Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

MIOMA UTERI
Diajukan Untuk

Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Dan Melengkapi Salah Satu Syarat


Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Obstetri dan Gynekology
Di RSD K.R.M.T WONGSONEGORO KOTA SEMARANG

Disusun oleh :
1. Bagas Aji Pradika 21409021011
2. Jihan Aulia Fairuzzahra 21409021006
3. Dina Fulaisifa 21409021012
4. Lailatuz Zakiyah 21409021005
5. Azka Rosidah 21409021023
6. Cicik Mei Setyoati 21409021003
7. Alam Pralambang 21409021001

Pembimbing:

dr. Cipta Pramana, Sp.OG (K)

KEPANITERAAN BAGIAN OBSTETRI GYNEKOLOGI


RSD K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2022
PERIODE 28 MARET 2022 - 28 MEI 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat

rahmat dan petunjuk-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas referat

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Gynekology yang berjudul mioma uteri.

Adapun tujuan penulisan referat ini untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menempuh kegiatan Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Gynekology

Fakultas Kedokteran Universitas Wahid Hasyim di RSUD K.R.M.T

Wongsonegoro pada periode 28 Maret 2022 – 28 Mei 2022.

Pada Kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada

pembimbing dr. Cipta Pramana,Sp.OG (K) yang telah membimbing selama ini.

Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan

keluarga yang selalu memberikan support kepada penulis. Penulis menyadari

dalam penulisan referat ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis

memohon maaf jika ada penulisan yang kurang berkenan. Penulis juga

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari segala pihak agar

menjadi lebih baik. Semoga referat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi bagi

semua yang membacanya. Atas perhatian dan dukungannya penulis

mengucapkan terimakasih.

Semarang, 28 Mei 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3

2.1 Definisi.................................................................................................3

2.2 Etiologi.................................................................................................3

2.3 Klasifikasi.............................................................................................4

2.4 Patofisiologi........................................................................................15

2.5 Penegakan Diagnosa...........................................................................24

2.6 Tatalaksana.........................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................42

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Predileksi Mioma uteri...........................................................6


Gambar 2. Fibroid submukosa mioma uteri.......................................................11

4
5
BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri merupakan tumor yang bersifat jinak yang terletak pada
otot dan jaringan sekitar dari rahim. Mioma dikenal juga dengan leiomioma,
ataupun fibroid. Saat ini masih terdapat kesulitan untuk menentukan prevalensi
dari mioma uteri secara akurat pada wanita. Diperkirakan sebanyak 50-70%
wanita dengan usia reproduktif mengalami mioma uteri. Perbedaan prevalensi
berdasarkan ras telah ditemukan, dimana prevalensi lebih tinggi pada wanita
kulit hitam dibandingkan wanita kulit putih. Temuan evaluasi ultrasonik,
bahkan sebelum penderita mengalami gejala. Namun, hanya sekitar 20-50%
dari seluruh temuan yang menjadi simptomatik.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari mioma.


Namun, faktor yang paling penting yang telah diketahui yaitu estrogen,
progesteron, dan faktor pertumbuhan. Pada faktor pertumbuhan, terdapat
berbagai macam factor pertumbuhan yang memainkan peran secara sinergis
dengan estrogen dan progesterone. Epidermal growth factor (EGF) merupakan
salah satu factor pertumbuhan dari mioma yang cukup penting. Sedangkan
faktor pertumbuhan lain yang tidak kalah penting yaitu vascular endothelial
growth factor (VEGF), dan insulin-like growth factor (IGF I-II).

Tumor ini banyak ditemukan pada wanita usia 35-45 tahun. Sedangkan
pada wanita usia 20 tahun dan post-menopause jarang ditemukan. Pada wanita
yang lebih sering melahirkan, resiko untuk terjadinya tumor ini berkurang
dibandingkan yang tidak hamil atau hanya satu kali. Ditinjau dari segi masalah
yang ditimbulkan dan kesehatannya, mioma uteri menyebabkan masalah yang
besar, dimana terapi yang efektif belum didapatkan. Selain itu, timbulnya

1
berbagai macam keluhan juga menjadi faktor penting dalam penanganan mioma
uteri. Kelainan yang ditimbulkan oleh mioma uteri bervariasi dari nyeri perut,
infertilitas, hingga perdarahan abnormal. Oleh karena itu, morbiditas yang
ditimbulkan termasuk cukup tinggi, meski jarang menyebabkan mortalitas.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Leiomioma adalah tumor jinak ginekologi padat yang paling


umum pada rahim. Mereka berasal dari ekspansi klonal sel tunggal di
miometrium. Karena sifatnya yang responsif terhadap hormon, fibroid
terutama mempengaruhi wanita selama tahun-tahun reproduksi mereka,
sangat jarang sebelum menarche, dan biasanya mengalami kemunduran
setelah menopause.2
Pembesaran uterus paling sering mencerminkan kehamilan atau
leiomioma. Kurang dari sepuluh, pembesaran adalah adenomiosis,
hematometra, massa adneksa yang melekat, atau keganasan. Mereka
sering disebut sebagai mioma uteri dan fibroid. Insidensi di antara
wanita umumnya disebutkan sebagai 20 sampai 25 persen, tetapi
setinggi 70 sampai 80 persen dalam studi yang menggunakan
pemeriksaan histologis atau sonografi.3

2.2 Etiologi
Leiomioma terdiri dari sel-sel monoklonal yang timbul dari
miometrium. Beberapa penelitian telah mengidentifikasi mutasi gen
spesifik yang terkait dengan fibroid. Lalu beberapa mutasi telah
dikaitkan dengan cacat dalam transformasi sel yang melibatkan subunit
mediator transkripsional RNA polimerase II, MED12.4
Penelitian lain juga menemukan terkait abrnomalitas gen karena
mutasi genetik HMG1, HMG1-C, HMG1 (Y) HMGA2, COL4A5,
COL4A6, dan MEDI2. Kelainan kromosom terjadi akibat gangguan

3
translokasi kromosom 10, 12, dan 14, delesi kromosom 3 dan 7 serta
aberasi kromosom 6.5

Gangguan kandungan hormon dalam aliran darah uterus dan


perubahan sensitivitas hormonal sel tumor mungkin memainkan peran
penting juga dalam perkembangan dan pertumbuhan leiomioma. Pada
leiomioma, peningkatan hormon terdeteksi dalam aliran darah rahim,
estradiol dan progesteron (fenomena hiperestrogen lokal dan
progesteronemia), yang merupakan penyebab hipertrofi miometrium di
sekitarnya dan pertumbuhan leiomioma (lingkaran setan patogenesis
leiomioma uterus). Dibandingkan dengan jaringan miometrium yang
tidak berubah, kelenjar lipoma menunjukkan peningkatan aktivitas
enzim aromatase. Efek biologis aromatase enzim (dikodekan oleh gen
SUR19) adalah untuk mengubah androgen menjadi estrogen, yang
menyebabkan hiperestrogenemia lokal.6

2.4 Klasifikasi
Mioma uteri diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan arah
pertumbuhannya :

a. Mioma Uteri Submukosum

Berada dibawah endometrium dan menonjol kedalam rongga


uterus. Jenis ini dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini
sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma jenis lain
meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan,
tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui
dengan tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret,
dikenal sebagai currete bump. Mioma submukosa pedinkulata adalah
jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Sering juga

4
batangnya tumbuh panjang dan menonjol melalui leher rahim ke
dalam vagina sehingga dapat terlihat secara inspekulo dan disebut
dengan Myom Geburt. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam
kanalis serviks sehingga OUE berbentuk bulan sabit. Karena tumbuh
di bawah endometrium dan di dalam endometrium maka perdarahan
uterus paling banyak, sehingga mioma submukosa ini paling sering
menyebabkan perdarahan uterus yang banyak dan tidak teratur
(menometroragia). Akibatnya, histerektomi diperlukan dalam kasus
mioma dengan perdarahan yang banyak meskipun ukurannya kecil.
Myoma submucosa dengan batang sering terinfeksi (ulserasi) dan
torsi (twisted) atau menjadi nekrotik dan jika ini terjadi maka kondisi
ini menjadi perhatian utama sebelum mengobati myoma itu sendiri
(sindrom yang mirip dengan perut akut). Kemungkinan terjadinya
degerasi sarkoma juga lebih besar pada jenis mioma submukosa ini.
Adanya mioma submukosa dapat dirasakan sebagai “kuret benjolan”
(lump kuretase waktu).3,7

b. Mioma Uteri Intramural

Mioma terdapat didinding uterus diantara serabut


miometrium. Ukuran dan konsistensinya bervariasi, jika besar atau
multipel dapat menyebabkan pembesaran dan benjolan pada rahim.6

c. Mioma Uteri Subserosa

Mioma Subserosa/ Subperitonal tumbuh di bawah tunika


serosa (tumbuh di luar dinding rahim) sehingga menonjol keluar
pada permukaan rahim, ditutupi oleh serosa. yang tumbuh keluar
dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi
serosa.7 Jenis miom ini juga bisa ditangkis. Jika mioma subserosa
dengan batang ini mendapat perdarahan ekstrauterin dari pembuluh
darah omentum, maka batang tersebut dapat mengalami atrofi dan

5
diserap sehingga dilepaskan sehingga menjadi “mioma parasit”.
Terkadang vena di permukaan pecah dan menyebabkan perdarahan
intra-abdominal. Mioma subserosa ini juga dapat tumbuh diantara 2
lapisan peritoneum dari ligamentum latum menjadi "mioma
intraligmenter" yang dapat menekan ureter dan A. iliaca,
menyebabkan gangguan berkemih dan nyeri.7
d. Mioma pedunculated
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan
lain, misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian
membebaskan diri dari uterus sehingga disebut mondering/parasitic
fibroid. Apabila mioma dibelah maka akan tampak bahwa mioma
terdiri dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun sebagai
kumparan (whorle like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri
dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang
mioma ini.3,7

Gambar 1. Klasifikasi mioma uteri berdasarkan lokasi dan arah


pertumbuhanya

6
Masyarakat Histeroskopi Eropa dan Federasi Internasional
Ginekologi dan Obstetri (FIGO) mendefinisikan leiomioma sebagai: tipe
0, jika massa terletak seluruhnya di dalam rongga rahim; tipe 1, jika
kurang dari 50 persen terletak di dalam miometrium; dan tipe 2, jika
lebih dari 50 persen massa dikelilingi oleh myometrium.3

Untuk membantu penelitian perdarahan uterus abnormal, klasifikasi


numerik ini diperluas oleh FIGO untuk secara serupa menetapkan nomor
subklasifikasi ke leiomioma intramural, subserosal, dan parasit (Munro, 2011).
jika lebih dari 50 persen massa dikelilingi oleh miom-trium (Wamsteker, 1993).
Untuk membantu penelitian perdarahan uterus abnormal, klasifikasi numerik ini
diperluas oleh FIGO untuk secara serupa menetapkan nomor subklasifikasi ke
leiomioma intramural, subse-rosal, dan parasit (Munro, 2011). jika lebih dari 50
persen massa dikelilingi oleh miom-trium (Wamsteker, 1993). Untuk
membantu penelitian perdarahan uterus abnormal, klasifikasi numerik ini
diperluas oleh FIGO untuk secara serupa menetapkan nomor subklasifikasi ke
leiomioma intramural, subse-rosal, dan parasit (Munro, 2011).3

Dari tumor di luar korpus uteri, hanya sekitar 0,4 persen yang
berkembang di serviks (Tiltman, 1998). Leiomioma juga jarang ditemukan di
ovarium, tuba fallopi, ligamen luas, vagina, dan vulva.3

2.5 Patofisiologi
Terbentuknya mioma uteri belum sepenuhnya dipahami namun
beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya pembentukan mioma disebabkan
oleh multifaktorial termasuk faktor genetik yang menjadi sel mioma dari sel
normal dipengaruhi oleh growth factor dan reseptor hormon. Faktor lain yang
dapat menyebabkan terjadinya mioma termasuk trauma dan infeksi traktus
reproduksi, polycystic ovary disease, dan hipertensi.6
Esterogen dan progesteron membantu pertumbuhan mioma. Pada tumor
ini ditemukan kadar esterogen yang tinggi didalam serum. Dalam hal ini serum
aromatase sebagai enzim yang mengubah hormon androgen ke esterogen

7
ditemukan didalam serum dengan kadar yang tinggi. Penurunan konversi
estradiol ke estrone menyebabkan kadar estradiol tinggi dan meng-upregulasi
reseptor esterogen dan progesteron menyebabkan hiperproliferasi jaringan
miometrium . proses terbentuknya mioma uteri belum sepenuhnya dipahami,
diduga growth factors, prolactin dan luteinizing hormone mempunyai peran
terbentuknya dan pertumbuhan mioma uteri. Overekspresi growth factor
meningkatkan pembentukan otot polos, sintesis DNA dan pembentukan matrix
ekstraseluler.6,8

2.6 Diagnosis

Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak


sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus. Adanya
mioma tidak selalu memberikan gejala karena itu mioma sering ditemukan
tanpa disengaja, yaitu pada saat pemeriksaan ginekologik. Gejala yang
ditemukanpun sangat tergantung pada tempat sarang mioma itu berada,
besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi:

1. Besarnya mioma uteri


2. Lokalisasi mioma uteri
3. Perubahan-perubahan pada mioma uteri

Gejala klinik terjadi hanya pada sekitar 35 % - 50% dari pasien yang
terkena. Adapun gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri:

a. Perdarahan abnormal uterus


Merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk
perdarahan yang ditemukan berupa menoragi, metroragi, dan
hipermenorrhea. Penyebab perdarahan ini adalah:
 Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasa. Permukaan
endometrium yang menjadi lebih luas akibat pertumbuhan mioma

8
sehingga lebih banyak dinding endometrium yang terkikis ketika
menstruasi dan ini menyebabkan perdarahan abnormal.
 Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal kerana adanya
sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat
menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.9

b. Rasa Nyeri
Dapat timbul akibat karena gangguan sirkulasi darah, yang
disertai nekrosis setempat dan perdarahan. Dengan degenerasi
leiomioma, nekrosis jaringan secara klasik menyebabkan nyeri akut,
selalu, dan leukositosis. T adalah konstelasi yang meniru sumber nyeri
panggul akut lainnya. Oleh karena itu, sonografi biasanya dilakukan
untuk membantu mengidentifikasi penyebab, dan biasanya leiomioma
yang tidak mencolok ditemukan. Nyeri yang berasal dari degenerasi
tumor secara klasik mengikuti embolisasi arteri uterina (UEA), dan
pengobatan dengan analgesik biasanya cukup untuk menekan rasa
nyeri.9

c. Penekanan rahim yang membesar


Gangguan ini tergantung pada tempat dan ukuran mioma uteri.
Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra
dapat menyebabkan retensio urin, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan
obstipasi, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul
 Terasa berat di abdomen bagian bawah.
 Gejala traktus urinarius: poliuri/anuria, retensi urine, obstruksi
ureter, hidroureter dan hidronefrosis.
 Gejala intestinal: konstipasi dan obstruksi intestinal.
 Terasa nyeri karena tertekannya saraf.

9
Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap
organ sekitar. Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran
cerna perlekatannya dengan omentum menyebabkan strangulasi usus.
Mioma serviks dapat menyebabkan sekret serosanguinea vaginal,
perdarahan, dispareunia, dan infertilitas.

Bila ukuran tumor lebih besar lagi, akan terjadi penekanan


ureter, kandung kemih dan rektum. Semua efek penekanan ini dapat
dikenali melalui pemeriksaan IVP, kontras saluran cerna, rontgen, dan
MRI. Abortus spontan dapat disebabkan oleh efek penekanan langsung
mioma terhadap kavum uteri.

d. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan.


e. Abortus spontan. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata
setelah kelahiran.

Pemeriksan Fisik dan Diagnostik


Pemeriksaan fisik mioma uteri merupakan pemeriksaan awal
yang digunakan untuk mempertajam diagnosis mioma uteri.
Pemeriksaan fisik mioma uteri meliputi:

1. Pemeriksan abdomen : teraba massa didaerah pubis atau abdomen


bagian bawah dengan konsistensi kenyal, bulat, berbatas tegas,
sering berbenjol atau bertangkai, mudah digerakan, tidak nyeri.
2. Pemeriksaan bimanual : didapatkan tumor tersebut menyatu atau
berhubungan dengan uterus, ikut bergerak pada pergerakan serviks.10

Pemeriksaan diagnostik antara lain:


a. Tes laboratorium hitung darah lengkap dan apusan darah :
leukositosis dapat disebabkan oleh nekrosis akibat torsi atau
degenerasi. Menurunnya kadar hemoglobin dan hematokrit
menunjukan adanya kehilangan darah yang kronik.

10
b. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin sering membantu
dalam evaluasi suatu pembesaran uterus yang simetrik menyerupai
kehamilan atau terdpat bersamasama dengan kehamilan.
c. Ultrasonografi
Ultrasonografi apabila keberadaan massa pelvis meragukan,
sonografi dapat membantu. Sonografi awalnya dilakukan untuk
menentukan anatomi panggul. sonografi ransvaginal (VS)
memberikan resolusi superior, tetapi beberapa uteri begitu besar
sehingga sonografi transabdominal diperlukan untuk mencitrakan
seluruh korpus.Gambaran sonografi leiomioma bervariasi dari hipo
sampai hiperekoik tergantung pada rasio otot polos terhadap
jaringan ikat dan apakah ada degenerasi9

Gambar 2. Fibroid submukosa digambarkan dengan jelas selama sonografi


infus salin (SIS) (panah). Balon kateter SIS terlihat di rongga
rahim bagian bawah

d. Pielogram intravena dapat membantu dalam evaluasi diagnostik.

Pemeriksaan untuk mendeteksi mioma uteri dapat dilakukan dengan cara :

1. Pemeriksaan darah lengkap Hb : turun, Albumin : turun, Lekosit :


turun atau meningkat, Eritrosit : turun.

11
2. USG : terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal toucher : didapatkan perdrahan pervaginam, teraba massa,
konsistensi dan ukurannya.
4. Sitologi : menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma
tersebut.
5. Rontgen : untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi
6. ECG : mendeteksi, kelainan yang mungkin terjadi yang dapat
mempengaruhi tindakan operasi.9,10

Mioma Uteri dan Kehamilan

Terdapatnya mioma uteri dapat memungkinkan beberapa hal terjadi, yaitu:

 Mengurangi kemungkinan perempuan menjadi hamil, terutama pada


mioma uteri submukosum.
 Kemungkinan abortus bertambah.
 Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan
letak subserosum.
 Menghalangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di
serviks.
 Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada miomayang letaknya di
dalam dinding rahimatau apabilaterdapat banyak mioma.
 Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang
submukosum dan intramural. 11

2.7 Penatalaksanaan

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari


semua mioma uteri tidak membutuhkan pengobatan dalam bentuk apa pun,
terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan.

12
Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3 - 6
bulan. Penanganan mioma uteri menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, serta konservasi fungsi reproduksi terbagi kepada:

1. Terapi medisinal (hormonal)


Saat ini pemakaian Gonadotropin - releasing hormone (GnRH)
agonis memberikan hasil yang baik memperbaiki gejala klinis mioma
uteri. Tujuan pemberian GnRH agonis adalah mengurangi ukuran
mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium.
Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan
mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan
tindakan pembedahan. Terapi hormonal yang lainnya seperti kontrasepsi
oral dan preparat progesteron akan mengurangi gejala pendarahan tetapi
tidak mengurangi ukuran mioma uteri.12
2. Intervensi Radiologis
Embolisasi Arteri Uterus. T adalah prosedur intervensi
angiografik yang memberikan mikrosfer polivinil alkohol atau emboli
partikulat sintetis lainnya ke dalam kedua arteri uterina. Aliran darah
uterus dengan demikian terhambat, menghasilkan iskemia dan nekrosis.
Karena pembuluh darah yang melayani leiomioma memiliki kaliber
yang lebih besar, mikrosfer ini secara khusus diarahkan ke tumor, tanpa
mengabaikan miometrium di sekitarnya. Selama UEA, kateter
angiografi ditempatkan di satu arteri emoral dan dimajukan di bawah
bimbingan uoroskopik untuk mengkateterisasi kedua arteri uterina
secara berurutan (Gbr. 9-8 dan 9-9). Kegagalan embolisasi kedua arteri
uterina memungkinkan sirkulasi kolateral yang ada antara dua arteri
uterina untuk mempertahankan aliran darah leiomioma dan dikaitkan
dengan tingkat keberhasilan yang lebih rendah secara signifikan12

13
3. Terapi pembedahan
Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American
College of obstetricians and Gyneclogist (ACOG) dan American
Society of Reproductive Medicine (ASRM) adalah
 Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif.
 Curiga adanya keganasan.
 Pertumbuhan mioma pada masa menopause.
 Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun kerana
oklusi tuba.
 Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu.
 Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius.
 Anemia akibat perdarahan 3

Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah:

a. Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih
menginginkan anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan
fertilitas. Pengambilan mioma pada mioma intra mural.
b. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Miomektomi ini dilakukan pada wanita yang
ingin mempertahankan fungsi reproduksinya dan tidak ingin
dilakukan histerektomi. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya
pada mioma submukosum dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh
anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.
c. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya
adalah tindakan terpilih. Tindakan histerektomi pada mioma uteri

14
sebesar 30% dari seluruh kasus. Histerektomi dijalankan apabila
didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada
traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12 - 14
minggu. 3,11

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Winery. Karakteristik penderita mioma uteri di Rumah Sakit TK II Putri

Hijau Medan Kesdam-I / BB Tahun 2013. Indonesia, Intisari Sains

Medis Vol 12, No 1. 2021

2. Emma Giuliani,.Sawsan et all. Epidemiology and management of

uterine fibroids. REVIEW ARTICLE Gynecology. Int J Gynecol Obstet

2020; 149: 3–9. wileyonlinelibrary.com/journal/ijgo © 2020.

International Federation of | 3 Gynecology and Obstetrics

3. Cunningham, F. Gary, et al. Williams obstetrics, 24e. New York, NY,

USA: Mcgraw-hill, 2014.

4. Florence AM1, Fatehi M1. Leiomyoma. StatPearls Publishing,

Treasure Island (FL), 12 Mar 2019.PMID: 30855861

5. Lubis, PK. 2020. Tinjauan Pustaka Diagnosis dan Tatalaksana Mioma

Uteri. Indonesia, CKD-284/vol. 47 no.3

6. Statnykh, M.M. Padrul, A.A. Olina, G.K. dkk. UTERINE MYOMA

GUIDELINES: Study guide for students of the medical faculty. Perm,

2021. – 115 р. ISBN 978-5-398-02513-2

7. Gofur, Soesilaningtyas3 dkk. Uterine Myoma, Risk Factor and

Pathophysiology: A Review Article. Clinics of Oncology. ISSN: 2640-

1037 Volume 4. 2021

16
8. Gracia, M., & Carmona, F. (2020). WITHDRAWN: Uterine myomas:

Clinical impact and pathophysiological bases. European Journal of

Obstetrics & Gynecology and Reproductive Biology.

doi:10.1016/j.ejogrb.2020.01.043. 10.1016/j.ejogrb.2020.01.043

9. Sun, C., Zou, J., Wang, Q., Wang, Q., Han, L., Batchu, N., ... & Li, Q.

(2018). Review of the pathophysiology, diagnosis, and therapy of vulvar

leiomyoma, a rare gynecological tumor. Journal of International

Medical Research, 46(2), 663-674.

10. Heidi Collins Fantasia, PhD, RN, WHNP, and Allyssa L. Harris, RN,

PhD, WHNP-BC. Overview of the diagnosis and management of uterine

fibroids. npwomenshealthcare.com. 2020

11. van Esch EM, Van Wijngaarden SE, Schaafsma HE, Smeets MJ,

Rhemrev JP. The diagnostic and therapeutic approach of a primary

bilateral leiomyoma of the ovaries: a case report and a literature review.

Archives of gynecology and obstetrics. 2011 Jun;283(6):1369-71.

12. Gofur, Soesilaningtyas3 dkk. Management of Uterine Myoma: A

Review Article. Universal Journal of Surgery. ISSN 2687-7082 Volume

1. 2021

13. Emma Giuliani,.Sawsan As-Sanie2,Erica E. Marsh1. Epidemiology and

management of uterine fibroids. REVIEW ARTICLE Gynecology. Int J

Gynecol Obstet 2020; 149: 3–9 wileyonlinelibrary.com/journal/ijgo ©

2020 International Federation of Gynecology and Obstetrics

17

Anda mungkin juga menyukai