Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

MIOMA UTERI

Pembimbing:

dr. Henny Meitri, SpOG,K.Onk

dr.Ratih Puty H, SpOG

Disusun oleh:

Alisha Nurdya (1102015018)

Meike Marsa (1102015130)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

RSPAD GATOT SOEBROTO

PERIODE 12 APRIL 2021 – 23 MEI 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Mioma
Uteri”. Tujuan penulisan laporan kasus ini ialah untuk memenuhi salah satu syarat
mengikuti Kepaniteraan Klinik bagian Obstetri dan Ginekologi di RSPAD Gatot
Soebroto, Jakarta.
Dalam kesempatan ini perkenakanlah penulis untuk menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. dr. Henny Meitri, SpOG,K.Onk dan dr.Ratih Puty H, SpOG, selaku
pembimbing dalam referat ini.
2. Dokter – dokter obstetri dan ginekolohi lainnya, atas arahan dan
bimbingannya.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini masih
jauh dari kesempurnaan serta masih banyak terdapat kekurangan. Penulis berharap
semoga referat ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca serta
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kedokteran.

Jakarta, 25 April 2021

Penulis

2
MIOMA UTERI
2.1 Definisi
Mioma Uteri atau Fibroid merupakan tumor jinak yang struktur
1,2
utamanya adalah otot polos rahim (myometrium). Mioma uteri adalah
tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan
ikat di sekitarnya. Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma,
fibroid, atau leiomioma merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot
polos uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. Mioma uteri berbatas
tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous
sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya
dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan.3

2.2 Epidemiologi
Terjadi pada 20-25% perempuan di usia produktif. Insiden 3-9 kali
lebih banyak pada ras kulit berwarna dibandingkan ras kulit putih. Mioma
uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya
rendah pada usia menopause, dan belum pernah dilaporkan terjadi sebelum
menarche1,2.
Penelitian memaparkan bahwa antara 5,4% hingga 77% wanita
terdiagnosis mioma, tergantung pada populasi nya. Studi yang dilakukan
dengan menggunakan USG telah mengkonfirmasi bahwa prevalensi
mioma lebih rendah di Eropa dibandingkan di Amerika Serikat, dan ini
mungkin disebabkan oleh perbedaan ras. Mioma terdeteksi pada 70% uteri
setelah histerektomi dan 80% merupakan multiple mioma.4

2.3 Faktor Risiko


Faktor risiko utama mioma uteri adalah Umur, Riwayat keluarga,
obesitas, paritas rendah, kehamilan.2
Mioma tidak muncul sebelum pubertas dan frekuensinya menurun saat
menopause, hal ini dikarenakan oleh stimulasi hormon estrogen. Hormon
estrogen disekresi oleh ovarium mulai saat pubertas berangsur-angsur
meningkat dan akan mengalami penurunan bahkan tidak berproduksi lagi

3
setelah usia menopause. Mioma didiagnosis pada 20-25% wanita saat usia
reproduksi, dan 30-40% pada wanita usia lebih dari 40 tahun.4
Mioma terjadi lebih banyak terjadi pada wanita ras kulit hitam, dan
lebih jarang pada wanita ras Asia. Pada multipara juga di sebutkan
memiliki faktor risiko lebih kecil dibandingakan wanita nulipara hal ini
dikarenakan hal ini disebabkan besarnya jumlah reseptor estrogen yang
berkurang dilapisan miometrium setelah kehamilan.
Faktor genetik dapat merupakan peran penting dalam perkembangan
mioma. pada wanita yang terdapat riwayat keluarga yang memiliki mioma
lebih cenderung ditemukannya multiple mioma dibandingkan wanita yang
tidak memiliki riwayat kelurga.4

2.4 Etiologi & Patofisiologi


Apakah estrogen secara langsung dapat memicu pertumbuhan mioma
uteri, atau memakai mediator masih menimbulkan silang pendapat. Telah
diketahui bahwa hormone memang menjadi perkusor pertumbuhan
mioma. Konsentrasi reseptor estrogen dalam jaringan mioma lebih tinggi
dibandingkan miometrium, namun lebih rendeah dibandingkan dengan
endometrium. Mioma dapat tumbuh cepat saat penderita hamil atau
terpapar estrogen serta obesitas dan mengecil dan menghilang stelah
menopause. Kontrasepsi hormonal tidak memberikan efek. Merokok dapat
menganggu metabolisme estrogen dan menurukan plasma estrogen,
sehingga menurunkan risiko mioma. Walaupun progesterone dianggap
sebagai penyeimbang estrogen, efeknya terhadap pertumbuhan mioma
tidak konsisten1,2.
Setiap leiomyoma berkembang dari satu buah miosit progenitor.
Empat puluh persen mioma memiliki abnormalitas kromosom. Beberapa
subgroup sitogenetik telah diketahui3:
 Perubahan susunan kromosom 12q14 dan 6p pada gen HMGIC dan
HMGIY yang juga terjadi pada berbagai macam neoplasma lainnya.
Kedua gen mengkodekan factor yang meregulasikan struktur kromatin.

4
 Mutasi gen MED12 yang menkodekan Mediator, sebuah komplek
multiprotein yang menstumulasi ekspresi gen dengan cara menjebatani
elemen regulator DNA (enhancer) dengan gen promoter.
Efek utama leuomioma pada wanita hamil adalah frekuensi abortus
yang meningkat, malpresentasi fetus, inersia uteri dan perdarahan
postpartum. Tranformasi menjadi leimoiosarkoma sangatlah jarang.
Awal mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi
somatik dari sel-sel miometrium. Mutasi ini mencakup rentetan perubahan
kromosom baik secara parsial maupun keseluruhan. Aberasi kromosom
ditemukan pada 23-50% dari mioma uteri yang diperiksa dan yang
terbanyak (36,6%) ditemukan pada kromosom 7 (del(7) (q 21) /q 21 q 32).
Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor monoklonal yang
dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal yang
berada di antara otot polos miometrium. Sel-sel mioma mempunyai
abnormalitas kromosom. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mioma, disamping faktor predisposisi genetik, adalah beberapa hormon
seperti estrogen, progesteron, dan human growth hormon. Dengan adanya
stimulasi estrogen, menyebabkan terjadinya proliferasi di uterus, sehingga
menyebabkan perkembangan yang berlebihan dari garis endometrium,
sehingga terjadilah pertumbuhan mioma. 4

2.5 Patologi
Secara makroskopik, leiomyoma berbatas tegas, bulat, padat, berwarna
putih keabuan (kepucatan) dan mempnyai berbagai macam ukuran dari
nodul kecil sampai tumor besar yang menutupi pelvis. Jika dibelah,
leiomyoma menunjukan karakterstik adanya pola berputar pada serat otot.
Walaupun mioma tidak memiliki kapsul yang sesungguhnya, jaringannya
dengat sangat mudah dibebaskan dari myometrium sekitarnya sehingga
mudah dikupas (enukleasi)1,2.
Secara mikroskopis, mioma menunjukan kumpulan dari sel otot polos
yang mirip dengan miomoetrium. Secara individu sel terlihat dalam

5
bentuk dan ukuran yang sama dan mempunyai nukleus oval dan bentuk
sitoplasmik yang panjang dan tipis. Sel-sel yang mengalami proses mitosis
sangat jarang, walaupun terdapat beberapa varian yang terdapat sel atipikal
atau simplastik. Leiomioma memiliki densitas arterial yang lebih rendah
dibanding myometrium normal, sehingga mudah untuk terkena
hipoperfusi dan iskemi.1,2
Terdapat beberapa varian yang sangat jarang dari mioma uteri seperti
Benign metastasizing leiomyoma dimana mioma menyebar ke pembuluh
darah dan menyebar secara hematogen ke organ lain terutama paru dan
Disseminated peritoneal leiomyomatosis di mana mioma menyebar ke
rongga peritoneum dalam bentuk nodul-nodul kecil. Kedua varian ini
dianggap jinak, walaupun terjadi penyebaran.
Bila terjadi perubahan pasokan darah selama pertumbuhannya, maka
mioma dapat mengalami perubahan sekunder atau degenerasi1,2,3:
 Degenerasi Jinak
o Atrofi yang ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya
terjadi setelah persalinan atau menopause
o Hialin yang terjadi pada mioma yang matang di mana bagian yang
aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan pasonkan nutrisi
dan berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak atau melebur
menjadi cairan gelatin
o Kistik setelah mengalami degenerasi hialin, sehingga terbentuk
cairan gelatin dan konsistensi mioma menjadi kistik. Adanya
kompresi/tekanan fisik pada bagian tersebut dapat menyebabkan
keluarnya cairan kisa ke kavum uteri, kavum peritoneum mapupun
retroperitoneum
o Kalsifikasi/kalkareus yang umumnya mengenai mioma subserosa
yang tentan terhadap deficit sirkulasi sejingga terjadinya
pengendapat kalsium karbonat dan fosfat dalam tumor

6
o Septik deficit sirkulasi yang berlanjut menyebabkan nekrosis pada
bagian bagian tengan dan berlanjut dengan infeksi yang ditandai
dengan nyeri, kaku dinding perut dan demam akut.
o Kaneus/Merah yang diakibatkan oleh thrombosis yang diikuti
terjadinya bendungan vena dan perdarahan sehingga menyebabkan
perubahan waPerna. Biasanya bersamaan dengan kehamilan karena
kecepatan pasokan nutrisi bagi hipertrofi myometrium lebih
diprioritaskan sehingga mioma mengalami deficit nutrisi sehingga
terjadi degenerasi aspetik dan infark. Degenerasi ini ditandai
dengan rasa nyeri namun mengjhinglang sendiri. Efek pada
kehamilan dapat terjadi abortus, partus prematurus maupun DIC.
o Miksomatosa/Lemak yang terjadi setelah degenerasi hialin dan
kistik. Sangat jarang dan asimptomatik
 Degenerasi Ganas
Transomasi menjadi leiomiosarkoma terjadi pada 0,1 – 0,5% mioma

2.6 Klasifikasi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan
selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan
menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara
lain mioma submukosa, mioma intramural, mioma subserosa, dan mioma
intraligamenter. Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis
intramural (54%), subserosa (48,2%), submukosa (6,1%) dan jenis
intraligamenter (4,4%). 1,2
 Mioma submukosa
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus. Jenis ini di jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini
sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis
lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan,
tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui

7
dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal
sebagai Currete bump. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi,
terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa
pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai.
Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan
nama mioma geburt atau mioma yang di lahirkan, yang mudah
mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus, penderita
akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.
 Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan
terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi tumor. Bila didalam
dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai
bentuk yang berdungkul dengan konsistensi yang padat. Mioma yang
terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan
menekan dan mendorong kandung kemih keatas, sehingga dapat
menimbulkan keluhan miksi.
 Mioma subserosa
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh
diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intraligamenter.
 Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain,
misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan
diri dari uterus. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja
dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu
saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas
otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle

8
like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat
longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini

2.7 Gambaran Klinis


Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya
gejala klinik meliputi besarnya mioma, lokalisasi mioma, dan perubahan-
perubahan pada mioma. Yang menyulitkan adalah anggapan klasik bahwa
mioma adalah asimtomatik karena hal ini seringkali menyebabkan gejala
yang ditimbulkan dari organ sekitarnya (tuba, ovarium, atau usus) menjadi
terabaikan.
Gejala klinik hanya terjadi pada 35-50% penderita mioma. Hampir
sebagian besar penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di
dalam uterusnya, terutama sekali pada penderita dengan obesitas. Keluhan
penderita sangat tergantung pula dari lokasi atau jenis mioma yang
diderita. Berbagai keluhan penderita dapat berupa: 1,2
 Perdarahan Abnormal Uterus
Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal
ini terjadi pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat
terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam
jumlah yang besar maka sulit untuk dikoreksi dengan suplementasi zat
besi. Perdarahan pada mioma submukosa seringkali diakibatkan oleh
hambatan pasokan darah endometrium, tekanan, dan bendungan
pembuluh darah di area tumor (terutama vena) atau ulserasi
endometrium di atas tumor. Tumor bertangkai seringkali menyebabkan
trombosis vena dan nekrosis endometrium akibat tarikan dan infeksi
(vagina dan kavum uteri terhubung oleh tangkai yang keluar dari
ostium serviks). Dismenorea dapat disebabkan oleh efek tekanan,
kompresi, termasuk hipoksia lokal miometrium.
 Nyeri

9
Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila
kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri bisa terjadi saat
menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau ketika terjadi penekanan
pada panggul. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenerasi
akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau
kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa
dari kavum uteri. Gejala abdomen akut dapat terjadi bila torsi berlanjut
dengan terjadinya infark atau degenerasi merah yang mengiritasi
selaput peritoneum (seperti peritonitis). Mioma yang besar dapat
menekan rektum sehingga menimbulkan sensasi untuk mengedan.
Nyeri pinggang dapat terjadi pada penderita mioma yang menekan
persarafan yang berjalan di atas permukaan tulang pelvis.

 Efek Penekanan
Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan,
tetapi tidaklah mudah untuk menghubungkan adanya penekanan organ
dengan mioma. Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan
terhadap organ sekitar. Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi
saluran cerna, perlekatannya dengan omentum menyebabkan
strangulasi usus. Mioma serviks dapat menyebabkan sekret
serosanguinea vaginal, perdarahan, dispareunia, dan infertilitas. Bila
ukuran tumor lebih besar lagi, akan terjadi penekanan ureter, kandung
kemih dan rektum. Semua efek penekanan ini dapat dikenali melalui
pemeriksaan IVP, kontras saluran cerna, rontgen, dan MRI. Abortus
spontan dapat disebabkan oleh efek penekanan langsung mioma
terhadap kavum uteri.
 Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau
menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga
memudahkan terjadinya abortus oleh kerana distorsi rongga uterus.
Mioma yang terletak di daerah kornu dapat menyebabkan sumbatan

10
dan gangguan transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi
tuba bilateral. Dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus
yang sebenarnya diperlukan untuk motilitas sperma di dalam uterus.
Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma
akibat perubahan histologi endometrium di mana terjadi atrofi karena
kompresi massa tumor.

2.8 Diagnosis
2.8.1 Anamnesis
o Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif
lama.
o Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang
air besar.
o Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.
2.8.2 Pemeriksaan fisik
2.8.2.1 Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan
tumor dapat terbatas atau bebas
2.8.2.2 Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual
didapatkan tumor tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi
kavum Douglasi.

2.8.3 Pemeriksaan penunjang


2.8.3.1 Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Adanya
hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat
penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian
tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan
eritropoetin ginjal.
2.8.3.2 USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometrium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma
juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus

11
sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena
USG tidak dapat membedakannya dengan mioma dan
konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan.
2.8.3.3 Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola
gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga
bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan
berbentuk tak teratur.
2.8.3.4 Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di
rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma
submukosa disertai dengan infertilitas. Laparaskopi untuk
mengevaluasi massa pada pelvis.

2.8.4 Diagnosis Banding


Pada mioma subserosa, diagnosa bandingnya adalah tumor
ovarium yang solid, atau kehamilan uterus gravid. Sedangkan pada
mioma submucosum yang dilahirkan diagnosa bandingnya adalah
inversio uteri. Kemudian, pada mioma intramural, diagnosa
bandingnya adalah adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis
uteri atau sarkoma uteri. 1,2

2.9 Tatalaksana
Pilihan pengobatan mioma tergantung umur pasien, paritas, status
kehamilan, keinginan untuk mendapatkan keturunan lagi, keadaan umum
dan gejala serta ukuran lokasi serta jenis mioma uteri itu sendiri. 1
 Konservatif
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun
medikamentosa terutama bila mioma itu masih kecil dan tidak
menimbulkan gangguan atau keluhan. Penanganan konservatif, bila
mioma yang kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala. Cara
penanganan konservatif sebagai berikut:

12
o Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6
bulan.
o Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
o Pemberian zat besi.
o Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-
3 menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali.
Agonis GnRH mengakibatkan pengerutan tumor dan
menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan
menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan
pada periode postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi
ukuran tumor diobservasi dalam 12 minggu.
Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum
pembedahan, karena memberikan beberapa keuntungan: mengurangi
hilangnya darah selama pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan
akan transfusi darah.
Baru-baru ini, progestin dan antiprogestin dilaporkan mempunyai
efek terapeutik. Kehadiran tumor dapat ditekan atau diperlambat
dengan pemberian progestin dan levonorgestrol intrauterin.

 Pengobatan Operatif
Penanganan dapat dilakukan secara operatif menurut American
College of Obstetricians and Gyneclogist (ACOG) dan American
Society of Reproductive Medicine (ASRM) apabila:
o Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
o Pertumbuhan tumor cepat dan kecurigaan keganasan
o Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
o Menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya & Infertilitas
o Menometrorrhagia dan anemia
o Penekanan pada organ sekitarnya dan nyeri panggul

Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa:

13
o Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi
kemungkinan dapat hamil sekitar 30-50%. Tindakan miomektomi
dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun dengan
laparoskopi. Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding
abdomen untuk mengangkat mioma dari uterus. Keunggulan
melakukan miomektomi dengan laparotomi adalah lapangan
pandang operasi yang lebih luas sehingga penanganan terhadap
perdarahan yang mungkin timbul pada pembedahan miomektomi
dapat ditangani dengan segera. Namun pada miomektomi secara
laparotomi resiko terjadi perlengketan lebih besar, sehingga akan
mempengaruhi faktor fertilitas pada pasien, disamping masa
penyembuhan paska operasi lebih lama, sekitar 4-6 minggu.
Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap
mioma submukosum yang terletak pada kavum uteri. Keunggulan
tehnik ini adalah masa penyembuhan paska operasi sekitar 2 hari.
Komplikasi yang serius jarang terjadi namun dapat timbul
perlukaan pada dinding uterus, ketidakseimbangan elektrolit dan
perdarahan.
Miomektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan
laparoskopi. Mioma yang bertangkai diluar kavum uteri dapat
diangkat dengan mudah secara laparoskopi. Mioma subserosum
yang terletak didaerah permukaan uterus juga dapat diangkat
dengan tehnik ini. Keunggulan laparoskopi adalah masa
penyembuhan paska operasi sekitar 2-7 hari. Resiko yang terjadi
pada pembedahan ini termasuk perlengketan, trauma terhadap
organ sekitar seperti usus, ovarium, rektum serta perdarahan.
Sampai saat ini miomektomi dengan laparoskopi merupakan
prosedur standar bagi wanita dengan mioma uteri yang masih ingin
mempertahankan fungsi reproduksinya

14
o Histerektomi
Dilakukan apabila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan
pada penderita yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau
yang sudah bergejala. Histerektomi adalah pengangkatan uterus,
yang umumnya adalah tindakan terpilih. Tindakan histerektomi
pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Kriteria ACOG
untuk histerektomi adalah sebagai berikut:
 Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang
dapat teraba dari luar dan dikeluhkan olah pasien.
 Perdarahan uterus berlebihan:
 Perdarahan banyak bergumpal-gumpal atau berulang-ulang
selama lebih dari 8 hari.
 Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
 Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi:
 Nyeri hebat dan akut.
 Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah
yang kronis.
 Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-
ulang dan tidak disebabkan infeksi saluran kemih
Tindakan histerektomi dapat dilakukan secara abdominal
(laparotomi), vaginal dan pada beberapa kasus dilakukan
laparoskopi. Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu total abdominal hysterectomy (TAH) dan subtotal
abdominal histerectomy (STAH). Masing-masing prosedur ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. STAH dilakukan untuk
menghindari resiko operasi yang lebih besar seperti perdarahan
yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan
rektum. Namun dengan melakukan STAH kita meninggalkan
serviks, dimana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat
terjadi. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada tungkul
vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan

15
perdarahan paska operasi di mana keadaan ini tidak terjadi pada
pasien yang menjalani STAH.
Histerektomi juga dapat dilakukan pervaginam, dimana
tindakan operasi tidak melalui insisi pada abdomen. Secara umum
histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan prosedur
operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat
minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat
diminimalisasi. Maka histerektomi pervaginam tidak terlihat parut
bekas operasi sehingga memuaskan pasien dari segi kosmetik.
Selain itu kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi
lebih minimal dan masa penyembuhan lebih cepat dibandng
histerektomi abdominal.

2.10 Mioma Uteri pada Kehamilan


Mioma dapat memberikan pengaruh terhadap kehamilan berupa: 1,2
 Kemungkinan abortus lebih besar karena distorsi kavum uteri
khususnya pada mioma submukosum
 Kelainan letak janin
 Plasenta previa dan plasenta akreta
 Inersia maupun atonia uteri akibat gangguan mekanik dalam fungsi
miometrium
 Plasenta sukar lepas (retensio plasenta) terutama pada mioma
submukosa dengan intramural.
 Menganggu proses involusi uterus dalam masa nifas
 Jika letaknya dekat pada serviks, dapat menghalangi kemajuan
persalinan dan menghalangi jalan lahir.
 Persalinan prematuritas
Sementara itu, kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri:
 Mioma membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh
estrogen yang meningkat

16
 Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas
seperti telah diutarakan sebelumnya, yang kadang-kadang memerlukan
pembedahan segera guna mengangkat sarang mioma. Namun,
pengangkatan sarang mioma demikian itu jarang menyebabkan
perdarahan.
 Meskipun jarang, mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi
dengan gejala dan tanda sindrom akut abdomen
Terapi mioma dengan kehamilan adalah konservatif karena
miomektomi pada kehamilan sangat berbahaya disebabkan kemungkinan
perdarahan hebat dan dapat juga menimbulkan abortus. Operasi terpaksa
dilakukan jika penyulit-penyulit yang menimbulkan gejala akut atau
karena mioma sangat besar. Jika mioma menghalangi jalan lahir,
dilakukan SC disusul histerektomi namun jika dilakukan miomektomi
lebih baik ditunda sampai sesudah masa nifas.

2.11 Komplikasi
2.11.1 Perdarahan sampai terjadi anemia.
2.11.2 Degenerasi ganas. Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma
ditemukan hanya 0,32 – 0,6 % dari seluruh mioma serta merupakan 50
– 75 % dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru
ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat
membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
2.11.3 Torsi. Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi,
timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Keadaan
ini dapat terjadi pada semua bentuk mioma tetapi yang paling sering
adalah jenis mioma submukosa pendinkulata. 1,2

17
2.12 Prognosis
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif.
Miomektomi yang ekstensif dan secara signifikan melibatkan miometrium
atau menembus endometrium, maka diharuskan SC pada persalinan
berikutnya. Mioma yang kambuh kembali setelah miomektomi terjadi
pada 15-40% pasien dan 2/3-nya memerlukan tindakan lebih lanjut.1

18
BAB III

KESIMPULAN

Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot
rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Terjadi pada 20-25% perempuan di usia
produktif. Insiden 3-9 kali lebih banyak pada ras kulit berwarna dibandingkan ras
kulit putih. Mioma uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka
kejadiannya rendah pada usia menopause, dan belum pernah dilaporkan terjadi
sebelum menarche1 Faktor risiko utama mioma uteri adalah Umur, Riwayat
keluarga, obesitas, paritas (makin sering melahirkan lebih sedikit
kemungkinannya), kehamilan.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Hoffman, BL, et al. 2016. Williams Gynecology. 3rd Edition. New York,
McGraw Hill
2. Kumar, V et al. 2015. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 9th
Edition. Philadelphia, Elsevier
3. Salim, IA . et al. 2015. Karakteristik Mioma Uteri di RSUD Dr. Marrgono
Soekarjo Banyumas. XIII(3). Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan.
4. Sparic, R. et al. 2016. Epidemiology of Uterine Myoma : A review. Int. J Fertil
Steril, Vol 9, No 4.

20

Anda mungkin juga menyukai