Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN REPRODUKSI

“ENDOMETRIOSIS”

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Keperawatan Reproduksi
Dosen Pengampu : Yuniza S.Kep.,Ns.,M.Kep

Oleh
KELOMPOK 5

1. Andi Az-Zahra (21121057)


2. Arya Ramadhan (21121058)
3. Farahdyla (21121070)
4. Khairunnisa Labbaika (21121077)
5. Linda Isma Wardani (21121078)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ENDOMETRIOSIS ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Yuniza S.Kep.,Ns.,M.Kep. pada Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang ENDROMETRIOSIS bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuniza S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku dosen
Mata Kuliah Keperawatan Reproduksi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima berbagai masukkan maupun
saran yang bersifat membangun serta memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca.

Palembang, 1 April 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 4
2.1. Pengertian Endometriosis ...................................................................................................... 4
2.2. Klasifikasi ............................................................................................................................... 4
2.3. Penyebab Endometriosis ........................................................................................................ 6
2.4. Patofisiologi ............................................................................................................................ 9
2.5 Gambaran Klinik .................................................................................................................. 10
2.6 Diagnosa ................................................................................................................................. 12
2.7 Penanganan ............................................................................................................................ 14
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................. 15
BAB III................................................................................................................................................. 19
PENUTUP ............................................................................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 19
3.1 Saran ...................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Endometriosis merupakan gangguan sistem reproduksi wanita di mana endometrium
(lapisan rahim) tumbuh di luar rongga uterus (rahim).1Jaringan endometrium yang terus
tumbuh ini dapat menyebabkan iritasi, rasa sakit bahkan infertilitas.(Octavianny, 2016)
Endometriosis mempengaruhi sekitar 1 sampai 10 wanita (biasanya pada
masareproduktif dari usia 15 hingga 49 tahun) dari sekitar 176 juta penduduk di
dunia.3,4Kejadian endometriosis ditemukan pada 5-10% wanita dan lebih dari 50% terjadi
pada wanita perimenopause. Gejala endometriosis sangat bergantung dari tempat jaringan
endometrium ini berada. Yang paling sering ditemukan adanya menoragia pada 50%
kasus, hampir 30% kasus didiagnosa akibat keluhan nyeri kronis hebat ketika haid, dan
sekitar 20% yang muncul dengan keluhan infertil (mandul). Tetapi ada juga yang
melaporkan pernah terjadi pada masa menopause dan terjadi pada 40% pasien
histerektomi (pengangkatan rahim). Selain itu, ditemukan 10% pada mereka yang
mempunyai riwayat endometriosis dalam keluarganya.(Octavianny, 2016)
Endometriosis merupakan penyakit yang hanya diderita kaum perempuan. Prevalensi
endometriosis cenderung meningkat setiap tahun, walaupun data pastinya belum dapat
diketahui. Menurut Jacoeb (2007), angka kejadian di Indonesia belum dapat diperkirakan
karena belum ada studi epidemiologik, tapi dari data temuan di rumah sakit, angkanya
berkisar 13,6-69,5% pada kelompok infertilitas. Bila persentase tersebut dikaitkan dengan
jumlah penduduk sekarang, maka di negeri ini akan ditemukan sekitar 13 juta penderita
endometriosis pada wanita usia produktif. Kaum perempuan tampaknya perlu mewaspadai
penyakit yang seringkali ditandai dengan nyeri hebat pada saat haid ini (Widhi, 2007)
Penyakit endometriosis umumnya muncul pada usia reproduktif. Angka kejadian
endometriosis mencapai 5-10% pada wanita umumnya dan lebih dari 50% terjadi pada
wanita perimenopause. Gejala endometriosis sangat tergantung pada letak sel
endometrium ini berpindah. Yang paling menonjol adalah adanya nyeri pada panggul,
sehingga hampir 71-87% kasus didiagnosa akibat keluhan nyeri kronis hebat pada saat
haid, dan hanya 38% yang muncul akibat keluhan infertil (mandul). Tetapi ada juga yang
melaporkan pernah terjadi pada masa menopause dan bahkan ada yang melaporkan terjadi
pada 40% pasien histerektomi (pengangkatan rahim). Selain itu juga 10% endometriosis

1
ini dapat muncul pada mereka yang mempunyai riwayat endometriosis dalam keluarganya
(Widhi, 2007).
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran.
Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan infertil
untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai
ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada kenyataannya
dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan pasangan untuk
menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki
keturunan.
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya,
adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis
30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%. Hal ini berarti sebagian besar masalah
infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena
gangguan proses ovulasi.
Beberapa wanita terkejut ketika dokter menyebutkan diagnosa endometriosis yang
merupakan salah satu penyebab infertilitas, namun tidak mengetahui dengan jelas apa
sebenarnya endometriosis tersebut. Endometriosis paling sering terjadi pada usia
reproduksi. Insidensi yang pasti belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok
tertentu cukup tinggi. Misalnya, pada wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik,
ditemukan endometriosis sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita dengan infertilitas yang
belum diketahui penyebabnya ditemukan endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan
pada wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan endometriosis sebanyak 25%.
Diperkirakan prevalensi endometriosis akan terus meningkat dari tahun ketahun.
Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia reproduksi, namun telah
ditemukan pula endometriosis pada usia remaja dan pasca menopause. Oleh karena itu,
untuk setiap nyeri haid baik pada usia remaja, maupun pada usia menopause perlu
dipikirkan adanya endometriosis.
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian
yang meningkat. Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan di semua operasi pelvik.
Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang negro, dan lebih sering didapatkan
pada wanita-wanita yang berasal dari golongan sosio-ekonomi yang kuat. Yang menarik
perhatian adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak
kawin pada umur muda, dan yang tidak mempunyai banyak anak. Ternyata fungsi ovarium

2
secara siklis yang terus menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan penting di
dalam terjadinya endometriosis.
Angka kejadian endometriosis yang terjadi pada infertilitas menurut Ali Badziad,
1992, adalah sebesar antara 20-60 %. Pada infertilitas primer angka kejadian
endometriosis yang terjadi sebesar 25%, sedangkan pada infertilitas sekunder angka
kejadiannya sebesar 15%. Sedangkan angka kejadian endometriosis yang dilaporkan oleh
Speroff adalah 3-10% terjadi pada wanita usia produktif, dan antara 25-35 terjadi pada
wanita infertil. Sedangkan di Indonesia endometriosis ditemukan kurang lebih 30% pada
wanita infertil. Menurut William dan Pratt kejadian Endometriosis pada seluruh
laparatomi dari berbagai indikasi ditemukan sebesar 11,87%.
Berdasarkan penjelasan di atas besar persentase kasus endometriosis pada wanita
mendasari study kasus ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu penyebab dari
infertilitas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Endometriosis ?
2. Apa penyebab dari Endometriosis ?
3. Apa tanda gejala dari Endometriosis ?
4. Bagaimanakah cara penanganan Endometriosis ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Endometriosis
2. Untuk mengetahui penyebab endometriosis
3. Untuk mengetahui tanda gejala dari Endometriosis
4. Untuk mengetahui penanganan Endometriosis

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Endometriosis


Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan mirip dengan dinding rahim
(endometrium) ditemukan di tempat lain dalam tubuh (Smeltzer, 2001). Endometriosis
juga dapat berupa suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi
terdapat di luar kavum uteri dan diluar miometrium (Prawirohardjo, 2008).
Definisi lain tentang endometriosis yaitu terdapatnya kelenjar-kelenjar dan stroma
endometrium pada tempat-tempat diluar rongga rahim. Implantasi endometriosis bisa
terdapat pada ovarium, ligamen latum, Cavum Douglasi, tuba Falopii, vagina, serviks,
pada pusat, paru-paru, dan kelenjar-kelenjar limfa (Rayburn, 2001).
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh
di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks,
colon, ureter dan pelvis.
Endometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak-bercak
jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal endometrium
hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. Endometriosis dicerminkan oleh keberadaan dan
pertummbuhan jaringan endometrium diluar uterus.
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih
dapat berfungsi terdapat diluar kavum uteri.

2.2. Klasifikasi
Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari
endometriosis dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi,
keterlibatan ovarium dan densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini didapatkan
nilai-nilai dari skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi
endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan (stadium II),
16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40 adalah berat (stadium IV) (Rusdi,
2009).

4
Tabel 1. Derajat endometriosis berdasarkan skoring dari Revisi AFS

Endometriosis <1cm 1-3 cm >1cm

Peritoneum Permukaan 1 2 4
Dalam 2 4 6
Ovarium Kanan Permukaan 1 2 4
Dalam 4 16 20
Kiri Permukaan 1 2 4
Dalam 4 16 20
Perlekatan kavum douglas Sebagian Komplit
4 40
Ovarium Perlekatan <1/3 1/3-2/3 >2/3
Kanan Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Kiri Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Tuba Kanan Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Kiri Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Sumber: American Fertility Society, 2007

Skema klasifikasi berdasarkan beratnya penyakit endometriosis menurut American


Fertility Society (2007) dapat dilihat pada gambar dibawah.

Gambar 1.
Skema klasifikasi stage 1 sampai stage 3. (American Fertility Society, 2007)

5
Gambar 2.
Skema klasifikasi stage 3 sampai stage 4. (American Fertility Society, 2007)

2.3. Penyebab Endometriosis


Ada teori penyebab endometriosis yang dinyatakan oleh para ahli sebagai berikut
(Wood, 2008a):

1 Metaplasia
Metaplasia yaitu perubahan dari satu tipe jaringan normal menjadi tipe jaringan
normal lainnya. Beberapa jaringan endometrium memiliki kemampuan dalam
beberapa kasus untuk menggantikan jenis jaringan lain di luar rahim. Beberapa
peneliti percaya hal ini terjadi pada embrio, ketika pembentukan rahim pertama.
Lainnya percaya bahwa beberapa sel dewasa mempertahankan kemampuan mereka
dalam tahap embrionik untuk berubah menjadi jaringan reproduksi.
2 Menstruasi Mundur dan Transplantasi
Sampson (1920) mengatakan bahwa aliran menstruasi mundur mengalir melalui
saluran tuba (disebut "aliran mundur") dan tersimpan pada organ panggul dan
tumbuh menjadi kista. Namun, ada sedikit bukti bahwa sel-sel endometrium dapat
benar-benar melekat dan tumbuh ke organ panggul perempuan. Bertahun-tahun
kemudian, para peneliti menemukan bahwa 90% wanita memiliki aliran mundur.
3 Predisposisi genetic
Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita dengan riwayat keluarga menderita
endometriosis lebih mungkin untuk terkena penyakit ini. Dan ketika diturunkan
maka penyakit ini cenderung menjadi lebih buruk pada generasi berikutnya. Studi
di seluruh dunia yang sedang berlangsung yaitu studi Endogene International

6
mengadakan penelitian berdasarkan sampel darah dari wanita dengan endometriosis
dengan harapan mengisolasi sebuah gen endometriosis

Gambar 3.
Menstruasi Mundur dan Transplantasi (http://ezcobar.com/dokter-
online/dokter15/index.php)
4 Pengaruh lingkungan
Beberapa studi telah menunjuk bahwa faktor lingkungan dapat menjadi
kontributor terhadap perkembangan endometriosis, khususnya senyawa-
senyawa yang bersifat racun memiliki efek pada hormon-hormon reproduksi
dan respon sistem kekebalan tubuh, walaupun teori ini tidak terbukti dan masih
kontroversial.

Hipotesis berbeda tersebut telah diajukan sebagai penyebab endometriosis.


Sayangnya, tak satu pun dari teori-teori ini sepenuhnya terbukti, juga tidak
sepenuhnya menjelaskan semua mekanisme yang berhubungan dengan
perkembangan penyakit. Dengan demikian, penyebab endometriosis masih belum
diketahui. Sebagian besar peneliti, berpendapat bahwa endometriosis ini
diperparah oleh estrogen. Selanjutnya, sebagian besar pengobatan untuk
endometriosis saat ini hanya berupaya untuk mengurangi produksi estrogen dalam
tubuh wanita untuk meringankan gejala (Smeltzer, 2001).

Ada beberapa teori yang diutarakan oleh beberapa ahli mengenai penyebab
endometriosis yaitu (Eisenberg, 2009):

7
• Endometriosis mungkin disebabkan oleh faktor keturunan, atau beberapa
anggota keluarga mempunyai sifat yang membuat mereka terlihat seperti
endometriosis.
• Tumbuhnya jaringan endometrium dibagian tubuh yang lain selain uterus
melalui sistem peredaran darah atau sistem limfa.
• Endometriosis dapat disebabkan adanya ganguan pada sistem imunitas,
endometriosis juga dapat menjadi kanker ovarium.
• Hormon estrogen dapat menjadi pemicu pertumbuhan endometriosis.
Beberapa penelitian memandang hal ini sebagai penyakit sistem endokrin,
sistem kelenjar, hormon, dan sekresi lain dari tubuh.
• Jaringan endometrium juga dapat ditemukan pada bekas luka abdominal dan
mungkin ditemukan di tempat tersebut akibat kesalahan sewaktu
pembedahan.
• Sejumlah kecil jaringan saat pembentukan embrio yang kemudian berubah
menjadi endometriosis.
• Penelitian terbaru menunjukan adanya hubungan antara paparan dioksin dan
endometriosis. Dioksin adalah senyawa yang bersifat toksik yang berasal dari
pembuatan pestisida dan pembakaran sampah plastik.

Jaringan endometriosis dapat berada di abdomen melewati tuba Falopii saat


menstruasi. Transplantasi jaringan ini tumbuh diluar uterus.

Menurut Sumilat (2009, kom. pribadi), penyebab dari penyakit ini belum
diketahui secara pasti, para ahli mengatakan bahwa ”banyak faktor yang
menyebabkan penyakit endometriosis, dapat berasal dari aliran menstruasi mundur
dan implantasi, metaplasia, predisposisi genetik, dan pengaruh lingkungan”.
Orgasme saat menstruasi dapat menimbulkan aliran menstruasi mundur dan
endometriosis dapat menurun ke wanita yang ibu atau saudara perempuan
menderita endometriosis karena terjadi penurunan imunitas pada penderita
endometriosis, hal ini sesuai teori predisposisi genetik yang dikemukakan oleh
Dmoski tahun 1995.

Sumilat (2009, kom. pribadi) juga berpendapat bahwa gangguan sistem imun
juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini, menurut penelitian J.A. Hill
tahun 1988 mendapatkan adanya kegagalan dalam sistem peluruhan darah haid

8
oleh makrofag dan fungsi sel NK yang menurun pada endometriosis (Simatupang,
2003). Sumilat (2009, kom. pribadi) berpendapat bahwa penurunan sistem imun
ini yang kemudian diturunkan ke generasi berikutnya. Sehingga keturunan
selanjutnya memiliki resiko terkena endometriosis lebih besar.

2.4. Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam
tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat
mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa
gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan
sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel
endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan
progesteron dalam tubuh.
Organ yang biasa terkena endometriosis adalah ovarium, organ tuba dan salah satu
atau kedua ligamentum sakrouterinum, Cavum Douglasi, dan permukaan uterus bagian
belakang dapat ditemukan satu atau beberapa bintik sampai benjolan kecil yang
berwarna kebiru-biruan (Prawirohardjo, 2008).

Gambar 4.
Kista cokelat yang pecah pada ovarium sebelah kiri
(http://en.wikipedia.org/wiki/file:Perforierte_EndometrioseZyte.jpg)

Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan


mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan
makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor

9
pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan
perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen
endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii
menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium
merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel
endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan
menuju ke bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi
siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat
estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami
perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih
rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi
perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan
darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis.
Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah
permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan
hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii.
Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di
tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa
ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil
pada endometriosis.

2.5 Gambaran Klinik


Penampakan kasar endometriosis dapat berupa suatu penebalan atau kista yang
berisi darah baru, merah atau biru hitam. Semakin lama lesi-lesi tersebut berubah
menjadi rata dan berwarna coklat tua. Struktur kista besar bisa tetap berisi darah tua dan
disebut kista cokelat. Lesi-lesi yang sudah lama bisa tampak pucat, tersebar, dan
mengerutkan jaringan setempat. Ukuran lesi bervariasi dari kecil kurang dari 1 mm
sampai dengan kista besar berukuran lebih dari 10 cm (Rayburn, 2001). (Gambar 5 dan
Gambar 6.)

10
Gambar 5. Kista cokelat pada ovarium
(http://img.webmd.com/medscape/netbeacon.html)

Gambar 6. Lesi merah pada berbagai organ

(http://img.webmd.com/medscape/netbeacon.html)

11
Menurut American Fertility Society (2007), gejala endometriosis dapat berupa :

• Nyeri haid
Banyak wanita mengalami nyeri pada saat haid normal. Bila nyeri dirasakan berat
maka disebut dysmenorrhea dan mungkin menjadi penyebab endometriosis atau
tipe lain dalam patologi pelvik seperti uteri ƒibroid atau adenomiosis. Nyeri berat
juga dapat menyebabkan mual-mual, muntah, dan diare. Dysmenorrhea primer
terjadi pada saat awal terjadinya menstruasi, kemudian cenderung meningkat
selama masa reproduktif atau setelah masa reproduktif. Dysmenorrhea sekunder
terjadi setelah kehidupan selanjutnya dan mungkin akan terus meningkat dengan
umur. Ini mungkin menjadi sebuah tanda peringatan dari endometriosis, walaupun
beberapa wanita dengan endometriosis tidak merasa nyeri.
• Nyeri saat berhubungan
Endometriosis dapat menyebabkan rasa nyeri selama dan setelah berhubungan,
kondisi ini diketahui sebagai dyspareunia. Penetrasi dalam dapat menghasilkan rasa
nyeri di batasan ovarium dengan jaringan otot di bagian atas vagina. Rasa nyeri juga
disebabkan adanya nodul lunak endometriosis di belakang uterus atau pada ligamen
latum, yang berhubungan dengan serviks.

2.6 Diagnosa
Visualisasi endometriosis diperlukan untuk memastikan diagnosis. Cara- cara yang
biasa dilakukan untuk mendiagnosis adalah dengan melakukan pemeriksaan
laparoskopi untuk melihat lesi (Rayburn, 2001). Diagnosa laparoskopi dilakukan setiap
hari dari siklus menstruasi dengan pasien dibawah pengaruh anestesia (obat bius).
Diagnostik endometriosis dibutuhkan untuk melihat keberadaan dari satu atau lebih lesi
kebiru-biruan atau hitam. Stadium endometriosis menurut revisi klasifikasi dari
American Fertility Society (R- AFS). Implantasi endometriosis pada peritoneum atau
ovarium nilainya ditentukan dari diameter dan kedalaman, yang mana nilai perlekatan
digunakan dalam lampiran catatan kepadatan dan derajat. Total R-AFS nilai (implan
dan perlekatan) berurutan dari 1-5, 6-15, 16-40, dan 41-150 dapat disamakan dari
minimal (stadium I), ringan (stadium II), sedang (stadium III), dan berat (stadium IV)
endometriosis (Marcoux, 1997) (Tabel 2 dan Gambar 9).

12
Pendapat klinik saat ini bahwa prosedur pembedahan seperti laparoskopi
dibutuhkan untuk menentukan diagnosa endometriosis. Laparoskopi dilakukan untuk
melihat keberadaan endometriosis. Pemeriksaan riwayat dan pemeriksaan badan dapat
menemukan nyeri pelvik kronik dan dysmenorrheal, pemunduran uterus, penebalan
ligamen uterosakral tidak sama sekali terdiagnostik. Proses diagnostik lain (American
Fertility Society, 2007).

Gambar 7. Gambar laparoskopi organ reproduksi internal wanita


(http://www.asrm.org/endometriosis/laparoscopy.pdf)

Gambar 8. Diagnosa laparoskopi

(http://www.asrm.org/endometriosis/laparoscopy.pdf)

Dokter mungkin akan memutuskan untuk mengobati endometriosis selama


laparoskopi. Dilakukan pembedahan kecil tambahan untuk memasukan alat bedah.
Endometriosis mungkin jadi menggumpal, menguap, terbakar atau dipotong, dan
jaringan otot atau kista ovarium mungkin dikeluarkan. Selama laparoskopi, dokter
memutuskan membuka dan memasukan alat tersebut lewat tuba Falopii untuk melihat
serviks di dalam uterus (American Fertility Society, 2007).
13
Proses diagnosa lain dilakukan pada kasus yang lebih khusus, dokter mungkin akan
menggunakan teknik pengambilan gambar yang khusus seperti ultrasound,
Computerized Tomography (CT scan), atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk
menambah informasi tentang pelvis. Prosedur ini dapat mengidentifikasi kista dan
mengetahui karekteristik cairan dengan kista ovarium, kista endometrioma dan kista
korpus luteum mungkin serupa kelihatannya. Uji ini digunakan bila menilai seorang
wanita infertil atau nyeri pelvis kronis. (American Fertility Society, 2007).

2.7 Penanganan
Penanganan endometriosis di bagi menjadi 2 jenis terapi yaitu terapi medik dan terapi
pembedahan.

a. Terapi medik diindikasikan kepada pasien yang ingin mempertahankan kesuburannya


atau yang gejala ringan (Rayburn, 2001). Jenis-jenis terapi medik seperti terlampir
pada Tabel. 2 dibawah ini (Widjanarko, 2009):
Tabel 2. Jenis-jenis terapi medik endometriosis

Jenis Kandungan Fungsi Mekanisme Dosis Efek


samping
Progestin Progesteron Menciptakan Menurunkan Medroxyprogest Depresi,
kehamilan kadar FSH, LH, eron acetate: 10 peningkatan
palsu dan estrogen – 30 mg/hari; berat badan
Depo-Provera®
150 mg setiap 3
bulan
Danazol Androgen Menciptakan Mencegah 800 mg/hari Jerawat,
lemah menopause keluarnya FSH, selama 6 bulan berat badan
palsu LH, dan meningkat,
pertumbuhan perubahan
endometrium suara
GnRH Analog Menciptakan Menekan sekresi Leuprolide 3.75 Penurunan
agonis GnRH menopause hormon GnRH mg / bulan; densitas
palsu dan Nafareline 200 tulang, rasa
endometrium mg 2 kali sehari; kering
Goserelin 3.75 mulut,
mg / bulan gangguan
emosi

b. Terapi pembedahan dapat dilaksanakan dengan laparoskopi untuk mengangkat kista-


kista, melepaskan adhesi, dan melenyapkan implantasi dengan sinar laser atau
elektrokauter. Tujuan pembedahan untuk mengembalikan kesuburan dan
menghilangkan gejala (Rayburn, 2001).

14
Terapi bedah konservatif dilakukan pada kasus infertilitas, penyakit berat
dengan perlekatan hebat, usia tua. Terapi bedah konservatif antara lain meliputi
pelepasan perlekatan, merusak jaringan endometriotik, dan rekonstruksi anatomis
sebaik mungkin (Widjanarko, 2009).
Penanganan endometriosis menurut Sumilat (2009, kom. pribadi) dapat
dilakukan dengan terapi medik seperti pemberian analog general dan obat KB atau
dengan terapi pembedahan menggunakan laparoskopi operatif yaitu pembakaran
kista endometriosis dengan menggunakan laser.
Tabel 3. Keuntungan dan kerugian terapi medik dan terapi pembedahan

Jenis terapi Keuntungan Kerugian


Terapi medik 1. Biaya lebih murah 1. Sering ditemukan efek
2. Terapi empiris (dapat di samping
modifikasi dengan mudah) 2. Tidak memperbaiki fertilitas
3. Efektif untuk 3. Beberapa obat hanya dapat
menghilangkan rasa nyeri digunakan untuk waktu
singkat

Terapi 1. Efektif untuk 1. Biaya mahal


pembedahan menghilangkan rasa nyeri 2. Resiko medis “ penetapan
2. Lebih efisien dibandingkan kurang baik dan penaksiran
terapi medis kurang baik” sekitar 3%
3. Melalui biopsi dapat 3. Efisiensi diragukan, efek
ditegakkan diagnosa pasti menghilangkan rasa nyeri
temporer

Sumber: Widjanarko, 2009

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katu
dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah
perkotaan.
2. Riwayat kesehatan sekarang
• Dysmenore primer ataupun sekunder
• Nyeri saat latihan fisik
• Dispareun
• Nyeri ovulasi

15
• Nyeri pelvis terasa berat, nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian
abdomen bawah selama siklus menstruasi.
• Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
• Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
• Hipermenorea
• Menoragia
• Feces berdarah
• Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
• Konstipasi, diare, kolik
3. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita
endometriosis.
4. Riwayat obstetri dan menstruasi
Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi
yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
2. Resiko gangguan harga diri b.d infertilitas
3. Resiko tinggi koping individu / keluarga tidak efektif b.d efek fisiologis dan
emosional gangguan, kurang pengetahuan mengenai penyebab penyakit.
4. Resiko tinggi gangguan citra tubuh b.d gangguan menstruasi
(Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC : Jakarta.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
- Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama …..x 24 jam nyeri klien
akan berkurang.
- Kriteria evaluasi: klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak meringis
kesakitan, keringat berkurang.
- Intervensi ;

16
a. Pantau/ catat karakteristik nyeri (respon verbal, non verbal, dan respon
hemodinamik) klien.
R/ untuk mendapatkan indicator nyeri.
b. Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang ditunjuk oleh klien.
R/untuk mendapatkan sumber nyeri.
c. Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
R/ nyeri merupakan pengalaman subyektif klien dan metode skala merupakan
metode yang mudah serta terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri.
d. Tunjukan sikap penerimaan respon nyeri klien dan akui nyeri yang klien
rasakan.
R/ ketidakpercayaan orang lain membuat klien tidak toleransi terhadap nyeri
sehingga klien merasakan nyeri semakin meningkat.
e. Jelaskan penyebab nyeri klien.
R/dengan mengetahui penyebab nyeri klien dapat bertoleransi terhadap nyeri.
f. Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi, massage.
R/ memodifikasi reaksi fisik dan psikis terhadap nyeri.
g. Berikan pujian untuk kesabaran klien.
R/meningkatkan motivasi klien dalam mengatasi nyeri.
h. Kolaborasi pemberian analgetik ( ibuprofen, naproksen, ponstan) dan Midol.
R/ analgetik tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin dan midol
sebagai relaksan uterus.

2. Resiko gangguan harga diri berhubungan dengan infertile pada endometriosis


a) Berikan motivasi kepada pasien
R/; mningkatkan harga diri klien dan merasa di perhatikan.
b) Bina hubungan saling percaya
R /: hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan
sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya.
c) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang di miliki
R /: mengidentifikasi hal – hal positif yang masih di miliki klien.
3. Resiko gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan menstruasi
- Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan …..x 24 citra diri klien akan
meningkat.

17
- Kriteria evaluasi: klien mengatakan tidak malu, merasa berguna, penampilan
klien rapi, menerima apa yang sedang terjadi.
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
R/klien dengan mudah mengungkapkan masalahnya hanya kepada orang yang
dipercayainya.
b. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pandangan
tentang dirinya.
R/meningkatkan kewaspadaan diri klien dan membantu perawat dalam
membuat penyelesaian.
c. Diskusikan dengan system pendukung klien tentang perlunya menyampaikan
nilai dan arti klien bagi mereka.
R/ penyampaian arti dan nilai klien dari system pendukung membuat klien
merasa diterima.
d. Gali kekuatan dan sumber-sumber yang ada pada klien dan dukung kekuatan
tersebut sebagai aspek positif.
R/mengidentifikasi kekuatan klien dapat membantu klien berfokus pada
karakteristik positif yang mendukung keseluruhan konsep diri.
e. Libatkan klien pada setiap kegiatan di kelompok
R/ Memungkinkan menerima stimulus social dan intelektual yang dapat
meningkatkan konsep diri klien.
f. Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan terbuka tentang pilihan
penanganan gangguan menstruasi seperti ke klinik kewanitaan, dokter ahli
kebidanan.
R/ Jujur dan terbuka dapat mengontrol perasaan klien dan informasi yang
diberikan dapat membuat klien mencari penanganan terhadap masalah yang
dihadapinya.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh
di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks,
colon, ureter dan pelvis.
Penyebab utama endometriosis belum dapat dipastikan, akan tetapi kemungkinan
dapat disebabkan oleh aliran menstruasi mundur, predisposisi genetik, metaplasia,
maupun pengaruh dari pencemaran lingkungan.
Gejala endometriosis yang dapat dirasakan oleh penderita yaitu antara lain berupa
nyeri haid (dysmenorrhea) dan nyeri saat berhubungan (dyspareunia).
Penanganan endometriosis dapat dilakukan dengan terapi medik seperti pemberian
progestin, danazol, GnRH agonis, dan microguinon. Sedangkan terapi pembedahan
dilakukan dengan laparoskopi melalui pelepasan perlekatan, merusak jaringan
endometriotik, rekonstruksi anatomis sebaik mungkin, mengangkat kista, dan
melenyapkan implantasi dengan sinar laser atau elektrokauter.

3.1 Saran
Dengan adanya makalah ini yang berisikan tentang pengertian, klasifikasi, penyebab,
patofisiologi, gambaran klinik, diagnosa, dan penanganan. Perlu di informasikan tentang
pencegahan dan penanganan penyakit endometriosis.
Penulis sadar bahwa pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, jadi penulis
pemakalah sangat membutuhkan saran dan kritik dari pembaca guna untuk pembuatan
makalah selanjutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, N. 2009. Endometriosis dan Infertilitas. Jurnal Medika Nusantara, vol.25 No.2:1-7.
2004. (http://med.unhas.ac.id /index.php?option =com_
content&task=category&sectionid=12&id=101&Itemid=48/1index.php). 7 hal.
American Fertility Society. 2007a. Booklet Endometriosis A Guide for Patients. American Society
For Reproductive Medicine. Alabama. (http://www.asrm.org/Patients
/Booklet/Endometriosis.pdf). 16 hal.
American Fertility Society. 2007b. Booklet Laparoscopy And Hysteroscopy A Guide for Patients.
American Society For Reproductive Medicine. Alabama.
(http://www.asrm.org/Patients/Booklet/Laparoscopy.pdf). 12 hal.
Octavianny, A. (2016). Hubungan Kista Endometriosis Dengan Kejadian Infertilitas Di Rsud Tugurejo
Semarang Dan Rsud Kota Semarang. Unimus, 1(1), 1–69.
Rusdi, G. 2009. Tesis Sebaran Kadar Sel T Regulator Cairan Peritoneum Pasien Endometriosis.
FK UI. Jakarta. (http://www.scribd.com/doc/ 22327442/sebaran kadar sel t regulator cairan
peritoneum pasien endometriosis,). 51 hal.
Sampson JA. 2009. Peritoneal endometriosis due to menstrual dissemination of endometrial
tissue into peritoneal cavity. Am J Obstet Gynecol 1927; No. 14: 69-422.
(http://content.nejm.org/cgi/external_ref?access_num= 000202353400057&link_type=ISI)
Simatupang, J. 2003. Referat Iv Perubahan Imunologis Pada Endometriosis Peritoneal. FK
UNSRI. Palembang. (http://digilib.unsri.ac.id/download/
Perubahan%20imunologis%20pada%20endometriosis.pdf,). 29 hal.
Widhi, N.K. 2007. Plastik, Fast Food & Rokok Biang Utama Endometriosis.
(http://www.detiknews.com/kanal/10/berita/10.html,).
Wood, R. 2008a. Causes. (http://www.endometriosis.org/causes.html,).

20

Anda mungkin juga menyukai