Anda di halaman 1dari 7

M4 (Method)

1) Penerapan metode MAKP

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur yakni
standar, proses keperwatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP. Definisi tersebut
berdasarkan prinsip – prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas
produksi/jasa layanan keperawatan (Nursalam 2015).

Modifikasi MAKP Tim-Primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. MAKP
Tim adalah metode yang terdiri atas anggota yang berbeda – beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/
grub yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam satu kelompok kecil
yang saling membantu (Nursalam, 2015). MAKP Primer adalah metode penugasan di mana
satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan
pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Menurut Sitorus (2002)
penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa alasan berikut.

a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara.

b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.

c. Melalui kombinasi kedua model tesebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada
di RS sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan
diberikan oleh perawat primer/ketua tim.

Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan dari kepala ruang Teratai, metode
asuhan keperawatan yang diterapkan pada ruangan tersebut adalah model modifikasi MAKP
Tim-Primer. Hal itu dikarenakan adanya keterbatasan sumber daya atau tenaga perawat di
ruang Teratai. Pembagian tugas di ruang Teratai dibagi menjadi 2 tim yang mana masing-
masing tim terdiri atas satu ketua tim yang dibantu oleh perawat associate atau perawat
pelaksana yang jumlahnya disesuaikan dengan ketersediaan tenaga keperawatan di ruang
Teratai. Kepala tim di ruang teratai juga merangkap sebagai perawat pelaksana.
Analisa:

Pembagian tugas di ruang Teratai dibagi menjadi 2 tim yang mana masing-masing tim
terdiri atas satu ketua tim yang dibantu oleh perawat associate atau perawat pelaksana yang
jumlahnya disesuaikan dengan ketersediaan tenaga keperawatan di ruang Teratai. Kepala
tim di ruang teratai juga merangkap sebagai perawat pelaksana. Kedua tim berkerja sama
dalam mengelola semua pasien.
2) Penerapan timbang terima

Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima harus
dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat jelas dan komplit tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sedang dilakukan/ belum dan
perkembangan pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima
dilakukan oleh perawat primer ke perawat penaggung jawab jawab dinas sore atau dinas
malam secara tertulis dan lisan (Nursalam, 2015).
Dalam pelaksanaan timbang terima di ruang Teratai, ruangan sudah memiliki SOP yang
berlaku sesuai standart ruangan. Timbang terima selalu dilaksanakan setiap pergantian shift.
Timbang terima dipimpin oleh ketua tim atau kepala ruangan dan dilaksanakan di nurse
station. Kedua kelompok shift yang sudah siap akan mengoperkan dan mempersiapkan hal-
hal yang akan disampaikan dengan mengkaji secara komprehensif hal- hal yang berkaitan
dengan masalah keperawatan pasien, rencana tindakan yang sudah dan yang belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan, kemudian di tuliskan
dalam buku laporan (operan). Hal-hal yang disampaikan pada saat timbang terima yaitu
identitas pasien dan diagnosa medis, masalah keperawatan yang kemungkinan masih
muncul, tindakan keperawatan yang sudah dan yang belum dilaksanakan, perawat yang
melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas, lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari 5
menit. Teknik pengoperan didepan pasien dengan memberikan salam terlebih dahulu dan
memperkenalkan diri kepada pasien serta keluarga pasien dengan komunikasi terapeutik.
Dokumentasi saat timbang terima adalah identitas pasien, diagnosa medis, dokter
penanggungjawab pasien, intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum, tindakan
kolaborasi, rencana umum dan persiapan lain. Setelah timbang terima dilakukan di nurse
station, timbang terima juga dilakukan ke setiap pasien oleh kedua kelompok shift dengan
menanyakan keluhan pasien dan mengobservasi kondisi pasien secara langsung.
Analisa:
Timbang terima sudah terlaksana dengan baik sesuai SOP yang berlaku di ruangan.
Timbang terima juga telah dilakukan ke setiap pasien. Adanya buku operan juga telah
membantu terlaksananya timbang terima dengan baik dan telah rutin dilakukan setiap
pergantian shift. Akan tetapi, belum dilakukan pre conference dan post conference setelah
timbang terima. Hal itu dikarenakan adanya keterbatasan waktu dan sering bersamaan
dengan visite dokter ke ruangan. pada shift pagi ke shift sore juga shift sore ke shift malam
dilakukan timbang terima tapi tidak berkeliling ke pasien.
3) Penerapan ronde keperawatan

Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk membahas masalah
keperawatan dengan melibatkan pasien dan seluruh tim keperawatan, konsultan
keperawatan, serta devisi terkait (medis, gizi, rehabilitasi medis dan sebagainya). Ronde
keperawatan juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat
meningkatkan kemapuan kognitif, afektif dan psikomotor (Nursalam 2015).
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruang Teratai, ronde keperawatan masih
belum dilakukan secara optimal sesuai teorinya. Hal itu dikarenakan adanya kesulitan dan
keterbatasan waktu untuk mengumpulkan semua tenaga dari profesi lain dalam satu waktu
dan tempat. Namun bila ada masalah di ruangan terkait pasien dengan kasus kompleks yang
perlu didiskusikan, maka ronde keperawatan dilakukan secara personal antar tenaga profesi
lainnya.
Analisa :
Dari hasil wawancara ronde keperawatan belum dilakukan secara optimal sesuai
teorinya dikarenakan adanya kesulitan dan keterbatasan waktu untuk mengumpulkan semua
tenaga dari profesi lain dalam satu waktu dan tempat. Namun bila ada masalah di ruangan
terkait pasien dengan kasus kompleks yang perlu didiskusikan, maka diskusi dilakukan
secara personal antar tenaga profesi lainnya.

4) Pengelolaan logistik dan obat

Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2015).

Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruang Teratai, sentralisasi obat sudah
terlaksana dengan menerapkan sistem One Day Doses (ODD) untuk obat injeksi, setiap hari
disiapkan dan digunakan selama satu hari. Sedangkan untuk obat oral disiapkan per unit
dose. Obat disiapkan dan diserahkan langsung oleh pihak farmasi. Dari pihak farmasi, akan
diantar langsung ke ruangan. Obat yang sudah diantar akan dimasukkan ke dalam box obat
yang telah diberi identitas pasien. Pengawasan obat dilakukan oleh farmasi dan perawat
yang bertanggung jawab shift saat itu di ruangan, untuk obat pasien yang akan pulang di
return langsung dari ruangan ke bagian farmasi. Tersedianya sarana dan prasarana untuk
pengelolahan sentralisasi obat dengan adanya lemari obat, lemari high alert, troly
emergency, dan alat habis pakai sebagai pendukung lain dalam sentralisasi obat. Kepala
ruangan mendukung kegiatan sentralisasi obat, sudah dilaksanakan kegiatan sentralisasi
obat oleh perawat berkolaborasi dengan depo farmasi. Tingkat pengetahuan perawat akan
adanya sentralisasi obat di ruangan baik serta pendokumentasi obat lengkap dengan dosis
yang diberikan sesuai advis dokter di setiap status pasien. Akan tetapi, belum tersedia SOP
sentralisasi obat di ruang Teratai.

Analisa:

Dari hasil observasi dan pengkajian menunjukan bahwa logistic dan obat sudah
dilakukan sentralisasi obat ODD di setiap pasien, akan tetapi standart prosedur operasional
sentralisasi obat di ruang Teratai belum tersedia.

5) Penerapan Penerimaan Pasien Baru

Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan pasien baru
(pasien dan keluarga) di ruang pelayanan keperawatan, khususnya pada rawat inap atau
keperawatan intensip. Dalam penerimaan pasien baru, maka sampaikan beberapa hal
mengenai orientasi ruangan pengenalan ketenagaan ners – medis, dan tata tertib serta
penyakit (Nursalam, 2015).

Dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru di ruang Teratai telah tersedia SOP yang
berlaku di ruangan. Pasien dapat datang dari IGD atau poli rawat jalan. Perawat ruangan
menerima informasi pasien baru via telepon. Informasi tersebut terdiri dari kondisi pasien,
diagnosa, jenis kelamin, umur, dan keadaan umum. Informasi tersebut akan dituliskan di
buku SBAR yang telah tersedia di ruang Teratai. Ruangan akan menyiapkan tempat tidur
lengkap sesuai dengan ruangan. Setelah semua telah siap, ruangan akan menghubungi
kembali petugas yang akan memindahkan pasien. Bersama dengan perawat dan petugas
poli/IGD, mengantarkan pasien ke bed yang telah disiapkan. Setelah itu akan ada timbang
terima antara perawat IGD/ poli yang mengantarkan pasien dengan perawat ruangan.
Timbang terima tersebut meliputi keadaan umum pasien, TTV, pengobatan yang telah
diberikan, rencana terapi dan perawatan lebih lanjut di ruangan, kelengkapan status pasien,
melakukan pengecekan kembali terhadap pengobatan pasien, melakukan orientasi kepada
pasien dan keluarga terhadap lingkungannya, memperkenalkan diri pada pasien dan
keluarga, observasi kondisi pasien, pemeriksaan TTV, berikan informasi pada pasien dan
keluarga sesuai dengan checklist tentang informasi yang harus diberikan, lakukan
dokumentasi, laporkan kepada petugas gizi untuk persiapan makan pasien, laporkan pasien
baru kepada dokter atau konsulen.

Analisa:

Dari hasil observasi di ruang Teratai selama 1 hari, sudah ada SOP, tetapi belum
dilakukan secara optimal di ruangan Teratai. Pasien baru akan diantar oleh petugas IGD/poli
dan diantarkan ke bed pasien yang telah disiapkan. Akan tetapi, timbang terima kepada
perawat ruangan terkadang hanya dilakukan via telpon dan menggunakan buku SBAR. Hal
itu dikarenakan kurangnya tenaga dari pihak yang mengantar pasien.

6) Penerapan Discharge Planning

Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari
penilaian, persiapan, serta koordianasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan
pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang.
Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar tim kesehatan mendapatkan
kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan keperawatan mandiri di
rumah. Perencanaan pulang di dapatkan dari proses interaksi ketika keperawatan
profesional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas
keperawatan yang diperlukan oleh pasien saat perencanaan harus berpusat pada masalah
pasien yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif serta keperawatan rutin yang sebenarnya
(Nursalam, 2015).

Perencanaan pulang diruangan Teratai dilakukan setelah visite dokter dan diikuti oleh
katim dan perawat pelaksana kemudian penentuan keadaan pasien dengan menganalisis
hasil pemeriksaan penunjang dan perkembangan kondisi pasien apakah pasien sudah bisa
dipulangkan atau tidak, jika perencanaan pulang sudah ditetapkan maka keluarga harus
mengurus administrasi, pengembalian obat ke bagian farmasi dan dilanjutkan dengan
pemberian obat-obatan yang akan diminum jika pasien sudah pulang. Perawat memberikan
edukasi secara lisan pada keluarga atau pasien yang akan pulang, tentang perawatan pasien
dirumah. Tersedianya sarana dan prasarana discharge planning di ruangan untuk pasien
pulang (format DP), disertai kartu kontrol berobat. Perawat memberikan informasi
kesehatan pasien selama di rumah serta perawatan selama dirumah secara informal kepada
pasien/keluarga dengan bahasa yang di mengerti pasien atau keluarga pasien selama dirawat
atau pulang.

Analisa:

Berdasarkan hasil observasi di ruang Teratai, penerapan discharge planning di ruang


Teratai sudah terlaksana dengan baik, baik alur maupun pendokumentasi. Akan tetapi pada
edukasi kepada pasien dan keluarga pasien masih belum dijelaskan tentang nutrisi,
perawatan diri dan aktivitas pasien selama dirumah sehingga kelurga sebagian tidak
mengerti manfaat dari pengobatan selama di rumah sakit.

7) Penerapan Supervisi

Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan


secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan keperawatan,
masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat
(Nursalam, 2015).

Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruang Teratai, kegiatan supervisi telah
dilakukan, baik yang terjadwal maupun tidak. Kegiatan supervisi rutin dilakukan 3 kali
dalam sebulan (terjadwal). Selain itu, supervisi oleh kepala ruangan kepada ketua tim
ataupun perawat pelaksana telah diterapkan.

Analisa:

Dari hasil observasi, kegiatan supervisi telah dilakukan oleh kepala ruangan kepada
katim ataupun perawat pelaksana. Untuk kegiatan supervisi yang terjadwal juga telah
dilaksanakan dengan baik dan rutin.

8) Penerapan Dokumentasi Keperawatan

Dokumenttasi merupakan catatan otentik dalam penerapan menejemen asuhan


keperawatan profesional. Ners profesional diharapkan dapat menghadapi tuntunan tanggung
jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilakukan. Kesadaran masyarakat
terhadap hukum semakin meningkat sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat
dibutuhkan (Nursalam, 2015)
Ruangan Teratai telah melakukan pengkajian secara komprehensif sehingga
pendokumentasian terlaksana optimal. Format pengkajian yang baku juga telah tersedia
untuk digunakan di ruangan. Kelengkapan dokumentasi pasien di ruang Teratai juga sudah
terpenuhi, mulai dari kelengkapan administrasi, hasil pemeriksaan penunjang, serta
dokumen asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan catatan perkembangan
pasien.
Analisa:
Penerapan dokumentasi keperawatan di ruang Teratai sudah terpenuhi dan lengkap,
mulai dari kelengkapan administrasi, hasil pemeriksaan penunjang, serta dokumen asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan catatan perkembangan pasien. Semua
perawat di ruang Teratai juga sudah bertanggungjawab atas pengisian dan kelengkapan
dokumentasi pasien.

Anda mungkin juga menyukai