Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Timbang Terima

1.1.1 Pengertian Timbang Terima

Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk

menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan

pasien. Timbang terima dilakukan oleh kepala ruang, perawat primer (PP), dan

perawat associate (PA). Kepala ruang memiliki peran yaitu; sebagai konsultan dan

pengendali mutu perawat primer, mengorientasi dan merencanakan karyawan

baru, menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan kepada perawat primer,

evaluasi kerja, dan merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staf.

Peran perawat primer yaitu sebagai berikut; menerima klien dan mengkaji

kebutuhan pasien secara komprehensif, membuat tujuan dan merencanakan

keperawatan, melaksanakan rencana yang telah dibuat, mengkomunikasikan dan

mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin lain atau perawat,

menerima dan menyesuaikan rencana asuhan, menyiapkan penyuluhan untuk

pasien pulang, menyiapkan rujukan kepada tim pelayanan kesehatan terkait, dan

mengadakan kunjungan rumah bila perlu (Nursalam, 2014).

Timbang terima pasien dirancang sebagai salah satu metode untuk

memberikan informasi yang relevan pada tim perawat setiap pergantian shift

sebagai petunjuk praktik memberikan informasi mengenai kondisi terkini pasien,

tujuan pengobatan, rencana perawatan serta menentukan prioritas pelayanan


(Rushtom, 2015). Peran perawat associate adalah melaksanakan tindakan

keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh perawat primer (PP).

Kegiatan timbang terima dilakukan jika terdapat semua perawat berkumpul

terutama saat pagi dipimpin oleh kepala ruang. Perawat pada shift malam

melaporkan pasien yang menjadi tanggung jawabnya kepada shift pagi disertai

pencatatan di buku operan. Pelaksanaan shift tersebut apabila telah selesai,

perawat langsung kembali ke pasien dan melaksanakan tugasnya (Nursalam,

2014).

1.1.2 Tujuan Timbang Terima

Tujuan timbang terima adalah sebagai berikut:

a. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien.

b. Menyampaikan hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas

berikutnya.

c. Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya (Hidayah, 2014).

1.1.3 Manfaat Timbang Terima

Manfaat timbang terima dibagi menjadi 2 sebagai berikut :

a. Manfaat bagi perawat

1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

2) Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar

perawat.
3) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan.

4) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.

b. Manfaat bagi pasien

Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada

yang belum terungkap (Nursalam, 2014).

1.1.4 Prinsip Timbang Terima

Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar prinsip

timbang terima pasien, yaitu :

1. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien

Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta

dalam kegiatan timbang terima), peran pemimpin menjadi sangat

penting untuk mengelola timbang terima pasien di klinis. Pemimpin

harus memiliki pemahaman yang komprehensif dari proses timbang

terima pasien dan perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera harus

dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang memburuk.

2. Pemahaman tentang timbang terima pasien

Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman

bahwa timbang terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan

bagian penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat

pasien. Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri timbang


terima pasien yang relevan untuk mereka. Meninjau jadwal dinas staf

klinis untuk memastikan mereka hadir dan mendukung kegiatan

timbang terima pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang

diperlukan untuk memperkuat pentingnya kehadiran staf pada saat

timbang terima pasien.

3. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien

Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan

mereka dalam tinjauan berkala tentang proses timbang terima pasien.

Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika memungkinkan pasien

dan keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai peserta dalam

kegiatan timbang terima pasien. Dalam tim multidisiplin, timbang

terima pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota

multiprofesi hadir untuk pasiennya yang relevan.

4. Waktu timbang terima pasien

Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk

timbang terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana

strategi ini memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan waktu.

Timbang terima pasien tidak hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi

setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab misalnya ketika pasien

diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan.

Ketepatan waktu timbang terima sangat penting untuk memastikan

proses perawatan yang berkelanjutan, aman dan efektif.


5. Tempat timbang terima pasien

Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka

dan di sisi tempat tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka

pilihan lain harus dipertimbangkan untuk memastikan timbang terima

pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi yang efektif,

pastikan bahwa tempat timbang terima pasien bebas dari gangguan

misalnya kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat

telekomunikasi.

6. Proses timbang terima pasien

a. Standar protokol

Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran

peserta, kondisi klinis dari pasien, daftar pengamatan/pencatatan

terakhir yang paling penting, latar belakang yang relevan tentang

situasi klinis pasien, penilaian dan tindakan yang perlu dilakukan.

b. Kondisi pasien memburuk

Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan

pasien secara cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang

terdeteksi.

c. Informasi kritis lainnya


Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan

yang luar biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan

risiko keselamatan kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.

1.1.5 Prosedur Timbang Terima

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana

Persiapan 1. Timbang terima 5 menit Nurse Perawat

dilaksanakan setiap Station primer

pergantian shift/operan. dan

Perawat
2. Prinsip timbang terima,
associate
semua pasien baru

masuk dan pasien yang

dilakukan timbang

terima khususnya pasien

yang memiliki

permasalahan yang

belum/dapat teratasi

serta yang

membutuhkan observasi

lebih lanjut.

3. PA/PP menyampaikan

timbang terima kepada

PP (yang menerima
pendelegasian)

berikutnya, hal yang

perlu disampaikan

dalam timbang terima :

a. Aspek umum yang

meliputi : MI s/d

MS

b. Jumlah pasien

c. Identitas pasien dan

diagnosa medis

d. Data

(keluhan/subjektif

dan objektif)

e. Masalah

keperawatan yang

masih muncul

f. Intervensi

keperawatan yang

sudah dan belum

dilaksanakan

(secara umum)
g. Intervensi

kolaboratif dan

dependen

h. Rencana umum dan

persiapan yang

perlu dilakukan

(persiapan operasi,

pemeriksaan

penunjang, dan

program lainnya).

Pelaksanaan Nurse Station 10 Nurse Kepala

menit Station ruang,


1. Kedua kelompok dinas
perawat
sudah siap (shift jaga).
primer,
2. Kelompok yang akan
dan
bertugas menyiapkan
perawat
buku catatan.
associate
3. Kepala ruang membuka

acara timbang terima.

4. Penyampaian yang jelas,

singkat dan padat oleh

perawat jaga (NIC).


5. Perawat jaga shift

selanjutnya dapat

melakukan klarifikasi,

tanya jawab dan

melakukan validasi

terhadap hal-hal yang

telah ditimbang

terimakan dan berhak

menanyakan mengenai

hal-hal yang kurang

jelas.

Di Bed Pasien

6. Kepala ruang

menyampaikan salam

dan PP menanyakan

kebutuhan dasar pasien.

7. Perawat jaga

selanjutnya

mengobservasi secara

penuh terhadap masalah

keperawatan,

kebutuhan, dan tindakan


yang telah/ belum

dilaksanakan, serta hal-

hal penting lainnya

selama masa perawatan.

8. Hal-hal yang sifatnya

khusus dan memerlukan

perincian yang matang Ruang


sebaiknya dicatat secara / Bed
khusus untuk kemudian Pasien
diserahterimakan

kepada petugas

berikutnya.

Post- 1. Diskusi 5 menit Nurse Kepala

timbang Station ruang,


2. Pelaporan untuk
terima perawat
timbang terima
primer,
dituliskan secara
dan
langsung pada format
perawat
timbang terima yang
associate
ditandatangani oleh PP

yang jaga saat itu dan

PP yang jaga berikutnya

diketahui oleh Kepala


Ruang.

3. Ditutup oleh KARU.

Sumber : Nursalam (2014)

Tabel 2.1 Prosedur Timbang Terima

1.1.6 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama timbang terima sebagai berikut :

a. Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift.

b. Dipimpin oleh kepala ruang atau perawat primer (PP).

c. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.

d. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan

pasien.

e. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.

f. Pada saat timbang terima di kamar pasien, menggunakan volume suara

yang cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu

yang rahasia bagi pasien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya

tidak dibicarakan secara langsung di dekat pasien.

g. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya

dibicarakan di nurse station (Nursalam, 2014).


1.1.7 Alur Timbang Terima

Timbang Terima

SITUATION

Data Demografi Diagnosis Keperawatan


Diagnosa Medis (Data)

Background

Riwayat Keperawatan

Assessment :
KU, TTV,GCS, Skala
Nyeri, Skala Risiko Jatuh,
dan ROS (poin yang
penting)

Rekomendation :
1. Tindakan yang Sudah
2. Dilanjutkan
3. Stop
4. Modifikasi
5. Strategi Baru

Gambar 2.1 Alur Timbang Terima (Nursalam,2014)


1.1.8 Metode dalam Timbang Terima

Menurut Joint Commission for Transforming Healthcare (2014), menyusun pedoman

implementasi untuk timbang terima sebagai berikut :

a) Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya pertanyaan

dari penerima informasi tentang informasi pasien.

b) Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi terapi,

pelayanan, kondisi dan kondisi saat ini serta yang harus diantisipasi.

c) Proses verifikasi harus ada tentang penerimaan informasi oleh perawat penerima

dengan melakukan pengecekan dengan membaca, mengulang atau mengklarifikasi.

d) Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk perawatan

dan terapi sebelumnya.

e) Handover tidak dapat disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan kegagalan

informasi atau terlupa.

1.1.9 Evaluasi dalam Timbang Terima

Menurut Nursalam (2014) evaluasi dalam timbang terima sebagai berikut:

a. Evaluasi Struktur (Input)

Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara

lain: catatan timbang terima, status pasien dan kelompok sif timbang terima. Kepala

ruang/Nurse in charge (NIC) memimpin kegiatan timbang terima yang dilaksanakan

pada pergantian sif yaitu malam ke pagi, pagi ke sore. Kegiatan timbang terima pada

sif sore ke malam dipimpim oleh perawat primer yang bertugas saat itu.
b. Evaluasi Proses

Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruang dan dilaksanakan oleh

seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti sif. Perawat primer

mengoperkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti sif. Timbang

terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke ruang perawatan pasien dan

kemabali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah pasien, diagnosis

keperawatan, intervensi yang belum/sudah dilakukan.

c. Evaluasi Hasil

Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian sif. Setiap perawat dapat

mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

1.1.10 Sistem Pendokumentasian Timbang Terima dengan SBAR

SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan

perhatian atau tindakan segera. Sistem pendokumentasian timbang terima dengan SBAR sebagai

berikut :

1. S: Situation (Kondisi Terkini yang Terjadi pada Pasien)

 Sebutkan nama pasien, umur, tanggal masuk, dan hari perawatan, serta dokter

yang merawat.

 Sebutkan diagnosis medis dan masalah keperawatan yang belum atau sudah

teratasi/keluhan utama.

2. B: Background (Info Penting yang Berhubungan dengan Kondisi Pasien Terkini )


 Jelaskan intervensi yang telah dilakukan dan respons pasien dari setiap

diagnosis keperawatan.

 Sebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasif, dan

obat-obatan termasuk cairan infus yang digunakan.

 Jelaskan pengetahuan pasien dan keluarga terhadap diagnosis medis.

3. A: Assessment (Hasil Pengkajian dari Kondisi Pasien Saat Ini)

 Jelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkiniseperti tanda vital,skor

nyeri, tingkat kesadaran, braden score, status restrain, risiko jatuh, pivas

score, status nutrisi, kemampuan eliminasi, dan lainlain.

 Jelaskan informasi klinik lain yang mendukung.

4. R: Recommendation

 Rekomendasikan intervensi keperawatan yang telah dan perlu dilanjutkan

(refer to nursing care plan) termasuk discharge planning dan edukasi pasien

dan keluarga (Nursalam, 2013).

1.1.11 Hal – hal yang perlu diperhatikan sebelum Serah Terima Pasien (Contoh Sesuai

SBAR)

a. Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.

b. Kumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan kondisi pasien yang

akan dilaporkan.
c. Pastikan diagnosis medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang harus

dilanjutkan.

d. Baca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil pengkajian perawat sif

sebelumnya.

e. Siapkan medical record pasien pasien termasuk rencana perawatan hariannya

(Nursalam, 2014).

1.2 Konsep Disiplin

1.2.1 Pengertian Disiplin

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin berarti tata tertib, ketaatan

(kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib), mengusahakan supaya menaati (mematuhi), tata tertib.

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilainilai yang dipercaya termasuk

melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya (Wahjono, 2015). Disiplin dapat

didefinisikan sebagai suatu pelatihan atau pembentukan pikiran atau karakter untuk memperoleh

perilaku yang diinginkan (Simamora, 2012).

Disiplin diri sebagai proses ketika peraturan dan terinternalisasi dan menjadi bagian dari

kepribadian seseorang. Disiplin diri mungkin ada jika setiap anggotanya mengetahui aturan,

memahami manfaatnya, menyetujui bahwa mereka memiliki keterbatasan. Manajer perawat

harus mendiskusikan dengan jelas aturan dan kebijakan tertulis dengan bawahannya,

menjelaskan manfaat keberadaannya dan mendorong pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan

dengannya. Rasa saling percaya juga harus terbentuk. Manajer harus mempercayai bahwa

bawahannya mampu dan secara aktif membentuk disiplin diri (Simamora, 2012).
Adanya beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja

merupakan sikap hormat terhadap peraturan dan ketetapan yang ada di Rumah Sakit, yang ada

dalam diri individu, yang menyebabkan individu dapat menyesuaikan diri dengan sukarela pada

peraturan dan ketetapan Rumah Sakit.

1.2.2 Pelaksanaan Disiplin Kerja

Pelaksanaan disiplin yang baik adalah disiplin diri. Organisasi atau Rumah Sakit yang

baik harus berupaya menciptakan peraturan atau tata tertib yang akan menjadi rambu-rambu

yang harus dipenuhi oleh seluruh karyawan maupun perawat yang bekerja di Rumah Sakit

tersebut. Peraturan-peraturan yang akan berkaitan dengan disiplin itu antara lain :

a. Peraturan jam masuk, pulang, dan jam istirahat.

b. Peraturan dasar tentang berpakaian, dan bertingkah laku dalam pekerjaan.

c. Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan berhubungan dengan unit kerja lain.

d. Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh para

pegawai selama dalam organisasi (Sutrisno, 2009).

1.2.3 Jenis Disiplin

Ada 3 bentuk disiplin kerja yaitu sebagai berikut :

a. Disiplin Preventif

Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti

dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh Rumah Sakit.

Tujuan dasarnya adalah untuk menggerakkan pegawai atau perawat berdisiplin diri

dengan cara preventif pegawai dapat memelihara dirinya terhadap peraturan-


peraturan Rumah Sakit. Pemimpin Rumah Sakit mempunyai tanggung jawab dalam

membangun iklim organisasi dengan disiplin preventif. Perawat wajib mengetahui,

memahami semua pedoman kerja serta peraturan-peraturan yang ada dalam Rumah

Sakit.

Disiplin preventif merupakan suatu sistem yang berhubungan dengan kebutuhan

kerja untuk semua bagian sistem yang ada dalam organisasi. Sistem organisasi yang

baik, maka diharapkan akan lebih mudah menegakkan disiplin kerja.

b. Disiplin Korektif

Disiplin korektif adalah suatu upaya untuk menggerakkan perawat dalam

menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan

sesuai dengan pedoman yang berlaku pada Rumah Sakit. Disipin korektif pada

pegawai atau perawat yang melanggar perlu diberi sanksi sesuai dengan peraturan

yang berlaku. Tujuan pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki perawat yang

melanggar peraturan, memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran

kepada pelanggar.

c. Disiplin Progresif

Disiplin progresif merupakan proses pendisiplinan formal berupa pemberian

hukuman-hukuman yang lebih serius terhadap pelanggaran yang berulang. Tujuan

dari disiplin progresif ini agar perawat segera memperbaiki diri dan tidak mengulangi

kesalahan serupa sebelum mendapat hukuman yang lebih tegas dan berat (Wahjono,

2015).
1.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Faktor - faktor yang mempengaruhi disiplin kerja antara lain:

1. Faktor pengaruh pemberian kompensasi

Faktor pengaruh pemberian kompensasi, seberapa besar dalam pemberian kompensasi

yang diterima oleh perawat atau karyawan akan mempengaruhi tegaknya disiplin kerja

perawat. Perawat atau karyawan akan taat dengan peraturan yang dibuat oleh Rumah Sakit

apabila perawat tersebut mendapatkan kompensasi yang memadai. Rata-rata perawat maupun

pegawai jika menerima kompensasi yang sesuai harapan mereka tentu perawat akan bekerja

dengan tenang, semangat, dan absensi kehadiran dan pulang akan terjaga dengan disiplin.

Perawat maupun pegawai akan bekerja sesuai dengan peraturan yang ada pada Rumah Sakit,

begitu juga sebaliknya apabila perawat menerima kompensasi dibawah kontribusi yang ia

berikan kepada Rumah Sakit tersebut akan malas dan tidak mau menjalankan apa yang

menjadi tujuan dan peraturan Rumah Sakit, dan perawat akan sering mangkir, sering minta

izin pulang cepat, dengan berbagai alasan dibuat-buat. Pemberian kompensasi yang memadai

atau lebih dari cukup tidak bisa menjamin untuk tegaknya disiplin kerja, karena pemberian

kompensasi adalah hanya salah satu menahan emosi perawat dalam melaksanakan tugasnya

secara keseluruhan melainkan masih terdapat faktor lain yang mendukung tegaknya disiplin

kerja pada Rumah Sakit.

2. Faktor keteladanan pimpinan dalam Rumah Sakit

Faktor keteladanan pimpinan dalam Rumah Sakit adalah faktor keteladanan pimpinan

sangat penting untuk menegakkan disiplin kerja, karena semua perawat akan selalu

memperhatikan semua sikap seorang pimpinan dalam menjalankan dan menegakkan disiplin

kerja, dimulai dari ucapan, tindakan, kehadiran, dan lain sebagainya, hal ini menjadi panutan
semua perawat pada lingkungan kerjanya. Misalnya di Rumah Sakit tersebut sudah membuat

aturan pada shift sore pukul 14.00 dan pulang pada pukul 21.00, maka seorang pemimpin

tidak akan masuk kerja kurang dari waktu yang sudah ditetapkan. Pimpinan tersebut harus

punya sifat loyalitas kepada Rumah Sakit, ia akan datang pada pukul 13.00 sudah berada di

tempat kerjanya, begitu juga pada saat pulang biasanya lebih dari waktu yang ditentukan

yaitu pada pukul 14.15 atau lebih baru pulang kerja. Peran keteladanan pimpinan sangat

berpengaruh besar pada lingkungan kerja, bahkan mempunyai pengaruh sangat besar bila

dibanding dengan faktor lainnya, karena faktor keteladanan seorang pemimpin baik dari

sikap, disiplin kehadiran, pola berbicara, disiplin dalam menjalankan tugasnya semua ini

akan selalu diperhatikan oleh semua perawat dan akan menjadi panutan oleh semua pekerja.

3. Faktor adanya aturan atau tolak ukur yang pasti akan dijadikan sebagai pegangan

Sebuah Rumah Sakit tidak akan bisa melaksanakan disiplin kerja tanpa adanya aturan

yang pasti secara tertulis dan mengikat. Disiplin kerja tidak dapat ditegakkan oleh semua

perawat apabila tidak dibuat secara tertulis, atau hanya disampaikan lewat lisan yang sifatnya

berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Perawat dapat melaksanakan

disiplin kerja bila peraturan dibuat dengan jelas, dan diinfomasikan kepada seluruh karyawan

secara adil dan merata.

4. Faktor ketegasan pimpinan dalam mengambil keputusan

Faktor ketegasan pimpinan dalam mengambil keputusan, adalah apabila ada perawat

yang melanggar peraturan disiplin kerja maka sebagai pimpinan harus tegas dan berani dalam

mengambil keputusan untuk tindakan atau ketegasan dalam mengambil sikap maka perawat

akan merasa terlindungi, dan dalam dirinya mereka tidak akan mengulangi lagi dengan
kesalahan yang sama sehingga perawat akan bersikap disiplin dan akan terhindar dari sikap

yang ceroboh atau sembrono dalam melaksanakan tugasnya.

5. Faktor adanya pengawasan dari pimpinan

Faktor adanya pengawasan dari pimpinan, adalah setiap kegiatan pada Rumah Sakit

sangat penting dengan adanya pengawasan dan pengarahan tersebut akan mengarahkan para

perawat maupun karyawan agar dapat melaksanakan tugas sehari-harinya dengan disiplin dan

tepat pada waktu yang telah dibuat oleh Rumah Sakit. Pengawasan yang ketat akan

membiasakan perawat dalam melaksanakan disiplin untuk melakukan pekerjaannya sesuai

dengan peraturan yang dibuat oleh Rumah Sakit, dan akan menjalankan sesuai dengan SOP

yang ada pada Rumah Sakit tersebut. Demi tegaknya peraturan pada Rumah Sakit, maka

orang yang paling dominan untuk melaksanakan pengawasan langsung adalah atasan

langsung bagi perawat yang bersangkutan. Atasan langsung itulah yang mengetahui tentang

dan paling dekat kepada mereka yang ada dibawahnya, amka seorang pimpinan itu harus

bertanggung jawab untuk mengawasi apa yang dikerjakan oleh bawahannya, sehingga tugas-

tugas yang diberikan kepada mereka akan dikerjakan sesuai dengan tujuan Rumah Sakit.

6. Faktor perhatian pimpinan kepada perawat

Faktor perhatian kepada perawat, adalah semua perawat mempunyai karakter atau sifat

yang beragam, maka perawat tidak akan puas dengan pemberian kompensasi yang

diterimanya walaupun kompensasi itu sangat tinggi, oleh karena itu perawat masih sangat

membutuhkan perhatian dari pimpinan untuk meningkatkan disiplin kerja. Bagi seorang

pimpinan bisa mengadakan pendekatan dan memberikan perhatian kepada seluruh perawat
akan bisa menciptakan suasana kerja yang senang dan pada akhirnya perawat akan

menciptakan disiplin kerja.

7. Faktor yang mendukung tegaknya disiplin

Faktor yang mendukung tegaknya disiplin, adalah suatu kebiasaan yang bisa mendukung

dalam melaksanakan disiplin kerja antara lain:

a) Melontarkan hal-hal yang sifatnya memuji kebaikan sesama teman atau kepada atasan

dan juga kepada bawahannya, sehingga karyawan tersebut akan merasa bangga dengan

pujian tersebut, dengan demikian secara tidak langsung karyawan tersebut akan

meningkatkan disiplin kerja

b) Pimpinan yang akan pergi meninggalkan ruang kerjanya, sering memberitahukan kepada

teman atau bawahan seruangan, dengan memberikan informasi yang jelas kemana ia

pergi dan kapan akan kembali (Mulyadi, 2015).

1.2.5 Bentuk-bentuk Pelanggaran Disiplin

Menurut Wahjono (2015), mengatakan bahwa beberapa tindakan yang melanggar disiplin

antara lain :

a. Keterlambatan

b. Ketidakhadiran

c. Bekerja dengan sembrono

d. Tidak memenuhi target kualitas dan jumlah

e. Pelecehan seksual

f. Bekerja dalam keadaan mabuk dan dalam kuasa minuman keras dan narkoba
g. Mencuri barang di Rumah Sakit

h. Menjalankan bisnis pribadi saat jam kantor

1.2.6 Indikator Sikap Disiplin Perawat

Menurut Setiawan (2013), sikap disiplin perawat dapat diukur melalui indikator-indikator

sebagai berikut :

a. Kehadiran

Kehadiran merupakan indikator yang mendasar untuk mengukur sikap

kedisiplinan, dan biasanya perawat yang tidak disiplin terbiasa untuk terlambat saat

bekerja.

b. Ketaatan pada peraturan kerja

Perawat yang taat pada peraturan kerja tidak akan melalaikan prosedur kerja dan

akan selalu mengikuti pedoman kerja yang ditetapkan oleh Rumah Sakit.

c. Ketaatan pada standar kerja

Ketaatan pada standar kerja dapat dilihat melalui besarnya tanggung jawab

perawat terhadap tugas yang diberikan.

d. Tingkat kewaspadaan tinggi

Perawat memiliki kewaspadaan tinggi akan selalu berhati-hati, penuh perhitungan

dan ketelitian dalam bekerja, dan selalu menggunakan sesuatu secara efektif dan

efisien.

e. Bekerja etis
Bekerja secara etis merupakan salah satu wujud dari sikap disiplin kerja terhadap

perawat. Bekerja secara etis diperlukan oleh setiap perawat dalam melaksanakan

pekerjaannya agar tercipta suasana harmonis, saling menghargai antar sesama

perawat.

1.3 Kerangka Teori


Timbang terima : Hal-hal yang perlu diperhatikan
saat timbang terima :
teknik/ cara untuk
menyampaikan dan a. Dilaksanakan tepat pada
menerima sesuatu waktu pergantian shift.
(laporan) yang b. Dipimpin oleh kepala ruang
berkaitan dengan atau perawat primer (PP).
keadaan pasien
c. Diikuti oleh semua perawat
(Nursalam, 2014). yang telah dan yang akan
dinas.
d. Informasi yang disampaikan
harus akurat, singkat, Evaluasi
Prosedur timbang timbang
sistematis, dan
terima : terima :
menggambarkan kondisi
a. Persiapan pasien saat ini serta menjaga 1. Evaluasi
kerahasiaan pasien. Struktur
b. Pelaksanaan
e. Timbang terima harus (input)
c. Post timbang berorientasi pada
terima 2. Evaluasi
permasalahan pasien. Proses
Faktor – faktor yang mempengaruhi disiplin kerja : Indikator sikap disiplin perawat
a) Faktor pengaruh pemberian kompensasi. :
b) Faktor keteladanan pimpinan dalam Rumah Sakit. 1. Kehadiran
c) Faktor adanya aturan atau tolak ukur yang pasti 2. Ketaatan pada peraturan
yang akan dijadikan sebagai pegangan. kerja
d) Faktor ketegasan pimpinan dalam mengambil 3. Ketaatan pada standar kerja
keputusan 4. Tingkat kewaspadaan tinggi
e) Faktor adanya pengawasan dari pimpinan 5. Bekerja secara etis
f) (Setiawan, 2013).
1.4 Faktor yang
Kerangka mendukung
Konsep tegaknya disiplin
(Mulyadi, 2015)
g)
Faktor – faktor yang Indikator sikap
mempengaruhi disiplin disiplin kerja Menurut
kerja : perawat : Setiawan
a. Banyaknya pegawai (2013)
Disiplin 1. Kehadiran
tidak tetap dan tenaga Kriteria
harian lepas (honor Kerja 2. Ketaatan pada penilaian
kantor) yang belum peraturan kerja disiplin
memiliki kemampuan kerja
3. Ketaatan pada yaitu :
kerja untuk tugas yang standar kerja
diberikan. Baik
4. Tingkat (76-
b. Kurangnya peralatan- kewaspadaan 100%)
peralatan yang tinggi Cukup
dibutuhkan sehingga
pekerjaan banyak yang 5. Bekerja secara (56-
tertunda karena harus etis 75%)
bergantian. Kurang
(Setiawan,2013)
Kinerja perawat Evaluasi timbang
dalam terima :
pelaksanaan
1. Evaluasi Struktur
timbang terima (input)
2. Evaluasi Proses
Kriteria Elemen Penilaian 3. Evaluasi Hasil
(EP) kinerja perawat (Nursalam,2014)
menurut Standar
Akreditasi RS yaitu :
TL (Terpenuhi Lengkap) :
Keterangan : (80-100%)
TS (Terpenuhi Sebagian) :
(20-79%)
: diteliti
TT (Tidak Terpenuhi) :
(<20%)
: tidak diteliti (SNARS, 2018)

: berhubungan

1.5 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap terjadinya hubungan variabel yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2012). Menurut Ali Maksum (2018) “ Hipotesis merupakan pernyataan-

pernyataan yang masih harus di uji kebenarannya. Adakalanya hipotesis juga dianggap sebagai

klaim dari peneliti, yakni keyakinan kebenaran atas sesuatu”. Berdasarkan kajian teoritis yang

sudah dirumuskan dan berhubungan dengan permasalahan maka dapat dirumuskan hipotesis

penelitian yaitu :
H0 : Tidak ada hubungan antara disiplin kerja dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan

timbang terima di RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari

H1 : Ada hubungan antara disiplin kerja dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan timbang

terima di RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari

1.6 Penelitian yang relevan

No Nama Judul Tahun Metode Hasil Penelitian


Pengaran Penelitian Peneliti
g an

1. Dewi Faktor 2020 Deskrip Pada penelitian ini di dapatkan


Purnama, Yang tif 60,4% dengan kepemimpinan
Putranto Berhubunga analitik baik dan 39,6% dengan
Manalu n Dengan kepemimpinan buruk. Setiap
Tingkat pemimpin akan selalu berusaha
Kedisiplina agar karyawannya memiliki
n Tenaga sikap displin yang baik.
Kerja di Kepemimpinan yang baik akan
Puskesmas mempengaruhi terhadap kinerja
Padang karyawan, dimana dalam
Bulan Kota pengawasan seorang pemimpin
Medan terhadap bawahan nya sangat
memiliki peran dimana
pemimpin akan memberikan
arahan kepada karyawannya
untuk bagaimana dalam
melakukan pekerjaan dengan
baik sehingga karyawan
termotivasi untuk bekerja
dengan lebih baik lagi untuk
mencapai tujuan yang
diinginkan. Dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel
Sanksi, Motivasi, dan
Kepemimpinan memiliki
hubungan terhadap Tingkat
Kedisiplinan Tenaga Kerja Di
Wilayah Kerja Puskesmas
Padang Bulan Kota Medan.

2. Anggrean Pengaruh 2020 Jenis Hasil analisis regresi linier


y Hustia Motivasi peneliti berganda, diketahui adanya
Kerja dan an yang pengaruh yang positif dari
Disiplin digunak motivasi kerja dan disiplin kerja
Kerja an terhadap kinerja karyawan
Terhadap dalam instalasi gizi RSUP Dr.
Kinerja peneliti Mohammad Hoesin Palembang
Karyawan an ini dan diperkuat dari hasil uji
Instalasi adalah determinasi bahwa antara
Gizi RSUP berjenis motivasi kerja dan disiplin kerja
Dr. peneliti saling berkaitan dalam
Mohammad an berkonstribusi sebesar 69%
Hoesin asosiati mempengaruhi kinerja karyawan
Palembang f instalasi gizi RSUP Dr.
dengan Mohammad Hoesin Palembang.
Metode Pengaruh disiplin kerja terhadap
Analisi kinerja karyawan, memberikan
s gambaran bahwa disiplin kerja
Regresi memiliki konstribusi dalam
Linier meningkatkan kinerja karyawan.
Bergan Melalui disiplin kerja maka
da dapat membentuk sikap taat dan
keteraturan karyawan terhadap
nilai dan aturan yang ditetapkan
perusahaan. Manajemen dapat
mmbuat strategi berupa
ketegasan sikap berkaitan
dengan ketepatan waktu jam
kerja, sikap mangkir bekerja
yang dilakukan karyawan dan
memastikan bahwa karyawan
dapat mematuhi semua peraturan
yang ada dilingkungan RSUP
Dr. Mohammad Hoesin
Palembang.

3. I Ketut Pengaruh 2018 Desain Dari hasil penelitian ini


Suardana, Metode dalam menunjukkan bahwa metode
I G.A. Komunikasi peneliti komunikasi efektif SBAR yang
Ari Efektif an ini diterapkan oleh manajemen
Rasdini, SBAR adalah RSUD Tabanan sangat efektif di
Ni Terhadap quasi dalam pelayanan keperawatan
Nyoman Efektifitas eksperi khususnya dan pelayananan
Hartati Pelaksanaan men kesehatan secara umum karena
Timbang dengan memberi efek terhadap citra
Terima pendek rumah sakit dan kualitas
Pasien di atan pelayanan secara umum. Ada
Ruang Cross pengaruh yang kuat metode
Griyatama Section komunikasi efektif SBAR
RSUD al dengan efektifitas pelaksanaan
Tabanan timbang terima (handover)
dengan nilai r =0,832 serta nilai t
= 4,847 dan p value 0,001 (< α =
0,05). Kerangka SBAR sangat
efektif digunakan untuk
melaporkan kondisi dan situasi
pasien secara singkat pada saat
pergantian shift, sebelum
prosedur tindakan atau kapan
saja diperlukan dalam
melaporkan perkembangan
kondisi pasien.

4. Wiwit Pengetahua 2018 Desain Berdasarkan hasil penelitian


Febrina, n Perawat peneliti terhadap 30 perawat diruang
Yenni & Terhadap an rawat RSUD Dr. Achmad
Stevani Pelaksanaan adalah Mochtar Kota Bukittinggi Tahun
Ramadha Timbang deskript 2018 diketahui bahwa terdapat
ni Terima if 15 (50,0%) dengan pelaksanaan
Pasien analitik timbang terima pasien sesuai
Sesuai SOP dengan SOP kurang baik dan 15
menggu (50,0%) perawat dengan
nakan pelaksanaan timbang terima
pendek pasien sesuai SOP yang baik.
atan Hal ini terkait dengan hasil
cross penelitian diketahui bahwa
section perawat mengatakan timbang
al terima dilaksanakan 3x dalm 24
study. jam disetiap ruangan, perawat
juga mengatakan pelaksanaan
timbang terima dilakukan setiap
pergantian shif dan perawat
primer dan kedua anggota shift
dinas bersama-sama secara
langsung melihat keadaan pasien
dan interaksi yang dilakukan
pada pasien dilakukan setiap saat
timbang terima, sebagian
perawat mengatakan timbang
terima dilakukan tidak selalu
dipimpin oleh karu terkadang
timbang terima dipimpin oleh
katim, waktu yang digunakan
untuk mengunjungi pasien lebih
dari 5 menit juga mampu
melaksanakan timbang terima
pasien sesuai SOP dengan baik.
Oleh karena itu, seberapa lama
perawat bekerja maka akan
semakin menambah pengalaman
dan wawasan perawat yang akan
mempengaruhi tindakan yang
akan dilakukan perawat.

5. I Gede Hubungan 2018 Analisi Hasil analisis dalam penelitian


Purnawin Pemberian s ini menunjukkan adanya
adi Reward Observ hubungan signifikan antara
dengan asional pemberian reward ucapan
Kedisiplina dengan terimakasih dengan kedisiplinan
n Waktu pendek waktu saat timbang terima
Timbang atan perawat ( p value =0,015).
Terima Cross Kedisiplinan waktu saat timbang
Perawat Section terima perawat dapat
al meningkatkan kinerja perawat
Study pelaksana, sehingga
memungkinkan perawat yang
akan bertugas berikutnya lebih
siap bekerja karena telah
menegenali kondisi pasien.
Pemberian reward non finansial
melalui ucapan terimakasih yang
diberikan pimpinan setiap hari
kepada perawat pelaksana
setelah menyelesaikan pekerjaan
diyakini mampu memberikan
pengaruh yang baik terhadap
kinerja perawat.

Anda mungkin juga menyukai