Menurut WHO-Ekspert Committee on Nursing dalam Kelompok Kerja Keperawatan (KDIK)
menjelaskan bahwa praktik keperawatan profesional sebagai tindakan keperawatan profesional menggunakan pengetahuan teoritis yang manatap dan kukuh dari berbagai disiplin ilmu, terutama ilmu keperawatan selain berbagai ilmu dasar antara lain biologi, fisika, ilmu boimedik, ilmu perilaku, ilmu sosial sebagai landasan untuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa keperawatan, menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil tindakan keperawatan serta mengadakan penyesuaian atau revisi rencana asuhan keperawatan (Sitorus R,2014). Menurut surat keputusan menteri kesehatan RI No. 983/1992, tugas pokok rumah sakit ialah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang di laksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya rumah sakit sebagai unit usaha di bidang jasa terutama untuk pemulihan, rehabilitasi, pemeliharaan, peningkatan pendidikan dan riset kesehatan memerlukan pengelolaan secara profesional agar mutu pelayanan kepada pasien dan keluarga menjadi baik. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena itu tujuan pelayanan perawatan merupakan salah satu bagian dari tujuan utama rumah sakit. Peranan tenaga perawat didalam melaksanakan tugasnya atau dalam memberikan pelayanan perawatan pada pasien harus mengerti dan memahami pendekatan proses keperawatan yang meliputi empat yaitu: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang masing-masing berkesinambungan dan berkaitan satu sama lainnya (Depkes RI, 2014) Pelayanan asuhan keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Disisi lain yakni sebagai salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas pelayanan asuhan keperawatan perlu dipertahankan serta ditingkatkan seoptimal mungkin. Oleh karenanya Standar Asuhan Keperawatan harus diterapkan oleh seluruh tenaga keperawatan sehingga pelayanan asuhan keperawatan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara profesional. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan maka dalam pemberian asuhan keperawatan, seluruh tenaga keperawatan mutlak menerapkan Standar Asuhan Keperawatan (Depkes, 2011) Pelayanan Keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rumah sakit memiliki kepentingan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang optimal melalui tenaga keperawatan yang bertanggung jawab dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan selama 24 jam, secara berkesinambungan di bawah tanggung jawab seorang pemimpin keperawatan perawat sebagai salah satu dari ujung tombak rumah sakit, memerlukan suatu sistem untuk melakukan tindakan keperawatan. Sistem yang terdiri dari dari struktur, proses dan nilai-nilai profesional akan mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut. Untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai dengan visi dan misi rumah sakit, berbagai upaya telah dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Dalam pencapaian tujuan tersebut salah satunya adalah peningkatan mutu keperawatan di rumah sakit, dimana dalam penerapan peningkatan mutu perlu adanya manajemen keperawatan (Asmuji, 2012). Pedoman sistem tersebut dikenal dengan Model Praktik Keperawatan Profesional atau MPKP. Penerapan MPKP secara tepat akan berdampak kepada peningkatan angka pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupancy Rate (BOR) dan indikator mutu ruangan serta penurunan angka rata- rata lama hari seorang pasien dirawat atau disebut juga dengan Average Length of Stay (ALOS) dan angka rata-rata jumlah hari tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi hingga saat terisi berikutnya atau Turn Over Interval (TOI) yang merupakan indikator mutu pelayanan rumah sakit yang baik dan berdampak pada kinerja perawat. Hal ini menunjukkan bahwa dengan MPKP pelayanan kesehatan yang diberikan bermutu baik. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu model pemberian asuhan keperawatan yang memberi kesempatan kepada perawat professional untuk menetapkan otonominya dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien (Manurung S,2011). Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai- nilai profesiona) yang menfasilitasi perawat profesional, mengaturpemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Sitorus R,2014) Hoffart dan Woods (1996) mendefinisikan Model Praktik Keperawatan Profesional sebagai suatu sistem yang meliputi struktur, proses dan nilai profesional yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan dan mengatur lingkungan untuk menunjang asuhan keperawatan. Sebagai suatu model berarti sebuah ruang rawat dapat menjadi contoh dalam praktik keperawatan profesional dirumah sakit. Model ini sudah banyak dikembangkan diberbagai rumah sakit di lluar negeri, salah satu diantaranya pada tahun 1973 di Beth Israel Hospital (Clifford & Horvath,1990; Hoffart & Woods,1996). Model ini berfokus pada hubungan caring antara klien/keluarga dan perawat (Sitorus, 2006). SPO TIMBANG TERIMA RUANG CATLYEA RSD dr.SOEBANDI JEMBER
Pengertian Timbang terima sering disebut operan (over hand) adalah
suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien (data fokus). Tujuan Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan beberapainformasi yang penting Kebijakan a. Pasien dalam kondisi stabil. b. Pasien dalam tahap maintenance c. Pasien dalam kondisi yang membutuhkan pemantauan (observasi) Prosedur Persiapan : 1. Persiapan alat a. Alat tulis b. Format timbang terima (operan) c. Rekam medik pasien 2. Persiapan perawat a. Kelompok dalam keadaan siap. b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan. 3. Persiapan pasien Pasien dalam kondisi stabil atau butuh pemantauan. 4. Pelaksanaan : Dalam penerapan sistem MPKP, operan dilaksanakan oleh perawat jaga sebelumnya kepada perawat yang mengganti jaga pada shift berikutnya.
SESI 1 : Di Nurse Station
1.Perawat shift malam menyiapkan status pasien yang menjaditanggung jawabnya. 2. Perawat shift pagi membuka operan jaga dengan do’a. 3.Perawat shift pagi mempersilahkan perawat shift malam untuk melaporkan pasien kepada perawat shift pagi. “Baik terima kasih untuk kesempatan yang diberikan. Adapun laporan perawatan pasien pada shift malam, dengan jumlah pasien sebanyak … (sebutkan jumlah pasien)”. 4.Perawat shift malam melaporkan pasien yang menjadi tanggung jawabnya, terkait: a. Identitas pasien dan diagnosa medis b. Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul c. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum d. Intervensi kolaborasi dan dependene. e. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalamkegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaanlaboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya, persiapanuntuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidakdilaksanakan secara rutin.Contoh: “Laporan perawatan pasien pertama. Ny. S (51 tahun) dengan Efusi Pleura, penanggung jawab dr. N : Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, TD, N, RR, T(sebutkan hasil pengukuran). Keluhan yang dirasakan pasien adalah … (sebutkan keluhan yang dialami). Rencana yang sudah dilakukan adalah … (sebutkan implementasi) sedangkan rencana yang belum dilakukan adalah … (sebutkan intervensi).Terapi yang diinstruksikan adalah … (sebutkan nama terapi). Persiapan lain … (sebutkan jenis persiapan)”. 5. Perawat shift pagi mengklarifikasi apa yang disampaikan oleh perawat shift malam. 6. Perawat shift pagi mengajak perawat shift malam dan perawatshift pagi lainnya yang bertanggung jawab untukmengklarifikasi pasien (menghampiri pasien dalam visitekeperawatan).
SESI 2 : Di Bed Pasien
1.Perawat shift malam mengucapkan salam dan menyapa pasien. “Selama pagi Bapak/Ibu/Mas/Mbak”. 2.Perawat shift malam menanyakan masalah keperawatan yangdialami pasien setelah dilakukan tindakan.“Hari ini apa yang Bapak/Ibu/Mas/Mbak keluhkan?” 3.Perawat shift malam menyampaikan bahwa tugasnya telahselesai dan diganti tim perawat shift pagi. “Pak/Bu/Mas/Mbak, tugas saya sebagai perawat shift malam sudah selesai. Untuk pagi ini, perawat shift pagi yang akan merawat Bapak/Ibu/Mas/Mbak”. 4.Perawat shift malam memperkenalkan/menanyakan apakah pasien masih mengingat nama perawat shift pagi. “Apakah Bapak/Ibu/Mas/Mbak masih ingat dengan perawat A(perkenalkan nama)”Perawat shift pagi menjelaskan tentang perawatan pagi dan perawat shift pagi yang akan bertanggung jawab kepada pasientersebut. “Baik, hari ini saya yang bertanggung jawab untuk merawat Bapak/Ibu/Mas/Mbak. Rencana untuk perawatan Bapak/Ibu/ Mas/Mbak untuk pagi ini adalah … (sebutkan rencana perawatan)”. 5. Perawat shift pagi memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga untuk bertanya. “Ada hal -hal yang ingin ditanyakan, saya persi lahkan”. 6. Perawat shift pagi menutup pertemuan dan menyampaikanselamat beristirahat. “Baiklah, silahkan Bapak/Ibu/Mas/Mbak dapat beristirahat kembali“.
SESI 3 : DiNurse Station
1. Perawat shift pagi memberikan kesempatan untukmendiskusikan pasien yang dilihatnya. “Silahkan jika ada kondisi pasien yang perlu didiskusikan atau dipaparkan”. 2. Perawat shift pagi meminta perawat shit malam untukmelaporkan inventarisasi obat dan fasilitas lain atau hal-halterkait lainnya yang perlu dilaporkan. “Bagaimana dengan pelaporan yang lain?” 3. Perawat shift pagi memberikan Reinforcement kepada perawatshift malam. “Terima kasih untuk perawat shift malam atas tugasnya”. 4. Perawat shift malam menutup operan dengan berdo’a. “Sebelum kita memulai aktivitas, marilah berdo’a bersama- sama agar diberikan kelancaran dalam melayani pasien”. Bagan Alir - Persiapan alat tulis dan buku (form timbang terima) - Persiapan status pasien yang akan dioperkan
- Perawat shift malam menyiapkan status pasien yang
menjadi tanggung jawabnya - Perawat shift pagi membuka operan dengan berdoa - Perawat shift pagi mempersilahkan perawat shift malam untuk melaporkan pasien kepada shift pagi - Perawat shift pagi mengklarifikasi apa yang disampaikan oleh perawat shift malam - Perawat shift pagi dan shift malam menghampiri pasien dalam visite keperawatan
- Perawat shift malam mengucapkan salam dan menyapa
pasien kemudian menanyakan keluhan pas saat ini - Perawat shift malam menyampaikan keluhan pasien ke shift pagi - Perawat shift malam menyampaikan bahwa tugasnya telah selesai dan diganti tim perawat shift pagi - Perawat shift pagi menjelaskan tentang perawatan pagi dan perawat shift pagi yang akan bertanggung jawab kepada pasientersebut -- Perawat shift pagi Perawat shift pagi memberikan memberikan kesempatan kesempatan kepada untuk mendiskusikan pasien yang pasien/keluarga untuk bertanyadilihatnya -- Perawat Perawat shift shift pagi pagi meminta menutup perawat pertemuanshitdan malam untukmelaporkan inventarisasi menyampaikanselamat beristirahat obat dan fasilitas lain atau hal-halterkait lainnya yang perlu dilaporkan - Perawat shift malam menutup operan dengan berdo’a SOP PRE CONFERENCE DAN POST CONFERENCE RUANG CATHLYA RSD dr. SOEBANDI
1. Standar Prosedur Operasional (SPO) Pre Conference
Pengertian Pre conference adalah komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Tujuan 1. Membantu mengidentifikasi masalahmasalah pasien, 2. Merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil 3. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan 4. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien Prosedur 1. Persiapan a. Masing-masing tim menyiapkan tempat pelaksanaan pre conference. b. Masing-masing ketua tim sudah menjadwalkan kegiatan pre conference c. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan. d. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit e. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan tindakan dan data- data yang perlu ditambahkan f. Yang terlibat dalam pre conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim. 2. Pelaksanaan a. Melakukan pre conference setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal pelaksana. b. Dipimpin oleh kepala ruangan c. Konferensi dihadiri oleh kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana d. Menyampaikan perkembangan dan masalah pasien berdasarkan hasil tindakan yang diberikan e. Ketua Tim menyampaikan hal -hal meliputi 1) Keluhan pasien (jika ada perubahan data) 2) TTV dan kesadaran pasien (jika ada perubahan data) 3) Hasil pemeriksaan laboratorium atau diagnosis terbaru (jika ada perubahan data) 4) Masalah keperawatan (jika ada perubahan data) 5) Rencana keperawatan hari ini (jika ada perubahan data) 6) Perubahan keadaan terapi medis (jika ada perubahan data) 7) Rencana medis (jika ada perubahan data) f. Karu/Ketua tim mengingatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan. g. Karu/Ketua tim mengingatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan masing –masing perawatan asosiet. h. Karu/Ketua tim memberi kesimpulan. 3. Penutup Karu/ketua tim mengucapkan selamat melaksanakan asuhan keperawatan kepaada perawat pelaksanaan. Unit Terkait Ruang Rawat Inap SOP POST CONFERENCE DAN POST CONFERENCE RUANG CATLEYA RSD dr. SOEBANDI
2. Standar Prosedur Operasional (SPO) Post Conference
Pengertian Post conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikutnya. Tujuan 1. Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai. 2. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah disusun saat pre conference dan telah diimplementasikan ke pasien. 3. Mendiskusikan dan tindak lanjut asuhan keperawatan untuk dioperkan kepada perawat atau jaga shift selanjutnya. 4. Meningkatkan koordinasi dalam rencana tindak lanjut pemberian asuhan keperawatan 5. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam menangani kasus. Prosedur 1. Persiapan a. Masing-masing tim menyiapkan tempat pelaksanaan post conference. b. Post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan c. Masing-masing ketua tim sudah menjadwalkan kegiatan post conference d. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit e. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang hasil asuhan keperawatan, tindakan yang belum dilakukan dan data-data yang perlu ditambahkan f. Yang terlibat dalam post conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim. g. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya 1 orang, maka post conference ditiadakan h. Masing-masing perawat pelaksana sudah melaporkan hasil kegiatan atau asuhan kasus yang ditangani ke ketua tim 1-2 jam sebelum post conference 2. Pelaksanaan a. Acara dimulai dengan pembukaan salam oleh kepala ruangan b. Kepala ruangan menanyakan hasil dan hambatan dari pemberian asuhan pada masing -masing pasien c. Masing -masing ketua tim menyampaikan hasil asuhan pada kasus yang ditangani d. Kepala ruangan menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus di operkan kepada perawat shift berikutnya e. Kepala ruangan memberikan reinforcement f. Kepala ruangan menutup kegiatan post conference. 3. Dokumentasi a. Ketua tim mendokumentasi hasil dari post conference b. Kepala ruangan menilai kemampuan ketua tim dalam melakukan post conference 4. Evaluasi Kepala ruang mengisi format evaluasi post conference untuk ketua tim Unit Terkait Ruang Rawat Inap