurunan kualitas oosit.9
Pengaruh endometrioma terhadap kualitas oosit masih
merupakan topik yang kontroversi. Kumbak dkk melaporkan
pada proses in vitro fertilization (IVF) wanita dengan
endomtrioma didapatkan lebih sedikit oosit dibandingkan
wanita dengan kista simple tetapi jumlah oosit matur yang
didapat dan angka fertilisasinya berbeda tidak bermakna pada
kedua kelompok.10 Penelitian lain mendapatkan hasil yang
berbeda; pada wanita dengan endometrioma didapatkan lebih
sedikit oosit matur dan angka fertilisasi yang lebih rendah
dibandingkan wanita lain yang mengikuti IVF karena faktor
suami.11 Penelitian yang dilakukan dengan donor oosit
memberikan informasi lain tentang pengaruh endometriosis
terhadap fertilitas. Donor oosit dari wanita tanpa endometriosis
kepada wanita dengan endometriosis yang akan mengikuti IVF
memberikan hasil yang sama dalam hal angka implantasi dan
angka kehamilan seperti wanita tanpa endometriosis lainnya.
Sebaliknya donor oosit dari wanita dengan endometriosis
menghasilkan angka implantasi yang lebih rendah tetapi angka
kehamilannya sebanding.12

TATA LAKASANA
Penanganan wanita dengan endometrioma tergantung banyak
faktor : umur, keinginan untuk hamil, diameter endometrioma
dan keluhan pasien. Pilihannya operatif atau observasi
(expectant management).

1. Laparoskopi Kistektomi.
Kistektomi pada wanita dengan endometrioma masih
menjadi perdebatan berkaitan dengan akibat penurunan
cadangan ovarium pasca tindakan. Keuntungan
kistektomi adalah angka kekambuhannya rendah
10
(antara 9,6-45%),13 kemungkinan meningkatkan
terjadinya kehamilan spontan pasca tindakan (15-54%)
dan mengurangi keluhan nyeri pelvis yang cukup
signifikan.14 Menurut Katajima dkk, meningkatnya
kehamilan spontan pasca kistektomi kemungkinan oleh
karena berkurangnya reaksi inflamasi di ovarium.15
Pada wanita dengan umur kurang dari 35 tahun
dianjurkan menunggu 1 tahun untuk mengikuti program
IVF dan 6 bulan pada wanita dengan umur lebih dari 35
tahun.16
Namun demikian tindakan kistektomi
berdampak pada kerusakan jaringan ovarium. Sebuah
meta analisa yang menganalisa 6 buah penelitian
mendapatkan adanya penurunan cadangan ovarium
pasca kistektomi yang ditandai dengan penurunan
kadar AMH serum yang bermakna dibandingkan kadar
sebelum tindakan.17, 18 Prematur ovarian failure
didapatkan 2-3 % pada wanita dengan bilateral
kistektomi.19, 20
Bongioanni dkk pada studi retrospektif membandingkan
wanita endometrioma pasca kistektomi, wanita
endometrioma tanpa kistektomi dan wanita yang
mengikuti IVF karena faktor tuba mendapatkan bahwa
angka kehamilan berbeda tidak bermakna diantara 3
kelompok. Tetapi pada wanita pasca kistektomi
didapatkan penurunan jumlah folikel antral dan
penurunan sensitivitasnya terhadap rangsangan
gonadotrophin. Mereka menyimpulkan bahwa
endometrioma tidak mempengaruhi angka kehamilan
pada IVF dan kistektomi pada wanita endometrioma
tidak dapat memperbaiki luaran IVF. 21

2. Teknik kombinasi
Donnez dkk pada tahun 1996 mengembangkan teknik
operasi kombinasi yang disebut three-stage technique
11
(operasi 3 tahap) yaitu : drainase cairan endometriuma
per laparoskopi, pemberian GnRH agonis selama 3
bulan dan relaparoskopi untuk melakukan
ablasi/vaporasi dinding kista menggunakan laser CO2.6
Teknik kombinasi ini diyakini lebih baik dibandingkan
kistektomi dalam hal tidak ada jaringan ovarium sehat
yang diangkat sehingga resiko penurunan cadangan
ovarium pasca tindakan lebih kecil. Tsolakidis dkk
mendapatkan bahwa kadar AMH (anti mullerian
hormone) pasca kistektomi lebih rendah dibandingkan
teknik kombinasi 3 tahap dan jumlah folikel antral lebih
banyak pada wanita yang dilakukan tindakan operasi 3
tahap dibandingkan kistektomi.22
Pada tahun 2010 Donnez dkk mengembangkan
teknik operasi kombinasi yang lain untuk penanganan
endometrioma yaitu kistektomi diikuti dengan ablasi.
Kistektomi laparoskopi dilakukan untuk mengangkat 80-
90 persen dinding kista kemudian sisanya dilakukan
ablasi dengan laser CO2. Pasca tindakan diberikan
GnRH agonis selama 3 bulan. Tampaknya teknik ini
merupakan modifikasi dari teknik 3 tahap untuk efisiensi
waktu dan biaya. Dilaporkan 6 bulan pasca tindakan
volume ovarium dan jumlah folikel antral pada ovarium
yang dilakukan tindakan berbeda tidak bermakna
dengan ovarium yang kontra lateralnya. Rerata
kehamilan spontan 8 bulan pasca tindakan dilaporkan
sekitar 41 % dan angka kekambuhan endometriomanya
rendah (2%).23
Berdasarkan Cochrane review sampai saat ini
belum cukup bukti bahwa tindakan kistektomi atau
ablasi dapat meningkatkan keberhasilan IVF. Oleh
karena itu dianjurkan melakukan observasi (expectant
management) pada wanita dengan endometrioma

12
kecuali bila disertai nyeri pelvis yang berat atau secara
teknis menyulitkan saat tindakan petik oosit.24

3. Aspirasi.
Merupakan salah satu pilihan tindakan noninvasif yang
bisa dilakukan dengan bantuan transvaginal USG. Ada
3 komplikasi yang mungkin terjadi akibat tindakan
aspirasi ini : rekurensi, infeksi dan adhesi.25,26 Zhu dkk
mendapatkan bahwa angka kekambuhan setelah
tindakan pertama sebesar 91,5% dan menurun menjadi
5,4% setelah aspirasi yang keenam. Angka kehamilan
kumulatif setelah 2 tahun aspirasi sebesar 43,4 %.27

4. Expectant management
Seperti yang sudah dibahas diatas bahwa tindakan
operasi pada endometrioma dapat menyebabkan
beberapa resiko diantaranya adalah penurunan
cadangan ovarium yang berdampak pada fertilitas
dikemudian hari. Oleh karena itu ESHRE (The European
Society of Hiuman Reproductive and Embryology)
merekomendasikan melakukan tindakan operasi
laparoskopi pada endometrioma bila ukurannya lebih
dari 4 cm disertai nyeri pelvis yang berat atau dengan
infertilitas.28 Namun demikian beberapa penelitian
terakhir termasuk meta analisa yang dilakukan
Tsompou dkk mengusulkan perubahan protokol
berdasarkan data bahwa tindakan operasi tidak
berdampak pada perbaikan keberhasilan IVF
dibandingkan tidak dilakukan tindakan (OR: 1,34: 95%
CI : 0,61-1,38).29
Ruptur spontan kista endometrioma merupakan salah
satu kemungkinan yang bisa terjadi pada expectant
management yang dapat menyebabkan infeksi atau
gangguan fertilitas. Sebuah penelitian yang melakukan

13
observasi 11 pasien dengan rupture spontan kista
endometrioma selama 3 tahun mendapatkan bahwa 3
diantaranya berhasil hamil spontan. Hal ini
menunjukkan bahwa ruptur spontan tidak mengurangi
fertilitas pada wanita dengan kista endometrioma.30
Benaglia dkk yang melakukan stimulasi pada 58 wanita
dengan kista endometrioma in situ yang akan mengikuti
IVF tidak mendapatkan adanya rupture spontan atau
inflamasi pelvis. Begitu juga tidak ditemukan
peningkatan ukuran endometrioma sebelum dan
sesudah mengikuti IVF. 31
Beberapa pakar IVF berpendapat bahwa kehamilan
pada wanita dengan endometrioma dapat menimbulkan
komplikasi berupa persalinan preterm, perdarahan
antepartum, kelainan plasenta dan preeklampsia. 32,33
Suatu studi kohort retrospektif multisenter
mendapatkan bahwa tidak ada peningkatan resiko
obstetrik pada wanita hamil dengan endometrioma.16,34
Resiko lain yang ditakutkan adalah keterlambatan untuk
mengetahui adanya kemungkinan keganasan pada
endometrioma, faktanya hanya 0,7% kemungkinan
endometrioma berkembang kearah malignansi.35,36

5. Pre dan post operatif hormonal terapi.


Berdasarkan Cochran review tidak ditemukan manfaat
pemberian terapi hormonal pre operatif dalam hal luaran
hasil operasi. Namun demikian berdasarkan
pengalaman klinis pemberian GnRH analog sebelum
operasi lebih memudahkan operator oleh karena
mengurangi inflamasi dan vaskularisasi endometriosis.
Sedangkan pemberian terapi hormonal pasca operasi
dianjurkan diberikan pada wanita yang belum
menginginkan kehamilan sebagai upaya preventif untuk
mencegah kekambuhan endometrioma. 37,38
14
PENUTUP
Endometrioma sering disertai dengan nyeri pelvis dan atau
infertilitas. Tindakan operasi pada endometrioma berdampak
pada resiko penurunan cadangan ovarium yang pada akhirnya
dapat menurunkan fertilitas. Oleh karena itu pilihan expectan
atau operatif pada wanita dengan endometrioma harus
dipertimbangkan dengan baik agar keluhan pasien berkurang
atau hilang tanpa mengganggu fertilitas di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA
1. Jenkins S, Olive DL, Haney AF. Endometriosis:
pathogenetic implications of the anatomic distribution.
Obstet. Gynecol.67(3),335–338 (1986).
2. Redwine DB. Ovarian endometriosis: a marker for more
extensive pelvic and intestinal disease. Fertil.
Steril.72(2),310–315 (1999).
3. Vercellini P, Aimi G, De Giorgi O, Maddalena S, Carinelli
S, Crosignani PG. Is cystic ovarian endometriosis an
asymmetric disease? Br. J. Obstet.
Gynaecol.105(9),1018–1021 (1998).
4. Hughesdon PE. The structure of endometrial cysts of
the ovary. J. Obstet. Gynaecol. Br. Emp.64(4),481–487
(1957).
5. Donnez J, Nisolle M, Gillet N, Smets M, Bassil S,
Casanas-Roux F. Large ovarian endometriomas. Hum.
Reprod.11(3),641–646 (1996)
6. Donnez JDO, Lousse J, Squifflet J. Peritoneal, ovarian,
and rectovaginal endometriosis are three different
entities. In: Endometriosis: Science and Practice.
Giudice L (Ed.). Blackwell Publishing, Laden, MA,
USA,92–107 (2012).
7. Nezhat F, Nezhat C, Allan CJ, Metzger DA, Sears DL.
Clinical and histologic classification of endometriomas.
Implications for a mechanism of pathogenesis. J.
Reprod. Med.37(9),771–776 (1992).
15
8. Guerriero S, Ajossa S, Garau N, Alcazar JL, Mais V,
Melis GB. Diagnosis of pelvic adhesions in patients with
endometrioma: the role of transvaginal ultrasonography.
Fertil. Steril.94(2),742–746 (2010).
9. Milingos S, Protopapas A, Kallipolitis G et
al. Laparoscopic evaluation of infertile patients with
chronic pelvic pain. Reprod. Biomed. Online12(3),347–
353 (2006).
10. Kumbak B, Kahraman S, Karlikaya G, Lacin S, Guney
A. In vitro fertilization in normoresponder patients with
endometriomas: comparison with basal simple ovarian
cysts. Gynecol. Obstet. Invest.65(3),212–216 (2008).
11. de Carvalho BR, Rosa-e-Silva AC, Rosa-e-Silva JC, dos
Reis RM, Ferriani RA, Silva-de-Sá MF. Increased basal
FSH levels as predictors of low-quality follicles in infertile
women with endometriosis. Int. J. Gynaecol.
Obstet.110(3),208–212 (2010).
12. Simón C, Gutiérrez A, Vidal A et al. Outcome of patients
with endometriosis in assisted reproduction: results from
in vitro fertilization and oocyte donation. Hum.
Reprod.9(4),725–729 (1994).
13. Hayasaka S, Ugajin T, Fujii O et al. Risk factors for
recurrence and re-recurrence of ovarian endometriomas
after laparoscopic excision. J. Obstet. Gynaecol.
Res.37(6),581–585 (2011).
14. Porpora MG, Pallante D, Ferro A, Crisafi B, Bellati F,
Benedetti Panici P. Pain and ovarian endometrioma
recurrence after laparoscopic treatment of
endometriosis: a long-term prospective study. Fertil.
Steril.93(3),716–721 (2010).
15. Kitajima M, Defrère S, Dolmans MM et al.
Endometriomas as a possible cause of reduced ovarian
reserve in women with endometriosis. Fertil.
Steril.96(3),685–691 (2011).
16. Barri PN, Coroleu B, Tur R, Barri-Soldevila PN,
Rodríguez I. Endometriosis-associated infertility:
surgery and IVF, a comprehensive therapeutic

16
approach. Reprod. Biomed. Online21(2),179–185
(2010).
17. Raffi F, Metwally M, Amer S. The impact of excision of
ovarian endometrioma on ovarian reserve: a systematic
review and meta-analysis. J. Clin. Endocrinol.
Metab.97(9),3146–3154 (2012).
18. Chang HJ, Han SH, Lee JR et al. Impact of laparoscopic
cystectomy on ovarian reserve: serial changes of serum
anti-Müllerian hormone levels. Fertil. Steril.94(1),343–
349 (2010).
19. Hwu YM, Wu FS, Li SH, Sun FJ, Lin MH, Lee RK. The
impact of endometrioma and laparoscopic cystectomy
on serum anti-Müllerian hormone levels. Reprod. Biol.
Endocrinol.9,80 (2011).
20. Busacca M, Riparini J, Somigliana E et al. Postsurgical
ovarian failure after laparoscopic excision of bilateral
endometriomas. Am. J. Obstet. Gynecol.195(2),421–
425 (2006).
21. Bongioanni F, Revelli A, Gennarelli G, Guidetti D, Delle
Piane LD, Holte J. Ovarian endometriomas and IVF: a
retrospective case–control study. Reprod. Biol.
Endocrinol.9,81 (2011).
22. Tsolakidis D, Pados G, Vavilis D et al. The impact on
ovarian reserve after laparoscopic ovarian cystectomy
versus three-stage management in patients with
endometriomas: a prospective randomized study. Fertil.
Steril.94(1),71–77 (2010).
23. Donnez J, Lousse JC, Jadoul P, Donnez O, Squifflet J.
Laparoscopic management of endometriomas using a
combined technique of excisional (cystectomy) and
ablative surgery. Fertil. Steril.94(1),28–32 (2010).
24. Hart RJ, Hickey M, Maouris P, Buckett W. Excisional
surgery versus ablative surgery for ovarian
endometriomata. Cochrane Database Syst.
Rev.2,CD004992 (2008).
25. Muzii L, Marana R, Caruana P, Catalano GF, Mancuso
S. Laparoscopic findings after transvaginal ultrasound-

17
guided aspiration of ovarian endometriomas. Hum.
Reprod.10(11),2902–2903 (1995).
26. Garvey TS, Kazer RR, Milad MP. Severe pelvic
adhesions following attempted ultrasound-guided
drainage of bilateral ovarian endometriomas: case
report. Hum. Reprod.14(11),2748–2750 (1999).
27. Zhu W, Tan Z, Fu Z, Li X, Chen X, Zhou Y. Repeat
transvaginal ultrasound-guided aspiration of ovarian
endometrioma in infertile women with endometriosis.
Am. J. Obstet. Gynecol.204(1),61.e1–61.e6 (2011).
28. Kennedy S, Bergqvist A, Chapron C et al.; ESHRE
Special Interest group for Endometriosis and
Endometrium Guideline Development group. ESHRE
guideline for the diagnosis and treatment of
endometriosis. Hum. Reprod.20(10),2698–2704 (2005).
29. Tsoumpou I, Kyrgiou M, Gelbaya TA, Nardo LG. The
effect of surgical treatment for endometrioma on in vitro
fertilization outcomes: a systematic review and meta-
analysis. Fertil. Steril.92(1),75–87 (2009).
30. Huang YH, Liou JD, Hsieh CL, Shiau CS, Lo LM, Chang
MY. Long-term follow-up of patients surgically treated
for ruptured ovarian endometriotic cysts. Taiwan. J.
Obstet. Gynecol.50(3),306–311 (2011).
31. Benaglia L, Somigliana E, Vighi V, Nicolosi AE,
Iemmello R, Ragni G. Is the dimension of ovarian
endometriomas significantly modified by IVF–ICSI
cycles? Reprod. Biomed. Online18(3),401–406 (2009).
32. Stephansson O, Kieler H, Granath F, Falconer H.
Endometriosis, assisted reproduction technology, and
risk of adverse pregnancy outcome. Hum.
Reprod.24(9),2341–2347 (2009).
33. Fernando S, Breheny S, Jaques AM, Halliday JL, Baker
G, Healy D. Preterm birth, ovarian endometriomata, and
assisted reproduction technologies. Fertil.
Steril.91(2),325–330 (2009).
34. Benaglia L, Bermejo A, Somigliana E et al. Pregnancy
outcome in women with endometriomas achieving

18
pregnancy through IVF. Hum. Reprod.27(6),1663–1667
(2012).
35. Stern RC, Dash R, Bentley RC, Snyder MJ, Haney AF,
Robboy SJ. Malignancy in endometriosis: frequency and
comparison of ovarian and extraovarian types. Int. J.
Gynecol. Pathol.20(2),133–139 (2001).
36. Nishida M, Watanabe K, Sato N, Ichikawa Y. Malignant
transformation of ovarian endometriosis. Gynecol.
Obstet. Invest.50(Suppl. 1),18–25 (2000).
37. Pabuccu R, Onalan G, Kaya C. GnRH agonist and
antagonist protocols for Stage I-II endometriosis and
endometrioma in in vitro fertilization/intracytoplasmic
sperm injection cycles. Fertil. Steril.88(4),832–839
(2007).
38. Sallam HN, Garcia-Velasco JA, Dias S, Arici A. Long-
term pituitary down-regulation before in vitro fertilization
(IVF) for women with endometriosis. Cochrane
Database Syst. Rev.1,CD004635 (2006).

19
PKB 8 - Akreditasi 101 Nomor: 21/XI/2017/SKP/IDI-BAlI ( Peserta : 8 SKp, Pembicara : 8 SKP,Moderator: 2 SKP,Panitia : 1 SKP)

dr. I Nyoman H riyasLnjaya, Sp.OG (K), MARS

Anda mungkin juga menyukai