Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEHAMILAN DENGAN MIOMA UTERI

A. PENGERTIAN
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya
sehingga dapat dalam bentuk padat, karena jaringan ikatnya dominan dan lunak,
karena otot rahi mnya dominan. (Menurut Manuaba, 2011)
Mioma uteri adalah tumor jinak rahim ini sebagian besar berasal dari sel muda
otot rahim, yang mendapat rangsangan terus menerus dari hormon estrogen
sehingga terus bertumbuh dan bertambah menjadi besar. Oleh karena itu tumor
jinak otot rahim sebagian besar terjadi pada masa reproduktif aktif, yaitu saat
wanita masih menstruasi(Menurut Manuaba, 2012).
Mioma uteri adalah tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos rahim.
Mioma uteri terjadi pada 20% - 25% perempuan di usia reproduktif (Anwar, dkk,
2011)
Kehamilan dengan mioma pada trimester pertama mioma yang membesar akan
mendorong janin sehingga tidak dapat menempel dengan baik pada dinding
rahim. Akibatnya risiko terjadinya keguguran semakin besar. Jika kehamilan
berlanjut mioma dapat mendesak janin sampai plasenta yang tumbuh di bawah
rahim sehingga mengakibatkan perdarahan saat melahirkan. Apabila mioma
tumbuh menghalangi saluran makanan janin, maka pertumbuhan janin akan
terganggu karena kekurangan makanan dan oksigen yang bisa berujung pada
kematian. Mioma yang terdapat pada bagian atas rahim bisa membuat janin
berada dalam posisi sungsang karena ia sulit bergerak ke posisi normal.

B. KLASIFIKASI
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka
tumbuh. Klasifikasinya sebagai berikut :
1. Mioma intramural : merupakan mioma yang paling banyak ditemukan.
Sebagian besar tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling
tengah, yaitu miometrium.
2. Mioma subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus
yang paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium. Jenis
mioma ini bertangkai (pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Apabila
terlepas dari induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga
peritoneum disebut wandering/parasitic fibroid  Ditemukan kedua terbanyak.
3. Mioma submukosa : merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus
paling dalam sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat
bertangkai atau berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian dilahirkan melalui saluran serviks, yang disebut mioma geburt
(Chelmow, 2005)

C. ETIOLOGI
Penyebab pasti mioma tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali
ditemukan sebelum pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan
hanya manifestasi selama usia reproduktif (Anwar dkk, 2011).
1. Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri 
mempengarui pertumbuhan tumor
2. Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom
yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan
fibroid. Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi
paternal.
3. Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah
menopause jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, 2005).
Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:
1. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan sekitar
40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007). Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan
pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Joedosaputro,
2005).
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada jaringan
miometrium normal. (Djuwantono, 2005)
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan
dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. (Parker, 2007)
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker, 2007)
5. Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan
daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau
menurunkan insiden mioma uteri (Parker, 2007).
6. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
esterogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini
mempercepat pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003).
7. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1 (satu) atau 2
(dua) kali (Khashaeva, 1992).

D. PATOFISIOLOGI 
12345Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal
tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat
bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi
dapat juga terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh
darah endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat
besar tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan
menyebabkan perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan
berkembang menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang
dapat menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang
bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi
atau menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan
uterus dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan
kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.

E. TANDA DAN GEJALA


Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak menggangu. Gejala yang
dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma berada (serviks,
intramural, submukus, sebserus), besarnya tumor, perubahan dan kompilikasi
yang terjadi (Wiknjosastro, 2008). Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai
berikut :
1. Massa di Perut Bawah
Penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di perut
bagian bawah.
2. Pendarahan abnormal
Gangguan pendarahan yang terjadi metroragia.
3. Rasa Nyeri Rasa
Nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan dari

sirkulasi darah pada sarang mioma , disertai nekrosis setempat dan


peradangan.
4. Gejala dan penekanan
Gangguan ini dapat tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.
Penekanan pada kantung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra akan
dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan
tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
5. Penurunan Kesuburan dan Abortus
Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan kesuburan masih
belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri
mengalami infertilitas. Penurunan kesuburan dapat terjadi apabila sarang
mioma menutup ata u menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma
submukosa dapat memudahkan terjadinya abortus karena distorsi rongga
uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena adanya mioma dapat
menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implantasi embrio dapat
terjadi pada keberadaan mioma uteri akibat perubahan histologi
endometrium dimana terjadi atrofi karena adanya kompresi massa tumor.
Pathway Mioma Uteri

F. DIAGNOSIS
Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan dari:
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan antara lain :
a. Timbul benjolan diperut bagian bawah dalam waktu relatif lama.
b. Kadang-kadang disertai gangguan haid
c. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir mioma bertangkai, atau pecah.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pemeriksaan abdomen
1) Uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen
2) Teraba benjolan tidak teratur, tetap dan lunak
3) Ada nyeri lepas yang disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal
b. Pemeriksaan pelvis
1) Adanya dilatasi serviks
2) Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk nodul
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
mioma uteri , sebagai berikut :
a. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma,
ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma
juga dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT
scan) ataupun Magnetic Resonance Image ( MRI), tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal.
b. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP)
pemeriksaaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta
menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
c. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
f. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena
bisa membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh
karena kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat
menyebabkan pembesaran uterus menyerupai kehamilan.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom
abdomen akut.
H. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran
tumor, dan terbagi atas :
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2) Monitor keadaan Hb
3) Pemberian zat besi
4) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita
anemia
2) Nyeri pelvis yang hebat
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena
mioma berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4) Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5) Pertumbuhan mioma setelah menopause
6) Infertilitas
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma
(Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
1) Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan
rahim/uterus (Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada
penderita mioma uteri secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan
kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah penyebab lain
disingkirkan (Chelmow, 2005).
2) Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya
(total) berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001). Histerektomi dapat
dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita
yang memiliki mioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada
dua cara histerektomi, yaitu :
a) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
b) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus
gravid 12 minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya
rektokel, sistokel atau enterokel (Callahan, 2005).

Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists


(ACOG) untuk histerektomi adalah sebagai berikut :
1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari
luar dan dikeluhkan oleh pasien.
2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan
bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia
akibat kehilangan darah akut atau kronis.
3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan
akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis
dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang
sering (Chelmow, 2005).
2. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia
dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih
disukai apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk
kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri
atau obstruksi mekanik.

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data biografi pasien
a. Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor
pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat,
upaya yang dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik.
b. Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami,
riwayat alergi, imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan
alkohol
c. Riwayat kesehatan keluarga
2. Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan
kanker servik, pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke
arah pengkajian obstretri dan ginekologi, meliputi :
a. Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan,
lama persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas serta
laktasi, masalah bayi dan keadaan anak saat ini
b. Pemeriksaan genetalia
c. Pemeriksaan payudara
d. Riwayat operasi ginekologi
e. Pemeriksaan pap smear
f. Usia menarche
g. Menopause
h. Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
i. Kesehatan lingkungan/higiene
3. Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,
hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan
kepercayaan dan tingkat perkembangan.
4. Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain
5. Terapi medis yang diberikan
6. Efek samping dan respon pasien terhadap terapi
7. Persepsi klien terhadap penyakitnya

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Gangguan eliminasi urin (retensio) berhubungan dengan penekanan oleh


massa jaringan neoplasm pada daerah sekitarnnya, gangguan sensorik /
motorik.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan jaringan otot
3. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan
mengenai efek  perdarahan dan menejemennya.
4. Ganguan konsep diri berhubungan dengan kekawatiran tentang
ketidakmampuan memiliki anak, perubahan dalam masalah kewanitaan,
akibat pada hubungan seksual.
5. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan terjadinya perdarahan  
yang berulang-ulang. 
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber
informasi
K. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
No.
Keperawatan Tujuan  dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Ob 1. Memudahkan tindakan
nyaman (nyeri) keperawatan selama 3 x 24 servasi adanya nyeri dan keperawatan
berhubungan klien dapat mengontrol tingkat nyeri. 2. Meningkatkan persepsi
dengan kerusakan nyerinya dengan Kriteria 2. Aj klien terhadap nyeri yang
jaringan otot dan hasil: arkan dan catat tipe nyeri dialaminya.
system saraf akibat - Mampu mengidentifikasi serta tindakah untuk 3. Membantu mengurangi
penyempitan cara mengurangi nyeri, mengatasi nyeri nyeri dan meningkatkan
kanalis servikalis - Mengungkapkan keinginan 3. Aj kenyamanan klien
oleh myoma untuk mengontrol nyerinya. arkan teknik relaksasi 4. Meningkatkan kenyamanan
4. An klien
jurkan untuk menggunakan 5. Mengurangi nyeri
kompres hangat
5. Ko
laborasi pemberian
analgesik.
2. Ansietas yang Setelah dilakukan tindakan 1. Terapi bersama  pasangan 1. Kehadiran perawat dan
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 dan menyatakan perasaan. pemahaman secara empati
dengan perdarahan diharapkan ansietas dapat 2. Menentukan tingkat merupakan alat terapi yang
kurangnya berkurang dengan kriteria pemahaman pasangan potensial untuk
pengetahuan hasil : tentang situasi dan mempersiapkan pasangan
mengenai efek - Pasangan dapat manajemen yang sudah untuk menanggulangi
perdarahan dan mengungkapkan direncanakan. situasi yang tidak
menejemennya. harapannya dengan kata- 3. Berikan pasangan informasi diharapkan.
kata tentang manajemen tentang manajemen yang 2. Hal yang diberikan perawat
yang sudah direncanakan, sudah direncanakan. akan memperkuat
sehingga dapat penjelasan dokter dan
mengurangi kecemasan untuk memberitahu dokter
pasangan. jika ada penjelasan yang
penting.
3. Pendidikan pasien yang
diberikan merupakan cara
yang efektif mencegah dan
menurunkan rasa cemas.
Pengetahuan akan
mengurangi ketakutan akan
ha-hal yang tidak diketahui.
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Catat pola miksi dan 1. Melihat perubahan pola
eliminasi urine keperawatan selama 3 x 24 monitor pengeluaran urine eliminasi klien
(retensio) pola eliminasi urine ibu 2. Lakukan palpasi pada 2. Menentukan tingkat nyeri
berhubungan kembali normal dengan kandung kemih, observasi yang dirasakan oleh klien
dengan penekanan Kriteria hasil: adanya ketidaknyamanan 3. Mencegah terjadinya
oleh massa - Ibu memahami terjadinya dan rasa nyeri. retensi urine
jaringan retensi urine, 3. Anjurkan klien untuk
neoplasma pada - Bersedia melakukan merangsang miksi dengan
daerah tindakan untuk mengurangi pemberian air hangat,
sekitarnnya, atau menghilangkan retensi mengatur posisi,
gangguan urine. mengalirkan air keran.
sensorik / motorik.
4. Ganguan konsep Setelah dilakukan tindakan 1. Beritahu klien tentang siapa 1. Mengurangi kecemasan dan
diri berhubungan keperawatan selama 3 x 24 saja yang bisa dilakukan meningatkan harga diri
dengan konsep diri klien tidak histerektomi dan anjurkan klien
kekawatiran mengalami gangguan dengan klien untuk mengekpresikan 2. Identifikasi kekuatan dan
tentang Kriteria hasil : perasaannya tentang kelemahan klien
ketidakmampuan - Menerima keadaan dirinya, histerektomi 3. Mengurangi kecemasan
memiliki anak, - Menyatakan bersedia untuk 2. Kaji apakah klien 4. Meningkatkan harga diri
perubahan dalam dilakukan tindakan mempunyai konsep diri klien dan berperan aktif
masalah termasuk tindakan yang negatif. dalam perencanaan
kewanitaan, akibat pembedahan 3. Memotivasi klien untuk perawatan bagi diri klien
pada hubungan mengungkapkan
seksual. perasaannya mengenai
tindakan pembedahan dan
pengaruhnya terhadap diri
klien
4. Ciptakan lingkungan atau
suasana yang terbuka bagi
klien untuk membicarakan
keluhan-keluhannya.
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC
Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital
Tract in Blueprints Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing,
Http://www.emedicine.com/med/topic331 9.html.
Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston :
Elsevier Saunders
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi.
Farmacia. Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta
Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2000. Fibroids in Gynaecology Illustrated.
London : Churchill Livingstone.
Joedosapoetro MS. 2003.  Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB,
Rachimhadi T. Editor. Edisi Ke-2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Manuaba IBG. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi. Edisi
2. Jakarta : EGC
Moore JG. 2001. Essensial obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates
Panay BSc MRCOG MFFP, Nick et al. 2004. Fibroids in Obstetrics
and Gynaecology. London : Mosby
Parker WH. 2007. Etiology, Symptomatology and Diagnosis of Uterine Myomas.
Volume 87. Department of Obstetrics and gynecology UCLA School of
Medicine. California : American Society for Reproductive Medicine
Rayburn WF. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Alih Bahasa: H. TMA Chalik. Jakata.
Widya Medika,
Http://nurseperfect.blogspot.co.id/2015/08/laporan-pendahuluan-myoma-uteri.html

Anda mungkin juga menyukai