D. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam
miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau
sampai semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat
satu mioma akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma
yang tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak
bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus
mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong
kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi
(Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu
putih, padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan
memperlihatkan gambaran kumparan yang khas. Tumor mungkin
hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus,
dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang
jauh lebih besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian terbenam
didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di bawah
endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa).
Terakhir membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ
disekitarnya, dari mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan
kemudian membebaskan diri dari uterus untuk menjadi leimioma
“parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus
nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan
setelah menopause tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan
mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007).
E. Patway
F. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
Berikut beberapa perubahan yang dapat terjadi pada tubuh karena
mioma uteri.
1. Degenerasi hialin, merupakan perubahan degeneratif yang paling
umum ditemukan
a. Jaringan ikat bertambah
b. Berwarna putih dan keras
c. Sering disebut “mioma durum.
2. Degenerasi kistik
a. Bagian tengah dengan degenerasi hialin mencair.
b. Menjadi poket kistik.
3. Degenerasi membantu (calcareous degeneration)
a. Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri.
b. Padat dan keras
c. Berwarna putih.
4. Degenerasi merah (carneus degeneration )
a. Paling sering terjadi pada masa kehamilan.
b. Estrogen merangsang perkembangan mioma.
c. Aliran darah tidak seimbang karena terjadi edema sekitar
tungkai dan tekanan hamil.
d. Terjadi kekurangan darah yang menimbulkan nekrosis,
pembentukan trombus, bendungan darah dalam mioma, warna
merah hemosiderosis atau hemofusin.
e. Biasanya disertai rasa nyeri, tetapi dapat hilang dengan
sendirinya. Komplikasi lain yang jarang ditemukan meliputi
kelahiran prematur, ruptur tumor dengan perdarahan
peritoneal, dan shock.
5. Degenerasi mukoid
Daerah hyalin digantikan dengan bahan gelatinosa yang lembut
dan biasa terjadi pada tumor yang besar, dengan aliran arterial
yang tergangu.
6. Degenerasi lemak
Lemak ditemukan dalam serat otot polos.
7. Degenerasi sarkomatous (transformasi maligna)
Terjadi pada kurang dari 1% mioma. Kontraversi yang ada saat ini
adalah apakah hal ini mewakili sebuah perubahan degeneratif
ataukah sebuah neoplasma spontan. Leimiosarkoma merupakan
sebuah tumor ganas yang jarang terdiri dari sel-sel yang
mempunyai diferensiasi otot polos.
G. Gambaran Klinis Mioma
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara
kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak
mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang
mengalami penyakit mioma uteri dalam rahim.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi
hal-hal berikut.
a. Besarnya mioma uteri.
b. Lokalisasi mioma uteri.
c. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
d. Gejala klinik terjadi hanya sekitar 35%-50% dari pasien yang
terkena.
2. Gejalah klinis lain yang dapat timbul pada mioma uteri adalah
sebagai berikut.
a. Perdarahan abnormal merupakan gejala klinik yang sering
ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa
menoragia, metroragia, dan hipermenorhe. Perdarahan dapat
menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini
dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya areah permukaan
dari endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot
rahim, distorsi, dan kongesti dari pembuluh darah disekitarnya
dan ulserasi dari lapisan endometrium.
b. Penekanan rahim yang membesar.
c. Terasa berat di abdomen bagian bawah.
d. Terjadi gejalah traktus urinarius: urine freqency, retensi urine,
obstruksi ureter, dan hidronefrosis.
e. Terjadi gejalah intestinal: kontipasi dan obstruksi intestinal.
f. Terasa nyeri karena saraf tertekan
3. Sedangkan rasa nyeri pada kasus mioma dapat disebabkan oleh
beberapa hal berikut.
a. Penekanan saraf.
b. Torsi bertangkai.
c. Submukosa mioma terlahir.
d. Infeksi pada mioma.
4. Perdarahan kontinu pada pasien dengan mioma submukosa dapat
berakibat pada hal-hal berikut.
a. Menghalangi implantasi terdapat peningkatan insiden aborsi
dan kelahiran prematur pada pasien dengan mioma intramural
dan submukosa. Kongesti vena terjadi karena kompresi tumor
yang menyebabkan edema ekstermitas bawah, hemorrhoid,
nyeri, dan dyspareunia. Selain itu terjadi gangguan
pertumbuhan dan perkembangan kelahiran.
b. Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses
saling mempengaruhi.
c. Keguguran dapat terjadi.
d. Persalinan prematuritas.
e. Gangguan proses persalinan.
f. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
g. Gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
h. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah
kelahiran.
H. Komplikasi
Menurut (Manuaba, 2010:325) Komplikasi mioma uteri terbagi
menjadi 3 yaitu :
1. Perdarahan sampai terjadi anemia
2. Degenerasi ganas mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma
ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan
50- 75% dari semua sarkoma uterus.
3. Torsi atau putaran tangkai mioma bertangkai dapat terjadi torsi
atau terputarnya tumor 24 (Prawirohardjo, 2011). Hal itu dapat
menyebabkan gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami
nekrosis.
I. Penanganan Mioma Uteri
Penanganan mioma uteri dilakukan tergantung pada umur, paritas,
lokasi, dan ukuran tumor. Oleh karena itu penanganan mioma uteri
terbagi atas kelompok-kelompok berikut.
1. Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul
pada pra dan postmenopause tanpa adanya gejala. Cara
penanganan konsevatif adalah sebagai berikut.
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-
6 bulan.
b. Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun.
c. Pemberian zat besi.
d. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone)
leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari pertama sampai ketiga
menstruasi setiap minggu, sebanyak tiga kali. Obat ini
mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala.
Obat ini menekan sekresi gonodotropin dan menciptakan
keadaan hipoestrogenik yang serupa ditemukan pada periode
postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran
tumor diobsevasi dalam 12 minggu.
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan
dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwaya Penyakit Keluarga
e. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang
perlu diketahui adalah
1. Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma
uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami
atrofi pada masa menopause.
2. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana
mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah
yang besar.
3. Faktor Psikososial
4. Pola Kebiasaan sehari-hari
5. Pola eliminasi
6. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
7. Pola Istirahat dan Tidur
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
c. Pemeriksaan Fisik Head to toe
1. Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
2. Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
3. Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
4. Telinga : lihat kebersihan telinga.
5. Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan
rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
6. Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
7. Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan
sirkulasi, ketiak dan abdomen.
8. Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
9. Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
10. Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan
diluar siklus menstruasi.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks
spasme otot sekunder akibat tumor
2. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder
akibat gangguan hematologis (perdarahan)
4. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik.
5. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum (prolaps
rectum)
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, ancaman
pada status kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait
penyakit)
C. Rencana keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks
spasme otot sekunder akibat tumor
NOC:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, pasien
mioma uteri mampu mengontrol nyeri dibuktikan dengan kriteria hasil:
a. Mengenali kapan nyeri terjadi
b. Menggambarkan faktor penyebab nyeri
c. Menggunakan tindakan pencegahan nyeri
d. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri (nyeri) tanpa analgesik
e. Menggunakan analgesik yang direkomendasikan
f. Melaporkan perubahan terhadap gejalah nyeri pada profesional
kesehatan
g. Melaporkan gejalah yang tidak terkontrol pada profesional kesehatan
h. Menggunakan sumber daya yang tersedia untuk menangani nyeri
i. Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri
j. Melaporkan nyeri yang terkontrol
NIC:
a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensip yang meliputi lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus
b. Observasi adanya pentunjuk nonverbal mengenai ketidak
nyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi
secara efektif
c. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
d. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap
nyeri
e. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
f. Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup
pasien (misalnya, tidur, nafsu makan, pengertian, perasaan,
performa kerja dan tanggung jawab peran)
h. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri
i. Evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu yang meliputi riwayat
nyeri kronik individu atau keluarga atau nyeri yang menyebabkan
disability/ ketidak mampuan/kecatatan, dengan tepat
j. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lainnya, mengenai
efektifitas, pengontrolan nyeri yang pernah digunakan sebelumnya
k. Bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan
l. Gunakan metode penelitian yang sesuai dengan tahapan
perkembangan yang memungkinkan untuk memonitor perubahan
nyeri dan akan dapat membantu mengidentifikasi faktor pencetus
aktual dan potensial (misalnya, catatan perkembangan, catatan
harian)
m. Tentukan kebutuhan frekuensi untuk melakukan pengkajian
ketidak nyamanan pasien dan mengimplementasikan rencana
monitor
n. Tentukan lokasi, karakteris, kualitas dan keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien
o. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuesi obat
analgesik yang diresepkan
p. Cek adanya riwayat alergi obat
q. Pilih analgesik atau kombinasi analgesik sesuai lebih dari satu kali
pemberian