TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim disertai jaringan ikatnya,
sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan
Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi
fibromioma uteri fibroid adalah tumor jinak rahim yang paling sering di
dapatkan pada wanita. Mioma uteri merupaka tumor paling umum pada
traktus genitalis. Leiomioma berasal dari sel otot polos rahim dan pada
beberapa kasus berasal dari otot polos pembuluh darah rahim (Derek,
2002).
B. Etiologi
estrogen terhadap sel-sel yang ada di otot rahim. Mioma uteri ini
merupakan akibat pengaruh estrogen. Oleh karena itu, mioma ini sangat
8
pernah. Anak usia pubertas belum memiliki rangsangan estrogen.
uteri, yaitu:
1. Teori stimulasi
a. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa hamil.
mioma uteri.
oleh estrogen.
yaitu:
9
1. Umur
Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan
sekitar 10% pada usia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
2. Paritas
Lebih sering pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi
kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor
ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita
mioma.
4. Fungsi ovarium
menopause.
C. Patofisiologi
lainnya untuk tumor ini adalah fibroid, mioma, fibroma, dan fibromioma.
10
Kira-kira 20-25% dari perempuan diatas usia 35 tahun mempunyai
leiomioma uteri.
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit kecil yang dalam miometrium
di dalam uterus mungkin terdapat satu mioma, akan tetapi mioma biasanya
banyak. Jika ada satu mioma yang tumbuh imatural dalam korpus uteri
maka korpus ini tampak bundar dan konsistensi padat. Bila terletak pada
keluhan miksi.
Umumnya tumor ini terdiri dari otot polos dan sebagian jaringan
11
sehingga kebutuhan perawatan diri tidak terpenuhi. Selain itu dengan
atau yang memiliki tumor ukuran kecil, tidak diperlukan tindakan khusus.
D. Klasifikasi
bentuk rongga uterus, atau dapat pula menonjol pada permukaan luar.
dari permukaan uterus. Tumor ini dapat bertangkai dan meluas dalam
12
3. Submukosa, terletak tepat di bawah lapisan endometrium. Tumor ini
E. Manifestasi Klinis
2. Penekanan rahim
mempengaruhi:
b. Persalinan prematuritas.
13
c. Gangguan saat proses persalinan.
F. Komplikasi
1. Degenerasi ganas
Pada mioma sub mukosum yang terjadi polip, ujungnya kadang dapat
dan leukea.
14
G. Pemeriksaan Penunjang
2. USG (Ultrasonografi)
3. Vaginal toucher
ukurannya.
4. Sitologi
5. Rontgen
6. ECG
tindakan operasi.
7. Histeroskopi
diangkat.
15
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi
massa gelap terbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium yang
disimpulkan.
H. Penatalaksanaan
1. Observasi
Bila uterus lebih kecil dari ukuran normal uterus untuk kehamilan 12
2. Ekstirpasi
tindakan D/K.
16
3. Laparatomi dan miomektomi
Hal ini dilakukan bila fungsi reproduksi masih dibutuhkan dan secara
histeretktomi subtotalis.
5. Ovariektomi bilateral
2. NSAID
17
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Aktivitas/Istirahat
Sirkulasi
Integritas ego
kontrol, depresi.
18
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi mis., darah pada feses, nyeri
pada defekasi.
Makanan/cairan
Anoreksia, mual/muntah.
Intoleransi makanan.
Neurosensori
Nyeri/kenyamanan
19
Pernapasan
yang merokok).
Pemajanan asbes.
Keamanan
Tanda : Demam.
Seksualitas
Interaksi sosial
Penyuluhan/pembelajaran
pemeliharaan rumah.
20
B. Diagnosa Keperawatan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
spiritual.
21
5. Resiko infeksi, faktor risiko: Statis cairan tubuh, perubahan peristalsis,
imobilitas.
darah yang tidak normal, kehilangan cairan yang tidak normal (mis.,
puasa).
pembedahan.
22
C. Intervensi Keperawatan
terganggu.
Intervensi keperawatan:
Pengkajian
tambahan.
23
b. Pengisapan jalan napas (NIC):
Pantau status oksigen pasien (tingkat SaO2 dan SvO2) dan status
batuk.
Aktivitas Kolaboratif
24
b. Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau
peralatan pendukung.
institusi.
Aktivitas Lain
c. Jika pasien tidak mampu ambulasi, pindahkan pasien dari satu sisi
tempat tidur ke sisi tempat tidur yang lain sekurangnya setiap dua
jam sekali.
25
g. Pengisapan nasofaring atau orofaring untuk mengeluarkan sekret
setiap….(sebutkan frekuensinya).
spiritual.
Intervensi:
Pengkajian
perkembangan.
26
Tentukan apakah persepsi ketidaksukaan terhadap karakteristik
Aktivitas Kolaboratif
27
Aktivitas Lain
martabat pasien.
dilakukan.
28
Mengungkapkan secara verbal kekhawatiran tentang hubungan
tubuhnya.
lain.
Intervensi:
Pengkajian
29
c. Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi di sangkar iga
mendengkur.
Catat perubahan pada SaO2, SvO2, CO2, akhir-tidal, dan nilai gas
30
b. Diskusikan perencanaan untuk perawatan di rumah meliputi
pernapasan.
Aktivitas Kolaboratif
protokol.
31
e. Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pola pernapasan,
uraikan jadwal.
Akvtivitas Lain
napas.
pernapasan terkontrol.
membersihkan sekret.
setiap..
posisi.
32
k. Sinkronisasikan antara pola pernapasan pasien dan kecepatan
ventilasi.
bantuan.
Intervensi:
Pengkajian
Keluarnya flatus.
Adanya impaksi.
Ada atau tidak adanya bising usus dan distensi abdomen pada
33
Identifikasi faktor (mis., pengobatan, tirah baring, dan diet) yang
c. Ajarkan kepada pasien tentang efek diet (mis., cairan dan serat)
pada eliminasi.
perdarahan.
Aktivitas Kolaboratif
dalam diet.
34
Sarankan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter jika konstipasi
Aktivitas Lain:
pasien.
defekasi.
Intervensi:
Pengkajian
a. Pantau tanda dan gejala infeksi (mis., suhu tubuh, denyut jantung,
35
b. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
(mis., usia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, luluh imun dan
malnutrisi).
terhadap infeksi.
Aktivitas Kolaboratif
36
b. Pengendalian infeksi (NIC): Berikan terapi antibiotik bila
diperlukan.
Aktivitas Lain
yang terinfeksi.
masing pasien.
energi.
Intervensi:
37
Pengkajian
elektrolit.
mahal.
Aktivitas Kolaboratif
38
nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang adekuat dapat
dipertahankan.
bersama ahli gizi, jika diperlukan, jumlah kalori dan zat gizi yang
Aktivitas Lain
fisik di lokasi yang terlihat jelas dan kaji ulang setiap hari.
tinggi.
39
f. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan (mis.,
diperlukan.
menelan.
makan.
memudahkan menelan.
40
g. Ketika memberi makan pasien, gunakan spuit jika perlu, untuk
memudahkan menelan.
Mual/muntah
Sebutkan faktornya.
belakang leher.
h. Batasi diet terhadap es batu dan air putih jika gejala parah;
41
c. Berikan makanan sesuai dengan pilihan pribadi, budaya, dan
agama pasien.
Gangguan menelan
badan.
kebutuhan pasien.
42
k. Berikan penguatan positif untuk pencapaian berat badan dan
l. Gali bersama pasien dan orang terdekat isu pribadi (mis., citra
ketidakpatuhan.
imobilitas.
ringan atau tidak ada): ekspresi nyeri pada wajah, gelisah atau
Intervensi:
Pengkajian
43
b. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala
hebat).
44
b. Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
Aktivitas Kolaboratif
berat.
45
Laporkan kepada dokter jika tindakan berhasil atau jika keluhan
Aktivitas Lain
hangat/dingin.
berikut:
mendukung.
aktivitas perawatan.
d. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri
46
e. Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respon
Anda”).
memungkinkan.
darah yang tidak normal, kehilangan cairan yang tidak normal (mis.,
(sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada
Intervensi:
47
Pengkajian
pengobatan).
48
Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga
Aktivitas Kolaboratif
Aktivitas Lain
pembedahan.
diantara waktu makan, ganti air es secara rutin, buat es mambo dari
49
jus kesukaan anak, cetak agar-agar dalam bentuk lucu-lucu,
puasa).
hipeaktivitas.
Intervensi:
Pengkajian
fisik, setiap
penyebab ansietas.
c. Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil
keputusan pasien.
50
Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga
prognosis.
selama prosedur.
Aktivitas Kolaboratif
Aktivitas Lain
51
b. Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan secara verbal
ansietas.
lain.
52
l. Penurunan ansietas (NIC):
ansietas.
pembedahan.
Tujuan/Kriteria Evaluasi:
sesama jenis yang sesuai, adanya bukti hubungan lawan jenis yang
orientasi seksual.
53
b. Menunjukkan fungsi seksual, yang dibuktikan oleh indikator
Intervensi:
Pengkajian
koseling terfokus).
54
penuaan; penyesuaian pascabedah, terutama setelah pembedahan
diperlukan.
obat, dan stres (atau masalah lain yang dialami pasien) sering kali
nilai/keyakinan [pasien].
Aktivitas Kolaboratif
Aktivitas Lain
55
b. Beri waktu dan privasi untuk membahas permasalahan seksual
pasien.
pertanyaan.
D. Implementasi Keperawatan
untuk memberikan pelayanan perawatan yang baik dan bermutu yang telah
56
E. Evaluasi
57