Definisi
1. Mioma uteri adalah tumor jinak pada daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan
jaringan ikat disekitarnya. Pada beberapa kepustakaan mioma uteri juga sering disebut
dengan leiomioma, libromioma atau fibroid.
2. Hal ini mungkin karena memang otot uterus atau rahimlah yang memegang peranan
dalam terbentuknya tumor ini.
Etiologi
4. Progesteron
Perannya terhadap pertumbuhan myoma kurang jelas karena progesterone dapat
mengstimulasi dan menginhibisi myoma.
Progestin eksogen terbukti mengehadkan pertumbuhan myoma pada ujian klinis.
Pada studi epidemiologis, penggunaan medroxyprogesterone mengurangkan
insiden myoma.
Antiprogestin dan mifepriston menginduksi atrofi pada myoma.
Pada wanita yang diterapi dengan GnRH agonis, myoma akan mengecil, namun
dengan pemberian progesterone bersama-sama agonis pertumbuhan myoma akan
meningkat.
Patofisiologi
1. Aspek terpenting pada etiologi fibroid ini tidak diketahui.
2. Namun begitu, satu hipotesis peningkatan estrogen dan progesterone dapat
meningkatkan proses mitosis yang dapat menyumbang pada pertumbuhan myoma.
3. Ada juga yang beranggapan bahawa pembentukan myoma sama dengan respon tubh
terhadap luka, analog pada pembentukan keloids akibat operasi.
4. Luka yang iskemia yang menyebabkan subsatansi vasokonstriksi dilepaskan pada saat
haid. Peningkatan sekresi prostaglandin dan vasopressin oleh endometrium pada
dismenorrhea .
5. Selepas kecederaan vaskular, basic fibroblast growth factor (bFGF) merupakan hal yang
penting pada proliferasi otot polos, dan faktor ini dikeluarkan dengan banyak pada
myoma.
6. Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan
satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot
uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari
sel-sel embrionik sisa yang persisten.
7. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami mutasi
pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian menunjukkan bahwa
pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu t(12;14)(q15;q24).
8. Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan
Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan
tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen.
9. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau
testoster. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik
dapat mengurangi ukuran mioma.
10. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi
oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti
peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-
like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen.
11. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen
lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada
perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini
tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang
disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause
bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.
http://www.ehponline.org/members/2003/5787/5787.html
Klasifikasi
Epidemiologi
Gejala
1. Perdarahan
Merupakan gejala yang paling sering yang dikenali sebagai menorragia.
2. Kurang selesa di bagian pelvis
Sensasi tekanan, frekuensi urinasi, inkontinensia, dan konstipasi.
3. Dismenorrhea
4. Infertilitas
Mekanisme belum jelas
2-3 % daripada kasus infertilitas berkaitan dengan mioma.
5. Pembentukan eritropoetin yang berlebihan
Diagnosa banding
1. Adenomiosis
2. Neoplasma ovarium
3. Kehamilan
Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor
resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga
dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur,
gerakan bebas, tidak sakit.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus
yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu
dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb.
Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien.
Imaging
Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada uterus.
Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan
pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke
arah kavum uteri pada pasien infertil.
MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun
biaya pemeriksaan lebih mahal.
Penatalaksanaan
1. Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma uteri
tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga
biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta
mioma yang diduga menyebabkan fertilitas.
2. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan
operatif. Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post
menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut :
Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan.
Bila anemi
3. Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi adalah
pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat
dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi
lewat vagina.
4. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor
bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak,
maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.
5. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih.
Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau pervaginam. Yang akhir ini jarang
dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan
dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan.
6. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya
karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat
kesukaran teknis dalam mengangkat uterus.
7. Terapi mioma yang lain adalah:
NSAIDS
Terapi hormonal
Androgen
GnRH agonis
GnRH antagonis
Anti – progestin
Embolisasi arteri uterine
Miomektomi
Laparoskopi miomektomi
Ablasi endometrial
Miolisis
Komplikasi
1. Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari
seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah
diangkat.
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai).
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis.
Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-
lahan, gangguan akut tidak terjadi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah padanya.
Pencegahan
1. Etiologi sebenar tidak dapat dikenalpasti. Tiada langkah pencegahn yang dapat diambil.
Prognosis
1. Anatomi
Organ genital eksterna :
a) Vagina d) Serviks
b) Uterus e) Ovari
c) Tuba falopii
Daftar pustaka