KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Mioma Uteri)
2012
WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM
Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak berasal dari otot uterus, yang dalam
kepustakaan ginekologi juga terkenal dengan istilah-istilah fibrimioma uteri, leiomyoma
uteri atau uterine fibroid. (Prawirohardjo,1996:281) Mioma uteri adalah tumor jinak
uterus yang berbatas tegas yang terdiri dari otot polos dan jaringan fibrosa.
(Sy/lvia A.P, 1994)
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa
(48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%)
1. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini
dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya
benjolan waktu kuret, dikenal
sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi
tangkai tumor.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan
nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi
dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena
proses di atas.
2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan
tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi
tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan
mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang
terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong
kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 15
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut
wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu
uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium
uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium terdesak menyusun semacam
pseudekapsula atau simpai semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin
terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang
tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi
padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus mioma dapat menonjol ke depan
sehingga menekan dan mendorong kandung kencing ke atas sehingga sering
menimbulkan keluhan miksi.
Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian darah pada mioma
uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga menimbulkan rasa nyeri dan mual.
Selain itu masalah dapat timbul lagi jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang
berlebihan sehingga terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik,
kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat terpenuhi. Selain itu
dengan perdarahan yang banyak bisa mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan
volume cairan.
(Sastrawinata S: 151)
Manifestasi klinik
Kebanyakan mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan
panggul rutin ataupun saat pemeriksaan ultrasonogafi (USG). Gejala yang timbul
bergantung pada lokasi dan besarnya tumor, namun yang paling sering ditemukan adalah :
1. Perdarahan yang banyak dan lama selama masa haid.
2. Penekanan organ di sekitar tumor oleh mioma uteri seperti kandung kemih, saluran
kemih (ureter), usus besar (rektum) atau organ rongga panggul lainnya sehingga
menimbulkan gangguan buang air besar dan buang air kecil, pelebaran pembuluh darah
vena dalam panggul, gangguan ginjal karena penekanan saluran kemih (ureter).
3. Rasa nyeri karena tekanan tumor dan terputarnya tangkal tumor, serta adanya reaksi
peradangan steril di dalam rahim.
4. Teraba benjolan pada bagian bawah perut dekat rahim yang terasa kenyal.
5. Gangguan sulit hamil (infertilitas) karena terjadi penekanan pada saluran indung telur
ataupun menyebabkan keguguran berulang (recurrent pregnancy loss).
6. Rasa nyeri biasanya diakibatkan oleh perubahan mioma uteri yang disebut degenerasi
atau kontraksi uterus berlebihan pada mioma yang tumbuh ke dalam rongga rahim.
Gejala sulit hamil ataupun keguguran berulang dapat disebabkan gangguan sumbatan
pada saluran telur (tuba fallopi) dan gangguan implantasi sel telur yang telah dibuahi
pada endometrium.
7. Sedangkan mioma uteri selama kehamilan dapat mengganggu kehamilan itu sendiri
berupa kelainan letak bayi dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat
kontraksi rahim, pendarahan yang banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan
plasenta. Sebaliknya, kehamilan juga dapat merangsang pertumbuhan mioma uteri.
Saat hamil, mioma uteri cenderung membesar seiring dengan meningkatnya kadar
hormon wanita (estrogen) selama kehamilan. Pembesaran yang cepat ini memicu
perubahan dari mioma uteri (degenerasi) yang dapat menimbulkan rasa nyeri.
Pemeriksaan penunjang
a. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan
adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama lebih bermanfaat untuk
mendeteksi kelainain pada rahim, termasuk mioma uteri. Uterus yang besar lebih baik
diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri dapat menampilkan
gambaran secara khas yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran
uterus. Sehingga sangatlah tepat untuk digunnakan dalam monitoring (pemantauan)
perkembangan mioma uteri.
b. Hiteroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika
tumornya kecil serta bertangkai. Pemeriksaan ini dapat berfungsi sebagai alat untuk
penegakkan diagnosis dan sekaligus untuk pengobatan karena dapat diangkat.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang
diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat menjadi alternatif
ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.
Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonis
memberikan hasil yang baik memperbaiki gejala klinis mioma uteri. Tujuan
pemberian GnRH agonis adalah mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi
produksi estrogen dari ovarium. Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan
pembedahan akan mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan
tindakan pembedahan. Terapi hormonal yang lainnya seperti kontrasepsi oral dan
preparat progesteron akan mengurangi gejala pendarahan tetapi tidak mengurangi
ukuran mioma uteri (Hadibroto, 2005).
2. Operasi pembedahan
Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American College of obstetricians and
Gyneclogist (ACOG) dan American Society of Reproductive Medicine (ASRM) adalah
a. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif
b. Sangkaan adanya keganasan
c. Pertumbuhan mioma pada masa menopause
d. Infertilitas kerana ganggaun pada cavum uteri maupun kerana oklusi tuba
e. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu
f. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
g. Anemia akibat perdarahan (Hadibroto,2005)
Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi atau histerektomi.
1. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma sahaja tanpa pengangkatan
uterus.Miomektomi ini dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan funsi
reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya
pada mioma submukosum dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi ini
dikerjakan kerana keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan
adalah 30-50% (Prawirohardjo, 2007).
Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun
dengan laparoskopi. Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk
mengangkat mioma dari uterus. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan
pandang operasi yang lebih luas sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin
timbul pada pembedahan miomektomi dapat ditangani dengan segera. Namun pada
miomektomi secara laparotomi resiko terjadi perlengketan lebih besar, sehingga akan
mempengaruhi faktor fertilitas pada pasien, disamping masa penyembuhan paska operasi lebih
lama, sekitar 4-6 minggu.
Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap mioma submukosum yang
terletak pada kavum uteri.Keunggulan tehnik ini adalah masa penyembuhan paska operasi
sekitar 2 hari. Komplikasi yang serius jarang terjadi namun dapat timbul perlukaan pada
dinding uterus, ketidakseimbangan elektrolit dan perdarahan.
Miomamektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi. Mioma yang
bertangkai diluar kavum uteri dapat diangkat dengan mudah secara laparoskopi. Mioma
subserosum yang terletak didaerah permukaan uterus juga dapat diangkat dengan tehnik ini.
Keunggulan laparoskopi adalah masa penyembuhan paska operasi sekitar 2-7 hari. Resiko
yang terjadi pada pembedahan ini termasuk perlengketan, trauma terhadap organ sekitar
seperti usus, ovarium,rektum serta perdarahan.
Sampai saat ini miomektomi dengan laparoskopi merupakan prosedur standar bagi wanita
dengan mioma uteri yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya (Hadibroto,
2005).
2. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya adalah tindakan terpilih
(Prawirohardjo, 2007).Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh
kasus. Histerektomi dijalankan apabila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan
obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu
(Hadibroto, 2005).
Tindakan histerektomi dapat dilakukan secara abdominal (laparotomi), vaginal dan pada
beberapa kasus dilakukan laparoskopi.
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal
hysterectomy (TAH) dan subtotal abdominal histerectomy (STAH). Masing-masing prosedur
ini memiliki kelebihan dan kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari resiko operasi
yang lebih besar seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih
dan rektum. Namun dengan melakukan STAH kita meninggalkan serviks, di mana
kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Pada TAH, jaringan granulasi yang
timbul pada tungkul vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdaraahn
paska operasi di mana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.
Histerektomi juga dapat dilakukan pervaginanm, dimana tindakan operasi tidak melalui
insisi pada abdomen. Secara umum histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan
prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat minimal sehingga
trauma yang mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi. Maka histerektomi pervaginam
tidak terlihat parut bekas operasi sehingga memuaskan pasien dari segi kosmetik. Selain itu
kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi lebih minimal dan masa penyembuhan
lebih cepat dibandng histerektomi abdominal.
Histerektomi laparoskopi ada bermacam-macam tehnik. Tetapi yang dijelaskan hanya 2
iaitu; histerektomi vaginal dengan bantuan laparoskopi (Laparoscopically assisted vaginal
histerectomy / LAVH) dan classic intrafascial serrated edged macromorcellated hysterectomy
(CISH) tanpa colpotomy.
Pada LAVH dilakukan dengan cara memisahkan adneksa dari dinding pelvik dengan
memotong mesosalfing kearah ligamentum kardinale dibagian bawah, pemisahan pembuluh
darah uterina dilakukan dari vagina.
CISH pula merupakan modifikasi dari STAH, di mana lapisan dalam dari serviks dan
uterus direseksi menggunakan morselator. Dengan prosedur ini diharapkan dapat
mempertahankan integritas lantai pelvik dan mempertahankan aliran darah pada pelvik untuk
mencegah terjadinya prolapsus. Keunggulan CISH adalah mengurangi resiko trauma pada
ureter dan kandung kemih, perdarahan yang lebih minimal,waktu operasi yang lebih cepat,
resiko infeksi yang lebih minimal dan masa penyembuhan yang cepat. Jadi terapi mioma uteri
yang terbaik adalah melakukan histerektomi. Dari berbagai pendekatan, prosedur histerektomi
laparoskopi memiliki kelebihan kerana masa penyembuhan yang singkat dan angka morbiditas
yang rendah dibanding prosedur histerektomi abdominal (Hadibroto, 2005).
Komplikasi
1. Pertumbuhan Leiomiosarkoma
Yaitu tumor yang tumbuh dari miometrium, dan merupakan 50 – 70 % dari
semua sarkoma uteri. Ini timbul apabila suatu mioma uteri yang selama beberapa
tahun tidak membesar, sekonyong-konyong menjadi besar, apalagi jika hal itu terjadi
sesudah menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Ada kalanya tungkai pada mioma uteri subserosum mengalami putaran. Kalau
proses ini terjadi mendadak, tumor akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan
nekrosis jaringan, dan akan nampak gambaran klinik dari abdomen akut.
3. Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma submukosum, yang menjadi polip, ujung tumor kadang-kadang
dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan di vagina. Dalam hal ini ada ada
kemungkinan gangguan sirkulasi dengan akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
(Prawiroharjo, 1996)
Prognosis
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Myomectomi yang
extensif dan secara significant melibatkan miometrium atau menembus endometrium,
maka diharuskan SC (Sectio caesarea) pada persalinan berikutnya. Myoma yang kambuh
kembali (rekurens) setelah myomectomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3-nya
memerlukan tindakan lebih lanjut.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian tanggal: 14-2-2008 Jam :
Tanggal MRS: 12-2-2008No. RM : 854620
Ruang/Kelas:Dx. Medis: Mioma uteri
Lain-lain:
1. Riwayat penggunaan KB (-), pasien tidak pernah menggunakan KB setelah
hamil anak kedua.
G....P.................
Riwayat Obstetri
Keterangan:
Genogram
Rambut: hitam
Kepala dan leher
Keputihan: _- ; Perdarahan: _-
Genitalia
5 5
Kontrasepsi: -
Pengetahuan dan Perilaku
Merokok: -
Obat-obatan/Jamu: -
Surabaya,…………………….
Ners,
( )
FORMAT ANALISA DATA
Nekrosis
DO:
- Skala nyeri : 4 Inflamasi
- Klien tampak menyeringai
menahan nyeri Nyeri
- Fundus uteri 3 jari di atas
simpisis pubis, teraba
massa mioma berukuran
11 x 8 cm, konsistensi
kenyal dan bersifat mobile.
- USG : Tampak uterus
membesar dengan ukuran :
10 x 7 cm
DS: klien mengeluh susah Mioma berada di dinding Gangguan eleminasi urin
BAK berupa BAK sering, depan uterus
sedikit-sedikit, tapi tidak
nyeri. Hiperplasia endometrium
2. Gangguan eleminasi urin berhubungan dengan penekanan kandung kemih oleh mioma
www.saktyairlangga.wordpress.com Page 20
pada lokasi nyeri sehingga nyeri
dapat berkurang
6. Kolaborasi dalam pemberian 6. Pemberian analgesik sangat
analgesik/nonnarkotik, sedatif, dan diperlukan apabila tingkat nyeri klien
antiemetik, sesuai indikasi bila dalam skala nyeri adalah 7-10,
diperlukan analgesik ini meningkatkan relaksasi,
menurunkan perhatian terhadap
nyeri, dan mengontrol efek samping
tindakan
7. Berikan informasi tentang penggunaan 7. Instruksi khusus tentang penggunaan
analgesik yang diresepkan atau yang obat, meningkatkan kewaspadaan
tidak diresepkan akan keamanan penggunaan dan efek
samping
14-2-2008 Ansietas berhubungan Tujuan : 1. Jelaskan bahwa tindakan histerektomi 1. meningkatkan pengetauan klien
dengan kurang pengetahuan
tentang operasi Setelah dilakukan tindakan abdominal mempunyai kontraindikasi tentang proses pembedahan agar
Histerektomi keperawatan selama 1x24 jam,
yang sedikit tapi membutuhkan waktu tidak terjadi syok
pengetahuan klien tentang
operasi Histerektomi dapat yang lama untuk pulih, menggunakan
bertambah dan kecemasan klien
anatesi yang banyak dan memberikan
berkurang
rasa nyeri yang sangat setelah operasi
Kriteria hasil: 2. Jelaskan efek dari pembedahan terhadap 2. meningkatkan pengetahuan klien
1. Klien mengatakan menstruasi dan ovulasi tentang efek pembedahan terhadap
rasa cemas berkurang kondisi tubuhnya
2. Klien kooperatif terhadap 3. Jelaskan prosedur-prosedur yang harus 3. mempersiapkan kondisi fisik dan
prosedur/ berpartisipasi saat dilakukan saat pre operasi mental pasien dalam menghadapi
pre operasi operasi yang akan dilaksanakan
3. Klien tampak rileks
4. Jelaskan aktivitas yang tidak boleh
4. mencegah terjadinya kecelakaan atau
dilakukan
hal-hal yang tidak diinginkan yang
bisa memperburuk kondisi klien
2. Gangguan eleminasi urin 14-2-2008 1. Mencatat pola miksi dan monitor 14-2-2008
berhubungan dengan 18.00 wita 19.00 wita
penekanan kandung kemih pengeluaran urine
oleh mioma 2. Mempalpasi di atas simfisis pubis
3. Membandingkan masukan dan
haluaran dan catat jumlah,
warna, konsentrasi, dan berat
jenis urin
4. Kolaborasi dalam kateterisasi sebagai
persiapan preoperasi
5. Memperhatikanlah apakah posisi
selang kateter dalam keadaan baik,
monitor intake autput, bersihkan
daerah pemasangan kateter satu kali
dalamsehari, periksa keadaan selang
kateter (kekakuan,tertekuk )
Thomas EJ. The aetiology and pathogenesis of fibroid. In: Shaw RW.eds. Advances in reproductive endocrinology uterine fibroids. England-New Jersey. The
Phartenon Publishing Group. 1992; 1-8
Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH. Dalam: Endokrinologi ginekologi edisi kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI, 2003;
151-156
Lepine L, Hillis S, Marchbanks P, et al. Hysterectomy surveilances United States 1980-1993. MMWR Mortal Morbid Wkly Rep. CDC Surveill Summ. 1997; 46:
1-15
Prawirohardjo, S. 2000. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Anonim. 2009. Teori Tentang Mioma Uteri. Diakses di http://spesialis-torch.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=225 pada tanggal 3 Oktober
2011 pukul 20.00
Anonim. Konsep Dasar Mioma Uteri. Diakses di http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-ariastuti0-5245-1-babi.pdf pada tanggal 4 Oktober 2011
pukul 06.30
Moorhouse, Mary. Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana perawatan Maternal Bayi. Edisi 2. Jakarta ; EGC
Vanessa, I Dewa Ayu. 2008. Laporan Kasus Mioma Uteri. Mataram : FK UNRAM. Diakses di 2011 pukul 09.30
Galle, Danielle. Charette, Jane.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta ; EGC
WOC MIOMA UTERI
Teori stimulasi : Hormon esterogen Teori cellnest atau Predisposisi
Faktor genitoblas : Genetik ( esterogen, progesteron, GH), umur, paritas, ras, genetik, dan fungsi ovarium.
Mutasi sel
Risiko
Kerusakan sensorik dan kelumpuhan saraf
nyeri
Penyempitan saraf simpatis Risiko
Penyempitan Risiko infeksi
infeksi anorexia
anorexia kekurangan
volume Retensi Urin
saraf simpatis
cairan