Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

(POST OP MIOMA UTERI) DI RUANG KEBIDANAN DAN


KANDUNGAN RSUD SINJAI

OLEH

KELOMPOK B4

HUSBAENAH, S.Kep

MARTINA, S.Kep

SARIANI, S.Kep

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PANRITA HUSADA BULUKUMBA

2019/2020

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 1


LAPORAN PENDAHULUAN

MIOMA UTERI

A. KONSEP MEDIS

1. Defenisi

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul

yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut

fibromioma uteri, leiomyoma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini

merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia

wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopause). Mioma uteri jarang

ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat

berdampak karena mioma uteri pada usia produktif lebih berupa infertilitas,

abortus spontan, persalinan premature dan malpresentasi ( Aspiani, 2017).

2. Etiologi

Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan

faktor predisposisi terjadinya mioma uteri :

a. Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar

40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang

ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).

b. Hormone endogen (endogenous hormonal)

Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada

jaringan myiometrium normal.

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 2


c. Riwayat keluarga

Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma

uteri mempunyai 2-5 kali kemungkinan untuk menderita mioma uteri

dibandingkan dengan tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.

d. Makanan dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang

(redmeat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun

sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri.

e. Kehamilan

Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar

estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal

ini dapat mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada

pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor

pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor

progesterone dan faktor pertumbuhan epidermal.

f. Paritas

Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan

dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 kali atau 2 kali.

Faktor terbentuknya tumor :

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang terjadinya replikasi pada saat sel-sel

yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang

diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker

pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta

merta semua anak gadisnya akan mengalami hal yang sama, karena sel

yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami kerusakan terlebih

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 3


dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara internal, tidak dapat

dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO, 10%-15%

kanker disebakan oleh faktor internal dan 85% disebabkan oleh faktor

eksternal (Aspiani. 2017).

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,

makanan, radiasi dan berasal dari bahan kimia, baik bahan kimia yang

ditambahkan pada makanan ataupun bahan makanan yang berasal dari

polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan seperti pengawet

dan pewarna makanan serta cara memasak juga dapat mengubah

makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya. Kuman yang hidup

dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya aflatoksin pada

kacang-kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker hati. Makin

sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal menjadi

sel kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh dalam

prosesnya sering menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi

tubuh, yaitu senyawa yang bersifat radikal atau karsinogenik. Zat

karsinogenik dapat menyebabkan kerusakan pada sel. Berikut faktor-

faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma, disamping

faktor predisposisi genetik :

1) Estrogen

Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Sering kali, pertumbuhan

tumor yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi

estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause

dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 4


ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan

sterilitas. Enzim hidroxydesidrogenase mengubah estradiol (sebuah

estrogen kuat) menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim

ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah

reseptor estrogen yang lebih banyak daripada myometrium normal.

2) Progesterone

Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron

menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan

hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada

tumor.

3) Hormone pertumbuhan (growth hormone)

Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon

yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL,

terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang

cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari

aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.

3. Manifestasi klinik

Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari

lokasi, arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai

pada 20%-50% saja mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya

tidak mengeluh apapun. Hipermenore menometroragia adalah merupakan

gejala klasik dari mioma uteri. Dari penelitian multisenter yang dilakukan pada

114 penderita ditemukan 44% gejala perdarahan yang paling sering yaitu

jenis mioma submukosa, sekitar 65% wanita dengan mioma mengeluh

dismenore, nyeri perut bagian bawah, serta nyeri pinggang. Tergantung dari

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 5


lokasi dan arah pertumbuhan mioma, maka kandung kemih, ureter dan usus

dapat terganggu, dimana peneliti melaporkan keluhan disuri (14%), keluhan

obstipasi (13%). Mioma uteri sebagai penyebab infertilitas hanya

dijumpai pada 2%-10% kasus infertilitas terjadi sebagai akibat obstruksi

mekanis tuba falopii. Abortus spontan dapat terjadi bila mioma uteri

menghalangi pembesaran uterus, menyebabkan kontraksi uterus yang

abnormal dan mencegah terlepas atau tertahannya uterus di dalam panggul

(Goodwin, 2009).

a. Massa di perut bawah

Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di perut

bagian bawah.

b. Perdarahan abnormal

Diperkirakan 30% wanita dengan mioma uteri mengalami kelainan

menstruasi, menoragia atau menstruasi yang lebih sering. Tidak

ditemukan bukti yang menyatakan perdarahan ini berhubungan

dengan peningkatan luas permukaan endometrium atau meningkatnya

insiden disfungsi ovulasi. Teori yang menjelaskan perdarahan yang

disebabkan mioma uteri menyatakan terjadi perubahan struktur

vena pada endometrium dan myometrium menyebabkan terjadinya venule

ectasia. Myometrium merupakan wadah bagi endokrin dan parakrin dalam

mengatur fungsi endometrium. Aposisi kedua jaringan ini dan aliran darah

langsung dari miometrium ke endometrium memfasilitasi interaksi ini.

Growth faktor yang merangsang stimulasi angiogenesis atau relaksasi

tonus vaskuler dan yang memiliki reseptor pada mioma uteri dapat

menyebabkan perdarahan uterus abnormal dan menjadi target terapi

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 6


potensial. Sebagai pilihan, berkurangnya angiogenik inhibitory faktor atau

vasoconstricting factor dan reseptornya pada mioma uteri dapat juga

menyebabkan perdarahan uterus yang abnormal.

c. Nyeri perut

Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal ini

timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai

dengan nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma

submukosa yang akan dilahirkan, pada pertumbuhannya yang

menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan dismenorhoe. Dapat

juga rasa nyeri disebabkan karena torsi mioma uteri yang bertangkai.

Dalam hal ini sifatnya akut disertai dengan muntah. Pada mioma yang

sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena tekanan pada urat saraf

yaitu pleksusutero vaginalis, menjalar ke pinggang dan tungkai bawah

(Pradhan, 2006)

d. Pressure effects (efek tekanan)

Pembesaran mioma dapat menyebabkan adanya efek tekanan pada

organ-organ di sekitar uterus. Gejala ini merupakan gejala yang tak biasa

dan sulit untuk dihubungkan langsung dengan mioma. Penekanan pada

kandung kemih, poliuria dan dysuria. Bila uretra tertekan bisa

menimbulkan retensi urine. Bila berlarut-larut dapat menyebabkan

hydroureteronephrosis. Tekanan pada rectum tidak begitu besar, kadang-

kadang menyebabkan konstipasi atau nyeri saat defekasi.

e. Penurunan kesuburan

Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan kesuburan

masih belum jelas. Dilaporkan sebesar 27%-40% wanita dengan mioma

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 7


uteri mengalami infertilitas. Penurunan kesuburan dapat terjadi apabila

sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan

mioma submukosa dapat memudahkan terjadinya abortus karena distorsi

rongga uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma

dapat menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implantasi embrio

dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi

endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor (Stoval,

2001). Apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan dan mioma

merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi

untuk dilakukan miomektomi (Strewart, 2001).

4. Patofisiologi

Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam

myometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium

mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua

mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi

mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam

korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila

terletak pada dinding uterus mioma dapat menonjol ke depan sehingga

menekan dan mendorong kandung kemih ke atas sehingga sering

menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017). Secara makroskopis, tumor ini

biasanya berupa massa abu-abu padat, berbatas tegas dengan permukaan

potongan memperlihatkan gambaran kumparan yang khas. Tumor mungkin

hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan

ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma massif yang jauh lebih

besar daripada ukuran uterusnya. Sebagian terbenam di dalam miometrium,

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 8


sementara yang lain terletak tepat di bawah endometrium (submukosa) atau

tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir membentuk tangkai, bahkan

kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor tersebut mendapat

pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus untuk menjadi

leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus

nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan

setelah menopause tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami

klasifikasi (Robbins, 2007).

5. Komplikasi

a. Perdarahan sampai terjadi anemia

b. Torsi tangkai mioma dari :

1) Mioma uteri subserosa

2) Mioma uteri submukosa

c. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi

d. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan

Pengaruh mioma terhadap kehamilan

1) Infertilitas

2) Abortus

3) Persalinan prematuritas dan kelainan letak

4) Inersia uteri

5) Gangguan jalan persalinan

6) Perdarahan post partum

7) Retensi plasenta

Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri

1) Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 9


2) Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai

6. Pemeriksaan diagnostik

a. USG untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan

endometriium dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis. Mioma juga

dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan

itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi uterus sebaik USG. Untungnya

leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak dapat membedakannya

dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan.

Dalam sebagian besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola

gemanya pada beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi

juga bergabung dengan uterus, lebih lanjut uterus membesar dan

terbentuk tidak teratur.

b. Foto BNO/IVP

Pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta

menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter

c. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma submukosa

disertai dengan infertilitas

d. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis

e. Laboratorium : darah lengkap, urine lengkap, gula darah, tes fungsi hati,

ureum kreatini darah

f. Tes kehamilan

7. Penatalaksanaan

Penanganan yang dapat dilakukan ada 2 macam yaitu penanganan secara

konservatif dan penanganan secara operatif.

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 10


a. Penanganan konservatif sebagai berikut :

1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan

2) Bila anemia, Hb<8 gr/dl transfusi PRC

3) Pemberian zat besi

4) Penggunaaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg/im pada hari 1-3

menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan

pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan

sekresi gonadotropin dan menciptakan keadaan hipoenstrogenik yang

serupa yang ditemukan pada periode post menopause. Efek

maksimum dalam mengurangi ukuran tumor di observasi dalam 12

minggu. Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum

pembedahan, karena memberikan beberapa keuntungan, mengurangi

hilangnya darah selama pembedahan dan dapat mengurangi

kebutuhan akan transfusi darah. Namun obat ini menimbulkan

kehilangan massa tulang meningkat dan osteoporosis pada wanita

tersebut.

b. Penanganan operatif, bila :

1) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu

2) Pertumbuhan tumor cepat

3) Mioma subserosa bertangkai dan torsi

4) Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya

5) Hipermenorea pada mioma submukosa

6) Penekanan pada organ sekitarnya

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 11


Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :

1) Enukleasi mioma

Dilakukan pada penderita infertile atau yang masih menginginkan anak

atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini

tampaknya aman, efektif dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi

sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma

endometrium atau sarcoma uterus, juga dihindari pada masa

kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan

tangkai yang jelas dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila

miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat

berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus

dilahirkan dengan section sesarea. Kriteria pre operasi menurut

American College of Obstetricians (ACOG) adalah sebagai berikut :

a) Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang

b) Terdapat leiomyoma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas

c) Apabila tidak ditemukan alas an yang jelas penyebab kegagalan

kehamilan dan keguguran yang berulang

2) Histerektomi

Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada penderita

yang memiliki leiomyoma yang simptomatik atau yang sudah bergejala.

Kriteria ACOG untuk histerektomia adalah :

a) Terdapatnya 1-3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba

dari luar dan dikeluhkan oleh pasien

b) Perdarahan uterus berlebihan :

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 12


 Perdarahan yang banyak bergumpal-gumpal atau berulang-

ulang selama lebih dari 8 hari

 Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis

c) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma meliputi :

 Nyeri hebat dan akut

 Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang

kronis

 Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulang

dan tidak disebabkan infeksi infeksi saluran kemih

3) Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa pengangkatan

uterus. Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi kemungkinan

dapat hamil sekitar 30%-50%. Dan perlu disadari oleh penderita bahwa

setelah dilakukan miomektomi harus dilanjutkan histerektomi.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,

suku bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat

b. Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, hubungan

dengan keluarga, pekerjaan, alamat

c. Riwayat kesehatan sekarang

Meliputi keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,

misalnya timbul benjolan di perut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-

kadang disertai gangguan haid. Riwayat penyakit sekarang Keluhan yang

dirasakan oleh penderita mioma saat dilakukan pengkajian, seperti nyeri

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 13


karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah

bedah dan adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasi nyeri,

intensitas nyeri, waktu dan durasi serta kualitas nyeri

d. Riwayat penyakit dahulu

Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan

jenis pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan peng

gunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan riwayat

kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat kontrasepsi,

pernah dirawat/operasi sebelumnya

e. Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai

penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung,

penyakit kelainan darah, riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit

mental

f. Riwayat obstetri

Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu

diketahui adalah :

1) Keadaan haid

Tanyakan tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma

uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi

pada masa menopause.

2) Riwayat kehamilan dan persalinan

Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma

uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon

estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 14


3) Seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien mioma

uteri

Tanyakan tentang konsep diri : body image, ideal diri, harga

diri, peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan

hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau jenis

kegiatan yang disukai pasien mioma uteri, mekanisme pertahanan diri

dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang lain

g. Pola Kebiasaan sehari-hari

Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus

dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang

terjadi

h. Pola eliminasi

Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.

Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi,warna, dan bau

i. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain

Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan

frekuensinya, tanyakan kegiatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi

makan, minum, mobilisasi

j. Pola Istirahat dan Tidur

Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan

malam hari, masalah yang ada waktu tidur.

k. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum : Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri

2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan

3) Pemeriksaan fisik head to toe

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 15


a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut

b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris

c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat

adanya pembengkakan konka nasal/tidak

d) Telinga : lihat kebersihan telinga

e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan

rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil

f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan

adanya pembengkakan kelenjar getah bening/tidak

g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan

sirkulasi, ketiak dan abdomen

h) Abdomen

Inspeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,

Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen, Perkusi: timpani,

pekak, Auskultasi: bagaimana bising usus

i) Ekstremitas/muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas

atas dan bawah pasien mioma uteri

j) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan, adanya lesi, perdarahan

di luar siklus menstruasi

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 16


2. Pathway penyakit

Mioma uteri

Sel-sel otot belum matang rangsangan estrogen

Massa di perut bawah perdarahan abnormal rasa nyeri

Operasi miomektomi

Pengaruh anastesi terputusnya kontiunitas jaringan

Prosedur operasi post de entry kuman

Nyeri akut risiko infeksi

ketidakmampuan miksi Hambatan lingkungan

gangguan eliminasi urine Gangguan pola tidur

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 17


3. Diagnosis Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan

c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan efek tindakan medis dan

diagnostik ( anastesi)

d. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

4. Intervensi keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)

Luaran keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24 jam, diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :

1) Keluhan nyeri menurun (5)

2) Meringis menurun (5)

3) Sikap protektif menurun (5)

4) Kesulitan tidur menurun (5)

5) Frekuensi nadi membaik (5)

Intervensi :

Manajemen nyeri

Observasi

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri.

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respon nyerti non verbal

4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

5. Monitor efek samping penggunaan analgetik

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 18


Terapeutik

6. Berikan tekhnik non farmakologis untuk mengurangi nyeri

7. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

8. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

9. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

10. Jelaskan strategi meredakan nyeri

11. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

12. Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri

Kolaborasi

13. Kolaborasi pemberian analgetik 

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (suhu

lingkungan)

Luaran keperawatan : Setelah dilakukan Intervensi 3 x 24 jam, pola tidur

membaik dengan kriteria hasil :

- Keluhan sulit tidur meningkat (5)

- Keluhan sering terjaga meningkat (5)

- Keluhan tidak puas tidur meningkat (5)

- Keluhan pola tidur berubah meningkat (5)

- Keluhan istirahat tidak cukup meningkat (5)

Intervensi :

Dukungan Tidur

Tindakan :

Observasi

1. Identifikasi pola aktifitas dan tidur

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 19


2. Identifikasi faktor penganggu tidur (fisik dan / atau psikologis)

3. Identifikasi makanan dan minuman yang menganggu tidur (mis.kopi,

teh, alkohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum

tidur)

4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

Terapeutik

5. Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras,

dan tempat tidur)

6. Batasi waktu tidur siang, jika perlu

7. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur

8. Tetapkan jadwal tidur rutin

9. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat,

pengaturan posisi, terapi akupresur)

10. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan atau tindakan untuk menunjang

siklus tidur terjaga.

Edukasi

11. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.

12. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.

13. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang menganggu tidur.

14. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor

terhadap tidur REM.

15. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur

(mis: psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja).

16. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya.

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 20


c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan efek tindakan medis dan

diagnostik ( anastesi)

Luaran keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x

24 jam diharapkan eliminasi urine membaik dengan kriteria hasil:

- Desakan berkemih menurun (5)

- Distensi kandung kemih menurun (5)

- Berkemih tidak tuntas menurun (5)

- Volume residu urine menurun (5)

- Frekuensi BAK membaik (5)

Intervensi

Manajemen eliminasi urine

Tindakan :

Observasi

1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine

2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urine

3. Monitor eliminasi urine

Terapeutik

4. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih

5. Batasi asupan cairan

Edukasi

6. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih

7. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine

8. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk

berkemih

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 21


Kolaborasi

9. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra

d. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

Luaran keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x

24 jam diharapkan tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil :

- Nyeri menurun (5)

- Demam menurun (5)

- Kemerahan menurun (5)

- Bengkak menurun (5)

Intervensi :

Pencegahan infeksi

Tindakan :

Observasi

1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

Terapeutik

2. Berikan perawatan kulit pada area edema

3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

4. Pertahankan tekhnik aseptik pada pasien berisiko tinggi

Edukasi

5. Jelaskan tanda dan gejala infeksi

6. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

7. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi

Kolaborasi

8. Kolaborasi pemberian antibiotik

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 22


DAFTAR PUSTAKA

Aimee, et al. 2007. Association of Intrauterine and Early-Life Exposures with

Diagnosis of Uterine Leimyomata by 35 Years of Age in the Sister Study.

Environmental Health Perpectives. Volume 118. No 3 pages 375

Apriyani, Yosi. 2003. Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Mioma Uteri di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol. 2 No.5

Aspiani, Y, R. 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : TM

Bararah, T., Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap

menjadi Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka

Copaescu, C. 2007.Laparoscopic Hysterectomy. Chirurgia (Bucur). Volume 102.

No.2. Romanian

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba . 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta : EGC

Nugroho, T. 2012. Obstetri dan Ginekologi. Yokyakarta : NUha Medika

PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator

Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator

Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC

Setiati, Eni. 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yokyakarta : Andi

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 23


Wise, L, et al. 2009. A Prospective Study of Dairy Intake and Risk of

UterineLeimoyomata. American Journal of Epidemiologi. Vol.171. No. 2. Page

22

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 24


PENGKAJIAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI (GSR)

I. Data umum klien


No. Reg : 160770/20

Inisial /Umur : Ny.A / 66 Tahun

Alamat : Arabika, Sinjai Barat

Tgl masuk RS : 17/01/2020

Tgl pengkajian : 20/01/2020

Diagnosa medis : mioma uteri

II. Masalah utama


Keluhan utama : nyeri perut bagian bawah

Riwayat keluhan utama

Mulai timbulnya : setelah dilakukan tindakan operasi

Sifat keluhan : hilang timbul

Lokasi keluhan : perut bagian bawah

Faktor pencetus : luka operasi

Keluhan lain : klien mengeluh sulit tidur jika timbul nyeri

Pengaruh keluhan terhadap aktivitas/fungsi tubuh : sebagian aktivitas dibantu


oleh keluarga

Usaha klien untuk mengatasinya : istirahat

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 25


III. Pengkajian Fisik
Seksualitas

Subyektif :

Usia menarche : ± 14 tahun

Siklus haid : klien mengatakan tidak haid lagi

Durasi haid : klien mengatakan tidak haid lagi

- Dismenorea - Polimenorea - Oligomenorea

- Menometroragie √ Amenorea

Rabas pervagina : warna : tidak ada

Jumlah : tidak ada

Berapa lama : -

Metode kontrasepsi terakhir : klien tidak menggunakan kontrasepsi

Status obstetri : P : 4 A : 0

Riwayat persalinan :

Term penuh :- Prematur : -

Multiple :-

Riwayat persalinan terakhir :

Tahun : 1986 tempat : di rumah

Lama gestasi : klien tidak mengetahui

Jenis persalinan : normal

Berat badan bayi : -

Komplikasi maternal/bayi :

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 26


Obyektif :

PAP smear terakhir (tgl dan hasil) : tidak pernah papsmear

Tes serologi (tgl dan hasil) : tidak ada

Makanan dan Cairan

Subyektif :

Masukan oral 4 jam terakhir : bubur dan minum air putih

- Mual /muntah - Hilang nafsu makan - Masalah mengunyah


Pola makan :

Frekuensi : 3 x/hari

Konsumsi cairan : 6-8 glas /hari

Obyektif :

BB : 55 kg

TB : 155 cm

Turgor kulit :elastis, tidak ada lesi, warna sawo matang

Membran mukosa mulut : lembab

Kebutuhan cairan : 7-8 gelas / hari

Pemeriksaan Hb, Ht (Tgl dan hasil) : Hb : 13,9 g/dl (17/01/2020)

Eliminasi

Subyektif :

Frekuensi Defekasi : klien mengatakan sudah BAB tadi pagi, 1x /hari

Penggunaan Laksatif : tidak ada penggunanaan laksatif

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 27


Waktu Defekasi terakhir : pagi hari

Frekuensi berkemih : 3-4x /hari

Karakter urine : warna kuning jernih

Nyeri/rasa terbakar/kesulitan berkemih : tidak ada

Riwayat penyakit ginjal : tidak ada

Penyakit kandung kemih : tidak ada

Penggunaan Diuretik : tidak ada

Obyektif :

Pemasangan kateter : Tidak terpasang kateter

Bising usus : 5-35 x/menit

Karakter urine : Tidak terpasang kateter urine

Konsistensi feces : Konsistensi lunak

Warna Feces : Kuning

Haemoroid : Tidak ada

Palpasi Kandung kemih (teraba/tidak teraba) : Kosong

Aktivitas/istirahat

Subyektif :

Pekerjaan : IRT

Hobby : Menonton TV

Tidur malam (jam) :

 Sebelum sakit : Klien tidur 7-8 jam

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 28


 Setelah sakit : Klien mengeluh sering terjaga pada malam hari,
klien mengeluh tidak puas tidur , klien mengeluh
pola tidur berubah , klien mengeluh istirahat tidur
tidak cukup , klien tampak lesu

Tidur siang (jam) :

 Sebelum sakit : Klien tidur 1-2 jam


 Setelah sakit : Klien mengeluh sulit tidur

Obyektif :

Status neurologis : Kesadaran Composmentis

GCS : E 4 M 6 V 5

Pengkajian Neuromuskuler : Klien merespon dengan baik

Muscle Stretch refleks (Bisep/trisep/brachioradialis/patela/axiles) : baik

Rentang pergerakan sendi (ROM) : aktif

Derajat kekuatan otot : 5/5 : 5/5

Kuku (warna) : Warna bantalan kuku putih

Tekstur : Keras

Membran Mukosa : Lembab

Konjungtiva : Tidak anemis

Sklera : Berwarna putih , tidak ada ikterik

Hygiene

Subyektif :

Kebersihan rambut (frekuensi) : Klien mengatakan cuci rambut 2x seminggu

Kebersihan badan : Klien hanya di waslap oleh keluarganya

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 29


Kebersihan gigi/mulut : Gusi berwarna merah muda, lidah bersih, sebagian
gigi sudah tanggal

Kebersihan kuku tangan dan kaki : Warna bantalan kuku putih , kuku pendek
dan bersih

Objektif :

Cara berpakaian : Tampak rapi

Kondisi kulit kepala : Tampak bersih ,tidak terdapat lesi pada kulit kepala

Sirkulasi

Subyektif

Riwayat penyakit jantung :Tidak ada riwayat penyakit jantung

Riwayat demam reumatik : Tidak ada riwayat demam reumatik

Obyektif :

Tekanan darah : 140/80 mmHg

Nadi : 108 x/menit

Distensi vena jugularis (ada/tidak ada) : Tidak ada

Bunyi jantung : Normal ,S1 dan S2 terdengar , tidak ada suara tambahan

Frekuensi : 108 x/menit

Irama (teratur/tidak teratur) : Teratur

Kualitas (kuat/lemah/Rub/Murmur) : Kuat

Ektremitas :

Suhu (hangat/akral dingin) : Hangat

CRT : < 2 detik

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 30


Varises (ada/tidak ada) : Tidak ada

Nyeri/ketidaknyamanan

Subyektif :

Lokasi : Pada perut bagian bawah

Intensitas (skala 0-10): Skala 4/10 ( Vas )

Frekuensi : 2 x /jam

Durasi : Hilang timbul ,nyeri berkurang jika klien istirahat ,memberat jika klien
banyak bergerak

Faktor pencetus : Adanya luka post operasi

Cara mengatasi : Istirahat

Faktor yang berhubungan : -

Objektif :

√ Wajah meringis

√ Melindungi area yang sakit

- Fokus menyempit

Pernapasan

Subyektif :

- Dispnoe - Batuk/sputum - Riwayat Bronkhitis

- Asma - Tuberkulosis - Emfisema

- Pneumonia berulang - Perokok, lamanya : -

Tidak ada penggunaan alat bantu pernapasan (O2)

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 31


Obyektif :

Frekuensi : 22 x/menit

Irama : - Eupnoe - Tachipnoe - Bradipnoe

- Apnoe - Hiperventilasi - Cheynestokes

- Kusmaul - Biots

Bunyi nafas : - Bronchovesikuler √ Vesikuler - Bronchial

Karakteristik sputum :Tidak ada

Hasil rontgen (17/01/2020): Tidak tampak kelainan pada paru – paru dan
jantung

Interaksi sosial

Subyektif

Satus pernikahan :Menikah

Lama pernikahan : ± 45 Tahun

Tinggal serumah dengan : Suami, anak perempuan dan 2 orang cucu

Obyektif

Komunikasi verbal/nonverbal dengan orang terdekat : Anak kandung

Integritas ego

Subyektif

Perencanaan kehamilan :Tidak ada

Perasaan klien/keluarga tentang penyakit : Klien merasa khawatir dengan


kondisinya saat ini

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 32


Status hubungan : .Menikah

Masalah keuangan : Tidak ada masalah keuangan

Cara mengatasi stres : Banyak berdoa

Obyektif

Status emosional (cemas,apatis, dll) : Tenang

Respon fisiologis yang teramati :Klien tampak menerima kondisinya saat ini

Agama : Islam

Muncul perasaan (tidak berdaya, putus asa, tidak mampu) :Tidak ada

Neurosensori

Subyektif

Pusing (ada/tidak ada): Tidak ada keluhan pusing

Kesemutan/kebas/kelembaban (lokasi) : Tidak ada keluhan kesemutan

Keamanan

Subyektif :

Alergi/sensitivitas : Klien mengatakan tidak alergi obat, makanan, maupun


cuaca

Penyakit masa kanak-kanak : Klien mengatakan waktu kecil pernah demam


dan influenza

Riwayat imunisasi : Klien mengatakan tidak mengingat tentang riwayat


imunisasi yang pernah di berikan

Infeksi virus terakhir : Klien mengatakan tidak mengetahui kapan infeksi virus
terakhir

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 33


Binatang peliharaan dirumah : Kucing dan ayam

Masalah obstetrik sebelumnya :Tidak ada masalah

Jarak waktu kehamilan terakhir : Klien mengatakan tidak mengingat jarak


waktu kehamilan terakhir

Riwayat kecelakaan : Tidak ada riwayat kecelakaan

Fraktur dislokasi :Tidak ada fraktur

Pembesaran kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar

Obyektif

Integritas kulit : Nampak luka operasi pada perut bawah

Cara berjalan : Normal

Penyuluhan/pembelajaran

Subyektif

Bahasa dominan :Bahasa daerah

Pendidikan terakhir : SD

Pekerjaan suami : Pensiunan guru

Faktor penyakit dari keluarga : Tidak ada faktor penyakit dari keluarga

Sumber pendidikan tentang penyakit : Didapat dari petugas kesehatan

Pertimbangan rencana pulang

Tanggal informasi diambil : 20 januari 2020

Pertimbangan rencana pulang : keadaan umum sudah membaik

Tanggal perkiraan pulang : 22 januari 2020

Ketersediaan sumber kesehatan terdekat : Puskesmas manipi

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 34


Pemeriksaan diagnostik :

 Pemeriksaan Laboratorium : 17 Januari 2020

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


WBC 19. 81 [ 10^3/uL] ( 5. 00 - 10. 00 )
HGB 13. 9 [ gr/dL] ( 12. 0 - 16 . 0 )
HCT 40. 2 [ %] ( 37. 0 - 48. 0)
GDS 111 < 140 mg/dL
HBsAg Non reaktif Non reaktif

 Pemeriksaan Radiologi ( Foto Thoraks ) : Tanggal 17 Januari 2020


Kesan : Tidak tampak kelainan pada paru – paru dan jantung

Terapi dan pengobatan :

 IVFD RL 28 tpm
 Injeksi rixone 1 gr /IV / 12 jam
 Injeksi Metrodinazole 0,5 gr /IV/ 12 jam
 Injeksi acrane 2 ml /IV /8 jam
 Injeksi santagesik 2 ml /IV/ 8 jam
 IVFD sanmol 100 ml /IV /8 jam

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 35


KLASIFIKASI DATA

Nama Klien : NY”A”

Diagnosa Medis : Post op mioma uteri

Ruang Rawat : GSR

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

 Klien mengeluh nyeri pada luka  Ekspresi wajah meringis


operasi pada perut bagian bawah  Bersikap protektif ( posisi
 Klien mengeluh sering terjaga pada menghindari nyeri )
malam hari  Sulit tidur
 Klien mengeluh tidak puas tidur  Frekuensi nadi 108 x / menit
 Klien mengeluh pola tidur berubah  Klien tampak lesu
 Klien mengeluh istirahat tidur tidak
cukup

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 36


ANALISA DATA

Nama Klien : NY”A”

Diagnosa Medis : Post op mioma uteri

Ruang Rawat : GSR

DATA PENYEBAB UTAMA MASALAH


Ds : Agen pencedera fisik Nyeri akut

 Klien mengeluh (prosedur operasi )

nyeri pada luka

operasi pada perut

bagian bawah

Do:

 Ekspresi wajah

meringis

 Bersikap protektif

(posisi menghindari

nyeri)

 Sulit tidur

 Frekuensi nadi 108

x/menit

Ds: Hambatan lingkungan Gangguan pola tidur

 Klien mengeluh (Suhu lingkungan )

sering terjaga pada

malam hari

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 37


 Klien mengeluh

tidak puas tidur

 Klien mengeluh

pola tidur berubah

 Klien mengeluh

istirahat tidur tidak

cukup

Do

 Klien tampak lesu

Ds: Efek prosedur invasif Risiko infeksi

Do:

DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)


2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (suhu
lingkungan)
3. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

RENCANA KEPERAWATAN

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 38


No Tanggal Diagnosis Tujuan Rencana tindakan
keperawatan &
data
penunjang
1 20/01/20 Nyeri akut Setelah Manajemen nyeri
20
berhubungan dilakukan Tindakan

dengan agen intervensi - Observasi

pencedera fisik keperawatan 1. Identifikasi lokasi,

dibuktikan selama 3x24 karakteristik, durasi,

dengan jam frekuensi, kualitas,

Ds : diharapkan intensitas nyeri

 Klien tingkat nyeri 2. Identifikasi skala nyeri

mengeluh menurun 3. Identifikasi respon

nyeri pada dengan nyeri non verbal

luka operasi kriteria hasil : 4. Identifikasi faktor yang

pada perut  Keluhan memperberat dan

bagian nyeri memperingan nyeri

bawah menurun - Terapeutik

Do : (5) 5. Berikan tekhnik non

 Ekspresi  Meringis farmakologis untuk

wajah menurun mengurangi nyeri

meringis (5) 6. Fasilitasi istirahat dan

 Bersikap  Bersikap tidur

protektif protektif - Edukasi

(posisi menurun 7. Jelaskan penyebab,

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 39


menghindari (5) periode dan pemicu

nyeri)  Sulit tidur nyeri

 Sulit tidur menurun 8. Ajarkan tekhnik

 Frekuensi (5) nonfarmakologis

nadi  Frekuensi untuk mengurangi

108x/menit nadi nyeri

membaik - Kolaborasi

(5) 9. Kolaborasi pemberian

analgetik

2 20/01/20 Gangguan pola Setelah Control tidur


20
tidur dilakukan Tindakan

berhubungan intervensi - Observasi

dengan keperawatn 1. Identifikasi pola

hambatan selam 3x24 aktivitas dan tidur

lingkungan jam 2. Identifikasi faktor

(suhu diharapkan pengganggu tidur

lingkungan) pola tidur 3. Identifikasi obat tidur

dibuktikan membaik yang dikonsumsi

dengan : dengan - Terapeutik

Ds : kriteria hasil : 4. Modifikasi lingkungan

 Klien  Keluhan 5. Fasilitasi

mengeluh sulit tidur menghilangkan stress

sulit tidur meningkat sebelum tidur

 Klien (5) - Edukasi

mengeluh  Keluhan 6. Jelaskan pentingnya

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 40


sering sering tidur cukup selama

terjaga pada terjaga sakit

malam hari meningkat 7. Ajarkan relaksasi otot

 Klien (5) autogenik atau cara

mengeluh  Keluhan non farmakologis

tidak puas tidak puas lainnya

tidur tidur

 Klien meningkat

mengeluh (5)

pola tidur  Keluhan

berubah pola tidur

 Klien berubah

mengeluh meningkat

istirahat (5)

tidur tidak  Keluhan

cukup istirahat

Do tidur cukup

 Klien meningkat

tampak lesu (5)

 Lesu

menurun

(5)

3 20-10- Risiko infeksi Setelah Pencegahan infeksi


2020
dibuktikan dilakukan Tindakan

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 41


dengan efek intervensi - Observasi

prosedur invasif keperawatan 1. Monitor tanda dan

selama 3x 24 gejala infeksi lokal

jam - Terapeutik

diharapkan 2. Berikan perawatan

tingkat infeksi luka pada area edema

menurun 3. Cuci tangan sebelum

dengan dan sesudah kontak

kriteria hasil : dengan pasien

 Nyeri - Edukasi

menurun 4. Jelaskan tanda dan

(5) gejala infeksi

 Demam 5. Ajarkan cara mencuci

menurun tangan dengan benar

(5) - Kolaborasi

 Kemerahan 6. Kolaborasi pemberian

menurun antibiotik

(5)

 Bengkak

menurun

(5)

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien / umur : Ny” A”/ 66 tahun

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 42


Ruang rawat : GSR

No Diagnosis Waktu Implementasi keperawatan


keperawatan

1 Nyeri akut berhubungan 20/01/2020 1. Mengidentifikasi lokasi,


dengan agen karakteristik, durasi,
09.00
pencedera fisik frekuensi, kualitas,
(prosedur operasi) intensitas nyeri
H/ klien mengatakan nyeri
pada perut bagian
bawah post operasi
dengan karakteristik
tertusuk-tusuk,nyeri
dirasakan hilang timbul

09.20 kualitas sedang


2. Mengidentifikasi skala nyeri
H/ skala nyeri sedang (VAS
4/10)
09.35 3. Mengidentifikasi respon
nyeri non verbal
H/ klien tampak meringis
4. Mengidentifikasi faktor yang
09.45
memperberat dan
memperingan nyeri
H/ klien mengatakan nyeri
bertambah jika bergerak
dan nyeri berkurang jika
10.00 beristirahat
5. Memberikan tekhnik non
farmakologik untuk
mengurangi nyeri
H/ klien diberikan tekhnik
relaksasi napas dalam
6. Memfasilitasi istirahat dan

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 43


11.00 tidur
H/ membatasi pengunjung
pada jam istirahat
7. Menjelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
H/ klien diberi penjelasan
11.10
tentang penyebab nyeri
karena adanya luka
operasi dan pemicu nya
karena bergerak atau
merubah posisi
8. Mengajarkan tekhnik
farmakologis untuk
11.25 mengurangi nyeri
H/ klien diajarkan tekhnik
relaksasi napas dalam
9. Melakukan kolaborasi
pemberian analgetik

12.00 H/ injeksi santagesik 2


ml/iv/8 jam

2 Gangguan pola tidur 10.15 1. Mengidentifikasi pola


berhubungan aktivitas dan tidur
berhubungan dengan H/ klien melaporkan pola
hambatan lingkungan aktivitas tidur berubah
- Jam tidur siang : klien

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 44


(suhu lingkungan) mengeluh sulit tidur
- Jam tidur malam
selama sakit : tidak
teratur, klien mengeluh
sering terjaga di malam
hari, lama tidur malam
kadang 2 jam, klien
mengeluh istirahat
tidak cukup
2. Mengidentifikasi faktor
pengganggu tidur
10.30
H/ klien mengeluh sulit tidur
jika timbul nyeri, selain
itu suhu lingkungan yang
panas menyebabkan
klien sulit tidur
3. Mengidentifikasi obat tidur
yang dikonsumsi
10.40 H/ tidak ada obat tidur yang
dikonsumsi klien
4. Memodifikasi lingkungan
H/ pencahayaan lampu di

10.50 ruangan tidak terlalu


terang, terpasang kipas
angin untuk mengurangi
suhu ruangan yang
panas
5. memfasilitasi

11.30 menghilangkan stress


sebelum tidur
H/ menciptakan suasana
yang nyaman dan
mendeskripsikan hal-hal

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 45


yang menarik dan
memotivasi klien
6. Menjelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
H/ klien megerti dengan
11.45
penjelasan yang
diberikan
7. Mengajarkan relaksasi atau
cara non farmakologi
12.10 lainnya
H/ klien diajarkan tarik
napas dalam sebelum
tidur, banyak berzikir dan
memperbaiki suasana
hati

3 Risiko infeksi dibuktikan 09.10 1. Memonitor tanda dan gejala


dengan efek prosedur infeksi lokal
invasif H/ tampak luka post operasi
kering, nyeri tekan, tidak
ada kemerahan maupun
bengkak
09.15 2. Memberikan perawatan kulit
pada area edema
H/ dilakukan perawatan luka
post operasi
3. Mencuci tangan sebelum
08.55
dan sesudah kontak dengan
pasien
H/ dilakukan cuci tangan 6
langkah dengan handrub
09.20 4. Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi
H/ klien dan keluarga

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 46


mengerti dengan
penjelasan yang
diberikan
09.05 5. Mengajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
H/ klien diajarkan cara
mencuci tangan dengan
benar
6. Kolaborasi pemberian obat
12.05 antibiotik
H/ injeksi rixone 1 gr/iv/12
jam

No Diagnosis Waktu Implementasi keperawatan

keperawatan

1 Nyeri akut berhubungan 21/01/2020 1. Mengidentifikasi lokasi,


karakteristik, durasi,

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 47


dengan agen 09.05 frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
pencedera fisik
H/ klien mengatakan nyeri
(prosedur operasi)
pada perut bagian
bawah post operasi
dengan karakteristik
tertusuk-tusuk, nyeri
dirasakan hilang timbul
kualitas sedang
2. Mengidentifikasi skala nyeri
09.20 H/ skala nyeri sedang (VAS
4/10)
3. Mengidentifikasi respon
09.30
nyeri non verbal
H/ klien tampak meringis
09.35 4. Memberikan tekhnik non
farmakologik untuk
mengurangi nyeri
H/ klien diajarkan tekhnik
relaksasi napas dalam
12.00 5. Melakukan kolaborasi
pemberian analgetik
H/ injeksi santagesik 2

ml/iv/8 jam

2 Gangguan pola tidur 11.00 1. Mengidentifikasi pola


aktivitas dan tidur
berhubungan
H/ klien melaporkan pola
berhubungan dengan
aktivitas tidur berubah
hambatan lingkungan - Jam tidur siang : klien
mengeluh sudah bisa
(suhu lingkungan)
tidur
- Jam tidur malam
selama sakit : tidak

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 48


teratur, klien mengeluh
masih sering terjaga di
malam hari, lama tidur
malam kadang 3 jam,
klien mengeluh
istirahat tidak cukup
11.20 2. Mengidentifikasi faktor
pengganggu tidur
H/ klien mengeluh sulit tidur
jika timbul nyeri, selain
itu suhu lingkungan yang
panas menyebabkan
klien sulit tidur
11.40
3. Memodifikasi lingkungan
H/ pencahayaan lampu di
ruangan tidak terlalu
terang, terpasang kipas
angin untuk mengurangi
suhu ruangan yang
11.55
panas
4. memfasilitasi
menghilangkan stress
sebelum tidur
H/ menciptakan suasana
yang nyaman dan
mendeskripsikan hal-hal
11.10 yang menarik dan
memotivasi klien
5. Mengajarkan relaksasi atau
cara non farmakologi
lainnya
H/ klien diajarkan tarik

napas dalam sebelum

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 49


tidur dan memperbanyak

berzikir

3 Risiko infeksi dibuktikan 09.10 1. Memonitor tanda dan gejala


infeksi lokal
dengan efek prosedur
H/ tampak luka post operasi
invasif
kering, nyeri tekan, tidak
ada kemerahan maupun
bengkak

09.15 2. Memberikan perawatan kulit


pada area edema
H/ dilakukan perawatan luka
post operasi
08.55 3. Mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan
pasien
H/ dilakukan cuci tangan 6
langkah dengan handrub
09.00 4. Mengajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
H/ klien diajarkan cara
mencuci tangan dengan
12.05 benar
5. Melakukan kolaborasi
pemberian obat antibiotik
H/ injeksi rixone 1 gr/iv/12

jam

No Diagnosis Waktu Implementasi keperawatan

keperawatan

1 Nyeri akut berhubungan 22/01/2020 1. Mengidentifikasi lokasi,


karakteristik, durasi,

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 50


dengan agen 09.05 frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
pencedera fisik
H/ klien mengeluh nyeri
(prosedur operasi)
pada perut bagian
bawah post operasi
menurun, nyeri
dirasakan hilang timbul,
kualitas nyeri ringan
2. Mengidentifikasi skala nyeri
09.20
H/ skala nyeri ringan (VAS
3/10)

09.30 3. Mengidentifikasi respon


nyeri non verbal
H/ klien kadang meringis
12.00 4. Melakukan kolaborasi
pemberian analgetik
H/ pemberian obat oral

asam mefenamat 3x1

2 Gangguan pola tidur 10.00 1. Mengidentifikasi pola


aktivitas dan tidur
berhubungan dengan
H/ klien melaporkan pola
hambatan lingkungan
aktivitas tidur mulai
(suhu lingkungan) berubah
- Jam tidur siang : klien
mengeluh sudah bisa
tidur
- Jam tidur malam sudah
teratur, klien
mengatakan sudah
tidak terjaga di malam
hari, lama tidur malam
± 7 jam, klien
mengatakan sudah

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 51


10.20 istirahat dengan cukup
2. Mengidentifikasi faktor
pengganggu tidur
H/ klien mengatakan sudah
bisa tidur karena nyeri
11.50 menurun
3. memfasilitasi
menghilangkan stress
sebelum tidur
H/ menciptakan suasana
11.00 yang nyaman
4. Mengajarkan relaksasi atau
cara non farmakologi
lainnya
H/ klien diajarkan tarik

napas dalam sebelum

tidur dan memperbanyak

berzikir

3 Risiko infeksi dibuktikan 09.15 1. Memonitor tanda dan gejala


infeksi lokal
dengan efek prosedur
H/ tampak luka post operasi
invasif
kering, nyeri tekan
menurun, tidak ada
kemerahan maupun
bengkak
2. Memberikan perawatan kulit
09.10
pada area edema
H/ dilakukan perawatan luka
post operasi

08.55 3. Mencuci tangan sebelum


dan sesudah kontak dengan
pasien

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 52


H/ dilakukan cuci tangan 6
langkah dengan handrub
4. Melakukan kolaborasi
12.10
pemberian obat antibiotik
H/ cefadroxil 500 mg 2x1

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama / Umur : Ny .A / 66 tahun

Ruang : GSR

Hari / tanggal Waktu Evaluasi (SOAP)

Senin, 20/01/2020 13.00 S:

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 53


- klien mengeluh nyeri pada post operasi pada

perut bagian bawah dirasakan tertusuk-tusuk,

hilang timbul

O:

- Ekspresi wajah meringis

- Bersikap protektif (posisi menghindari nyeri)

- Sulit tidur

- Frekuensi nadi 104 x/menit

A : nyeri akut belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respon nyeri non verbal

4. Berikan tekhnik non farmakologi untuk

mengurangi nyeri

5. Kolaborasi pemberian obat analgetik

Senin, 20/01/2020 13.10 S:

- klien mengeluh sulit tidur

- klien mengeluh sering terjaga di malam hari

- klien mengeluh tidak puas tidur

- klien mengeluh pola tidur berubah

- klien mengeluh istirahat tidak cukup

O:

- klien tampak lesu

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 54


A : gangguan pola tidur belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur

2. Identifikasi faktir pengganggu tidur

3. Modifikasi lingkungan

4. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur

5. Ajarkan relaksasi otot autogenic dan cara non

farmakologi lainnya

Senin, 20/01/2020 13.30 S:

O:

A : Risiko infeksi belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Monitor tanda dan gejala infeksi

2. Berikan perawatan kulit

3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak

dengan pasien

4. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

5. Kolaborasi pemberian antibiotik

Selasa, 12.50 S:

21/01/2020 - Klien mengeluh nyeri pada post operasi di perut

bagian bawah menurun, nyeri dirasakan

tertusuk-tusuk, hilang timbul

O:

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 55


- Ekspresi wajah kadang meringis

- Posisi menghindari nyeri

- Sulit tidur menurun

- Nadi 92x/menit

A : Nyeri akut belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kulaitas, intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respon nyeri non verbal

4. Kolaborasi pemberian analgetik

Selasa, 13.10 S:

21/01/2020 - Klien mengatakan sudah bisa tidur

- Klien mengeluh sering terjaga di malam hari

- Klien masih mengeluh istirahat tidak cukup

O:

- Klien masih nampak lesu

A : Gangguan pola tidur belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Identifikasi pola aktitas tidur

2. Identifikasi faktor pengganggu tidur

3. Fasilitasi menghilangkan stress seblum tidur

4. Ajarkan relaksasi otot autogenik

Selasa, 13.30 S:

21/01/2020 -

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 56


O:

A : Risiko infeksi belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal

2. Berikan perawatan kulit

3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak

dengan pasien

4. Kolaborasi pemberian antibiotik

Rabu, 22/01/2020 13.15 S:

- Klien mengatakan nyeri pada post operasi di

perut bagian bawah menurun

O:

- Ekspresi wajah meringis menurun

- Nadi 88x/menit

- Sulit tidur menurun

A : Nyeri akut teratasi

P : Pertahankan intervensi

Rabu, 22/01/2020 13.25 S:

- Klien mengatakan sudah bisa tidur

- Klien mengatakan sudah tidak terjaga di malam

hari

- Klien mengatakan sudah istirahat dengan cukup

O:

- Klien tidak tampak lesu

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 57


A : Gangguan pola tidur teratasi

P : Pertahankan intervensi

Rabu, 22/01/2020 13.30 S:

O:

A : Risiko infeksi teratasi

P : Pertahankan intervensi

STIKES PANRITA HUSADAH BULIKUMBA 58

Anda mungkin juga menyukai