Anda di halaman 1dari 32

1

LAPORAN KASUS
KISTA ENDOMETRIOSIS

OLEH:
Tiurma Rosdiana Simanjuntak 130100206
Darnedy Limey Suli 130100385
Dicky Heri Christian Sagala 130100145

Pembimbing:
dr. Yostoto Kaban, SpOG(K)

DEPARTEMEN ILMU OBGYN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

2018
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
berkat dan anugerah-Nya serta telah memberi kesempatan kepada kelompok kami
untuk dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Kista Endometriosis”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. Yostoto Kaban, SpOG selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
membimbing hingga laporan kasus ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari dalam penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, oleh sebab itu dengan kerendahan hati kami mengharapkan saran dan
masukan yang membangun dari semua pihak di masa yang akan datang. Akhirnya
kami mengharapkan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat.

Medan, Mei 2018

Penulis
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... 2


DAFTAR ISI ......................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 4
1.2. Tujuan........................................................................................ 5
1.3. Manfaat..................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 6
2.1.Definisi Endometriosis............................................................... 6
2.2. Etiologi Endometriosis.............................................................. 7
2.3. Faktor Resiko Endometriosis ................................................... 8
2.4. Jenis Jenis Endometriosis ......................................................... 8
2.5. Klasifikasi Endometriosis......................................................... 9
2.6. Patologi Endometriosis............................................................. 11
2.7. Tanda dan Gejala Endometriosis............................................... 12
2.8. Diagnosis Endometriosis........................................................... 14
2.9 Penanganan Endometriosis........................................................ 16
BAB 3 STATUS ORANG SAKIT DAN FOLLOW UP ..................... 19
BAB 4 DISKUSI KASUS ..................................................................... 26
BAB 5 KESIMPULAN ......................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 32
4

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Endometriosis adalah kelainan ginekologi jinak yang sering diderita oleh
perempuan usia reproduksi yang di tandai dengan adanya glandula dan stroma
endometrium di luar letaknya yang normal.1
Penyakit ini cendrung memberat akibat imbas siklus haid yang berulang-
ulang. Kasus ini menyerang wanita mulai dari remaja, usia reproduksi, hingga
pasca menopause, tetapi terjadi secara menonjol pada wanita usia reproduksi dari
semua kelompok etnik dan sosial.
Endometriosis terjadi ketika suatu jaringan normal dari lapisan uterus yaitu
endometrium menyerang organ-organ di rongga pelvis dan tumbuh di sana.
Jaringan endometrium yang salah tempat ini menyebabkan iritasi di rongga pelvis
dan menimbulkan gejala nyeri serta infertilitas.2
Jaringan endometriosis memiliki gambaran bercak kecil, datar, gelembung
atau flek-flek yang tumbuh di permukaan organ-organ di rongga pelvis. Flek-flek
ini bisa berwarna bening, putih, coklat, merah, hitam, atau biru. Endometriosis
bisa tumbuh di permukaan ovarium atau menyerang bagian dalam ovarium dan
membentuk kista berisi darah yang disebut sebagai kista endometriosis kista
coklat. Kista ini disebut kista coklat karena terdapat penumpukan darah berwarna
merah coklat hingga gelap. Kista ini bisa berukuran kecil seukuran kacang dan
bisa tumbuh lebih besar dari buah anggur. Endometriosis dapat mengiritasi
jaringan di sekitarnya dan dapat menyebabkan perlekatan (adhesi) akibat jaringan
parut yang ditimbulkannya.3
Endometriosis terjadi pada 2 sampai 22 % tergantung pada populasinya.
Oleh karena berkaitan dengan infertilitas dan rasa sakit di rongga panggul
prevalensinya bisa meningkat 20 sampai 50 %. Selain itu banyak sekali penderita
endometriosis yang tak – bergejala, sehingga tidak waspada akan keadaanya.
Meski endometriosis sering terkaint infertilitas, tetapi banyak pula penderita
5

endometriosis mencapai kehamilan tanpa penanganan, sehingga penyakit itu tidak


sempat terdiagnosa.1
Sampai saat ini penatalaksanaan endometriosis lebih banyak berdasarkan
pada keluhan dan gejala pada penderitanya saja tanpa menyentuh sisi
patogenesisnya, hal ini karena masih banyak yang belum terungkap pada
endometriosis. Penatalaksanaan pada kasus ini terdiri dari 3 bagian, yaitu
medikamentosa, terapi bedah, dan teknologi reproduksi berbantu. Penanganan
endometriosis baik secara medikamentosa maupun operatif tidak memberikan
hasil yang memuaskan disebabkan patogenesis penyakit tersebut belum
terungkap secara tuntas. Keberhasilan penanganan endometriosis hanya dapat
dievaluasi saat ini dengan mempergunakan laparoskopi. Laparoskopi merupakan
tindakan yang minimal invasif tetapi memerlukan keterampilan operator, biaya
tinggi dan kemungkinan dapat terjadi komplikasi dari yang ringan sampai
berat. Alasan yang dikemukakan tadi menyebabkan banyak penderita
endometriosis yang tidak mau dilakukan pemeriksaan laparoskopi untuk
mengetahui apakah endometriosis sudah berhasil diobati atau tidak.

1.2. Tujuan
Laporan kasus ini dibuat untuk membahas definisi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi,
talaksana, dan prognosis kista endometriosis.

1.3. Manfaat
Dengan adanya laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
memperjelas tentang definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, diagnosis, diagnosis banding, komplikasi, talaksana, dan prognosis dari
“Kista Endometriosis” agar kemudian dapat diterapkan dan dilaksanakan pada
praktiknya di lapangan ketika menghadapi pasien sebagai seorang dokter.
6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Endometriosis


Endometriosis yaitu suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang
masih berfungsi berada di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan
stroma, terdapat di dalam endometrium ataupun di luar uterus. Bila jaringan
endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, bila berada
diluar uterus disebut endometriosis. Pembagian ini sudah tidak dianut lagi, karena
secara patologik, klinik, ataupun etiologic adenomiosis berbeda dengan
endometriosis. Adenomiosis secara klinis lebih banyak persamaan dengan mioma
uteri. Adenomiosis sering ditemukan pada multipara dalam masa premenopause,
sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih muda dan yang
infertile.1 Terdapat kurang lebih 15% wanita reproduksi dan pada 30% dari wanita
yang mengalami infertilitas. Kebanyakan endometriosis tumbuh di bagian-bagian
tertentu pelvis wanita. Lokasi anatomis yang paling umum terkena endometriosis
tersebut adalah organ-organ pelvik (ovarium, tubafalopi) pada 60% penderita
ovariumnya terlibat, biasanya bilateral. Sisi yang kurang umum adalah kandung
kemih, ginjal, serosa kolon sigmoid, rektum, serviks, vagina, vulva, umbilikus,
dan kantong hernia inguinal dan organ-organ yang jarang adalah pleura, paru,
payudara, parut abdominal, dan daerah perianal.2
Penampakan kasarnya bisa dalam bentuk luka berupa sebuah peninggian
atau kista yang berisi darah baru, merah atau biru-hitam. Karena termakan waktu,
luka tersebut berubah menjadi lebih rata dan berwarna coklat tua. Ukuran luka
dapat berkisar dari luka kecil dari 10 cm.3
7

2.2 Etiologi Endometriosis


Beberapa ahli mencoba menerangkan kejadian endometriosis yaitu berupa
beberapa teori,antara lain:
a. Teori Implantasi dan Regurgitasi.
Teori pertama yaitu teori implantasi jaringan endometrium yang viable (hidup)
dari Sampson. Teori ini didasari atas 3 asumsi:
1. Terdapat darah haid berbalik melewati tuba falopii
2. Sel-sel endometrium yang mengalami refluks tersebut hidup dalam rongga
peritoneum
3. Sel-sel endometrium yang mengalami refluks tersebut dapat menempel ke
peritoneum dengan melakukan invasi, implantasi dan proliferasi.5,6
Teori diatas berdasarkan penemuan:
1. Penelitian dengan memakai laparoskopi saat pasien sedang haid,
ditemukan darah haid berbalik dalam cairan peritoneum pada 75-90%
wanita dengan tuba falopii paten.
2. Sel-sel endometrium dari darah haid berbalik tersebut diambil dari cairan
peritoneum dan dilakukan kultur sel ternyata ditemukan hidup dan dapat
melekat serta menembus permukaan mesotelial dari peritoneum.
3. Endometriosis lebih sering timbul pada wanita dengan sumbatan kelainan
mulerian daripada perempuan dengan malformasi yang tidak menyumbat
saluran keluar dari darah haid.
4. Insiden endometriosis meningkat pada wanita dengan permulaan menars,
siklus haid yang pendek atau menoragia.5,6
b. Teori Metaplasia.
Teori ini pertama kali diperkenalkan pada abad ke-20 oleh Meyer. Teori ini
menyatakan bahwa endometriosis berasal dari perubahan metaplasia spontan
dalam sel-sel mesotelial yang berasal dari epitel soelom (terletak dalam
peritoneum dan pleura). Perubahan metaplasia ini dirangsang sebelumnya oleh
beberapa faktor seperti infeksi, hormonal dan rangsangan induksi lainnya. Teori
ini dapat menerangkan endometriosis yang ditemukan pada laki-laki, sebelum
pubertas dan gadis remaja, pada wanita yang tidak pernah menstruasi, serta yang
8

terdapat di tempat yang tidak biasanya seperti di pelvik, rongga toraks, saluran
kencing dan saluran pencernaan, kanalis inguinalis, umbilikus, dimana faktor lain
juga berperan seperti transpor vaskular dan limfatik dari sel endometrium.5,6
c. Teori Induksi.
Kelanjutan teori metaplasia, di mana faktor biokimia endogen menginduksi
perkembangan sel peritoneal yang tidak berdiferensiasi menjadi jaringan
endometrium.1

2.3 Faktor Resiko Endometriosis


Faktor resiko untuk endometriosis antara lain:
a) Riwayat Keluarga Endometriosis
b) Menarke (menstruasi yang pertama) terjadi pada usia relatif muda (< 11 thn)
c) Obstruksi mekanis haid pada remaja
d) Haid tanpa jeda dan siklus yang tiak teratur.
e) Infertilitas
f) Usia 25-40 tahun

2.4 Jenis- jenis Endometriosis


Berdasarkan lokasi tempat endometriosis dibagi menjadi :
a. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri)
Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan terjadi
penebalan atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak ada. Ada
dua gejala yang khas buat adenomiosis uterus, yaitu:
- Nyeri saat haid.
- Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang.
b. Endometriosis Ovarium
Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista coklat. Kista
coklat ini sering mengadakan perlekatan dengan organ-organ di sekitarnya dan
membentuk suatu konglomerasi.
9

c. Endometriosis Retroservikalis.
Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum Douglas.
Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum, akibatnya
adalah:
- Nyeri pada saat haid.
- Nyeri pada saat senggama.
Diagnosa banding yang perlu diperhatikan adalah:
- Karsinoma ovarium.
- Metastasis di kavum Douglas.
- Mioma multiple.
- Karsinoma rectum.
d. Endometriosis Ekstragenital.
Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tubuh tertentu
bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya endometriosis.

2.5 Klasifikasi Endometriosis


Endometriosis dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan lokasi
dan tipe lesi, yaitu:7
1. Peritoneal endometriosis
Pada awalnya lesi di peritoneum akan banyak tumbuh vaskularisasi
sehingga menimbulkan perdarahan saat menstruasi. Lesi yang aktif akan
menyebabkan timbulnya perdarahan kronik rekuren dan reaksi inflamasi sehingga
tumbuh jaringan fibrosis dan sembuh. Lesi berwarna merah dapat berubah
menjadi lesi hitam tipikal dan setelah itu lesi akan berubah menjadi lesi putih yang
miskin vaskularisasi dan ditemukan debris glandular.
2. Ovarian Endometrial Cysts (Endometrioma)
Ovarian endometrioma diduga terbentuk akibat invaginasi dari korteks
ovarium setelah penimbunan debris menstruasi dari perdarahan jaringan
endometriosis. Kista endometrium bisa besar (>3cm) dan multilokus, dan bisa
tampak seperti kista coklat karena penimbunan darah dan debris ke dalam rongga
kista.
10

3. Deep Nodular Endometriosis


Pada endometriosis jenis ini, jaringan ektopik menginfiltrasi septum
rektovaginal atau struktur fibromuskuler pelvis seperti uterosakral dan
ligamentum utero-ovarium. Nodul-nodul dibentuk oleh hiperplasia otot polos dan
jaringan fibrosis di sekitar jaringan yang menginfiltrasi. Jaringan endometriosis
akan tertutup sebagai nodul, dan tidak ada perdarahan secara klinis yang
berhubungan dengan endomeriosis nodular dalam.
Ada banyak klasifikasi stadium yang digunakan untuk mengelompokkan
endometriosis dari ringan hingga berat, dan yang paling sering digunakan adalah
sistem American Fertility Society (AFS) yang telah direvisi (Tabel 1). Klasifikasi
ini menjelaskan tentang lokasi dan kedalaman penyakit berikut jenis dan
perluasan adhesi yang dibuat dalam sistem skor. Berikut adalah skor yang
digunakan untuk mengklasifikasikan stadium:8
- Skor 1-5: Stadium I (penyakit minimal)
- Skor 6-15: Stadium II (penyakit sedang)
- Skor 16-40: Stadium III (penyakit berat)
- Skor >40: Stadium IV (penyakit sangat berat)
Tabel 1. Derajat endometriosis berdasarkan skoring dari Revisi AFS
Ovarium Peritoneum

Endometriosis <1 cm 1-3 cm >3 cm

Permukaan 1 2 4
Dalam 2 4 6
Kanan Permukaan 1 2 4
Dalam 4 16 20
Kiri Permukaan 1 2 4
Dalam 4 16 20
Perlekatan kavum Douglasi Sebagian Komplit
4 40
Perlekatan <1/3 1/3-2/3 >2/3
Ovarium

Tipis 1 2 4
Kanan Tebal 4 8 16
Kiri Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Tuba

Kanan Tipis 1 2 4
Tebal 4 8 16
Tipis 1 2 4
11

Kiri Tebal 4 8 16
Martin pada tahun 2006 mengusulkan sistem kalsifikasi stadium untuk
mengetahui tingkat kepercayaan dari tindakan laparaskopi diagnostik terhadap
endometriosis. Tingkat kepercayaan laparaskopi terdiri atas 4 tingkatan:10
Tingkat 1: Mungkin endometriosis – Vesikel peritoneal, polip merah, polip
kuning,
hipervaskularisasi, jaringan parut, adhesi
Tingkat 2: Diduga endometriosis – Kista coklat dengan aliran bebas dari cairan
coklat.
Tingkat 3: Pasti endometriosis – Lesi jaringan parut gelap, lesi merah dengan latar
belakang jaringan ikat sebagai jaringan parut, kista coklat dengan area
mottle merah dan gelap dengan latar belakang putih.
Tingkat 4: Endometriosis – Lesi gelap dan jaringan parut pada pembedahan
pertama.

2.6 Patologi Endometriosis


Endometrium ektopik dapat memperlihatkan adanya perubahan dengan
seiring dengan adanya siklus haid, umunya jaringan ini bereaksi dengan estrogen
tapi tidak dengan progesteron. lokasi yang dikelilingi stroma, mengadakan
implantasi dan membentuk kista kecil, yang berespon terhadap sekresi estrogen
dan progesterone secara siklik, sama seperti yang terjadi di dalam endometrium
uteri. Selama menstruasi, terjadi perdarahan di dalam kista. Darah, jaringan
endometrium dan cairan jaringan terperangkap di dalam kista tersebut. Pada siklus
berikutnya cairan jaringan dan plasma darah diabsorpsi, sehingga meninggalkan
darah kental berwarna coklat. Ukuran maksimal kista tergantung lokasinya. Kista
kecil mungkin tetap kecil atau diserang makrofag dan menjadi luka fibrotic kecil.
Kista cenderung lebih besar dari pada kista lainnya, tetapi biasanya tidak lebih
besar dari pada jeruk berukuran sedang. Ketika kista tumbuh, tekanan internal
mungkin merusak dinding endometrium yang aktif, sehingga kista tida berfungsi
lagi. Tidak jarang terjadi rupture dari kista yang kecil. Darah kental yang keluar
sangat iritatif dan mengakibatkan perlengketan multiple disekeliling kista.
12

2.7 Tanda dan Gejala Endometriosis


 Gejala Endometriosis
Penderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul,
terutama bila datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal,
rasa nyeri atau berdarah ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid.
Gejala-gejala endometriosisi datangnya berkala dan bervariasi sesuai datangnya
haid tetapi bisa menetap. Banyak penderita endometriosis yang tidak bergejala,
dan terdapat sedikit korelasi antara hebatnya gejala dengan beratnya penyakit.
Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Sarwono yaitu :
a. Dismenore
Dismenore merupakan nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang
terjadi pada dan selama haid . Hal ini disebabkan oleh reaksi peradangan akibat
reaksi peradangan akibat sekresi sitokin dalam rongga peritonium, akibat
perdarahan lokal pada sarang endometriosis dan oleh adanya infiltrasi
endometriosis ke dalam syaraf pada rongga panggul.
b. Dispareunia
Merupakan keadaan yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya
endometriosis di kavum douglasi dan ligamentum sakrouterina dan terjadi
perlengketan sehingga uterus dalam posisi retrofleksi.
13

c. Nyeri pada saat defekasi


Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid disebabkan oleh
karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.
d. Gangguan Haid (Polimenorea dan hipermenorea)
Gangguan haid dan siklusnya terjadi apabila kelainan pada ovarium demikian
luasnya sehingga fungsi ovarium terganggu.Menstruasi tidak teratur terdapat pada
60% penderita wanita. Pasien mungkin mengeluhkan bercak merah premenstruasi,
perdarahan menstruasi dalam jumlah banyak (menoragia), atau frekuensi
menstruasi yang lebih sering dan banyak mengeluarkan darah.
e. Infertilitas
Penderita endometriosis yang infertil seringkali tidak menampilkan gejala nyeri,
sehingga penyakitnya baru terliput ketika dilakukan pemeriksaan diagnostik untuk
infertilisasi. Kecurigaan ke arah endometriosis akan semakin besar apabila disertai
keluhan disminore dan dispareunia. 1-4
 Tanda Endometriosis
Tanda-tanda dari endometriosis yaitu siklus haid yang terganggu di sertai
nyeri haid. Nyeri yang terjadi timbul di luar siklus haid seperti dispareunia, nyeri
BAK dan BAB. Selain itu terdapat Luka yang terlihat pada pemeriksaan speculum
adalah sangat menunjukan endometriosis, dan jika ada harus dilakukan
pemeriksaan biopsy.

2.8 Diagnosis Endometriosis


Tidak ada pemeiksaan yang sederhana untuk mendiagnosis endometriosis. Semua
keluhan penderita endometriosis penting dicatat dengan cermat, karena
endometriosis dapat berdampak terhadap kesejahtraan fisis umum, mental, dan
sosial. Adapun langkah-langkah untuk mendiagnosa endometriosis adalah:
1) Anamnesis dan pemeriksaan fisik
2) Kajian pencitraan ( USG, Resonansai Magnetik)
3) Laparoskopi
4) Pemeriksaan Histopatologik
14

5) Pengukuran kadar CA-125 (jika ada kista ovarium )


6) Klasifikasi penyakit.
7) Pengukuran kadar komponen biokimiawi.
Dalam kenyataannya, satu-satunya cara untuk mendiagnosis pasti
endometriosis adalah dengan melakukan laparoskopi dan melakukan biopsi
jaringan. Pemeriksaan ini merupakan standar emas dalam mendiagnosis
endometriosis.9
Endometriosis dicurigai bila ditemukan adanya gejala nyeri di daerah pelvis
dan adanya penemuan-penemuan yang bermakna selama pemeriksaan fisik.
Melalui pemeriksaan rektovaginal (satu jari di dalam vagina dan satu jari lagi di
dalam rectum) akan teraba nodul (jaringan endometrium) di belakang uterus dan
di sepanjang ligamentum yang menyerang dinding pelvis. Suatu saat bisa saja
nodul tidak teraba, tetapi pemeriksaan ini sendiri dapat menyebabkan rasa nyeri
dan tidak nyaman
Keragaman tampilan klinis dan keluhan pada endometriosis bergantung
pada lokasi dan luasnya lesi. Lesi tersebar menyebabkan tampilannya banyak
gejala yang tumpang tindih atau mirip penyakit lain. Sebagian wanita mengidap
endometriosis bahkan sama sekali tak bergejal, akibatnya sringkali ada
keterlambatan antara awitan gejala dan diagnosis pasti.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam mendiagnosis endometriosis
adalah:
1. Tampilan klinis dan keluhan endometriosis sangat beragam (tak bergejala,
ringan, berat )
2. Endometriosis tidak dapat didiagnosis hanya dengan riwayat penyakit saja
3. Pemeriksaan pelvis yang amat jelas sekalipun tidak dapat dianggap
patognomonik.
 Pemeriksaan Penunjang Endometrisis
- Laparoskopi
Bila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan
diagnosis yang akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga
abdomen per laparoskopi. Pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-pulau
15

endometriosis yang berwarna kebiruan yang biasanya berkapsul. Pemeriksaan


laparoskopi sangat diperlukan untuk mendiagnosis pasti endometriosis, guna
menyingkirkan diagnosis banding antara radang panggul dan keganasan di daerah
pelviks. Moeloek mendiagnosis pasien dengan adneksitis pada pemeriksaam
dalam, ternyata dengan laparoskopi kekeliruan diagnosisnya 54%, sedangkan
terhadap pasien yang dicurigai endometriosis, kesesuaian dengan pemeriksaan
laparoskopi adalah 70,8%.
Gambar contoh Laparoskopi :

- Pemeriksaan Ultrasonografi
Secara pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya
endometriosis, kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium, maka pada
pemeriksaan USG didapatkan gambaran sonolusen dengan echo dasar kuat tanpa
gambaran yang spesifik untuk endometriosis.
16

Contoh gambar USG :

2.9 Penanganan Endometriosis

Sampai saat ini penatalaksanaan endometriosis lebih banyak berdasarkan


pada keluhan dan gejala pada penderitanya saja tanpa menyentuh sisi
patogenesisnya, hal ini karena masih banyak yang belum terungkap pada
endometriosis. Penatalaksanaan endometriosis terdiri dari 2 bagian yaitu,
Medikamentosa dan terapi bedah.1-4
a. Mediakamentosa
Tujuan utama terapi medikamentosa pada endometriosis adalah
menghentikan pertumbuhan dan aktivitas lesi endometriosis. Obat konvesional
yang dipakai pada terapi ini adalah pil kontrasepsi kombinasi, progesteron, derivat
androgen dan GnRH agonist.
17

Pil kontrasepsi kombinasi untuk terapi endometriosis dapat diberikan dalam


bentuk siklik atau kontinyu. Pil kontrasepsi kombinasi akan bekerka mengubah
keseimbangan hormon pada siklus haid hingga terjadi anovulasi kronis yang
selanjutnya menyebabkan
terjadinya desidualisasidan atrofi jaringan endometrium. Keunggulan Pil
kontrasepsi kombinasi dibandingkan terapi lain adalah dapat digunakan jangka
panjang dengan aman.
Progesteron mekanisme kerjanya sama dengan Pil kontrasepsi kombinasi
yaitu membuat desidualisasidan atrofi jaringan endometrium. selain itu
progesteron mampu menekan aktivitas matriks metalloproteinase, suatu enzim
yang berperan penting pada pertumbuhan dan implantasi endometrium ektopik
Danazol merupakan derivat sering digunakan untuk terpai endometriosis.
Bekerja dengan menghambat lonjakan hormon LH dan menghambat
steroidogensis. Selain itu juga danazol memberikan hasil yang sama dengan MPA
unutk mengatasi nyeri pasca operasi.
GnRH agonist merupakan terapi pilihan untuk Endometriosis karena akan
menduduki reseptor di hipofise selanjutnya akan menyebabkan down regulation
sehingga terjadi suasana hipoestrogen yang akan menekan penyakit
endometriosis. Selain itu obat ini memberikan hasil lebih unggul di bandingkan
pil kontrasepsi dan lebih baik dari danazol untuk mengurangi volume implan
endometriosis.4
b. Terapi Bedah
Pembedahan bertujuan menghilangkan gejala, meningkatkan kesuburan,
menghilangkan bintik-bintik, dan kista Endometriosis, serta menahan laju
kekambuhan.
 Penanganan pembedahan konservatif
Bertujuan untuk mengangkat semua serang endometriosis dan melepaskan
perlengketan dan memperbaiki kembali struktur anatomi reproduksi. Sarang
dibersihkan dengan eksisi, ablasi kauter, dinding kista. Penanganan pembedahan
dapat dilakukan dengan laparotomi ataupun laparoskopi.
 Penanganan pembedahan radikal
18

- Histerektomi total dengan ooforektomi bilateral dan sitoreduksi dari


endometrium yang terlihat. Adhesiolisis ditujukan untuk memungkinkan mobilitas
dan menormalkan kembali hubungan antara organ-organ di dalam rongga pelvis.
- Obstruksi ureter memerlukan tindakan bedah untuk mengeksisi begian
yang mengalami kerusakan. Pada endometriosis dengan obstruksi usus dilakukan
reseksi anastomosis jika obstruksi berada di rektosigmoid anterior.
Dilakukan dengan histerektomi total dan bilateral salpingo-ooforektomi.
Ditujukan pada perempuan yang mengalami penanganan medis ataupun bedah
konservatif gagal dan tidak membutuhkan fungsi reproduksi. Cara ini di tujukan
untuk penderita dengan nyeri yang tak tertahankan dan tak menginginkan lagi
kehamilan.5,6,7

Gambar 5. Algoritma Penatalaksanaan Endometriosis


19

BAB 3
STATUS ORANG SAKIT DAN FOLLOW UP
ANAMNESIS PRIBADI
Nama Ny. M
Usia 44 tahun
Suku Jawa
Agama Islam
Pendidikan Tamat SLTP
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga
Alamat Lingk.Pardamean Labuhan Batu
No. RM 73.91.60
Tanggalmasuk 22 mei 2018 pukul 14.00
Paritas P6A0

ANAMNESIS PENYAKIT
Ny. M. , 44 tahun G6P6006, Jawa, Islam, Ibu Rumah Tangga, istri dari Tn. P
datang ke RSUP HAM tanggal 22 Mei 2018
Keluhan Utama : Benjolan di perut bawah
Telaah : Hal ini dialami oleh pasien kurang lebih selama 5 bulan
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien mengeluhkan teraba benjolan pada
perut bagian bawah tersebut sebesar telur , namun semakin lama benjolan semakin
membesar. Riwayat haid memanjang dijumpai, selama 14 hari, os mengganti
pembalut 6-7 kali per hari, berwarna merah kehitaman. Rasa nyeri saat haid
dijumpai, rasa nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan nyeri bersifat terus
menerus selama haid. Keluhan demam tidak dijumpai. Keluhan mual muntah
tidak dijumpai. BAK (+) normal dan BAB (+) normal.
RPT :-
RPO :-

RIWAYAT HAID
20

Menarch : 13 tahun
Siklus haid : teratur
Lama haid : 5-7 hari
Volume : 2-3 kali ganti pembalut/ hari
Dismenorrhea : +
Menopause :-
HPHT : 17 mei 2018

RIWAYAT OPERASI
Tidak ada

RIWAYAT KB
PIL KB 1 Bulan
Suntik KB per 3 Bulan.

PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS PRESENS
Sensorium Compos mentis
Tekanan darah 120/70 mmHg
Nadi per menit 86 x/menit
Pernafasan per menit 20 x/menit
Suhu 36,7 º C
Anemia Tidak ada
Ikterus Tidak ada
Sianosis Tidak ada
Dispnoe Tidak ada
Edema Tidak ada
Tanda dehidrasi Tidak ada

B. STATUS LOKALISATA
Kepala : Konjungtiva Palpebra Inferior Pucat (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Leher : Trakea Medial, Struma (-), Pembesaran KGB (-)
Thoraks : Suara Pernapasan : Vesikuler
21

Suara Tambahan : Tidak Dijumpai


Abdomen : Soepel, Nyeri Tekan (+) Pada Perut Bagian Bawah,
Massa (+) Teraba Massa Kistik , Permukaan Rata, Batas Atas
Setentang Pusat Dan Batas Bawah Setentang Simfisis Pubis.
Ekstremitas : Edema Pretibia (-)

C. STATUS GINEKOLOGIS
Inspekulo : portio licin, massa (-), fluor albus(-), darah (+)
VT :Uterus antefleksi ukuran biasa, teraba massa kistik dengan
permukaan rata, berbatas tegas, batas atas setentang pusat.
Adnexa kanan dan kiri sulit dinilai, asal massa sulit dinilai,
Cavum Douglas tidak menonjol.
USG Trans abdominal :
Kandung kemih terisi baik
Uterus antefleksi, ukuran 5,6 cm x 4,3 cm x 4 cm
e-thickness 0,8 cm
Ukuran ovarium kanan 2,5 x 1,1, x 2 , ovarium kiri tampak massa dengan
gambaran internal echo dengan sludge (+) ukuran 10,7 x 13,1
Kesan : Sugg.Endometrioma dd/ Tumor Ovarium Kiri

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
18 Mei 2018
Test Result Unit References
Hemoglobin 11,8 g/dL 12-16
Eritrosit 4,57 106/uL 4,10-5,10
Leukosit 9,020 103/uL 4,000-11,000
Hematokrit 34 % 36,0-47,0
Trombosit 369.000 103/uL 150-450
Eosinofil 6,40 % 1,00-3,00
Basofil 0,10 % 0,00-1,00
Neutrofil 59,10 % 50,00-70,00
Limfosit 28,60 % 20,00-40,00
Monosit 5,80 % 2,00-8,00
Neutrofil absolut 5,33 103/uL 2,7-6,5
Limfosit absolut 28,60 103/uL 1,5-3,7
Eosinofil absolut 0,58 103/uL 0-0,10
22

Basofil absolut 0,01 103/uL 0-1,0


Monosit absolut 0.52 103/uL 0,2-0,4
MCV 75 fL 81,0-99,0
MCH 23,6 Pg 27,0-31
MCHC 31,6 g/dL 31,0-37,0
Glukosa ad random 98 mg/dL < 200
Ureum 19 mg/dL 15,00-40,00
Kreatinin 0,66 mg/dL 0,60-1,10
BUN 9 mg/dL 7-19
Na 135,00 mmol/L 136-155
K 3,5 mmol/L 3,6-5,5
Cl 99,00 mmol/L 96-106

DIAGNOSA SEMENTARA
Kista Endometriosis dd/ Tumor Ovarium Kiri

TERAPI
IVFD RL 20 gtt/i

RENCANA
TAH - BSO

LAPORAN OPERASI
Tindakan operasi TAH-BSO atas indikasi Kista Endometriosis , tanggal 23 Mei
2018.
Pasien dibaringkan di atas meja operasi dalam posisi supine dengan infus
dan kateter terpasang baik. Pasien dilakukan anestesi umum dan dilakukan
tindakan aseptik dan antiseptik pada dinding abdomen menggunakan betadine dan
alkohol kemudian dipasang doek steril kecuali pada lapangan operasi. Operator
menggunakan alat pelindung diri dan mencuci tangan secara fuerbringer dan
memakai handscoon.
Dilakukan insisi midline mulai dari kutis hingga subkutis. Kemudian
fascia digunting ke atas dan ke bawah. Otot dikuakkan, tampak peritoneum
kemudian diklem dan digunting. Tampak uterus lebih besar dari biasa, sebesar
23

telur bebek, kemudian tampak perlengketan antara omentum dan korpus uterus
anterior, kemudian dilakukan Adhesiolysis secara tumpul. Setelah dilakukan
Adhesiolysis , kemudian dilakukan TAH-BSO , Ligamentum rotundum kanan dan
kiri diklem, diinsisi, dan dijahit, kemudian ligamentum infundibulum pelvicum
kanan dan kiri diinsisi kemudian dijahit, kemudian plica vesico uterika dipisahkan
kearah kaudal, kemudian arteri dan vena uterina kanan dan kiri diklem diinsisi
kemudian dijahit, ligamentum kardinale kanan dan kiri diklem diinsisi dan dijahit.
Fornix lateralis vagina kiri dan kanan dijepit, uterus dipotong setinggi puncak
vagina, dibuat jahitan hemostatis.
Evaluasi pendarahan, kavum abdomen ditutup lapis demi lapis dengan
sebelumnya dipasangkan drain.
Keadaan umum Ibu Post Operasi Stabil.
Rencana pasca operasi
 IVFD RL 0,9%
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
 Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
 Drip Metronidazole 500 g/8 jam
 Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
 Periksa darah rutin 2 jam post operasi
 Pantau vital sign, perdarahan, drain dan UOP.

FOLLOW UP
Tanggal 24 Mei 2018 25 Mei 2018
Keluhan utama Nyeri luka operasi Nyeri luka operasi
Status presens Sensorium : CM Sensorium : CM
TD : 120/70 mmHg TD : 110/70 mmHg
HR : 88x/menit HR : 74x/menit
RR : 20x/menit RR : 18x/menit
T : 36,5º C T : 36,7º C
Status lokalisata Abdomen : soepel, peristaltik Abdomen : soepel, peristaltik
(+) lemah (+) normal
Drain : serous hemorrhagic Drain : serous hemorrhagic
24

(± 150 cc/24 jam) (± 50 cc/24 jam)


L/O : tertutup verband, kesan : L/O : tertutup verband, kesan :
kering kering
BAK (+) via kateter UOP: 600 BAK (+) via kateter UOP: 1000
cc/ jam kuning jernih. cc/ jam kuning jernih.
BAB (-), flatus (-) BAB (-), flatus (-)
Diagnosis Post TAH-BSO a/i Kista Post TAH-BSO a/i Kista
Endometriosis + H1 Endometriosis + H2
Terapi IVFD RL 0,9% IVFD RL 0,9%
Inj. Ceftazidine 1 gr/12 jam Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam

Rencana Mobilisasi Bertahap Aff Drain


Aff Kateter
Aff Infus

Tanggal 26 Mei 2018


Keluhan utama Nyeri luka operasi ↓
Status presens Sensorium : CM
TD : 110/70 mmHg
HR : 78x/menit
RR : 24x/menit
T : 36,7º C
Status lokalisata Abdomen : soepel, peristaltik
(+) normal
L/O : tertutup verband, kesan :
kering
BAB (-), flatus (+)
Diagnosis Post TAH-BSO a/i Kista
Endometriosis + H3
Terapi Cefixime 2x200 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Vit B comp 3 x 1
Rencana GV Kering
PBJ Hari ini
25

BAB 4
DISKUSI KASUS

TEORI KASUS
Endometriosis adalah kelainan ANAMNESIS PENYAKIT
ginekologi jinak yang sering diderita Pada pasien, dijumpai benjolan diperut
oleh perempuan usia reproduksi yang di bagian bawah. Hal ini dialami oleh
tandai dengan adanya glandula dan pasien kurang lebih selama 5 bulan
stroma endometrium di luar letaknya sebelum masuk rumah sakit. Awalnya
yang normal. pasien mengeluhkan teraba benjolan
Terdapat kurang lebih 15% wanita pada perut bagian bawah tersebut
reproduksi dan pada 30% dari wanita sebesar telur, namun semakin lama
yang mengalami infertilitas. benjolan semakin membesar. Riwayat
Kebanyakan endometriosis tumbuh di haid memanjang dijumpai, selama 14
bagian-bagian tertentu pelvis wanita. hari, os mengganti pembalut 6-7 kali
Lokasi anatomis yang paling umum per hari, berwarna merah kehitaman.
terkena endometriosis tersebut adalah Rasa nyeri saat haid dijumpai, rasa
organ-organ pelvik (ovarium, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
tubafalopi) pada 60% penderita dan nyeri bersifat terus menerus selama
26

ovariumnya terlibat, biasanya bilateral. haid. Keluhan demam tidak dijumpai.


Penampakan kasarnya bisa dalam Keluhan mual muntah tidak dijumpai.
bentuk luka berupa sebuah peninggian BAK (+) normal dan BAB (+) normal.
atau kista yang berisi darah baru, merah
atau biru-hitam. Karena termakan
waktu, luka tersebut berubah menjadi
lebih rata dan berwarna coklat tua.
Ukuran luka dapat berkisar dari luka
kecil dari 10 cm.
Faktor-faktor resiko untuk Pada kasus didapat yaitu: Ny M,
endometriosis antara lain: wanita usia 44 tahun dengan riwayat
a) Riwayat Keluarga menarke (menstruasi pertama ) saat
Endometriosis usia 13 tahun. Keluhan haid tanpa jeda
b) Menarke (menstruasi yang dijumpai (waktu haid= 14 hari),
pertama) terjadi pada usia relatif keluhan nyeri saat haid dijumpai
muda (< 11 thn) dengan siklus haid 28 hari.
c) Obstruksi mekanis haid pada Riwayat persalinan: P6006
remaja
d) Haid tanpa jeda dan siklus yang
tidak teratur.
e) Infertilitas
f) Usia 25-40 tahun

Gejala-gejala endometriosis yaitu Pada pasien, dijumpai benjolan diperut


penderita endometriosis bisa datang bagian bawah. Hal ini dialami oleh
dengan keluhan nyeri panggul, terutama pasien kurang lebih selama 5 bulan
bila datang haid, infertilitas, disparenia, sebelum masuk rumah sakit. Awalnya
perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri pasien mengeluhkan teraba benjolan
atau berdarah ketika kencing atau pada pada perut bagian bawah tersebut
rectum dalam masa haid. Gejala-gejala sebesar telur, namun semakin lama
endometriosisi datangnya berkala dan benjolan semakin membesar. Riwayat
27

bervariasi sesuai datangnya haid tetapi haid memanjang dijumpai, selama 14


bisa menetap. Banyak penderita hari, os mengganti pembalut 6-7 kali
endometriosis yang tidak bergejala, dan per hari, berwarna merah kehitaman.
terdapat sedikit korelasi antara hebatnya Rasa nyeri saat haid dijumpai, rasa
gejala dengan beratnya penyakit. nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
dan nyeri bersifat terus menerus selama
haid.

Diagnosis endometriosis : E. STATUS GINEKOLOGIS


Tidak ada pemeiksaan yang sederhana Inspekulo : portio licin, massa (-),
untuk mendiagnosis endometriosis. fluor albus(-), darah (+)
Semua keluhan penderita endometriosis VT :
penting dicatat dengan cermat, karena  Uterus antefleksi ukuran biasa,
endometriosis dapat berdampak teraba massa kistik dengan
terhadap kesejahtraan fisis umum, permukaan rata, berbatas tegas,
mental, dan sosial. Adapun langkah- batas atas setentang pusat.
langkah untuk mendiagnosa  Adnexa kanan dan kiri sulit
endometriosis adalah: dinilai, asal massa sulit dinilai,
1) Anamnesis dan pemeriksaan fisik  Cavum Douglas tidak menonjol.
2) Kajian pencitraan ( USG, USG Trans abdominal :
Resonansai Magnetik) Kandung kemih terisi baik
3) Laparoskopi Uterus antefleksi, ukuran 5,6 cm x 4,3
4) Pemeriksaan Histopatologik cm x 4 cm
5) Pengukuran kadar CA-125 (jika e-thickness 0,8 cm
ada kista ovarium ) Ukuran ovarium kanan 2,5 x 1,1, x 2 ,
6) Klasifikasi penyakit. ovarium kiri tampak massa dengan
7) Pengukuran kadar komponen gambaran internal echo dengan sludge
biokimiawi. (+) ukuran 10,7 x 13,1
Kesan : Sugg.Endometrioma dd/
Tumor Ovarium Kiri
28

Penanganan Riwayat menggunakan alat kontrasepsi


Sampai saat ini penatalaksanaan dijumpai berupa suntik KB dan Pil KB
endometriosis lebih banyak berdasarkan Pada tanggal 23 Mei 2018 dilakukan
pada keluhan dan gejala pada tindakan operasi TAH-BSO atas
penderitanya saja tanpa menyentuh sisi indikasi Kista Endometriosis.
patogenesisnya, hal ini karena masih Dilakukan insisi midline mulai dari
banyak yang belum terungkap pada kutis hingga subkutis. Kemudian fascia
endometriosis. Penatalaksanaan digunting ke atas dan ke bawah. Otot
endometriosis terdiri dari 2 bagian dikuakkan, tampak peritoneum
yaitu, Medikamentosa dan terapi bedah kemudian diklem dan digunting.
a. Mediakamentosa Tampak uterus lebih besar dari biasa,
Tujuan utama terapi sebesar telur bebek dan tampak kista
medikamentosa pada endometriosis yang terpelintir, kemudian tampak
adalah menghentikan pertumbuhan dan perlengketan antara omentum dan
aktivitas lesi endometriosis. Obat korpus uterus anterior, kemudian
konvesional yang dipakai pada terapi ini dilakukan Adhesiolysis secara tumpul.
adalah pil kontrasepsi kombinasi, Setelah dilakukan Adhesiolysis ,
progesteron, derivat androgen dan kemudian dilakukan TAH-BSO.
GnRH agonist.
b. Terapi Bedah
Pembedahan bertujuan menghilangkan
gejala, meningkatkan kesuburan,
menghilangkan bintik-bintik, dan kista
Endometriosis, serta menahan laju
kekambuhan.
 Penanganan pembedahan radikal
- Histerektomi total dengan
ooforektomi bilateral dan sitoreduksi
dari endometrium yang terlihat.
Adhesiolisis ditujukan untuk
29

memungkinkan mobilitas dan


menormalkan kembali hubungan antara
organ-organ di dalam rongga pelvis.
- Obstruksi ureter memerlukan
tindakan bedah untuk mengeksisi
begian yang mengalami kerusakan.
Pada endometriosis dengan obstruksi
usus dilakukan reseksi anastomosis jika
obstruksi berada di rektosigmoid
anterior.
Dilakukan dengan histerektomi total
dan bilateral
30

BAB 5
KESIMPULAN

Ny. M, 44 tahun, Jawa, Islam, datang ke RSUP HAM dengan keluhan


Benjolan di perut bagian bawah, Hal ini dialami oleh pasien kurang lebih selama 5
bulan sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien mengeluhkan teraba benjolan
pada perut bagian bawah tersebut sebesar telur , namun semakin lama benjolan
semakin membesar. Riwayat haid memanjang dijumpai, selama 14 hari, os
mengganti pembalut 6-7 kali per hari, berwarna merah kehitaman. Rasa nyeri saat
haid dijumpai, rasa nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan nyeri bersifat terus
menerus selama haid. BAK (+) normal dan BAB (+) normal.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai nyeri tekan pada perut bagian bawah. Pada
pemeriksaan ginekologi dari inspekulo dijumpai adanya darah . Dari VT dijumpai
teraba massa kistik dengan permukaan rata, berbatas tegas, batas atas setentang
pusat. Adnexa kanan dan kiri sulit dinilai, asal massa sulit dinilai, Cavum Douglas
tidak menonjol. Pada pemeriksaan USG TAS, Kandung kemih terisi baik, Uterus
antefleksi, ukuran 5,6 cm x 4,3 cm x 4 cm, e-thickness 0,8 cm, Ukuran ovarium
kanan 2,5 x 1,1, x 2 , ovarium kiri tampak massa dengan gambaran internal echo
dengan sludge (+) ukuran 10,7 x 13,1 Pasien didiagnosa dengan Kista
Endometriosis.
Tindakan yang telah dilakukan adalah TAH-BSO. Selama perawatan, pasien
telah diberikan pengobatan berupa antibiotik, analgetik, H2-antagonis, dan
31

vitamin. Kondisi pasien semakin membaik dan diperbolehkan pulang tanggal 26


Mei 2018.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo PB pustaka sarwono. Ilmu kandungan. Jakarta; 2011. p. 239.


2. Z JT, W. H. Penanganan Endometriosis Panduan Klinis dan algoritma.
Seto S, editor. Jakarta; 2009.
3. I Gusti Agung Putra Mahautama. Laporan kasus ginekologi kista
endometriosis. Fakultas kedokteran Universitas Mataram RSUP NTB dan
RSUP Praya Mataram; 2012.
4. Djuwantono T, Hartanto B, Wiriyawan P. Penanganan Kelainan
Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Dalam Praktik Sehari-hari. 1st ed.
Jakarta: Sagung Seto; 2012. p. 253–83.
5. American Society. Endometriosis a guide for patient
http://www.asrm.org/Patients/patientbooklets/endometriosis.pdf [diakses
25 Mei 2018]
6. Oepomo TD. Concentration of TNF-α in the peritoneal fluid and serum of
endometrioticpatients. http://www.unsjournals.com/DD0703D070302.pdf
[diakses 25 Mei 2018]
7. NHS Evidence, Annual Evidence Update on Endometriosis –
Epidemiology and
aetiology.http://www.library.nhs.uk/womenshealth/ViewResource.aspx?
resID=258981&tabID=290&catID=11472 [diakses 25 Mei 2018]
32

8. Sampson JA. Peritoneal endometriosis due to menstrual dissemination of


endometrial tissue into peritoneal cavity. Am J Obstet Gynecol 1927; No. 14: 69-
422.http://content.nejm.org/cgi/external_ref?
access_num=000202353400057&link_type=ISI. [diakses 25 Mei 2018]
9. Kapoor D, Davila. Endometriosis: Treatment & Medication.
http//www.emedicine.com [diakses 25 Mei 2018]

Anda mungkin juga menyukai