DISUSUN OLEH :
Dosen pengampu
Ns. Sunarmi, S.kep.,M.kes
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya, kami diberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul "Asuhan Keperawatan pada system reproduksi mioma". Meskipun dalam
pembuatannya banyak hambatan yang penyusun alami, akhirnya makalah ini bisa selesai dengan
tepat waktu. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang senantiasa
mendoakan kami, keluarga yang berkontribusi memberi ide yang baik, dan teman-teman yang
memberi dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Penyusun
mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini, baik isi informasi maupun kata-
kata yang salah. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan akan pemberian saran dan kritik
yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
2.2. Etiologi..........................................................................................................................8
2.4. Klasifikasi.....................................................................................................................8
2.7. Komplikasi...................................................................................................................10
2.9. Pemeriksaan................................................................................................................11
3.0. Penatalaksanaan.........................................................................................................12
3.2 intervensi.......................................................................................................................13
4.1. Kesimpulan..................................................................................................................14
4.2. Saran............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi wanita berpengaruh besar dan berperan penting bagi kelanjutan
generasi penerus bangsa. Kesehatan reproduksi wanita juga merupakan parameter kemampuan
negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Masalah kesehatan
reproduksi wanita sudah menjadi agenda internasional. Salah satu masalah kesehatan reproduksi
wanita yaitu adanya penyakit kewanitaan atau ginekologi.
Menurut hasil statistik terdapat 50,95% wanita yang mempunyai penyakit ginekologi dan
diantaranya 87,5% wanita yang sudah menikah. Salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita
adalah mioma uteri. Mioma uteri merupakan jenis tumor jinak yang paling umum ditemukan dari
berbagai jenis tumor jinak lainnya. Faktor penyebab mioma uteri tidak diketahui secara pasti.
Mioma jarang sekali ditemukan sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon
reproduksi, dan hanya bermanifestasi selama usia reproduksi. Mioma akan mengecil seiring
dengan penurunan hormon estrogen dalam tubuh. Mioma uteri dapat menyebabkan morbiditas
yang signifikan, dan penurunan kualitas hidup. Sebagian besar (sekitar dua pertiga) wanita
dengan mioma uteri tidak menunjukkan gejala (asimtomatik).
Hampir setengah dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
ginekologik. Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri tergantung dan lokasi, arah
pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Pada 35-50% penderita mioma uteri menimbulkan
keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun. Hipermenore, menometroragia merupakan
gejala klasik dari mioma uteri. Dari penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita
ditemukan 57% gejala perdarahan, dan sisanya mengeluh dismenore, nyeri perut bagian bawah
dan pinggang, gangguan defekasi, gangguan miksi, dan infertilitas.
9. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai
Mioma Uteri, dan juga untuk meningkatkan pengetahuan pembaca mengenai Mioma Uteri.
TINJAUAN PUSTAKA
Mioma uteri atau sering disebut fibroid merupakan tumor jinak yang berasal dari otot
polos rahim. Sel tumor terbentuk karena mutasi genetik. kemudian berkembang akibat induksi
hormon estrogen dan progesteron. Mengingat sifat pertumbuhannya dipengaruhi hormonal,
tumor ini jarang mengenai usia pra-pubertas serta progresivitasnya akan menurun pada masa
menopause. Leiomioma uteri merupakan jenis tumor jinak yang dapat menyerang segala usia.
Sebagian kasus asimptomatis sehingga sering didapati secara tidak sengaja saat ke dokter karena
keluhan lain. Gejala paling sering adalah perdarahan vagina. Tumor ini sering menjadi penyebab
subfertilitas wanita dan pada kehamilan dapat menyebabkan abortus dan prematuritas
2.3. Etiologi
Etiologi mioma uteri adalah abrnomalitas gen karena mutasi genetik HMGI, HMGI-C,
HMGI (Y) HMGA2. COL4AS, COL4A6, dan MEDI2 Kelainan kromosom terjadi akibat
gangguan translokasi kromosom 10, 12, dan 14, delesi kromosom 3 dan 7 serta aberasi
kromosom 6.
2.4. Klasifikasi
a. Tipe 0, merupakan pedunculated intracavitary myoma, tumor berada submukosa dan sebagian
dalam rongga rahim.
b. Tipe 1, merupakan tipe submukosa dengan < 50% bagian tumor berada di intramural.
d. Tipe 3, seluruh bagian tumor berada dalam dinding uterus yang berdekatan dengan
endometrium.
f. Tipe 5, tipe serosa dengan 50% bagian tumor berada pada intramural.
i. Tipe 8, kategon lain ditandai dengan pertumbuhan jaringan di luar miometrium yang disebut
cervicalparasitic lesion.
Mioma intramural merupakan jenis yang paling banyak, sedingkan mioma submukosa
merupakan mioma paling jarang. Secara histologi, satu klon sel tumor dapat berdiferensiasi
menjadi 4 jenis sel, yakni sel otot polos, sel otot polos vaskular, dan 2 jenis fibroblas.
Berdasarkan histopatologi, mioma uteri bisa diklasifikasikan atas beberapa jenis, yakni:
a. Cellular leiomyoma yang lebih dominan bagian selulernya, tidak ada nukleus atipikal dan
indeks mitosisnya rendah (<4 per 10 high power field/HPF).
b. Leiomyoma with bizarre nuclei (atypical symplastic leiomyoma) ditandai dengan bizzare
pleomorphic nuclei. Pada jenis tumor ini, aktivitas mitosisnya juga rendah; adanya kanoreksis
bisa disalahartikan sebagai mitosis atipikal.
c. Mitotically active leiomyoma yang memilki gambaran mitosis tinggi (>10 mitosis per 10
HPF), tidak memiliki nukleus atipikal dan tidak terdapat nekrosis. Mioma jenis ini sering terjadi
akibat pengaruh hormonal; paling sering ditemukan pada usia reproduktif.
d. Dissecting ('cotyledenoid') leiomyoma yang ditandai dengan adanya perubahan hidrofilik pada
gambaran sel tumor.
e. Diffuse leiomyomatosis adalah jenis yang paling jarang, merupakan tipe paling invasif yang
sering mengenai kavum peritoneum dan histopatologis mirip gambaran tumor ganas.
Kondisi borderline yang jarang, namun masih mungkin ganas, adalah smooth muscle tumours of
uncertain malignant potential (STUMP) yang memiliki aktivitas mitosis intermediate (5- 10
mitosis per 10 HPF), memilki gambaran miksoid, nekrosis, serta terdapat nukleus atipikal dan sel
epiteloid.
1. Hormonal
2. Proses inflamasi
Masa menstruasi merupakan proses inflamasi ringan yang ditandai dengan hipoksia dan
kerusakan pembuluh darah yang dikompensasi tubuh berupa pelepasan zat vasokonstriksi. Proses
peradangan yang berulang kali setiap siklus haid akan memicu percepatan terbentuknya matriks
ekstraseluler yang merangsang proliferasi sel. Obesitas yang merupakan faktor risiko mioma
ternyata juga merupakan proses inflamasi kronis, pada penelitian in vitro, pada obesitas terjadi
peningkatan TNF-0.2 Selain TNF-a, sejumlah sitokin lain juga memiliki peranan dalam
terjadinya tumor antara lain IL1, IL-6, dan eritropoietin.
3. Growth factor
Beberapa growth factor yang melandasi tumorigenesis adalah epidermal growth factor
(EGF), insulin like growth factor (IGF I-II), transforming growth factor-B. platelet derived
growth factor, acidic fibroblast growth factor (aFGF), basic fibroblast growth factor (bFGF),
heparin-binding epidermal growth factor (HBGF), dan vascular endothelial growth factor (VEG-
F). Mekanisme kerjanya adalah dengan mencetak DNA-DNA baru, induksi proses mitosis sel
dan berperan dalam angiogenesis tumor. Matriks
Kejadian mioma uteri dilatarbelakangi oleh sejumlah faktor risiko, antara lain: factor endogen
tubuh, misalnya ras, usia, pola hidup sedentair, faktor diet dan obesitas, pengaruh siklus haid,
dan status paritas serta penyakit komorbid
Factor resiko
Risiko kejadian tumor akan meningkat 2,5 kali lipat pada keturunan pertama pasien
mioma uteri. Ras Afrika cenderung lebih sering mengalami mioma uteri dengan prevalensi
terbanyak kasus mioma multipel; gejala umumnya lebih berat serta lebih progresif
2. Usia
3. Gaya hidup
Gaya hidup sedentary menjadi faktor risiko karena peningkatan risiko obesitas dan
pengaruhnya terhadap disregulasi hormonal.
4. Diet
Makanan indeks glikemik tinggi dan tinggi asam lemak omega-3 terutama marine fatty
acid (MFA) akan meningkatkan kejadian tumor melalui jalur induksi hormonal akibat
penumpukan lemak. Studi klinis mengaitkan pertumbuhan sel tumor dengan konsumsi kafein
dan alkohol, karena kedua zat akan mempengaruhi kadar hormon namun perlu pembuktian lebih
lanjut dengan variasi demografi
5. Obesitas
Setiap pertambahan berat badan sebesar 10 kg, akan meningkatkan risiko mioma uteri
sebesar 21%. Penumpukan jaringan lemak >30% juga menjadi pemicu karena peningkatan
konversi androgen menjadi estrogen dan penurunan sex hormone binding globulin (SHBG).
Terlambat Menarche dini pada usia kurang dari 10 tahun dan menopause terlambat akan
meningkatkan risiko mioma uteri akibat sel rahim terus terpapar estrogen.
7. Nulipara
Wanita yang belum pernah hamil berisiko terkena mioma uteri; dikaitkan dengan
pengaruh paparan hormon seks, estrogen, dan progesteron.
8. Kontrasepsi hormonal
9. Penyakit komorbid
Hipertensi, polycystic ovary syndrome (PCOS), dan diabetes merupakan tiga penyakit
yang umumnya berasosiasi dengan kejadian mioma. Peningkatan insulin dan IGF-I serta
hiperandrogen menjadi faktor pemicu PCOS dan diabetes, pada hipertensi terjadi pelepasan
sitokin yang merangsang proliferasi jaringan tumor.
10. Infeksi/iritasi
Infeksi, iritasi, atau cedera rahim akan meningkatkan risiko mioma uteri melalui induksi
growth factor.
11. Stres
Keluhan berupa lama haid memanjang dan perdarahan vagina di luar siklus haid;
biasanya lebih berat terutama pada mioma tipe submukosa. Gejala lain adalah nyeri perut dan
pinggang bawah saat menstruasi, sensasi kenyang, sering berkemih, sembelit, dan nyeri saat
berhubungan seksual, Keluhan penting adalah seringnya abortus spontan atau sulit hamil
terutama pada mioma submukosa. Mioma intramural dengan ukuran >2,5 cm dapat mengganggu
proses persalinan normal.
2.7. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik
Dijumpai kondisi anemis yang ditandai konjungtiva, tangan dan kaki pucat. Volume
tumor akan menyebabkan keluhan pembesaran perut.
2. Pemeriksan penunjang
2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanan mioma uteri atau tumor jinak otot rahim mencakup observasi,
medikamentosa, pembedahan, atau teknik non-invasif radioterapi.
1. Observasi
Observasi dilakukan jika pasien tidak mengeluh gejala apapun karena diharapkan saat
menopause, volume tumor akan mengecil.
2. Medikamentosa
Mekanisme kerjanya adalah melalui down regulation reseptor GnRH, sehingga terjadi
penurunan produksi FSH dan LH yang akan menurunkan produksi estrogen. Obat ini
direkomendasikan pada mioma jenis submukosa. Durasi pemberian yang dianjurkan adalah
selama 3-6 bulan, pemberian jangka panjang 6 bulan harus dikombinasi dengan progesteron
dengan atau tanpa estrogen. Pada pemberian awal bisa terjadi perburukan keluhan akibat efek
samping obat. 1 Analog GnRH juga dapat digunakan pre-operatif selama 3-4 bulan sebelum
pembedahan.
b. Preparat progesteron
c. Aromatase inhibitor
Aromatase inhibitor terbagi dua jenis, yaitu aromatase inhibitor kompetitif yakni
anastrazole dan letrozole, dan senyawa inaktivator yakni exemestane. Kerja keduanya hampir
sama yakni menghambat proses aromatisasi yang merupakan dasar patogenesis mioma.
Kelebihan obat ini adalah tidak ada efek tromboemboli yang dapat menjadi kausa mortalitas.
3. Pembedahan
Direkomendasikan untuk pasien berusia di atas 40 tahun dan tidak berencana memiliki
anak lagi. Histerektomi dapat dilakukan dengan metode laparotomi, mini laparotomi, dan
laparoskopi. Histerektomi vagina lebih dipilih karena komplikasi lebih rendah serta durasi
hospitalisasi lebih singkat.
b. Miomektomi
Metode ini dilakukan dengan embolisasi melalui arteri femoral komunis untuk
menghambat aliran darah ke rahim. Efek yang diharapkan adalah iskemia dan nekrosis yang
secara perlahan membuat sel mengecil. Teknik ini direkomendasikan pada pasien yang
menginginkan anak dan menolak transfusi, memiliki penyakit komorbid atau terdapat
kontraindikasi operasi. Di sisi lain, teknik ini dikontraindikasikan pada Kehamilan, jika terdapat
infeksi arteri atau aneksa dan alergi terhadap bahan kontras.
b. Miolisis/ablasi tumor
Teknik ini bekerja langsung menghancurkan sel tumor dengan media radiofrekuensi,
laser, atau Magnetic Resonance Guided Focused Ultrasound Surgery (MRgFUS). Metode
terakhir menggunakan gelombang ultasonik intensitas tinggi yang diarahkan langsung ke sel
tumor. Gelombang ini akan menembus jaringan lunak dan menyebabkan denaturasi protein,
iskemia, dan nekrosis koagulatif. Teknik ini tidak direkomendasikan pada mioma uteri saat
kehamilan.
INTERVENSI
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Mioma uteri paling banyak ditemukan pada wanita dengan usia reproduktif (usia 50
tahun) dan masih haid. Paling banyak sampel mioma uteri memiliki indeks massa tubuh obesitas
dan berat badan lebih. Sebagian besar sampel mioma uteri memiliki paritas nullipara-primipara
(paritas ≤1). Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian mioma uteri.
Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian mioma uteri.
4.2. Saran
Bagi masyarakat sebaiknya agar lebih aktif dalam melakukan pencegahan terhadap
mioma uteri seperti melakukan pemeliharaan berat badan. memperhatikan jumlah anak dan
melakukan general check up agar dapat dideteksi secara dini jika terdapat gangguan. Bagi tenaga
kesehatan agar lebih aktif dalam memberikan informasi mengenai faktor risiko dan hal yang
berkaitan dengan mioma uteri Pengambilan data untuk sampel mioma uteri sebaiknya melakukan
pemeriksaan langsung terhadap pasien yang menderita mioma uteri agar didapatkan data yang
valid. Pemilihan sampel non mioma uteri, sebaiknya menggunakan pemeriksaan penunjang
seperti USG agar didapatkan hasil yang akurat bahwa wanita tersebut tidak
menderita mioma uteri.
DAFTAR PUSTAKA
Arifint, Hana, dkk. 2019. KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI DI RSUP PROF.
DR. R.D. KANDOU MANADO. Jurnal Medik dan Rehabilitasi volume 1 nomor 3. Manado:
Universitas Sam Ratulangi
Lubis, P.N. 2020. Diagnosis dan Tatalaksana Mioma Uteri. CDK-284. 47(3):196-200.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNL.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI