Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA PASIEN DENGAN MIOMA UTERI


DIRUANG BRAWIJAYA RSUD KANJURUAN
KABUPATEN MALANG

DIANA EKA PERTIWI


NIM 193161011

STIKes WIDYA CIPTA HUSADA MALANG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
NOVEMBER
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
MIOMA UTERI

A. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang
menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah Fibromioma, leiomioma,
atau fibroid (Mansjoer, 2007).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal dari
otot polos myometrium uterus dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri,
leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang
ditemukan pada traktus genitalia wanita. Disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan mioma
mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum, 2003).

B. Etiologi
Penyebab mioma uteri antara lain:
1. Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri mempengarui
pertumbuhan tumor
2. Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom yang membawa
145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Sebagian ahli
mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal.
3. Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah menopause jarang
ditemukan sebelum menarke (Crum, 2005).
Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:
1. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan sekitar 40%-
50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007). Mioma uteri jarang ditemukan
sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan pada wanita menopause
mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Joedosaputro, 2003).
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada jaringan
miometrium normal. (Djuwantono, 2005)
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita
tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. (Parker, 2007)
4. Makanan
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging
babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden
mioma uteri (Parker, 2007).
5. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar esterogen
dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat
pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003).
6. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1 (satu) atau 2 (dua) kali
(Manuaba, 2003).

C. Klasifikasi
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka tumbuh.
Klasifikasinya sebagai berikut :
1. Mioma intramural : merupakan mioma yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar
tumbuh di antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah, yaitu miometrium.
2. Mioma subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus yang
paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium. Jenis mioma ini
bertangkai (pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Apabila terlepas dari induknya dan
berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga peritoneum
disebut wandering/parasitic fibroid Ditemukan kedua terbanyak.
3. Mioma submukosa : merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus paling dalam
sehingga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan
lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran
serviks, yang disebut mioma geburt (Chelmow, 2005)
D. Tanda Dan Gejala
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor, perubahan
dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul diantaranya:
1. Perdarahan abnormal, berupa, menoragia dan metroragia. Faktor-faktor yang
menyebabkan perdarahan antara lain.
a. Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium karena
pengaruh ovarium
b. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
c. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di antara
serabut miometrium
2. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma,
yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri terutama saat menstruasi
3. Pembesaran perut bagian bawah
4. Uterus membesar merata
5. Infertilitas
6. Perdarahan setelah bersenggama
7. Dismenore
8. Abortus berulang
9. Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul
(Chelmow, 2005)

E. Phatway
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila
terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen akut.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis mioma uteri ,
sebagai berikut :
1. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan
endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma juga dapat dideteksi
dengan Computerized Tomografi Scanning (CT scan) ataupun Magnetic Resonance
Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal.
2. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan ini penting
untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
3. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai dengan
infertilitas.
4. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar hemoglobin
dan hematokrit serta jumlah leukosit.
5. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa membantu
dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena kehamilan atau oleh
karena adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan pembesaran uterus
menyerupai kehamilan.
H. Penatalaksanaan
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan
terbagi atas:
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2. Monitor keadaan Hb
3. Pemberian zat besi
4. Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma.
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1. Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2. Nyeri pelvis yang hebat
3. Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma berukuran
kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4. Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5. Pertumbuhan mioma setelah menopause
6. Infertilitas
7. Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus
(Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri
secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum
memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan (Chelmow, 2005).
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik
sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks
uteri (Prawirohardjo, 2001). Histerektomi dapat dilakukan bila pasien tidak
menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang
simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu :
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12
minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel atau
enterokel (Callahan, 2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi adalah sebagai berikut :
1. Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar
dan dikeluhkan oleh pasien.
2. Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpal-
gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat
kehilangan darah akut atau kronis.
3. Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut,
rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan
penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering
(Chelmow, 2005).

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Data biografi pasien
Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor pencetus,
lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang
dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik.
b. Pengumpulan Data.
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi (data-data)
dari klien. adalah sebagai berikut :
Usia :
1) Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada usia
35 tahun keatas.
2) Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
3) Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam menyesuaikan diri
terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya akibat tindakan TAH-
BSO.
c. Keluhan Utama
Keluhan yang timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa nyeri karena terjadi
torehant tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah biasanya
berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah
P,Q,R,S,T
1) Data subjektif :
a) Pasien mengeluh nyeri saat menstruasi.
b) Pasien mengatakan ada perdarahan abnormal.
c) Pasien merasa penuh pada perut bagian kanan bawah.
d) Pasien mengeluh adanya perubahan pola BAK dan BAB.
e) Pasien merasa haidnya tidak teratur.
2) Data objektif :
a) Ada benjolan pada perut bagian bawah yang padat, kenyal, permukaan tumor
rata serta adanya pergerakan tumor.
b) Pemeriksaan ginekologi dengan pemeriksaan bimanual di dapat tumor
menyatu dengan rahim atau mengisi kavum douglas.
c) Infertilitas atau abortus.
d. Riwayat Reproduksi
1) Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atrofi pada masa menopause
2) Hamil dan Persalinan
a) Kehamilan mempengaruhi pertubuhan mioma, dimana mioma uteri tumbuh
cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen, pada masa ii
dihasilkan dalam jumlah yang besar.
b) Jumlah kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan
keluarga terhadap hilangnya oirgan kewanitaan.
e. Data Psikologi.
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional
klien dan diperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Organ reproduksi
merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi sebagai
lambang feminitas, sehingga berhentinya menstruasi bias dirasakan sebgai hilangnya
perasaan kewanitaan.
Perasaan seksualitas dalam arti hubungan seksual perlu ditangani . Beberapa
wanita merasa cemas bahwa hubungan seksualitas terhalangi atau hilangnya
kepuasan. Pengetahuan klien tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu
persiapan psikologi klien.
f. Status Respiratori
Respirasi bias meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat terdengar
tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat
secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas .
Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai
anaestesi general.
g. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus dijawab
oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai
dari siuman sampai ngantuk , harus di observasi dan penurunan tingkat kesadaran
merupakan gejala syok.
h. Status Urinari
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang
hidrasinya baik biasanya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah
pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat
operasi, muntah akibat anestesi.
i. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori dan
kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (mioma uteri) dan agen injuri fisik
(jika dilakukan terapi pembedahan)
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi),
ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor psikososial
4. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder;
ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi), dan prosedur
invasi
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan dan perubahan perkembangan
penyakit
6. Retensi urin berhubungan dengan penekanan yang keras pada uretra
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit;
keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan); misinterpretasi dengan informasi
yang diberikan; dan tidak familiar dengan sumber informasi
3. Rencana Asuhan Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN

Diangosa
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
Nyeri akutSetelah dilakukan pemberian Manajemen Nyeri
berhubungan asuhan keperawatan selama 3 x 24 1. Kaji secara komphrehensif tentang
dengan agen injuri jam, diharapkan respon nyeri nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik,
biologis (kanker pasien dapat terkontrol dengan durasi, frekuensi, kualitas,
serviks) dan agen kriteria hasil sebagai berikut : intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-
injuri fisik (jika Kontrol Nyeri faktor pencetus
dilakukan terapi1. Klien mampu mengenal faktor- 2. Observasi isyarat-isyarat verbal dan
pembedahan) faktor penyebab nyeri, beratnya non verbal dari ketidaknyamanan,
ringannya nyeri, durasi nyeri, meliputi ekspresi wajah, pola tidur,
frekuensi dan letak bagian tubuh nasfu makan, aktitas dan hubungan
yang nyeri sosial.
2. Klien mampu mengontrol nyeri 3. Kaji pengalaman masa lalu individu
3. Ekspresi wajah klien rileks tentang nyeri
4. Klien melaporkan adanya 4. Ajarkan penggunaan teknik non-
penurunan tingkat nyeri dalam farmakologi (seperti: relaksasi, guided
rentang sedang (skala nyeri: 4 imagery, terapi musik, dan distraksi)
sampai 6) hingga nyeri ringan 5. Modifikasi tindakan mengontrol nyeri
(skala nyeri : 1 sampai 3) berdasarkan respon pasien
5. Klien melaporkan dapat 6. Anjurkan klien untuk meningkatkan
beristirahan dengan nyaman tidur/istirahat
Monitor Tanda-Tanda Vital
Status Kenyamanan (fisik)
7. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
1. Kontrol terhadap gejala 5
status pernafasan
2. Posisi yang nyaman 5
8. Monitor warna kulit, suhu dan
kelembaban
Nyteri efek yang mengganggu
Pemberian Analgesik
1. Ketidaknyamanan 5 9. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai
2. Gangguan konsentrasi 5 dengan anjuran. Pemberian analgetik
3. Kehilangan nafsu makan 5 harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut : prinsip pemberian obat 6 benar
Integritas jaringan kulit dan (benar nama, benar obat, benar dosis,
membran mukosa benar cara, benar waktu pemberian, dan
benar dokumentasi)
1. Integritas kulit 5
2. Lesi pada kulit 5
3. Wajah pucat 5
Ansietas Setelah dilakukan asuhan Pengurangan kecemasan
berhubungan keperawatann kepada pasien 1. Ciptakan hubungan saling percaya
dengan krisis selama 2 x 24 jam, diharapkan 2. Gunakan pendekatan yang tenang dan
situasional pasien dapat mengkontrol cemas meyakinkan
(histerektomi atau dengan kriteria hasil sebagai 3. Tenangkan pasien dan kaji tingkat
kemoterapi), berikut: kecemasan pasien
ancaman terhadap NOC: Kontrol Cemas 4. Jelaskan seluruh prosedur tindakan
konsep diri, 1. Perawat memonitor tingkat kepada pasien dan perasaan yang
perubahan dalam kecemasan pasien mungkin muncul pada saat melakukan
status kesehatan, 2. Klien mampu menurunkan tindakan
stres penyebab-penyebab 5. Berikan informasi tentang diagnosa,
kecemasan prognosis dan tindakan dengan
3. Perawat dan keluarga dapat komunikasi yang baik
menurunkan stimulus 6. Mendampingi pasien untuk mengurangi
lingkungan ketika pasien kecemasan dan meningkatkan
cemas kenyamanan
4. Klien mampu mencari 7. Dorong pasien untuk menyampaikan
informasi tentang hal-hal yang tentang isi perasaannya
dapat dilakukan untuk 8. Bantu pasien untuk mengungkapkan hal
menurunkan kecemasan hal yang membuat cemas dan
5. Klien manpu menggunakan dengarkan dengan penuh perhatian
strategi koping yang efektif 9. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
6. Klien melaporkan kepada ibadah dan berdoa
perawat penurunan kecemasan Health Education
7. Klien mampu menggunakan 10. Bantu pasien untuk beradaptasi dengan
teknik relaksasi untuk persepsi stressor, perubahan, atau
menurunkan cemas ancaman yang menghambat
8. Klien mampu pemenuhan tuntutan dan peran hidup.
mempertahankan hubungan 11. Ajarkan anggota keluarga bagaimana
social, dan konsentrasi membedakan antara serangan panik dan
9. Klien melaporkan kepada gejala penyakit fisik
perawat tidur cukup, tidak ada
keluhan fisik akibat
kecemasan, dan tidak ada
perilaku yang menunjukkan
kecemasan
Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Kontrol Infeksi
dengan faktor keperawatann kepada pasien 1. Bersikan lingkungan setelah
resiko selam3 x 24 jam, diharapkan digunakan oleh pasien
ketidakadekuatan pasien dapat menjelaskan kembali 2. Ganti peralatan pasien setiap selesai
pertahanan cara mengkontrol infeksi dengan tindakan
sekunder; kriteria hasil sebagai berikut: 3. Anjurkan pasien untuk cuci tangan
ketidakadekuatan Pengetahuan: Kontrol infeksi dengan tepat
pertahanan imun 1. Mampu menerangkan cara- 4. Lakukan perawatan aseptic pada
tubuh; cara penyebaran infeksi semua jalur IV
imunosupresi 2. Mampu menerangkan factor- 5. Lakukan teknik perawatan luka
(kemoterapi), dan faktor yang berkontribusi dengan memperhatikan prinsip septik
prosedur invasi dengan penyebaran dan aseptik
3. Mampu menjelaskan tanda- 6. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik
tanda dan gejala dengan memperhatikan prinsip
4. Mampu menjelaskan aktivitas pemberian obat 6 benar (benar obat,
yang dapat meningkatkan benar nama, benar dosis, benar waktu,
resistensi terhadap infeksi benar cara pemberian, dan benar
dokumentasi)
Keparahan infeksi 7. Ajarkan pasien dan keluarga tentang
1. Ketidakstabilan suhu tanda-tanda, gejala dari infeksi dan
2. Kulit kemerahan cara pencegahan infeksi

Integritas jaringan kulit dan Perlindungan Infeksi


membran mukosa 8. Monitor hitung wbc
1. Integritas kulit 5 9. Berikan perawatan kulit yang tepat
2. Lesi pada kulit 5 untuk area yang teriritasi
3. Wajah pucat 5 10. Periksa kulit adanya kemerahan,
kehangatan ekstrem, dan drainase.
11. Tingkatkan asupan nutisi yang cukup
12. Anjurkan iatirahat
13. Anjurkan peningkatan mobilisasi dan
latihan dengan tepat

4. Implementasi Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai
berikut:
a. Tahap 1: persiapan Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk
mengevaluasi yang di indentifikasi pada tahap perencanaan.
b. Tahap 2: intervensi Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional.
Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,dependen,dan
interdependen.
c. Tahap 3: dokumentasi Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan
yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah fase akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai
informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan
merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat
pada tahap perencanaan, disamping itu evaluasi juga digunakan sebagai alat ukur suatu
tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang memberikan tujuan tercapai, tidak tercapai
atau tercapai sebagian. Terdapat 2 tipe dokumentasi evaluasi yaitu
Evaluasi formatif yang menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera dan evaluai sumatif yang merupakan rekapitulasi dari hasil
observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu.
Evaluasi sumatif dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai
berikut :
S: Respon Subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O: Respon objektifklien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A: Analisa ulang atas subjektif dan objektifuntuk menyimpukan apakah masalah masih tetap
atau muncul. Masalah baru ataudata yang kontradiksi dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkanhasil analisa pada respon klien
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat CM. 2004. Prosedur tetap Obstetri dan ginekologi. Jakarta : EGC

Callahan MD MPP, Tamara L. 2005. Benign Disorders of the Upper Genital Tract in Blueprints
Obstetrics & Gynecology. Boston : Blackwell Publishing,

Crum MD, Christopher P & Kenneth R. Lee MD. 2003. Tumors of the
Myometrium in Diagnostic Gynecologic and Obstetric Pathology. Boston : Elsevier
Saunders

Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi.


Farmacia.Vol III NO. 12. Juli 2004. Jakarta

Hart MD FRCS FRCOG, David McKay. 2000. Fibroids in Gynaecology Illustrated. London :
Churchill Livingstone.

Joedosapoetro MS. 2003. Ilmu Kandungan. Wiknjosastro H, Saifudin AB, Rachimhadi T.


Editor.Edisi Ke-2.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai