Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI DAN GINEKOLOGI


Ny.S DENGAN MIOMA UTERI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA JAMBI

Disusun Oleh:
NAMA : SISKA HIDAYANTI
NIM : G1B220021
KELOMPOK : 1
RUANGAN : RAWAT INAP KEBIDANAN
PERIODE : MINGGU KE- 1

PEMBIMBING AKADEMIK:
Dr.Muthia Mutmainah, M.Kep, Sp.Mat
Sri Mulyani, S.Kep.,M.Kep
Ns. Meinarisa, S.Kep., M.Kep

PEMBIMBING KLINIK:
Ns. Radna Vilusa, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2021
A. Mioma Uteri
1. Definisi
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul
yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang
ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat
berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus
spontan, persalinan prematur dan malpresentasi1

2. Etiologi
Menurut Aspiani1 ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan
faktor predisposisi terjadinya mioma uteri.
a. Umur Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif
dan sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
b. Hormon Endogen (endogenous hormonal) Konsentrasi estrogen pada
jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan miometrium normal.
c. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma
uteri.
d. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red
meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun
sayuran hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
e. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal

2
ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
f. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2
(2) kali

Faktor terbentuknya tomor:

a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel -
sel yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika
yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan
kanker pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak
serta merta semua anak gandisnya akan mengalami hal yang sama,
karena sel yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami
kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara
internal, tidak dapat dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah.
Menurut WHO, 10% – 15% kanker, disebabkan oleh faktor internal dan
85%, disebabkan oleh faktor eksternal1
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang
ditambahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari
polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan seperti pengawet
dan pewarna makanan cara memasak juga dapat mengubah makanan
menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun,
misalnya aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya
dengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang virus makin besar
kemungkinan sel normal menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi yang
dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa
yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikal atau
korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada
mioma, disamping faktor predisposisi genetik.
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen
eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopouse dan oleh
pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan
dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas. Enzim
hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen kuat)
menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini berkurang pada
jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor estrogen
yang lebih banyak dari pada miometrium normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada
tumor.
c. Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL,
terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang
cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari
aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.

3. Manifestasi Klinis
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari
lokasi, arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai
pada 20-50% saja mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya
tidak mengeluh apapun. Hipermenore, menometroragia adalah merupakan
gejala klasik dari mioma uteri. Dar ipenelitian multisenter yang dilakukan
pada 114 penderita ditemukan 44% gejala perdarahan, yang paling sering
adalah jenis mioma submukosa, sekitar 65% wanita dengan mioma mengeluh
dismenore, nyeri perut bagian bawah, serta nyeri pinggang.
Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan mioma, maka kandung
kemih, ureter, dan usus dapat terganggu, dimana peneliti melaporkan keluhan
disuri (14%), keluhan obstipasi (13%). Mioma uteri sebagai penyebab
infertilitas hanya dijumpai pada 2-10% kasus. Infertilitas terjadi sebagai
akibat obstruksi mekanis tuba falopii. Abortus spontan dapat terjadi bila
mioma uteri menghalangi pembesaran uterus, dimana menyebabkan kontraksi
uterus yang abnormal, dan mencegah terlepas atau tertahannya uterus di
dalam panggul2
a. Massa di Perut Bawah
Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di
perut bagian bawah.
b. Perdarahan Abnormal
Diperkirakan 30% wanita dengan mioma uteri mengalami kelainan
menstruasi, menoragia atau menstruasi yang lebih sering. Tidak
ditemukan bukti yang menyatakan perdarahan ini berhubungan dengan
peningkatan luas permukaan endometrium atau kerana meningkatnya
insidens disfungsi ovulasi. Teori yang menjelaskan perdarahan yang
disebabkan mioma uteri menyatakan terjadi perubahan struktur vena
pada endometrium dan miometrium yang menyebabkan terjadinya venule
ectasia.
Miometrium merupakan wadah bagi faktor endokrin dan parakrin
dalam mengatur fungsi endometrium. Aposisi kedua jaringan ini dan
aliran darah langsung dari miometrium ke endometrium memfasilitasi
interaksi ini. Growth factor yang merangsang stimulasi angiogenesis atau
relaksasi tonus vaskuler dan yang memiliki reseptor pada mioma uteri
dapat menyebabkan perdarahan uterus abnormal dan menjadi target
terapi potensial. Sebagai pilihan, berkurangnya angiogenik inhibitory
factor atau vasoconstricting factor dan reseptornya pada mioma uteri
dapat juga menyebabkan perdarahan uterus yang abnormal.
c. Nyeri Perut
Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal
ini timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang
disertai dengan nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran
mioma submukosa yang akan dilahirkan, pada pertumbuhannya yang
menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan dismenorrhoe.
Dapat juga rasa nyeri disebabkan karena torsi mioma uteri yang
bertangkai. Dalam hal ini sifatnya akut, disertai dengan rasa nek dan
muntah-muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat
disebabkan karena tekanan pada urat syaraf yaitu pleksus uterovaginalis,
menjalar ke pinggang dan tungkai bawah3
d. Pressure Effects ( Efek Tekenan )
Pembesaran mioma dapat menyebabkan adanya efek tekanan pada
organ-organ di sekitar uterus. Gejala ini merupakan gejala yang tak biasa
dan sulit untuk dihubungkan langsung dengan mioma. Penekanan pada
kandung kencing, pollakisuria dan dysuria. Bila uretra tertekan bisa
menimbulkan retensio urinae. Bila berlarut-larut dapat menyebabkan
hydroureteronephrosis. Tekanan pada rectum tidak begitu besar, kadang-
kadang menyebabkan konstipasi atau nyeri saat defekasi.
e. Penurunan Kesuburan dan Abortus
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan
kesuburan masih belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40%wanita dengan
mioma uteri mengalami infertilitas. Penurunan kesuburan dapat terjadi
apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba,
sedangkan mioma submukosa dapat memudahkan terjadinya abortus
karena distorsi rongga uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena
adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan
implasntasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat
perubahan histologi endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi
massa tumor4. Apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan dan
mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu
indikasi untuk dilakukan miomektomi5.

4. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam
miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau sampai
semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu mioma
akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh
intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan
konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat
menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih
keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi1
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih,
padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan
gambarankumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi
umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari
benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada
ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara
yang lain terletak tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat
dibawah serosa (subserosa). Terakhir membentuk tangkai, bahkan
kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor tersebut
mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus
untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar
memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan
perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat
kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi6
5. Komplikasi
a. Perdarahan sampai terjadi anemia.
b. Torsi tangkai mioma dari :
1) Mioma uteri subserosa.
2) Mioma uteri submukosa.
c. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
d. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
Pengaruh mioma terhadap kehamilan
1) Infertilitas.
2) Abortus.
3) Persalinan prematuritas dan kelainan letak.
4) Inersia uteri.
5) Gangguan jalan persalinan.
6) Perdarahan post partum.
7) Retensi plasenta.
Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
1) Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen.
2) Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. USG untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga
dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan
itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya,
leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya
dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan.
b. Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola
gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga
bergabung dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk
tak teratur.
c. Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga
pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
d. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
e. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
f. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati,
ureum, kreatinin darah.
g. Tes kehamilan.

7. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian
Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan
dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan
pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang perlu
dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri, waktu
dan durasi serta kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis
pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat
kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai
penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung,
penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat
penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang
perlu diketahui adalah
a) Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan
mengalami atrofi pada masa menopause.
b) Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana
mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam
jumlah yang besar.
6) Faktor Psikososial
a) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-
faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang
dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai seksualitas
dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien mioma uteri.
b) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga
diri, peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau
jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme
pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan
orang lain.

7) Pola Kebiasaan sehari-hari


Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang
harus dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu
makan yang terjadi.
8) Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB
terakhir. Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi,
warna, dan bau.
9) Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan
frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi,
berpakaian, eliminasi, makan minum, mobilisasi
10) Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang
dan malam hari, masalah yang ada waktu tidur.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan
rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan
rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler
dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
i) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
j) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi7.
8. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan
refleks spasme otot sekunder akibat tumor.
b. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder
akibat gangguan hematologis (perdarahan)
d. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik8.

9. Intervensi
Intervensi
NO. Diagnosa Keperawatan
NOC NIC
1. Nyeri akut NOC: Setelah 1) Observasi adanya
berhubungan dengan dilakukan tindakan pentunjuk
nekrosis atau trauma keperawatan selama 1 nonverbal
jaringan dan refleks x 24 jam, pasien mengenai ketidak
spasme otot sekunder mioma uteri mampu nyamanan
akibat tumor mengontrol nyeri terutama pada
dibuktikan dengan mereka yang tidak
kriteria hasil:
Definisi: dapat
Pengalaman sensori dan Mengontrol Nyeri berkomunikasi
emosional tidak 1) Mengenali kapan secara efektif
menyenangkan yang nyeri terjadi 2) Pastikan
muncul akibat 2) Menggambarkan perawatan
kerusakan jaringan faktor penyebab analgesik bagi
aktual atau potensial nyeri pasien dilakukan
atau yang digambarkan 3) Menggunakan dengan
sebagai kerusakan tindakan pemantauan yang
(International pencegahan nyeri ketat
Association for the 4) Menggunakan 3) Berikan
Study of pain) awitan informasi
tindakan
yang tiba-tiba atau mengenai nyeri,
pengurangan
lambat dari intensitas seperti penyebab
nyeri (nyeri)
ringan hingga berat nyeri, berapa
tanpa analgesik
dengan akhir yang dapat nyeri yang
diantisipasi atau dirasakan, dan
diprediksi. 5) Menggunakan
antisipasi dari
analgesik
ketidak nyamanan
yang akibat prosedur
Batasan karakteristik:
direkomendasika
a)Bukti nyeri 4) Kendalikan
n faktor lingkungan
dengan menggunakan
standar daftar periksa yang dapat
6) Melaporkan mempengaruhi
nyeri untuk pasien
perubahan respon pasien
yang tidak dapat
terhadap gejala dari
mengungkapannya
nyeri pada ketidaknyamanan
b)Ekspresi wajah nyeri
profesional (misalnya, suhu
(misal: mata kurang
kesehatan ruangan, )
bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata 5) Ajarkan prinsip
7) Melaporkan manajemen nyeri
berpencar atau tetap
gejalah yang Pemberian analgesik
pada satu fokus,
tidak terkontrol 1) Tentukan lokasi,
meringis)
pada profesional karakteris,
c) Keluhan
kesehatan kualitas dan
tentang karakteristik
nyeri dengan keparahan nyeri
8) Menggunakan sebelum
Faktor yang
sumber daya mengobati pasien
berhubungan:
yang tersedia 2) Berikan
untuk menangani analgesik sesuai
a) Agens cidera biologis
nyeri waktu paruhnya,
b) Agens cidera fisik
Agens cidera kimiawi terutama pada
9) Mengenali apa nyeri yang berat
yang terkait 3) Dokumentasikan
dengan gejala respon terhadap
nyeri analgesik dan
adanya efek
10) Melaporkan nyeri samping
yang terkontrol
2. Resiko syok NOC: Setelah Pencegahan Syok
dilakukan perawatan 1)Monitor adanya
berhubungan dengan selama 1x24 jam respon konpensasi
perdarahan diharapkan tidak terhadap syok
terjadi syok (misalnya, tekanan
Definisi: beresiko hipovolemik dengan darah normal,
terhadap ketidakcukupan kriteria: tekanan nadi
1)Tanda vital dalam melemah,
aliran darah kejaringan batas normal. perlambatan
tubuh, yang dapat 2)Tugor kulit baik. pengisian kapiler,
3)Tidak ada sianosis. pucat/ dingin pada
mengakibatkan disfungsi 4)Suhu kulit hangat. kulit atau kulit
5)Tidak ada kemerahan, takipnea
seluler yang mengancam
diaporesis. ringan, mual dan
jiwa. 6)Membran mukosa munta, peningkatan
kemerahan. rasa haus, dan
Faktor resiko
kelemahan)
1) Hipotensi. 2)Monitor adanya
2) Hipovolemi tanda-tanda respon
sindroma inflamasi
3) Hipoksemia sistemik
4) Hipoksia 3)Monitor terhadap
adanya tanda awal
5) Infeksi reaksi alergi
6) Sepsis 4)Monitor terhadap
adanya tanda ketidak
7) Sindrom respon adekuatan perfusi
oksigen kejaringan
inflamasi
(misalnya,
sestemik peningkatan
stimulus,
peningkatan
kecemasan,
perubahan status
mental, egitasi,
oliguria dan akral
teraba dingin dan
warna kulit tidak
merata)
3. Resiko Infeksi NOC: Setelah Manajemen Alat
berhubungan dengan dilakukan tindakan terapi per vaginam
penurunan imun tubuh keperawatan selama 1) Kaji ulang riwayat
sekunder akibat 1 x 24 jam, pasien kontraindikasi
gangguan hematologis mioma uteri pemasangan alat
(perdarahan) menunjukkan pervaginam pada
pasien mampu pasien (misalnya,
Definisi: melakukan infeksi pelvis,
Mengalami peningkatan pencegahan infeksi laserasi, atau adanya
resiko terserang secara mandiri, massa sekitar
organisme patogenik ditandai dengan vagina)
kriteria hasil: 2) Berikan obat-obat
Faktor yang 1) Kemerahan berdasarkan resep
berhubungan: tidak ditemukan dokter untuk
a. Penyakit kronis pada tubuh mengurangi iritasi
1) Diabetes melitus b. 2) Vesikel yang
3) Observasi ada
tidak mengeras tidaknya cairan
Obesitas
permukaannya vagina yang tidak
b. Pengetahuan yang
3) Cairan tidak normal dan berbau
tidak cukup untuk
berbauk busuk 4) Infeksi adanya
menghindari
pemanjanan patogen lubang, laserasi,
4)
c. Pertahanan tubuh ulserasi pada vagina
Piuria/nanah
primer yang tidak Kontrol Infeksi
tidak ada
adekuat 1) Bersihkan
dalam urin
1) Gangguan lingkungan dengan
5) Demam
peritalsis baik setelah
berkurang
2) Kerusakan digunakan untuk
integritas kulit 6) Nyeri setiap pasien
(pemasangankatete berkurang 2) Anjurkan pasien
r intravena, untuk mencuci
7) Nafsu makan
prosedur invasif) tangan yang benar
meningkat
3) Perubahan sekresi 3) Cuci tangan
PH sebelum dan
4) Penurunan kerja sesudah kegiatan
siliaris perawatan pasien
5) Pecah ketuban dini 4) Pakai sarung
6) Pecah ketuban tangan
lama sebagaimana
7) Merokok dianjurkan oleh
8) Stasis cairan tubuh kebijakan
9) Trauma pencegahan
jaringan (misalnya, universal
trauma destruksi 5) Pakai sarung tangan
jaringan) steril dengan tepat
d. Ketidak adekuatan 6) Berikan terapi anti
jaringan sekunder biotik yang sesuai
1) Penurunan 7) Ajarkan pasien dan
hemoglobin keluarga mengenai
2) Supresi respon tanda dan gejalah
inflamasi infeksi dan kapan
e. Vaksinasi tidak harus
adekuat melaporkannya
f. pemajanan terhadap kepada penyedia
patogen lingkungan perawatan kesehatan
meningkat 8) Ajarkan pasien dan
g. prosedur invasif keluarga mengenai
h. malnutrisi bagaimana
menghindari infeksi
4. Retensi urine NOC: setelah Manajemen eliminasi
berhubungan dengan dilakukan tindakan urin:
penekanan oleh massa keperawatan 1x 24 1)Monitor eliminasi
jaringan neoplasma jam diharapkan urin termasuk
pada organ sekitarnya, eliminasi urin frekuensi, konsistensi,
gangguan sensorik kembali normal bau, volume dan
motorik. dengan kriteria hasil: warna urin sesuai
1)Pola eliminasi kebutuhan.
Definisi: pengosongan kembali normal 2)Monitor tanda dan
kantung kemih tidak 2)Bau urin tidak ada gejala retensio urin.
komplit 3)Jumlah urin dalam 3)Ajarkan pasien tanda
Batasan karakteristik: batas normal dan gejala infeksi
1)Tidak ada keluaran urin 4)Warna urin normal saluran kemih.
2)Distensi kandung kemih 5)Intake cairan 4)Anjurkan pasien
3)Menetes dalam batas untuk banyak minum
4)Disuria normal saat makan dan waktu
5)Sering berkemih 6)Nyeri saat kencing pagi hari.
6)Inkontinensia aliran tidak ditemukan
berlebih Kateterisasi Urin
7)Residu urin 1)Jelaskan prosedur dan
8)Sensasi kandung alasan dilakukan
kemih penuh kateterisasi urin.
9)Berkemih sedikit 2)Pasang kateter sesuai
kebutuhan.
Faktor yang 3)Pertahankan teknik
berhubungan aseptik yang ketat.
1) Sumbatan 4)Anjurkan pasien
2) Tekanan ureter tinggi untuk memonitor
3) Inhibishi arkus reflex tandadan gejalah
infeksi saluran
kemih.
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Y, R. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM

Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta:


EGC

Nugroho, T. (2012). Obstetri dan Ginekologi. Yokyakarta: Nuha Medika

Setiati, Eni. (2009). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yokyakarta:


Andi

Apriyani, Yosi. 2003. Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Mioma Uteri di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol. 2
No. 5

Robbins. (2007). Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC

Bararah, T., Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap


menjadi Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka.

NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi


(Budi Anna Keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC

.
FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN IBU
DENGANGANGGUANSISTEM REPRODUKSI

I. PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 48 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Tungkal
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
No Register 082533
Diagnosa medis : Mioma Uteri
Tanggal masuk : 22 Maret 2021 jam 16:00 wib
Tanggal pengkajian : 24 Maret 2021

2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Nn.D
Umur : 21 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Hubungan dengan pasien : Anak
Alamat : Tungkal

B. ALASAN MASUK RS
Pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah, perut terasa mulas,
menteruasi 2 minggu selama 3 bulan terakhir

C. KELUHAN UTAMA SAAT DIKAJI


Klien mengeluh nyeri pada bagian perut (post op), kondisi tampak lemah,
terdapat luka post op HTSOB di bagian bawah perut, skala nyeri 5. Klien
mengatakan sulit untuk bergerak, Klien mengatakan nyeri saat bergerak dan
klien tampak meringis saat bergerak.

D. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Klien mengeluh nyeri pada bagian perut (post op), kondisi tampak lemah,
terdapat luka post op HTSOB di bagian bawah perut, skala nyeri 5. Klien
mengatakan sulit untuk bergerak, Klien mengatakan nyeri saat bergerak dan
klien tampak meringis saat bergerak.

E. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Klien mengatakan nyeri perut sejak ±6 tahun yang lalu hilang timbul,
riwayat Diabetes melitus, hipertensi

F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


G. RIWAYAT OBSTETRI GINEKOLOGI
1. RIWAYAT GINEKOLOGI
a. Riwayat menstruasi
1) Menarche : 12 tahun
2) Lamanya haid : 7 hari
3) Siklus : ±28 hari
4) Banyaknya : banyak
5) Sifat darah
Warna : Merah Segar, kehitaman
Bentuk perdarahan : Cair terdapat gumpalan
Bau Haid : Anyir
Dismenorhea : Tidak

b. Riwayat perkawinan (suami dan istri)


1) usia menikah : 18 tahun
2) lama perkawinan : 30 tahun
3) pernikahan yang ke : 1
2. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
G:3 P: 3 A:0

No Tgl Umur Jenis Tempat Jenis BB Masalah Keadaan


partus kehamilan partus penolong kelamin anak

Hamil Lahir Nifas Bayi


1 1993 38 minggu Normal Bidan Pr 4000 gr Tidak Tidak Tidak Tidak Baik
(aterm) ada ada ada ada
2 1996 40 minggu Normal Bidan lk 4500 gr Tidak Tidak Tidak Tidak Baik
(aterm) ada ada ada ada
3 2020 38 minggu normal Bidan pr 6000 gr Tidak Tidak Tidak Tidak Baik
(aterm) ada ada ada ada

21
H. DATA BIOLOGIS
1. Aktivitas Kehidupan Sehari–Hari/ Activity Daily Living (ADL)
NO ADL SEBELUM SAKIT SETELAH SAKIT
(Activity DailyLiving)
1 NUTRISI: Pasien mengatakan Klien mengatakan
a. MAKAN sebelum sakit makan 3 selama di rumah sakit
kali dalam sehari klien makan bubur,
menghabiskan 1 porsi sayuran dan lauk pauk.
makanan, Makanan Sedikit-sedikit (3
pokok yang sendok).
dikonsumsi adalah
nasi. Klien selalu
makan makanan yang
sehat,bauh buahan dan
sayur-sayuran.

b. MINUM Klien mengtakan Selama dirumah sakit


minum ± 7 gelas klien minum secara
dalam sehari, dan normal, sedikit-sedikit
jenisnya air mineral namun sering
2 ISTIRAHAT dan
TIDUR
a. MALAM Klien mengatakan Selama dirumah sakit
tidur malam ± 8 jam klien tidur dengan
dari pukul 21.00 –
nyenyak.
05.00 wib

Klien mengatakan Klien mengatakan dapat


istirahat siang ± 1 jam tidur siang selama
b. SIANG
dari pukul 13.00- dirumah sakit.
14.00 wib
3 ELIMINASI Klien mengatakan Klien menggunakan
a. BAK BAK 3-7 kali dalam kateter, urin klien masih
sehari. Tergantung berwarna kuning gelap,
dari banyaknya klien jumlahnya lumayan
minum air, urin bayak ±600 cc per 8 jam
berwarna kekuningan
b. BAB ± Klien BAB 1 hari Klien mengatakan
sekali setelah oprasi sudah ada
BAB 1 kali
4 PERSONALHYGIENE Klien mandi 2 kali Selama di RS klien
a. MANDI DAN dalam sehari yaitu mengatakan mandi
BERPAKAIAN pagi dan sore, dibantu oleh keluarga
menggosok gigi 2x dengan cara dilap
sehari dan mengganti dengan menggunakan
pakaian 2x sehari tisu basah, 2 kali dalam
setelah mandi. Klien sehari yaitu pagi dan
mengatakan mandi sore hari.
menggunakan sabun.
5 MOBILITAS dan Klien mengatakan Klien mengatkan
AKTIVITAS mampu melakukan aktivitas klien dibantu
mobilisasi dan oleh keluarga, dan
aktivitas secara mobilisasi dilakukan
mandiri. secara perlahan (miring
kiri-miring kanan).

2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum
Kondisi umum : klien tampak lemah.
Tingkat kesadaran : Compos mentis (E4, M6, V5)
TTV (T, N, R, S) : TD : 140/80 mmHg
N : 90 kali/menit
R : 21 kali/menit
S : 360C

BB : 59 kg
TB : 150 cm
IMT : 26,2

b. Sistem pernafasan (IPPA) :


- I : dada simetris kiri dan kanan, tidak ada kemerahan, tidak ada
penggunaan otot bantu pernapasan, Rr : 21 x/i
- P : tidak ada nyeri tekan
- A : tidak ada bunyi napas tambahan

23
c. Sistem kardiovaskuler :
TD : 140/80 mmHg, nadi : 90 x/I, tidak ada sianosis, konjungtiva
anemis, tidak ada bunyi jantung tambahan (s1 dan s2 reguler), CRT
<2 detik.
d. Sistem pencernaan :
Bising usus (+), flatus (+), BAB selama di RS (+)
e. Sistem persyarafan : status mental baik
f. Sistem panca indra : pandangan tampak jelas, pendengaran baik dan
tidak ditemukan secret, klien mampu merasakan rasa makanan,
mencium bau-bauan, serta terasa saat diberikan stimulus berupa
sentuhan.
g. Sistem perkemihan : klien terpasang kateter, warna urin kuning
gelap.
h. Sistem integument : normal,tidak ada luka/lesi dan tidak ada
pembengkakan.
i. Sistem endokrin : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
j. Sistem muskuloskeletal : tidak adanya deformitas pada ekstremitas
klien, kekuatan otot baik.
k. Sistem reproduksi : pada area genitalia eksterna klien tampak bersih

I. DATA PSIKOSOSIAL SPIRITUAL


1. Psikososial
a. Pola pikir dan persepsi
Klien mengatakan saat ada anggota kelurga yang sakit akan pergi
berobat.
b. Persepsi diri
Klien berharap bisa sembuh, dan bisa melakukan aktivitas sehari-
hari seperti biasa, klien akan menjalani pengobatan sebaik
mungkin.
c. Konsep diri
Klien mengatakan perannya sebagai istri, dan ibu bagi keluarganya
tidak berjalan selama di RS.
d. Hubungan/ komunikasi
Klien mampu berkomunikasi dengan perawat, klien menggunakan
Bahasa jambi.
2. Spiritual
Klien beragama islam. Klien mengatakan mungkin ini ujian untuk
nya dan keluarga untuk menderita penyakit ini, dan pasien ikhlas
dengan penyakit yang dideritanya.

J. DATA PENUNJANG
1) Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan
Diabetes
Gula Darah 91 mg/dl 70-200 mg/dl Normal
Sewaktu
Hemoglobin 10.4 g/dl 11-15 Rendah
Hematokrit 31.2 % 37-47 Rendah
MCH 72.4 fl 80-100 Rendah
Leukosit 17.28 103/ul 4-10 Tinggi
Neotrofil 91.4 % 50-70% Tinggi
Limfosit 5.2 % 20-40% Rendah

2) Radiologi, pemeriksaan tambahan (USG, amniosintesis)


USG, BT

K. PENGOBATAN
Terapi yang diberikan

Nama Obat Cara Pemberian Dosis

RL Infus 3:1

Metrodinazol Infus 3x1

Ceftriaxone Injeksi 2x1gr

Asam tranexamat Injeksi 50 mg


Ketorolac Injeksi 3-1

Glimepirit Oral 1x1

Metformin Oral 3x1

DATA FOKUS (POST OP)

Data subjektif Data Objektif

- Klien mengeluh nyeri pada bagian - Kondisi tampak lemah


perut (post op) - terdapat luka post op HTSOB di
- Klien mengatakan skala nyeri 5. bagian bawah perut
- Klien mengatakan nyeri saat - klien tampak meringis saat
bergerak bergerak

ANALISA DATA (POST OP)


Masalah
Data Penyebab
Keperawatan
DS : Agen pencedera fisik Nyeri akut
- Klien mengeluh nyeri pada bagian (prosedur operasi)
perut (post op)
- Klien mengatakan skala nyeri 5.
- Klien mengatakan nyeri saat
bergerak.
DO :
- dan klien tampak meringis saat
bergerak.
Ds : Nyeri Hambatan mobilitas
- Klien mengatakan nyeri saat fisik
bergerak
DO :
- Kondisi tampak lemah
- klien tampak meringis saat
bergerak
DO : Efek prosedur invasif Risiko infeksi
- terdapat luka post op HTSOB di
bagian bawah perut
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama klien : Ny. S
Ruang : Ranap Kebidanan (Angso Duo V)
No RM 081533
Nama Mahasiswa : Siska Hidayanti
NIM : G1B220021

No Tanggal Diagnosa
1. 23 maret Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d
2021 Klien mengeluh nyeri pada bagian perut (post op), Klien
mengatakan skala nyeri 5, Klien mengatakan nyeri saat
bergerak dan klien tampak meringis saat bergerak.
2. 23 maret Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri d.d Klien mengatakan
2021 nyeri saat bergerak, kondisi tampak lemah, klien tampak
meringis saat bergerak.
3. 23 maret Risiko infeksi b.d Efek prosedur invasive d.d terdapat luka
2021 post op HTSOB di bagian bawah perut.
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Perencanaan keperawatan
keperawatan Tujuan/Kriteria Intervensi
Hasil
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
agen pencedera tindakan durasi, frekuensi, kualitas,
fisik (prosedur keperawatan selama intensitas nyeri
operasi) ±2x24 jam 2. Identifikasi skala nyeri
diharapkan nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non
dapat berkurang verbal
dengan kriteria hasil 4. Identifikasi faktor yang
: memperberat dan memperingan
nyeri
- Klien
5. Ajarkan teknik non
mengatakan
farmakologis untuk mengurangi
nyeri berkurang
rasa nyeri
menjadi ringan
6. Demonstrasikan dan latih teknik
(1-3)
relaksasi misalnya Tarik napas
- Klien
dalam
melakukan
7. Anjurkan klien untuk istirahat
tindakan control
yang cukup
nyeri
8. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
2. Hambatan Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya nyeri atau
mobilitas fisik b.d tindakan keluhan fisik lainnya
nyeri keperawatan selama 2. Identifikasi toleransi fisik
±2x24 jam melakukan pergerakan
diharapkan 3. Monitor kondisi umum selama
hambatan mobilitas melakukan mobilisasi
fisik klien dapat 4. Libatkan keluarga untuk
teratasi dengan membantu klien dalam
kriteria hasil : meningkatkan pergerakan
5. Jelaskan tujuan dan prosedur
Klien mengatakan
mobilisasi
sudah bisa bergerak
6. Anjurkan melakukan mobilisasi
Klien sudah bisa dini
melakukan aktifitas 7. Ajarkan mobilisasi sederhana
sendiri yang harus dilakukan (misalnya:
anjurkan untuk miring kekiri
Dapat mengontrol
dan kekanan, duduk ditempat
nyeri saat tidur, duduk disisi tempat tidur,
beraktifitas pindah dari tempat tidur ke
kursi, anjurkan untuk belajar
jalan dan anjurkan untuk
kekamar mandi) anjurkan untuk
melakukan secara bertahap
8. Ajarkan klien menerapkan
teknik nafas dalam disetiap
aktivitas untuk mengurangi
nyeri
3. Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
efek prosedur tindakan 2. Jelaskan tanda dan gejala
invasif keperawatan selama infeksi
±1x24 jam 3. Menuci tangan sebelum
diharapkan tidak membersihkan luka
terdapat tanda-tanda 4. Membantu dalam personal
infeksi dengan hygiene
kriteria hasil : 5. Ganti perban luka dengan
perawatan steril
- Tidak ada
6. Anjurkan untuk meningkatkan
kenaikan suhu
asupan nutrisi, misalnya
tubuh
menganjurkan untuk
- Keadaan luka
mengkonsumsi putih telur, ikan,
sayatan tidak
perbanyak makan buah dan
ada kalor/panas,
sayur
rubor/
7. Anjurkan meningkatkan asupan
kemerahan,
cairan, misalnya menganjurkan
tumor/
untuk minum banyak air putih
pembengkakan
8. Kolaborasi dalam pemberian
dan dolor/
antibiotik jika diperlukan
peradangan.
9. Monitor tanda-tanda vital
IMPLEMENTASI
HARI/TANGGAL JAM NO.DX IMPLEMENTASI EVALUASI
Selasa 23-03-2021 16:00 1 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S : klien masih mengeluh nyeri
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri - P : luka post op HTSOB
2. Mengidentifikasi skala nyeri - Q : nyeri terasa tertusuk
3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal - R : nyeri pada bagian sayatan
- S : nyeri skala sedang (4)
4. Mengidentifikasi faktor yang
- T : klien mengeluh nyeri saat bergerak
memperberat dan memperingan nyeri
O : klien tampak meringis
5. Mengajarkan teknik non farmakologis A : Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
untuk mengurangi rasa nyeri (prosedur operasi)
6. Mendemonstrasikan dan latih teknik (masalah teratasi sebagian )
relaksasi (misalnya tarik napas dalam) P : intervensi lanjutan
7. Menganjurkan klien untuk istirahat yang 1. Mengajarkan teknik non farmakologis untuk
cukup mengurangi rasa nyeri misalnya
8. Kolaborasi dalam pemberian analgetik mendemonstrasikan dan latih teknik relaksasi
(ketorolac 3x1 ampul ) misalnya Tarik napas dalam
2. Menganjurkan klien untuk istirahat yang cukup
3. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rabu 24-03-2021 09:00 1 1. Mengajarkan teknik non farmakologis S : klien mengatakan nyeri berkurang
untuk mengurangi rasa nyeri misalnya - P : luka post op HTSOB
mendemonstrasikan dan latih teknik - Q : nyeri terasa tertusuk
relaksasi misalnya Tarik napas dalam - R : nyeri pada bagian sayatan
2. Menganjurkan klien untuk istirahat yang - S : nyeri skala ringan (skala 2)
cukup - T : klien mengeluh nyeri saat bergerak

30
3. Kolaborasi dalam pemberian analgetik O : klien tampak rileks
(ketorolac 3x1 ampul ) A : Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
(prosedur operasi)
(masalah teratasi)
P : Intervensi dihentikan
Rabu 24-03-2021 09:00 2 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau S : klien mengatakan nyeri saat bergerak
keluhan fisik lainnya O : klien dapat melakukan miring kekiri dan
2. Mengidentifikasi toleransi fisik miring kanan
melakukan pergerakan (dengan meminta A : Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri
klien untuk miring kiri dan kanan) Masalah teratasi sebagian
3. Memonitor kondisi umum selama P : intervensi lanjutan
melakukan mobilisasi 1. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
4. Melibatkan keluarga untuk membantu pergerakan
klien dalam meningkatkan 2. Memonitor kondisi umum selama melakukan
pergerakan/melakukan mobilisasi (ex: mobilisasi
duduk, miring kanan dan kiri) 3. Melibatkan keluarga untuk membantu klien
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur dalam meningkatkan pergerakan melakukan
mobilisasi (tujuan mobilisasi untuk mobilisasi
memperlancar peredaran darah, 4. Menganjurkan klien untuk belajar duduk dan
mempertahankan tonus otot, berjalan
mempercepat penutupan jahitan operasi)
6. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (misalnya : anjurkan
untuk miring kekiri dan kekanan, serta
duduk)
Rabu 24-03-2021 09:00 3 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi S : klien mengatakan badannya tidak panas
2. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi O : TD : 134/80 mmHg RR : 20 x/mnt
3. Menganjurkan untuk meningkatkan N : 86 x/mnt S : 36,5 0C
asupan nutrisi, misalnya menganjurkan Terdapat luka post sc di bagian bawah perut.
untuk mengkonsumsi putih telur, ikan, A: Risiko Infeksi b.d efek prosedur invasif
perbanyak makan buah dan sayur (infeksi tidak terjadi)
4. Menganjurkan meningkatkan asupan P : Intervensi lanjutan
cairan, misalnya menganjurkan untuk 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi
minum banyak air putih 2. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Memonitor tanda-tanda vital 3. Mencuci tangan sebelum membersihkan luka
4. Membantu dalam personal hygiene
5. Mengganti perban luka dengan perawatan
steril
6. Memonitor ttv

Anda mungkin juga menyukai